Bondowoso – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 14 Oct 2016 08:33:38 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Bondowoso – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Digandeng Perhutani, Ini Pengakuan Petani Kopi di Bondowoso https://stg.eppid.perhutani.id/digandeng-perhutani-pengakuan-petani-kopi-bondowoso/ Fri, 14 Oct 2016 08:33:38 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=40809 SUARAPUBLIKNEWS.NET, BONDOWOSO (14/10/2016) | Di wilayah Kabupaten Bondowoso, ada sekitar 60 Kecamatan yang mendapatkan bantuan dari hasil kerjasama antara Perhutani dan Pemkab Bondowoso, terkait peningkatan pengolahan produk kopi dengan istilah pengolahan hilir.
Dan setiap wilayah kecamatan, Perhutani memberikan lahan hutan lindung seluas 14 ribu hektar, untuk ditanami kopi dengan sistem bagi hasil 70% untuk petani dan 30% untuk Perhutani.
Kedepan, Perhutani juga berencana akan terus memperluas lahan untuk tanaman kopi, namun dengan tetap mengindahkan aturan terkait kelestarian hutan lindung, karena menyangkut sirkulasi udara dan keberadaan hutan di wilayah Bondowoso dan sekitarnya.
Khusnul, istri petani kopi anggota kelompok ”Tani Maju” desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringin Kabupaten Bondowoso, mengaku jika saat ini ekonomi keluarganya meningkat dengan tajam sejak menjadi binaan Pemkab Bondowoso dan Perhutani. Karena disamping mendapatkan lahan garapan, dia juga mendapatkan sejumlah pelatihan dan peralatan pengolahan kopi dalam bentuk hibah.
“Kami memang berawal dari petani kopi asalan sejak tahun 80-an, yang sistem petik dan olahannya tradisional, tetapi setelah tahun 2011 kami dibina oleh tujuh pihak, sehingga ekonomi keluarga kami terus membaik, karena harga kopi mulai naik,” ucap perempuan yang ternyata berprofesi sebagai Bidan dan berstatus PNS ini.
Pendapatan kami, lanjut Khusnul, memang bertambah sangat signifikan, karena sudah banyak investor yang masuk, seperti Caffe Rolag di Surabaya itu mengambil bahan baku kopi dari kami, imbasnya harga kopi bisa bersaing,
“Semua ada 17 kelompok, anggotanya 25, dan masing-masing mendapatkan bantuan alat pengolahan dari APBD Pemkab Bondowoso, dan hasil produksi terus meningkat berkat penambahan luas lahan kebun yang diberikan Perhutani,” tandasnya.
Untuk itu, kepada pemerintah Khusnul meminta agar kembali diberikan beberapa pelatihan penunjang, agar hasil akhir produksi bisa lebih baik, bahkan berkualitas ekspor. “Kami masih butuh pelatihan packaging dan pengolahan rosting dari pemerintah,” pintanya.
Menanggapi permintaan warganya, Supardi Camat Sumberwringin Kabupaten Bondowoso mengatakan, bahwa pemberdayaan petani kopi yang dilakukan Perhutani dan Pemkab bertujuan untuk membantu sekaligus mengubah ekonomi masyarakatnya.
“Target kami untuk mngentas kemiskinian di wilayah masyarakat hutan, dan hasil sudah mulai tampak berkat kerjasama yang baik antara pemkab dan Perhutani, karena sebagian hutan lindung bisa dimanfaatkan oleh petani kopi dengan catatan tidak merusak,” tegasnya.
Masih Supardi, Luas lahan di wilayah kami sekarang 14 ribu hektar, harapan kami kepada Perhutani, area itu bisa diperluas sampai 25 ribu hektar, agar hasil produksi bisa tambah meningkat, masalahnya seluruh petani kopi itu statusnya hanya penggarap lahan, bukan sekaligus pemilik lahan.
“Pemberdayaan petani kopi diwilayah kami ini juga sekaligus bisa mengendalilan urban culture, karena dahulu, hampir mayoritas masyarakat disini bekerja ke luar kota, dampaknya juga fatal, karena mereka yang kembali ke desa justru menjadi pembawa penyakit yang mematikan yakni HIV/AIDS,” pungkasnya.
 
Tanggal : 14 Oktober 2016
Sumber : suarapubliknews.net

]]>
Perhutani Bondowoso Ruwatan Untuk Hutan Nusantara https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bondowoso-ruwatan-untuk-hutan-nusantara/ Wed, 13 May 2015 06:26:01 +0000 http://perhutani.co.id/?p=21058 Dok.Kom-PHT/Bdo  @2015

Dok.Kom-PHT/Bdo @2015

BONDOWOSO, PERHUTANI (13/5) | Perhutani Bondowoso mengadakan acara Ruwatan Hutan Nusantara di alun-alun Kota Situbondo pada Rabu malam (12/5). Acara yang menghadirkan Emha Ainun Nadjib bersama Kyai Kanjengnya mengundang animo masyarakat Situbondo mengikuti acara ruwatan tersebut dengan kehadiran sekitar 5.000 orang

Dalam acara ini turut hadir Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan (PSDH) Perum Perhutani, Heru Siswanto, Bupati Situbondo, Dandim, Kejari, Kapolres dan seluruh tokoh agama serta ulama yang ada di wilayah Tapal Kuda.

Administratur Perhutani Bondowoso, Adi Winarno menyatakan bahwa seluruhnya duduk bersama di forum itu dengan tujuan mendoakan keselamatan hutan di Nusantara,dengan membangun senergitas antara pemangku kepentingan sehingga kelestarian hutan terjaga dan masyarakatnya sejahtera, khususnya kawasan hutan yang ada di Kabupaten Situbondo.

Rangkaian kegiatan ”Ruwat Hutan Negara” dimulai dengan kegiatan penanaman pohon bersama pada Rabu sore di RPH Bungatan BKPH Panarukan, dilanjutkan tausiyah kebangsaan yang diadakan pada Rabu malam di alun-alun Kota Situbondo.

Cak Nun dengan piawai mengkomunisasikan tentang makna ruwatan dari aspek filosofi religi dan budaya sehingga dapat membuka nilai-nilai yg memberikan kesadaran bersama untuk memperoleh paradigma yang membuka ruang –ruang dinamis dalam pembangunan hutan yang dipercayakan kepada Perhutani selaku kafilahnya dan perlu didukung bersama.

Acara menampilkan tarian kesenian tradisional khas Kabupaten Situbondo sebagai pembuka acara dilanjutkan suguhan atraksi dari kader Pagar Nusa Jawa Timur. Dalam acara ini juga ditampilkan “Tumpeng Raksasa” sebagai simbol harapan bahwa hutan bisa terus dilestarikan oleh semua pihak dan hutan Indonesia selamat dari hal-hal yang mengancam kelestariannya.

Selain itu, juga dilakukan penyematan jaket dan baret Polhut oleh Administratur KPH Bondowoso kepada Ketua Pagar Nusa Jawa Timur Kab. Situbondo sebagai simbol bahwa seluruh relawan Pagar Nusa turut mendukung dalam menjaga keamanan hutan khususnya di wilayah Tapal Kuda. (Kom-PHT/Bdo/Veni)

Editor : Dadang K Rizal

Copyright ©2015

]]>
Perhutani Bondowoso Jalin Komunikasi Dengan Forpimda https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bondowoso-jalin-komunikasi-dengan-forpimda/ Thu, 30 Apr 2015 03:45:31 +0000 http://perhutani.co.id/?p=20672 Dok.Kom-PHT/Bdo  @2015

Dok.Kom-PHT/Bdo @2015

BONDOWOSO, PERHUTANI (30/4) | Sebagai upaya untuk membangun sinergi dalam menjaga kelestarian kawasan hutan, Perhutani Bondowoso semakin terbuka dan memperluas jaringan komunikasi dengan pihak eksternal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan pendekatan kepada Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) di kantor Kejaksaan Negeri Situbondo.

Administratur KPH Bondowoso, Adi Winarno menyatakan bahwa memulai dengan melakukan pertemuan dan silahturahmi sekaligus menghimpun dukungan dari Forpimda Kabupaten Bondowoso dan Situbondo utamanya untuk mendukung penyelesaian persoalan kehutanan yang menyangkut ranah sosial dan bersinggungan dengan kewenangan Perhutani sebagai pemangku kehutanan daerah.

“Persoalan yang ada di wilayah kerja Perum Perhutani KPH Bondowoso akan lebih mudah terselesaikan jika ada kerjasama yang baik dengan pihak eksternal, kita butuh sinergi untuk itu semua, kita tidak bisa kerja sendiri utamanya dalam pengamanan hutan.” Tambahnya.

Administratur KPH Bondowoso, Adi Winarno mengadakan silaturahmi ke Kejaksaan Negeri Situbondo, Kejaksaan Negeri Bondowoso, Kodim 0822 Bondowoso, Kodim 0823 Situbondo, Polres Bondowoso, Situbondo dan Bupati Situbondo. (Humas/Pht/Bdo/Veni).

Editor : Dadang K Rizal

Copyright ©2015

]]>
Kolaborasi Penggiat Lingkungan Hijaukan Kawasan Arak-Arak https://stg.eppid.perhutani.id/kolaborasi-penggiat-lingkungan-hijaukan-kawasan-arak-arak/ Mon, 23 Mar 2015 15:11:55 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19253 2015-3-23-KOLABORASI PENGGIAT LINGKUNGAN HIJAUKAN KAWASAN RAWAN   LONGSORBONDOWOSO, PERHUTANI (23/3) – Perhutani Bondowoso terus membangun kolaborasi dengan para penggiat lingkungan dalam rangka pelestarian hutan utamanya pada kawasan hutan yang memerlukan penanganan khusus melalui  bakti sosial penghijauandi lokasi petak 72 Kawasan Arak – Arak, Bondowoso, Sabtu (21/3) .

Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso, Damanhuri   menyambut dengan baik atas tumbuhnya prakarsa masyarakat peduli hutan ini dengan mengajak diskusi, menampung gagasan dan menyusun kegiatan bersama.

Hal menarik yang patut dipresiasi yaitu munculnya kepedulian masyarakat Bondowoso dari berbagai elemen untuk ikut berperan aktif melakukan berbagai kegiatan konservasi kawasan hutan. Komunitas penggiat lingkungan ini dipelopori oleh lembaga masyarakat mitra Perhutani yaitu Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan Sosial Masyarakat (LP2SM) Bondowoso.

Dengan kekuatan 80 personil para penggiat lingkungan yang terdiri dari unsur LSM LP2SM, santri Pondok Pesantren Nurul Islam Banyuputih Desa Wringin, warga jemaat gereja GPPS, Gereja Kristen Indonesia dan warga persatuan Orari Bondowoso serta tenaga konservasi lainnya melakukan penyiangan dan pemupukan 1.500 tanaman buah-buahan yang telah ditanam sebulan lalu (17/1) serta menanam 1.000 bibit baru terdiri Trembesi, Nyamplung dan Kersen di lokasi petak 72 Kawasan Arak – Arak.

Jenis tanaman buah dipilih untuk mempercepat tutupan hutan yang masih kosong atau untuk pemadatan. Kegiatan ini diharapakan dapat meningkatkan fungsi ekologi hutan dan untuk menunjang sumber-sumber pakan bagi serangga, burung-burung, kera dan satwa lainnya. (Kom-PHT/Bdo/Veni)

Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015

]]>
Menteri Lingkungan Hidup & Kehutanan Kunjungi Perhutani Bondowoso https://stg.eppid.perhutani.id/menteri-lingkungan-hidup-kehutanan-kunjungi-perhutani-bondowoso/ Thu, 19 Mar 2015 02:36:08 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19256 2015-3-18-Bdo-Asyani1-web

Dok.Kom-PHT/Bdo @2015

BONDOWOSO, PERUM PERHUTANI (19/3) – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurabaya beserta rombongan dan Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar melakukan kunjungan kerja di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso terkait penyelesaian kasus Asyani alias B Muaris yang tersangkut kasus tindak pidana kehutanan pada hari Selasa (18/3).

Kedatangan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka penyelesaian kasus Asyani alias B Muaris yang tersangkut kasus tindak pidana kehutanan. Kasus yang menyeret Nenek Asyani merupakan hasil pengembangan penyidikan oleh polisi. Kasus ini bermula dari pelaporan atas Cipto alias Pak Pit sehubungan dengan temuan kayu jati sebanyak 38 batang (0,125 m3). Cipto menyatakan bahwa kayu tersebut adalah titipan Nenek Asyani . Kasus ini juga melibatkan dua tersangka lainnya yaitu Abdussalam dan Pak Lem sebagai sopir yang mengangkut kayu dari rumah Nenek Asyani.

Dengar pendapat yang disampaikan oleh pihak Perhutani kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Hotel Sido Muncul Situbondo, bahwa apa yang dilakukan Perhutani sudah sesuai prosedur, yang dilaporkan Perhutani ke polisi adalah Cipto alias Pak Pit.

Setelah mendengar pendapat dari Perhutani, dilanjutkan makan pagi, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan berkunjung ke kediaman Nenek Asyani didampingi oleh Bupati Situbondo, Wakapolres Situbondo dan Dirut Perhutani untuk memberi dukungan rasa simpati kepada Nenek Asyani. Di kediaman Nenek Asyani, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan bahwa kasus Asyani supaya prosesnya dipercepat dan segera dituntaskan agar tidak terjadi ketimpangan antara penegak hukum dan keadilan terkait kasus ini. (Kom-PHT/Bdo/Abd Gani)

Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015

]]>
Anggota Komisi VI DPR RI Kunjungi Bencana Banjir Bandang Desa Sempol https://stg.eppid.perhutani.id/anggota-komisi-vi-dpr-ri-kunjungi-bencana-banjir-bandang-desa-sempol/ Sat, 07 Mar 2015 09:47:58 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19009 2015-3-Bdo-DPR

Dok.Kom-PHT/Bdo @2015

BONDOWOSO, PERHUTANI (6/3) | Anggota Komisi VI DPR RI, M Nasim Khan mengunjungi lokasi bencana alam berupa banjir bandang (31/1) sambil memberikan bantuan sosial berupa sembako pada masyarakat setempat di Desa Sempol, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso. Jumat.

Kedatangan anggota Komisi VI DPR RI, M Nasim Khan, pada Jumat pagi (6/3) ke lokasi banjir termasuk dalam rangkaian kunjungan kerja di wilayah daerah pemilihan 3 Jawa Timur.

Dalam kunjungannya, mengadakan diskusi untuk membahas skema antisipasi terjadinya bencana banjir di masa mendatang. Diskusi tersebut dihadiri lintas sektor yaitu Perhutani, PTPN XII, Bappeda Bondowoso, Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso, Camat, Danramil, Kapolsek Sempol serta aparat desa setempat.

“Salah satu alternatif cara supaya tidak terjadi banjir lagi adalah dengan membangun jalur pembuangan air yang baru dan revitalisasi plengsengan jalur air yang sudah ada sehingga keduanya mampu menampung debit air hujan ketika berlebih” tambahnya . (Kim-PHT/Bdo/Veni).

Editor : Dadang K Rizal

Copyright ©2015

]]>
Perhutani Bantu Salurkan Air Bersih Untuk Warga https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bantu-salurkan-air-bersih-untuk-warga/ Sat, 07 Mar 2015 09:20:03 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19006 Dok.Kom-PHT/Bdo  @2015

Dok.Kom-PHT/Bdo @2015

BONDOWOSO, PERHUTANI (7/3) | Perum Perhutani  Bondowoso memberikan bantuan berupa instalasi dan pemasangan pipa air bersih bagi warga di Kecamatan Sempol pasca bencana alam banjir bandang (31/1) di Desa Sempol, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso.   Bantuan tersebut diserahkan langsung Wakil Administratur Bondowoso Selatan, Saryono kepada Camat Sempol, Tjagar Alam Rabu (4/3) di Kantor Kecamatan Sempol.

Pemberian bantuan instalasi dan pemasangan pipa air bersih merupakan wujud kepedulian Perhutani Bondowoso untuk membantu warga sekaligus membantu pemulihan dampak psikologis yang dialami pasca bencana banjir.

Camat Sempol, Tjagar Alam menyatakan bahwa dengan adanya bantuan pipa air bersih ini mudah-mudahan dapat membantu saudara-saudara kita untuk mengakses air bersih karena saluran air bersih yang ada sebelumnya rusak akibat banjir   dan  menyampaikan terimakasih kepada Perhutani Bondowoso yang telah memberikan bantuan tersebut. (Kom-PHT/Bdo/Veni)

Editor : Dadang K Rizal

Copyright ©2015

]]>
Totalitas Untuk Kembangkan Wisata https://stg.eppid.perhutani.id/totalitas-untuk-kembangkan-wisata/ Fri, 13 Feb 2015 08:52:14 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18336 BONDOWOSO — Pariwisata akan menjadi sektor yang akan dikembangkan secara lebih serius lagi oleh pemerintah daerah. Perbaikan infrastruktur dan promosi akan terus diberikan bagi objek-objek wisata andalan. Selain itu, kerjasama pengelolaan kawasan dengan pihak lain yang menjadi pemangku kawasan wisata seperti Perhutani, BKSDA dan PTPN akan dirumuskan.
Hal itu mengemuka dalam rapat konsolidasi TPID di kantor Bank Indonesia (BI) Jember yang dipimpin langsung sekretaris daerah (Sekda) Bondowoso Hidayat kemarin. Hadir sejumlah pimpinan dari instansi dari BI, Perhutani, BKSDA Wil III Jember, pimpinan SKPD serta sejumlah pelaku pariwisata di Bondowoso. Sekda Hidayat mengungkapkan, banyak potensi wisata yang memang masih belum dipromosikan secara maksimal di Bondowoso.
Padahal dari sisi keindahan, objek- objek itu tak kalah dengan tempat-tempat lain bahkan justru lebih bagus. Misalnya saja arung jeram Bosamba yang berada di Taman Krocok. Dia sempat menjajal Arung Jeram di Bali yang sudah cukup ternama. “Ternyata jauh lebih bagus di Bosamba ini,” ungkapnya.
Untuk itulah, kota dia, objek-objek seperti tentu harus terus mendapatkan sentuhan. Bahkan di meminta jajaran SKPD Bondowoso untuk bisa menjajal secara langsung arung jeram Bosamba Selain itu, kata dia, sejumlah destinasi lain di sekitar Kawah Ijen juga memiliki potensi yang sangat bagus untuk terus dikembangkan.
Salah satunya adalah Kawah Wurung yang terletak di dusun Curah Macan, Kalinyar, Sempol. Apalagi setelah dilakukan ujicoba beberapa kali di tempat ini, ternyata dinyatakan cukup layak untuk pengembangan olahraga dirgantara seperti paralayang dan gantole yang akan menjadi daya tarik tersendiri. Seperti diketahui, sekitar satu bulan terakhir ini, ujicoba paralayang intensif dilakukan oleh sejumlah atlet Jatim di Kawah Wurung.
Mereka sudah mencoba take off dari berbagai titik di Kawah Wurung. Termasuk dari Kawah Cincin yang merupakan titik tertinggi di Kawah Wurung. Dengan potensi seperti itulah, tambah Hidayat, maka tempat ini memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan sebagai destinasi andalan di Bondowoso. Dia meminta kepada instansi terkait untuk terus mendorong agar pengembangan paralayang ini mendapatkan suport yang kuat.
Karena lokasinya yang berada di kawasan Perhutani, kata dia, maka tentu harus ada kesepahaman dengan pemangku kawasan untuk membuat suatu rumusan bersama bagaimana pengelolaan akan dilakukan. Sementara itu, Sunandar Trigunajasa, kepala BKSDA Wilayah III Jember selaku pemangku kawasan Ijen mengungkapkan, Bondowoso menjadi daerah yang sangat strategis untuk terus mengembangkan pariwisatanya.
Apalagi jika melihat alur kunjungan ke Kawah Ijen, jalur Bondowoso masih menjadi jalur terbesar yang dilewati wisatawan menuju Ijen. “Perbandingannya 60 banding 40 persen dibanding yang melalui jalur Banyuwangi,” ungkapnya. Menurutnya, jika pengunjung datang dari arah Jogja atau Bromo, maka dipastikan akan melewati Bondowoso.
Kondisi itulah yang harus ditangkap sehingga pengunjung bisa lebih lama tinggal di Bondowoso. Berbagai terobosan juga sudah dilakukan pemerintah daerah untuk membuat turis lebih lama tinggal. Misalnya dengan adanya konsep city tour yang mengeksplorasi wisata sejarah, kuliner dan handycraft di wilayah perkotaan. Dengan menaiki delman atau bendi wisata, pengunjung diajak ke berbagai bangunan tua, kuliner dan peninggalan sejarah lain di wilayah perkotaan. (esb/wah)
Sumber  : Radar Jember
Tanggal  : 13 Pebruari 2015

]]>
Konservasi Hutan Untuk Kesejahteraan https://stg.eppid.perhutani.id/konservasi-hutan-untuk-kesejahteraan/ Sun, 18 Jan 2015 04:18:33 +0000 http://perhutani.co.id/?p=17684 Berangkat dari keprihatinan, Untung Sutrisno bertekad mengubah lahan kritis menjadi lahan hijau dan produktif. Ia berjuang menyelamatkan lingkungan yang sudah rusak akibat penjarahan masyarakat. Tugas Untung bukan hanya itu, melainkan sekaligus menggugah kesadaran masyarakat untuk bersahabat dengan alam.
Di awal perjuangan, Untung merelakan sepertiga dari gajinya untuk membiayai kegiatan ini. Sepuluh tahun berjalan, perjuangan Untung membuahkan hasil yang manis. Ia berhasil mengurangi lahan kritis di Bondowoso dari sekitar 54.000 hektar menjadi 12.000 hektare.Bagaimana kisah selengkapnya? Berikut kutipan wawancara KORAN SINDO dengan peraih penghargaan MNCTV Pahlawan untuk Indonesia 2014 kategori Bidang Lingkungan ini saat dijumpai di kawasan Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Apa yang membuat Anda tergugah untuk melestarikan lingkungan hingga rela menyisihkan sepertiga gaji?
Semua ini berangkat dari kegalauan dan perenungan atas berbagai peristiwa yang terjadi. Pada 2000, pohon seenaknya ditebang sehingga menyebabkan lahan di Bondowoso hancur. Era reformasi menjadi masa dilema karena masyarakat merasa hutan menjadi milik mereka. Oleh karena itu, mereka merasa bisa menjarah hutan semenamena.
Penjarahan ini mengakibatkan hutan menjadi rusak. Terlebih, pada 2005 terjadi longsor dan banjir di Bondowoso yang menghancurkan Kota Situbondo. Artinya, lahan di Bondowoso itu kritis karena minim lahan resapan dan gundulnya hutan. Dari banyak mendengar, saya menjadi peduli dan berkomitmen untuk pelestarian lingkungan. Hal yang terpikirkan oleh saya yaitu melakukan penghijauan dan antisipasi ketersediaan air. Untuk mengatasi dua persoalan ini, saya mulai menanam bibit pohon. Pada 2005 saya mulai bergerak. Meski tidak punya latar belakang perkebunan, bagi saya hal tersebut bukan kendala. Saya yakin bahwa semua ilmu bisa dipelajari asal ada kemauan dan kesungguhan. Maka, saya pun belajar secara autodidak. Sejak saat itu saya menyisihkan sepertiga gaji untuk membeli bibit. Saya pun mulai mengedukasi masyarakat, kalangan pondok pesantren, dan masyarakat pinggir hutan mengenai penghijauan.
Sejak kapan Anda terpikirkan untuk berkontribusi lewat perkebunan?
Saya pensiun sebagai PNS pada 2008, namun sejak 2004 sudah mulai memikirkan apa yang bisa dilakukan seusai pensiun. Berdasarkan kebutuhan masyarakat dan alam, saya memutuskan untuk menjadi petani kebun. Maka pada 2006, saya mendirikan LSM bernama Lembaga Pemberdayaan dan Pengembangan Sosial Masyarakat (LP2SM) yang beranggotakan 25 orang. Anggotanya terdiri dari masyarakat pinggiran hutan dan pemimpin pondok pesantren yang tersebar di Bondowoso. Kami bertekad menanami lahan kritis sehingga menjadi lahan hijau dan produktif. Melalui lembaga ini, kami secara sukarela melakukan pendampingan terhadap masyarakat pinggir hutan terkait penghijauan hutan gundul dan edukasi lingkungan. Kami juga mencoba mengubah mindset masyarakat agar beralih ke budi daya tanaman produktif. Saat ini sudah tersebar kelompok peduli lingkungan di 23 kecamatan di Bondowoso. Saat melakukan penanaman kembali, kami bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Di antara 23 kecamatan tersebut, LMDH sudah ada di 18 kecamatan.
Mengapa Anda menganjurkan masyarakat melakukan pendampingan agar menanam pohon produktif seperti buahbuahan?
Hal ini dimaksudkan agar pohon yang telah ditanam tidak ditebang oleh masyarakat. Jika mereka diberikan bibit pohon kayu seperti sengon, mahoni, atau jabon, maka saat pohon tersebut besar, ada kemungkinan akan ditebang untuk dijual. Oleh karenanya, kami memberikan masyarakat bibit tanaman produktif seperti buahbuahan. Dengan begitu, saat bibit tersebut tumbuh menjadi pohon besar dan berbuah, masyarakat hanya akan memanen buahnya. Sementara pohonnya tetap berdiri kokoh karena tujuan kami mengubah lahan kritis menjadi produktif. Meski begitu, saya tidak melarang masyarakat menanami lahannya dengan bibit pohon kayu yang bisa dijual. Hal terpenting adalah penghijauan guna mengubah lahan kritis menjadi produktif. Tujuan dari penanaman beraneka jenis bibit supaya bisa menjaga kesinambungan kawasan tebang dan kawasan hijau.
Apa kendala Anda saat memulai semua ini?
Banyak. Saya tidak punya lahan atau modal yang banyak. Satu-satunya yang saya punya hanya keinginan mengubah lahan tandus menjadi lahan hijau. Untuk mencapai keinginan tersebut, saya menjual tabungan berupa delapan ekor sapi untuk dibelikan lahan seluas dua hektar. Penjualan satu ekor sapi lain dibelikan kendaraan pick up untuk mengangkut bibit. Sulitnya mendapatkan bibit mengharuskan saya membeli ke kota tetangga. Jumlahnya masih sangat sedikit. Sebagian bibit ini ada yang langsung saya tanam, ada juga yang dikirim ke berbagai pondok pesantren dan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar mereka pun mulai menanam.
Apakah sekarang Anda masih kesulitan mendapatkan bibit?
Perlahan mulai banyak lembaga yang menyumbang bibit pohon kepada masyarakat. Seperti Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bondowoso dan Balai Pengelolaan (BP) Daerah Aliran Sungai (DAS) Bondowoso yang juga menyumbang banyak bibit pohon kepada masyarakat luas. Kami pun turut mendistribusikan bantuan bibit pohon dari Dishutbun dan BP DAS tersebut.
Terkait antisipasi ketersediaan air bersih, bagaimana cara Anda menanggulanginya?
Saya bersama pemimpin pondok pesantren di Wringin, Bondowoso, membuat pipanisasi sepanjang 3,5 kilometer. Melalui pipa ini, kami menyalurkan air dari sumber mata air ke rumahrumah masyarakat. Air tersebut berasal dari kawasan hutan yang sebelumnya gersang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merawat lingkungan di sumbersumber mata air. Sekarang, masyarakat Wringin sudah bisa menikmati air bersih.
Apa yang membuat Anda yakin terus melakukan ini?
Saya mengikuti kata hati. Sebelum semua terlalu terlambat, kita harus bisa mengubah sikap dan perilaku terhadap alam. Jika kita merusak hutan, sama saja mengancam keberlangsungan makhluk hidup, termasuk kita sendiri. Misalnya saja air, jika tidak dijaga, maka air akan menjadi barang yang langka. Kita harus cepat bertindak agar terhindar dari berbagai bencana. Sudah sepatutnya kita memelihara dan mencintai lingkungan. Dengan menanam pohon, kesejahteraan masyarakat meningkat, terhindar dari bencana, sekaligus menjaga fungsi hutan terhadap kebutuhan makhluk hidup. Kebaikan yang kita tanam akan berbalik kepada kita.
Bukankah sulit untuk mengubah perilaku masyarakat?
Ya, bahkan saya sempat dikatakan orang gila. Mereka menganggap apa yang saya lakukan sia-sia. Masyarakat juga banyak yang enggan menanam, tapi setelah terbukti bisa meningkatkan kesejahteraan, mereka justru berebut untuk menanam. Hal ini karena mereka sudah merasakan sendiri manfaatnya. Untuk mengajak masyarakat menanam, saya melibatkan para kyai dari pesantren. Hal ini karena kyai merupakan tokoh agama yang strategis. Saya bersama masyarakat dan kalangan pesantren bekerja sama untuk memastikan bahwa bibit tersebut betul-betul ditanam.
Seberapa efektif penanaman pohon ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
Setelah pensiun, saya menikahkan dan menyekolahkan anak hingga jenjang strata 2 dari uang pohon. Matematikanya, satu hektar tanah dengan jarak dua meter bisa menampung 2.000-2.500 pohon kayu. Dalam lima tahun, 2.000 pohon tersebut bisa menghasilkan Rp200 juta. Jika penebangan ditunda sampai tujuh tahun, maka bisa mencapai Rp300 juta. Itu jika memakai tanah masyarakat. Jika memakai tanah pemerintah, ada kesepakatan kerja sama dengan Perhutani, biasanya 40% Perhutani, 50% penanam, dan 10% ke LMDH. Sementara untuk pohon tanaman produktif, hasilnya bisa dipanen untuk dijual. Dengan begitu, ada keseimbangan antara ekologi dan ekonomi sehingga hidup kami sejahtera dan berkelanjutan untuk generasi selanjutnya.
Selama rentang 10 tahun upaya Anda melestarikan lingkungan, pencapaian apa saja yang sudah terasa hingga saat ini?
Pada 2005, lahan kritis yang ada di Bondowoso mencapai 54.000 hektar. Saat ini lahan kritis yang tersisa sekitar 12.000 hektare. Kini Bondowoso juga sudah tidak mengalami siklus banjir dua tahunan. Bondowoso pun dinobatkan menjadi situs terbaik se- Jawa Timur pada 2014. Kebutuhan air bersih 15.000 warga di lima desa kini bisa terpenuhi. Dari sisi perekonomian, masyarakat kini menjadi lebih sejahtera. Pencapaian ini bukan karena diri saya sendiri. Melainkan banyak pihak yang turut aktif, berkomitmen, dan bersinergi untuk melakukan penghijauan.
ema malini
Sumber  : Koran Sindo
Tanggal  : 18 Januari 2015

]]>
Peringati Hari Ibu, Menanam Bersama Stakeholder https://stg.eppid.perhutani.id/peringati-hari-ibu-menanam-bersama-stakeholder/ Tue, 23 Dec 2014 10:23:03 +0000 http://perhutani.co.id/?p=16856 2014-12-23-Bd0-Ibu Menanam2

Dok.Kom-PHT/Bdo #2014

BONDOWOSO, PERHUTANI (23/12) | Perhutani Bondowoso bersama stakeholder menggelar Aksi Menanam Pohon dalam rangka memperingati Hari Ibu ke-86 di Petak 72 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mlandingan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Panarukan, pagi kemarin. Rabu.

Sebanyak 2.000 pohon terdiri dari bibit angsana, mahoni, kesambi dan sonokeling bersama-sama ditanam oleh anggota kepolisian, koramil, ibu-ibu Dharma Wanita, Muspika dan aparat desa setempat serta segenap karyawan Perhutani.

Selain itu, kegiatan penanaman pohon juga diramaikan dengan kehadiran adik-adik Pramuka yang tergabung dalam Saka Wanabakti binaan Perhutani Bondowoso.

Keterlibatan generasi muda dalam acara ini tidak lain sebagai wujud wahana edukasi cinta lingkungan sejak usia dini.
Acara yang juga merupakan rangkaian Hari Menanam Pohon Indonesia serta Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon mengusung tema “Lestari Hutanku, Hijau Bumiku”.

Pemilihan lokasi jatuh di kawasan hutan Arak-Arak karena mengingat kawasan yang mengelilingi jalan raya jurusan Situbondo-Bondowoso sangat terjal dan rentan bencana tanah longsor. Selain itu, diharapkan kawasan ini menjadi hijau dan mampu membentuk sumber mata air baru.

Administratur Perhutani Bondowoso, Damanhuri mengatakan bahwa kegiatan penananam pohon untuk tingkat kabupaten Bondowoso sudah dilaksanakan lebih awal yaitu pada tanggal 10 Desember 2014 bertempat di kawasan sekitar PG (Pabrik Gula) Prajekan Bondowoso.

Sedangkan untuk internal Perhutani, diundurnya peringatan Hari Menanam Pohon, mempertimbangkan inisiatif dari ibu-ibu Dharma Wanita yang juga ingin melakukan penghijauan di Hari Ibu.

“Jadinya Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2014 kita gabung dengan rangkaian peringatan Hari Ibu,” ungkapnya

”Tahun 2014 ini Perhutani Bondowoso menanam 888,05 Ha dengan jumlah pohon sekitar 1.363.863 pohon. (Humas/Bdo/Veni)

Editor : Dadang K Rizal

@copyright 2014

]]>