budidaya ikan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 08 Nov 2016 05:47:19 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png budidaya ikan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 IKAN NASIONAL: Pola Pemeliharaan Sylvofishery Diyakini Dapat Dongkrak Produksi https://stg.eppid.perhutani.id/pola-pemeliharaan-sylvofishery-diyakini-dapat-dongkrak-produksi/ Tue, 08 Nov 2016 05:47:19 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41945 fisheri3-300x225INDUSTRI.BISNIS.COM (8/11/2016) | Integrasi hutan mangrove dan budidaya ikan atau sylvofishery diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan produksi ikan nasional. Pola pemeliharaan ini pun sejalan dengan kebijakan pemerintah yang ingin meningkatkan konsumsi ikan per kapita.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna saat melakukan kunjungan kerja ke sylvofishery Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Kehutanan (KPH), sekaligus pengurus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) pad aakhir pekan lalu.
Denaldy mengatakan konsumsi ikan per kapita di pulau Jawa masih di bawah konsumsi nasional sehingga perlu ada upaya meningkatkan produksi ikan. Dia menyebut pemerintah berharap budidaya tambak rakyat bisa menjadi andalan peningkatan percepatan pembangunan industri perikanan nasional.
“Perhutani berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budidaya ikan pola sylvofishery seperti sekarang ini dan Kementerian KP bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan daratnnya,” ungkap Denaldy melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis.
Denaldy menjelaskan sesuai Inpres nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah yang diupayakan pemerintah meningkatkan produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan.
Untuk itu, dia berkomitmen Perhutani akan optimalkan pengelolaan hutan mangrove mengingat sylvofishery sangat potensial dalam meningkatkan produksi ikan nasional.
Perwakilan LMDH Sarjono mengatakan, pengelolaan optimal hutan mangrove dan implementasi sylvofishery diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka, misalnya dengan menjadikannya sebagai kawasan wisata.
“Kawasan mangrove di wilayah tersebut berstatus hutan lindung, sehingga yang bisa diusahakan untuk sylvofishery hanya sebagian saja dan sebagian besar harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” ungkap Sarjono.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani yaitu sekitar 43.000 hektare. Sebagian ada di KPH Purwakarta yaitu 15.897,21 ha, dengan pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Masyarakat LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dengan produksi rata-rata 2 ton/ha/tahun selain mendapat udang alam 0,5 kg/ha/hari.
 
Tanggal : 8 November 2016
Sumber : industri.bisnis.com

]]>
Perhutani Janjikan Peningkatan Produksi Ikan Nasional dengan Optimalisasi Mangrove https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-janjikan-peningkatan-produksi-ikan-nasional-optimalisasi-mangrove/ Mon, 07 Nov 2016 08:27:43 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41890 fisheri3-300x225NUSANTARANEWS.CO (7/11/2016) | Dirut Perhutani Denaldy M Mauna menyampaikan bahwa Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional.
Hal tersebut disampaikannya saat melakukan kunjungan ke Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Jawa Barat dengan tujuan mengembangkan pemanfaatan hutan mangrove.
“Kunjungan ini untuk memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove, termasuk budi daya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik, serta fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan,” terangnya dalam siaran persnya, Minggu (6/11)
Dalam hal ini Perum Perhutani bekerja sama dengan 11 kelompok lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) sepakat mengembangkan hutan mangrove di pantai utara dan selatan Jawa untuk dikelola dengan pola “sylvofishery” yaitu kombinasi mangrove dengan budi daya ikan atau lainnya.
11 LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budi daya dan pengolahan hasil perikanan.
Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budi daya perikanan darat. “Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Sementara itu, perwakilan LMDH Wana Sejati, Sarjono, berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja, lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono.
Adapun luas hutan mangrove yang dikelola Perhutani sekitar 43 ribu Ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta wait 15.897,21 Ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 Ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut.
“Produksi rata-rata bisa dua ton per hektar per tahun, kalau ikan mujair bisa 1,5 ton per hektar per tahun sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per hektar per hari,” tambah Sarjono.
 
Tanggal : 7 November 2016
Sumber : nusantaranews.co

]]>
Optimalkan Mangrove Untuk Budi Daya Perikanan https://stg.eppid.perhutani.id/optimalkan-mangrove-budi-daya-perikanan/ Mon, 07 Nov 2016 02:10:23 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41854 fisheri3-300x225INDONESIAOVERSIGHT.COM (6/11/2016) | Perum Perhutani bekerja sama dengan 11 kelompok lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) sepakat mengembangkan hutan mangrove di pantai utara dan selatan Jawa untuk dikelola dengan pola “sylvofishery” yaitu kombinasi mangrove dengan budi daya ikan atau lainnya.
Siaran pers Perhutani di Jakarta, Minggu menyebutkan 11 LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Pengembangan pemanfaatan hutan mangrove tersebut ditandai dengan kunjungan kerja Dirut Perhutani Denaldy M Mauna ke Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Jawa Barat.
Kunjungan itu untuk memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove, termasuk budi daya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik, serta fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan.
“Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional,” ujar Denaldi.
Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budi daya dan pengolahan hasil perikanan.
Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budi daya perikanan darat.
“Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Sarjono, perwakilan LMDH Wana Sejati berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja, lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perhutani sekitar 43 ribu Ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta wait 15.897,21 Ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 Ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan. Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut. Produksi rata-rata bisa dua ton per hektar per tahun, kalau ikan mujair bisa 1,5 ton per hektar per tahun sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per hektar per hari.
 
Tanggal : 6 November 2016
Sumber : indonesiaoversight.com

]]>
Perhutani Optimalkan Mangrove Untuk Budidaya https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-optimalkan-mangrove-budidaya/ Mon, 07 Nov 2016 02:00:54 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41818 fisheri3-300x225KONTAN.CO.ID (6/11/2016) | Perum Perhutani bekerja sama dengan 11 kelompok lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) sepakat mengembangkan hutan mangrove di pantai utara dan selatan Jawa untuk dikelola dengan pola “sylvofishery”. Polal ini merupakan kombinasi mangrove dengan budi daya ikan atau lainnya.
Lewat siaran pers Perhutani, menyebutkan, 11 LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Kunjungan itu untuk memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove, termasuk budi daya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik. Juga fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan.
“Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional,” ujar Denaldi dalam siaran pers, Minggu (11/6).
Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budi daya dan pengolahan hasil perikanan.
Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budi daya perikanan darat.
“Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Sarjono, perwakilan LMDH Wana Sejati berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja. Lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perhutani sekitar 43 ribu ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta 15.897,21 ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 ha yang berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut. Produksi rata-rata bisa dua ton per ha per tahun, kalau ikan mujair bisa 1,5 ton per ha per tahun sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per ha per hari.
 
Tanggal : 6 November 2016
Sumber : kontan.co.id

]]>
Perhutani Optimalkan Mangrove untuk Budi Daya Perikanan https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-optimalkan-mangrove-budi-daya-perikanan/ Mon, 07 Nov 2016 01:30:12 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41801 fisheri3-300x225NETRALNEWS.COM (6/11/2016) | Perum Perhutani bekerja sama dengan 11 kelompok lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) sepakat mengembangkan hutan mangrove di pantai utara dan selatan Jawa untuk dikelola dengan pola “sylvofishery” yaitu kombinasi mangrove dengan budi daya ikan atau lainnya.
Siaran pers Perhutani di Jakarta, Minggu (6/11/2016) menyebutkan 11 LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Pengembangan pemanfaatan hutan mangrove tersebut ditandai dengan kunjungan kerja Dirut Perhutani Denaldy M Mauna ke Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Jawa Barat.
Kunjungan itu untuk memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove, termasuk budi daya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik, serta fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan.
“Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional,” ujar Denaldi.
Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budi daya dan pengolahan hasil perikanan.
Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budi daya perikanan darat.
“Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Sarjono, perwakilan LMDH Wana Sejati berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja, lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perhutani sekitar 43 ribu Ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta wait 15.897,21 Ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 Ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut. Produksi rata-rata bisa dua ton per hektar per tahun, kalau ikan mujair bisa 1,5 ton per hektar per tahun sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per hektar per hari.
 
Tanggal : 6 November 2016
Sumber : netralnews.com

]]>
Dirut Perhutani Ingin Fungsi Hutan Mangrove Optimal https://stg.eppid.perhutani.id/dirut-perhutani-ingin-fungsi-hutan-mangrove-optimal/ Mon, 07 Nov 2016 00:56:09 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41791 berita_324595_800x600_image1RRI.CO.ID (5/11/2016) | Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, Jumat (4/11/2016) melakukan kunjungan kerja ke hutan mangrove Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwokerto, Jawa Barat, untuk memetakan potensi yang dapat dikembangkan.
Menurut Denaldy, pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di Pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional.
Sebagai BUMN, Perhutani yang memiliki hutan mangrove dipinggir pantai utara dan selatan Jawa akan optimalkan pengelolaannya dengan pola sylvofishery yang baik yaitu kombinasi mangrove dengan budidaya ikan atau lainnya.
“Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan hasil perikanan. Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budidaya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan daratnnya. Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional nantinya,” terang Denaldy.
Kepada orang nomor satu Perhutani tersebut, perwakilan sebelas Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang bertemu Denaldy di lapangan, berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini berstatus hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja, lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono, perwakilan LMDH Wana Sejati.
Adapun kesebelas LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani ± 43 ribu Ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta yaitu 15.897,21 Ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 Ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam wadah LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut. Produksi rata-rata bisa dua ton per hektar pertahun, kalau ditanam ikan mujair bisa 0,5 ton per hektar per hari.
Kunjungan kerja Denaldy bertujuan memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove termasuk budidaya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik, serta fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan.
 
Tanggal : 5 November 2016
Sumber : rri.co.id

]]>