Coban Talun – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 08 Aug 2017 04:01:04 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Coban Talun – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Berkembang Pesat Setelah Lawan ‘Ular Raksasa’ https://stg.eppid.perhutani.id/berkembang-pesat-setelah-lawan-ular-raksasa/ Tue, 08 Aug 2017 04:01:04 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48777 RADARMALANG.ID (7/8/2017) | Perkembangan pesat di Coban Talun, Dusun Wonorejo, Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, ini tidak terlepas dari peran Samsul Huda. Dialah pembabat alas sebelum wanawisata ini menjadi jujukan masyarakat.

Samsul Huda, koordinator wisata Coban Talun, ini merupakan petugas Perhutani ketika tempat wisata tersebut kali pertama dibuka, yakni sekitar tahun 1990-an. Samsul masih ingat betul, suatu ketika ada rombongan mahasiswa asal Kota Malang yang ingin datang dan berkemah di Coban Talun.

Ketika itu Samsul sering diingatkan oleh warga kalau di tempat tersebut sering ada ular raksasa. Meski sudah diingatkan, para mahasiswa tersebut rupanya tetap nekat. Jadi, mau tidak mau Samsul melakukan pengawalan. ”Hingga nginap di sana dengan berkemah,” katanya mengenang kejadian itu.

Selama beberapa hari bermalam di sana, dia berkeliling di lokasi. Dia mencari ada atau tidaknya ular raksasa yang dimitoskan oleh warga sekitar. ”Ternyata saya tidak menemukan ularnya. Di lokasi tersebut aman-aman saja,” tutur ayah dua anak ini.

Sejak saat itulah, banyak mahasiswa berdatangan ke sana untuk menginap. Mereka diajak oleh teman yang sebelumnya sudah pernah mendirikan tenda di sana.

”Terus saya dipindahtugaskan (sekitar tahun 1992). Setelah itu, saya tidak mengetahui lagi bagaimana perkembangan di sana,” tutur pria kelahiran 31 Maret 1967 ini.

Rupanya, Coban Talun ini memang ditakdirkan berjodoh dengan Samsul. Sebab, pada 2015 lalu, dia kembali ditugaskan di sana. Sejak saat itulah dia secara perlahan-lahan serius mempersiapkan Coban Talun sebagai tempat wisata. ”Rencana saya itu juga didukung pimpinan Perhutani Malang,” jelasnya.

Saat itu, Samsul mulai menambah spot-spot baru sebagai tempat selfie. Misalnya menambah bunga matahari raksasa, rumah Apache, rumah pagupon mini, dan lain-lainnya. ”Banyak disenangi pengunjung karena cocok untuk tempat selfie,” pungkasnya.

Sumber : radarmalang.id

Tanggal 7 Agustus 2017

]]>
Ayunan Warna-Warni Coban Talun Siap Manjakan Wisatawan https://stg.eppid.perhutani.id/ayunan-warna-warni-coban-talun-siap-manjakan-wisatawan/ Wed, 28 Jun 2017 02:59:13 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47914 MALANGVOICE.COM (27/6/2017) | Menyambut kunjungan wisata libur Lebaran atau Idul Fitri 1438 Hijriyah, beberapa tempat wisata telah siap 100 persen. Wana Wisata Coban Talun Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji ini misalnya.

Pengelola wisata yang dinaungi KPH Perhutani Malang ini menambah wahana baru, yakni wahana 1.000 Ayunan dan Goa Jepang.

Wahana 1.000 Ayunan berada tak jauh dari lokasi air terjun atau Coban Talun. Sesuai namanya, pengelola memasang ayunan. Jumlahnya memang belum sampai 1.000. Namun, dari penampilannya, cukup memanjakan bagi pecinta foto. Sebab, selain menyuguhkan pemandangan pepohonan pinus, warna-warni ayunannya sangat menarik perhatian. ”Ayunan ini sebelummya sudah ada tapi tidak terawat. Sekarang kami perbaiki dengan konsep baru,” kata Koordinator Wisata Coban Talun, Samsul Huda.

Tiket masuk, lanjut Samsul, dipatok Rp 5.000 per pengunjung. Wahana ini diakuinya sudah dibuka seminggu sebelum libur lebaran. Tercatat sudah ada 300 pengunjung yang mencoba wahana baru tersebut. ”Saat hari libur jumlahnya (kunjungan) terus meningkat,” urainya.

Samsul menambahkan, untuk wahana Goa Jepang, pengunjung harus menempuh perjalanan sejauh 500 meter. Namun, tidak perlu khawatir, karena pihaknya sudah memperbaiki akses jalan. Sepanjang perjalanan, pengunjung akan disuguhkan hamparan hijau persawahan yang indah.

”Goa ini sudah ada dan diketahui warga sekitar. Sesuai namanya, di zaman peperangan, goa ini kabarnya dimanfaatkan tentara Jepang untuk bersembunyi,” pungkasnya.

Sumber : malangvoice.com

Tanggal : 27 Juni 2017

]]>
Yuk Menginap di Kampung Indian Coban Talun Kota Batu https://stg.eppid.perhutani.id/yuk-menginap-di-kampung-indian-coban-talun-kota-batu/ Wed, 24 May 2017 02:04:33 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47131 JAWAPOS.COM (23/5/2017) | Kampung Apache yang terletak tak jauh dari areal bumi perkemahan Coban Talun, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji Kota Batu makin menjadi magnit tesendiri bagi para wisatawan. Terutama bagi mereka yang ingin sensasi tidur dalam sebuah tenda mirip rumah tinggal milik suku Indian Amerika.

Ada 20 tenda mirip dengan rumah tinggal suku Indian, berdiri di sela-sela rimbunnya pepohonan pinus cemara. Setiap tenda berukuran 4×4 meter itu sudah ada tempat tidur untuk dua orang, televisi, meja dan kursi serta lampu penerangan. Selain itu ada kamar mandi pribadi dihubungkan dengan pintu dengan tenda Indian.

Untuk menginap semalam dikenakan Rp 500 ribu per tenda. Harga itu sudah termasuk makan malam dan sarapan pagi untuk dua orang. Lumayan bagi pasangan muda yang sedang honeymoon ataupun bagi keluarga dengan dua anak. Karena satu tenda itu bisa menampung empat orang.

Bila tidak ingin bermalam, pengunjung bisa bersantai sejenak di café yang cukup representative sambil menikmati suasana teduhnya pohon pinus cemara dan sejuknya udara. Pengunjung bisa juga selfie di tempat itu, karena ada sejumlah tempat selfie yang disiapkan.

Lokasi wisata yang milik KPH Perhutani Malang ini hampir setahun berdiri. Untuk mencapainya juga tidak terlalu sulit. Bisa ditempuh dalam waktu 25 menit dari pusat Kota Batu.

Kepala Urusan Humas KPH Perhutani Malang, Gatot Sulis Wardoyo mengatakan, Perhutani terus mengembangkan wisata rumah tinggal suku Indian kedepannya. Beberapa spot selfie akan dibangun. ‘’Karena respon wisatawan cukup positif, maka aka nada penambahan spot yang membuat krasan pengunjung. Termasuk penambahan spot selfie,’’ jelasnya.

Menurut Gatot, selama ini setiap minggunya rata-rata ada 30 tamu yang menginap di rumah tinggal suku Indian itu. Namun tamu yang tidak menginap sehari bisa mencapai 40 pengunjung. ‘’Kalau hari weekend dan hari minggu jumlah pengunjung bisa tiga kali lipat,’’ jelasnya.

Sebenarnya selain rumah tinggal suku Indian, di area wisata Coban talun juga ada rumah bakupon atau Bakupon Camp. Bakupon camp ini dibangun setelah rumah tinggal suku Indian selesai pada Juni tahun 2016.

Bentuknya mirip rumah burung dara tradisional. Untuk menginap, tamu dikenakan Rp 500 ribu per malamnya. Lokasinya memang berbeda. Rumah Bakupon ini berada jauh di depan tak jauh dari lokasi perkemahan. Menariknya untuk di Lokasi Rumah Bakupon, pengunjung bisa membuat api unggun. Setidaknya untuk mengurangi dinginnya malam di Coban Talun. Selain itu di lokasi Bakupon camp ini juga ada fasilitas untuk outbond dan playground.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 23 Mei 2017

]]>
Hutan Coban Talun Jadi Objek Wisata https://stg.eppid.perhutani.id/hutan-coban-talun-jadi-objek-wisata/ Mon, 05 Jan 2015 09:50:23 +0000 http://perhutani.co.id/?p=17237 KOTA BATU — Wisata alam berbasis kawasan hutan yang digagas Wali Kota Batu Eddy Rumpoko di areal hutan Coban Talun, bukan lagi sekadar wacana. Gagasan wisata alam di dalam kawasan hutan yang terletak di Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini mulai direalisasi.
Itu ditandai dengan MoU (memorandum of understanding) atau penandatanganan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) antara Pemkot Batu dengan Perum Perhutani KPH Malang di kawasan Coban Talun, siang kemarin. Penandatanganan itu bersamaan dengan pelaksanaan Cross Country Bareng Sam ER hasil kerja sama antara Jawa Pos Radar Batu, Dinas Pertanian dan Kehutanan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkot Batu, serta Perum Perhutani KPH Malang.
Pengelolannya nanti adalah LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Coban Talun Desa Tulungrejo. Luas lahan yang dipersiapkan sekitar 2 hektare. “Jadi LMDH bukan sebagai objek, tapi sebagai subjek atau pelaku pengelola hutan sekaligus wisata alam di hutan coban talun,” kata Arief Her lambang, Administratur Perum Perhutani KPH Malang, usai tekan MoU pengelolaan hutan Coban Talun, siang kemarin.
Dia mengatakan, lahan yang dipersiapkan untuk pengelolaan wisata alam itu hanya sebagian kecil saja. Secara keseluruhan, kawasan Coban Talun yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Malang seluas 50 hek tare dari total lahan hutan di coban talun yang seluas 150 hektare. Sisanya, seluas 100 hektare dikelola Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Perum Perhutani Unit II Jatim. Dalam kerja sama itu, terdapat empat hal yang dikerjasamakan.
Antara lain, Agroforestry yakni budi daya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Agroforestry dikenal juga dengan istilah “Wanatani” yaitu gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian. Kemudian, silfo pasture atau kegiatan kombinasi antara kehutanan dan peternakan. Dalam pengelolaan nantinya ada peternakan seperti kambing, rusa, dan kelinci.
Selanjutnya adalah eco wisata, atau wisata alam yang mem anfaatkan potensi yang ada di kawasan hutan. “Ke depan, pe ngelolaan hutan ini juga bisa me nyum bang PAD (pendapatan asli daerah), karena ada pajak yang disetor ke pemerintah,” kata dia. Rencananya, di wisata alam kawasan hutan Coban Talun ini bakal dilengkapi dengan camping ground, kawasan outbound, jalur offroad, hingga motorcross.
Sementara itu, Wali Kota Batu Eddy Rumpoko mengatakan, MoU yang dilakukan untuk lebih menyejahterakan masyarakat. Karena potensi hutan itulah yang ada di sekitar masyarakat dan tidak bisa ditemui di tempat lainnya. Kerja sama itu juga diharapkan dapat membantu pelestarian hutan. “LMDH tidak sendirian menjaga hutan, semua pihak harus terlibat untuk menjaga hutan,” kata dia. Dia juga menyatakan untuk merealisasi pengelolaan hutan dengan melibatkan masyarakat itu telah dipersiapkan dana khusus. (asa/c2/yak)
Sumber  : Radar Malang
Tanggal  : 5 Januari 2015

]]>