ecopark – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Thu, 10 Aug 2017 01:33:17 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png ecopark – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Laba Tumbuh 236% di Q2, Perhutani Siapkan World Class Ecopark https://stg.eppid.perhutani.id/laba-tumbuh-236-di-q2-perhutani-siapkan-world-class-ecopark/ Thu, 10 Aug 2017 01:33:17 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48818 MARKETEERS.COM (9/8/2017) | Perusahaan milik negara yang bergerak di sektor kehutanan, Perum Perhutani, berhasil mencatatkan kinerja yang bagus di kuartal kedua tahun ini. Pada periode ini, laba Perhutani berhasil tumbuh 236% bila dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Angkanya melesat dari posisi rugi (-) Rp 383,89 miliar menjadi untung Rp 316,23 miliar.

“Kinerja keuangan yang positif sampai dengan Q2 2017 tersebut karena upaya transformasi bisnis yang dilakukan, ditopang dengan penurunan biaya pokok penjualan dan biaya usaha. Meskipun dari sisi pendapatan juga belum sesuai harapan karena lesunya pasar dunia untuk produk kayu dan gondorukem sebagai andalan bagi Perhutani,” kata Denaldy M Mauna, Direktur Utama Perum Perhutani.

Ia menambahkan, kondisi perusahaan beberapa tahun terakhir menunjukan kinerja yang terus memburuk dari sisi kinerja keuangan, operasional, serta kualitas sumberdaya hutannya. Data statistik lima tahun terakhir (2010–2015) menggambarkan secara objektif kondisi tersebut dan tahun 2016 merupakan tahun tersulit, yang mengharuskan perusahaan bertransformasi dengan cepat bila ingin tetap exist. “Setelah mengemban mandat di perusahaan ini Agustus tahun lalu, saya pun segera melakukan transformasi,” ungkapnya.

Upaya transformasi yang dilakukan meliputi lima, yaitu Situation Analysis, Management Change, Emergency Actions, Business Restructuring, dan Terus mendorong tercapainya kondisi Normal to Growth fokus pada empat aspek utama finance, operation, organization dan culture/people.

Saat ini, Perhutani memasuki tahap ke empat transformasi yaitu restrukturisasi bisnis. Langkah ini dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu revitalisasi existing business dan new business development. Untuk existing business yang dipertahankan akan dilakukan rebranding ecotourism, sedangkan bisnis yang tidak menguntungkan dikaji ulang, seperti usaha air minum dalam kemasan dan industri kayu.

Perhutani menyiapkan bisnis biomass karena prospek energi terbarukan ini sangat menjanjikan dan ramah lingkungan. Peluang kebutuhan energi terbarukan menggunakan wood pellet di dunia pertumbuhannya sebesar 2,7 juta ton per tahun (2010-2025).

Kebutuhan akan biomass tersebut memungkinkan Perhutani Group mengembangkan tanaman biomass seluas 200 ribu Ha yang akan menghasilkan 3,2 juta MT woodchips. Nilai woodchips ini bisa untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik pertahun atau 1,6 juta MT wood pellet. Artinya, energi biomass dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp 2 triliun per tahun. Kerjasama dengan investor Korea mulai dilakukan Perhutani untuk bisnis biomass ini dengan MoU untuk pengembangan 20.000 Ha beberapa waktu yang lalu.

Belajar dari pengalaman pengelolaan kehutanan di Swedia dan Finlandia, Perhutani akan segera mengembangkan world class ecopark bekerjasama dengan investor dari Amerika Serikat. Perhutani pun telah menandatangani kesepakatan bersama (memorandum of understanding) tiga pihak antara Perum Perhutani dengan BUMN Pengembang Destinasi Pariwisata Indonesia dan perusahaan pengembang property multinasional Amerika Serikat yang memiliki pengalaman membangun theme park. Kerjasama tersebut untuk rencana mengembangkan wisata di kawasan Bogor seluas 600 ha dengan investari minimal US$ 1 miliar.

Saat ini, Perum Perhutani mengelola 236 lokasi wisata alam di dalam kawasan hutan. Beberapa di antaranya tengah dilakukan rebranding produk, pelayanan dan pengelolaannya untuk meningkatkan kualitas sesuai standar usaha wisata dunia.

Sumber : marketeers.com

Tanggal : 9 Agustus 2017

]]> Mencari Alternatif Hijau https://stg.eppid.perhutani.id/mencari-alternatif-hijau/ Wed, 07 Jun 2017 01:48:32 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47461 BISNIS INDONESIA (7/6/2017) | Berkurangnya kinerja penjualan kayu jati yang merupakan salah satu bisnis utamanya, mendorong Perum Perhutani melirik bisnis pariwisata.

Perum Perhutani kini tengah mempertimbangkan sejumlah investor yang tertarik untuk mengembangkan kawasan wisata ecopark, di lahan seluas 600 ha dari 9.000 ha milik Perhutani di Sentul, Jawa Barat. Diharapkan pada 2018, pemasangan tiang pancang pembangunan sudah bisa dilakukan.

Dalam masterplan yang disiapkan sejak empat tahun lalu, kebutuhan investasi untuk proyek besar ini mencapai Rp5 triliun. Ada tiga perusahaan asing berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan China, dan empat perusahaan lokal salah satunya perusahaan properti, yang telah menyampaikan niat untuk bekerja sama.

Denaldy mengakui Perhutani mulai menggenjot pariwisata hutan agar dapat menopang pendapatan perusahaan, setelah penjualan kayu jati sang menjadi salah satu bisnis utama terus menurun seiring munculnya pesaing dari Brazil dan Vietnam dan mainnya permintaan global.

“Kalau melihat tren dalam 5 tahun terakhir, ada penurunan permintaan kayu jati 10%-15%. Apalagi Brazil dan Vietnam yang dulu bukan pemain, kini menjadi pesaing utama. Mereka bisa memberikan harga yang murah dengan kualitas beda tipis,” imbuhnya.

Laporan keuangan perusahaan menunjukkan sampai akhir Maret 2016, Perhutani mengalami kerugian Rp321 miliar, ditambah masih banyak kewajiban yang belum terpenuhi seperti kewajiban pajak, tambahan dana pensiun, dan peningkatan status karyawan.

Meski kemudian, pada kuartal pertama tahun ini Perhutani mencatat laba Rpl21 miliar atau meningkat 138% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Diakui Denaldy, sektor pariwisata menjadi fokus Perhutani tahun ini, meski kontribusinya baru 2% terhadap pendapatan perusahaan. Dia optimistis rebranding 236 lokasi wisata Perhutani dan pengembangan ecopark dapat memberikan kontribusi 20% selama kurun waktu dua tahun ke depan.

Di negara-negara maju, kontribusi pegembangan pariwisata hutan mencapai 10%-45%. Ecopark berkelas dunia itu mengusung konsep keseimbangan ekosistem alam dan hiburan seperti agroforestry, silvopasture, serta memanfaatkan energi berbasis lingkungan.

Menurut Denaldy, sebagai negara tropis, Indonesia seharusnya memiliki ecopark berkelas dunia. “Kalau memang prospeknya bagus, kita bisa kembangkan lagi lebih dari 600 ha”.

PROSPEKTIF

Ketua Program Studi Pascasarjana Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor Arief Daryanto menilai ecopark yang digagas Perhutani merupakan bisnis hijau yang menjanjikan.

Meski dalam model lain, imbuh Arief, ecopark dapat dibangun dengan tujuan non-profit. “Kalau dikelola dengan profesional, hal ini merupakan prospek bisnis hijau yang menjanjikan. Sentul memiliki potensi untuk itu,” tuturnya.

Dia menambahkan bisnis baru Perhutani ini makin menjanjikan jika dikombinasikan dengan ecotourism dan eco industrial park. Konsep serupa sukses dikembangkan oleh beberapa negara seperti, China, Jepang, Korea.

Di sisi lain, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memberikan sederet catatan atas rencana Perhutani membangun bisnis wisata berbasis ekosistem senilai Rp 5 triliun di Sentul, Jawa Barat Apalagi bisnis wisata berbasis ekosistem seringkali justru mengubah bentang alam dan fungsi hutan itu sendiri.

Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Walhi Wahyu A. Perdana khawatir investasi Rp 5 triliun untuk pengembangan ecopark di wilayah Perhutani justru akan mengubah bentang alam itu sendiri.

Kekhawatiran ini beralasan karena seringkali bisnis wisata berbasis ekosistem justru merusak ekosistem, baik karena faktor kebisingan yang ditimbulkan maupun penggunaan air tanah dalam volume besar.

“Rp 5 triliun itu untuk apa? Apakah akan mengubah bentang alam? Jika iya tentu akan bermasalah dan menjadi catatan sendiri,” tuturnya pada Selasa (6/6).

Maka, penting bagi Perhutani sebagai bagian dari institusi negara, menyampaikan rencana pengembangan ecopark ke publik agar publik dapat ikut mengawal.

Selain itu, Perhutani seharusnya melibatkan masyarakat sejak awal perencanaan hingga implementasi. Ini sejalan dengan program pemerintah dalam pengelolaan hutan melalui perhutanan sosial. “Kajian lingkungan hidup juga menjadi penting,” imbuhnya.

Dengan segala rencana futuristik-nya, menarik ditunggu bagaimana perkembangan ecopark Perhutani ini selanjutnya.

Sumber: Bisnis Indonesia, hal. 31

Tanggal: 7 Juni 2017

]]>
Potensi Ecopark Menjanjikan https://stg.eppid.perhutani.id/potensi-ecopark-menjanjikan/ Tue, 30 May 2017 02:16:43 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47267 BISNIS INDONESIA (29/5/2017) | Proyek besar ecopark yang digagas Perum Perhutani diprediksi akan menjadi bisnis hijau yang menjanjikan, jika dikombinasikan dengan ecotourism dan eco-industrial park.

Ketua Program Studi Pascasarjana Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor Arief Daryanto menilai ecopark yang digagas Perhutani merupakan bisnis hijau yang menjanjikan.

“Kalau dikelola dengan profesional, hal ini merupakan prospek bisnis hijau yang menjanjikan. Sentul memiliki potensi untuk itu,” tuturnya, Minggu (28/5).

Dia menambahkan bisnis baru Perhutani tersebut makin menjanjikan jika dikombinasikan dengan ecotourism dan ec0-industrial park. Konsep serupa sukses dikembangkan oleh beberapa negara seperti China, Jepang, Korea.

Salah satu contohnya adalah Taiwan yang sukses mengembangkan St-Kitts Eco-Park dengan kebun mawar yang menjadi tempat favorit pernikahan. Di dalam negeri, konsep ecopark juga sukses dikembangkan di Batu, Jawa Timur.

Ecotourism dikenal sebagai wisata ekologi dan wisata berbasis alam, yang didesain untuk melindungi lingkungan atau setidaknya meminimalkan kerusakan di dalamnya.

Di sisi lain, dalam eco-industrial park, industri bekerjasama mengurangi limbah, polusi, dan berbagai sumber daya ecara efisien untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, dengan tujuan peningkatan ekonomi dan kualitas lingkungan.

“Kalau eco-industrial park, pasti lebih banyak pada area komersil”, imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, Perum Perhutani tengah mempertimbangkan sejumlah investor yang tertarik untuk mengembangkan kawasan wisata ecopark di lahan seluas 600 ha dari 9.000 ha milik perusahaan di Sentul, Jawa Barat. Diharapkan pada 2018, pemasangan tiang pancang pembangunan sudah bisa dilakukan.

Dalam masterplan yang disiapkan sejak empat tahun lalu, kebutuhan investasi untuk proyek besar ini senilai Rp5 triliun. Tiga perusahaan asing berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan China, dan empat perusahaan lokal salah satunya perusahaan properti, telah menyampaikan niat untuk kerjasama.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Maulana menyampaikan Perhutani telah mengantongiizin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembangkan kawasan ecopark sejak empat tahun lalu.

Investasi pengembangan masih akan mengandalkan sumber dana dari investor dan perbankan, karena kondisi keuangan Perhutani tidak memungkinkan setelah sempat merugi tahun Lalu.

Diakui Denaldy, sektor pariwisata menjadi fokus Perhutani tahun ini, meski kontribusinya baru 2% terhadap pendapatan perusahaan. Dia optimistis melalui rebranding 236 lokasi wisata Perhutani dan pengembangan ecopark, dapat memberikan kontribusi 20% selama kurun waktu dua tahun ke depan.

Di negara-negara maju, kontribusi pegembangan pariwisata hutan mencapai 10%-45%. Ecopark berkelas dunia itu mengusung konsep keseimbangan ekosistem alam dan hiburan seperti agraforestry, silvopasture, serta memanfaatkan energi berbasis lingkungan.

Menurutnya, sebagai negara tropis, Indonesia seharusnya memiliki ecopark berkelas dunia. “Kalau memang prospeknya bagus, kita bisa kembangkan lagi lebih dari 600 ha,” tuturnya ditemui di kantor Perhutani Jakarta, pekan lalu. (Azizah Nur Alfi)

Sumber: Bisnis Indonesia, hal. 31

Tanggal: 29 Mei 2017

]]>
Sentul Ecopark Berpotensi Jadi Bisnis Hijau Menjanjikan https://stg.eppid.perhutani.id/sentul-ecopark-berpotensi-jadi-bisnis-hijau-menjanjikan/ Mon, 29 May 2017 03:54:24 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47257 BISNIS.COM (28/5/2017) | Proyek besar ecopark seluas 600 ha yang digagas Perhutani diprediksi akan menjadi bisnis hijau yang menjanjikan. Apalagi jika Perhutani mengkombinasikannya dengan ecotourism dan eco industrial park.

Ketua Program Studi Pascasarjana Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor Arief Daryanto menilai ecopark yang digagas Perhutani merupakan bisnis hijau yang menjanjikan. Seperti Taiwan yang sukses mengembangkan St.Kitts Eco-Park dengan rose garden yang menjadi tempat favorit pernikahan. Di dalam negeri, konsep ecopark juga sukses dikembangkan di Batu, Jawa Timur.

Meski dalam model lain, imbuh Arief, ecopark dapat dibangun dengan tujuan non-profit. “Kalau dikelola dengan profesional, hal ini merupakan prospek bisnis hijau yang menjanjikan. Sentul memiliki potensi untuk itu,” tuturnya, Minggu (28/5).

Dia menambahkan bisnis baru Perhutani ini makin menjanjikan jika dikombinasikan dengan ecotourism dan eco industrial park. Konsep serupa sukses dikembangkan oleh beberapa negara seperti, China, Jepang, Korea.

Ecotourism dikenal sebagai wisata ekologi dan wisata berbasis alam, yang didesain untuk melindungi lingkungan atau setidaknya meminimalkan kerusakan di dalamnya. Sementara, dalam eco industrial park, industri bekerjasama mengurangi limbah, polusi, dan berbagai sumber daya ecara efisien untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, dengan tujuan peningkatan ekonomi dan kualitas lingkungan.

“Kalau eco industrial park, pasti lebih banyak pada area komersil,” imbuhnya.

 

Sumber: bisnis.com

Tanggal: 28 Mei 2017

]]>
Perhutani Cari Investor Kembangkan Ecopark https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-cari-investor-kembangkan-ecopark/ Sun, 28 May 2017 10:31:26 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47229 BISNIS.TEMPO.CO (28/5/2017) | Perum Perhutani kini tengah mempertimbangkan sejumlah investor yang tertarik untuk mengembangkan kawasan wisata ecopark di lahan seluas 600 hektare dari 9.000 hektare milik Perhutani di Sentul, Jawa Barat. Diharapkan pada 2018, pemasangan tiang pancang pembangunan sudah bisa dilakukan.

Dalam masterplan yang disiapkan sejak empat tahun lalu, kebutuhan investasi untuk proyek besar ini senilai Rp 5 triliun. Ada tiga perusahaan asing berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan Cina, dan empat perusahaan lokal salah satunya perusahaan properti, telah menyampaikan niat untuk bekerjasama.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Maulana menyampaikan Perhutani telah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembangkan kawasan ecopark sejak empat tahun lalu. Investasi pengembangan masih akan mengandalkan sumber dana dari investor dan perbankan, karena kondisi keuangan Perhutani tidak memungkinkan setelah sempat merugi tahun lalu.

Laporan keuangan perusahaan menunjukkan sampai akhir Maret 2016, Perhutani mengalami kerugian Rp 321 miliar, ditambah masih banyak kewajiban yang belum terpenuhi seperti kewajiban pajak, tambahan dana pensiun, peningkatan status karyawan. Meski kemudian, pada kuartal pertama tahun ini, Perhutani mencatat laba Rp 121 miliar atau meningkat 138 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Diakuinya, sektor pariwisata menjadi fokus Perhutani tahun ini, meski kontribusinya baru 2 persen terhadap pendapatan perusahaan. Denaldy optimis melalui rebranding 236 lokasi wisata Perhutani dan pengembangan ecopark, dapat memberikan kontribusi 20 persen selama kurun waktu dua tahun ke depan.

Di negara-negara maju, kontribusi pegembangan pariwisata hutan mencapai 10-45 persen. Ecopark berkelas dunia itu mengusung konsep keseimbangan ekosistem alam dan hiburan seperti agroforestry, silvopasture, serta memanfaatkan energi berbasis lingkungan.

Sumber : bisnis.tempo.co

Tanggal : 28 Mei 2017

]]>
Kembangkan Ecopark, Perhutani Jajaki Sejumlah Investor https://stg.eppid.perhutani.id/kembangkan-ecopark-perhutani-jajaki-sejumlah-investor/ Sun, 28 May 2017 09:57:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47235 BISNIS.COM (28/5/2017) | Perum Perhutani kini tengah mempertimbangkan sejumlah investor yang tertarik untuk mengembangkan kawasan wisata ecopark di lahan seluas 600 ha dari 9.000 ha milik Perhutani di Sentul, Jawa Barat. Diharapkan pada 2018, pemasangan tiang pancang pembangunan sudah bisa dilakukan.

Dalam masterplan yang disiapkan sejak empat tahun lalu, kebutuhan investasi untuk proyek besar ini senilai Rp5 triliun. Ada tiga perusahaan asing berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan China, dan empat perusahaan lokal salah satunya perusahaan properti, telah menyampaikan niat untuk kerjasama.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Maulana menyampaikan Perhutani telah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengembangkan kawasan ecopark sejak empat tahun lalu. Investasi pengembangan masih akan mengandalkan sumber dana dari investor dan perbankan, karena kondisi keuangan Perhutani tidak memungkinkan setelah sempat merugi tahun lalu.

Laporan keuangan perusahaan menunjukkan sampai akhir Maret 2016, Perhutani mengalami kerugian Rp321 miliar, ditambah masih banyak kewajiban yang belum terpenuhi seperti kewajiban pajak, tambahan dana pensiun, peningkatan status karyawan. Meski kemudian, pada kuartal pertama tahun ini, Perhutani mencatat laba Rp121 miliar atau meningkat 138% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Diakuinya, sektor pariwisata menjadi fokus Perhutani tahun ini, meski kontribusinya baru 2% terhadap pendapatan perusahaan. Dia optimis melalui rebranding 236 lokasi wisata Perhutani dan pengembangan ecopark, dapat memberikan kontribusi 20% selama kurun waktu dua tahun ke depan.

Di negara-negara maju, kontribusi pegembangan pariwisata hutan mencapai 10%-45%. Ecopark berkelas dunia itu mengusung konsep keseimbangan ekosistem alam dan hiburan seperti agroforestry, silvopasture, serta memanfaatkan energi berbasis lingkungan.

Sumber : industri.bisnis.com

Tanggal : 28 Mei 2017

]]>
Perhutani Investasikan Rp 5 Triliun Bangun Sentul Ecopark https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-investasikan-rp-5-triliun-bangun-sentul-ecopark/ Thu, 25 May 2017 01:28:01 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47180 ANTARANEWS.COM (24/5/2017) | Perum Perhutani berencana mengembangkan kawasan ecopark berkelas dunia atau world class ecopark dengan luas 600 hektare di Bukit Sentul, Bogor, Jawa Barat, melalui invetasi bernilai sekitar Rp 5 triliun.

“Kajian pengembangan Ecopark sedang berjalan. Diharapkan pada tahun 2018 ground breaking (pemasangan tiang pancang pembangunan) sudah dilaksanakan,” kata Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna, di Jakarta, Rabu.

Menurut Denaldy, pengembangan Ecopark merupakan bagian dari transformasi bisnis Perhutani dengan memaksimalkan fungsi lahan-lahan milik perusahaan untuk dijadikan sebagai mesin pertumbuhan keuangan perusahaan.

Ia menjelaskan, saat ini setidaknya terdapat tiga perusahaan asing berasal dari Amerika Serikat, Eropa dan China serta empat perusahaan lokal, sudah menyatakan minat untuk ikut mengembangkan ecopark tersebut.

“Perusahaan yang tertarik mengembangkan Sentul Ecopark memiliki latar belakang yang berbeda, ada pengelola theme park, pengembangan lingkungan hidup, properti hingga hiburan,” ujarnya.

Ia menuturkan pengembangan Sentul Ecopark masih dalam tahap pematangan yang masuk dalam Master Plan Tahap II.

“Sentul Ecopark memiliki konsep yang memadukan keseimbangan eksosistem alam, unsur hiburan, ilmu pengetahuan, hutan alam yang dilengkapi dengan properti seperti cottage, hotel, bungalow,” ujarnya.

Sentul Ecopark juga mengembangkan infrastruktur yang menggunakan energi berbasis lingkungan.

“Kita akan membangun pembangkit khusus dengan menggunakan sumber energi bio massa yang dihasilkan dari hutan Sentul,” ujarnya.

Menurut Denaldy, izin untuk mengembangkan Ecopark sudah diperoleh dari Pemerintah yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Total luas lahan Perhutani di Sentul mencapai 9.000 hektare. Namun yang digunakan untuk Ecopark seluas 600 ha,” ujarnya.

Denaldy yang baru menjabat Dirut Perhutani sejak Agustus 2016 ini mengatakan Indonesia sebagai negara tropis sudah seharusnya memilik Ecopark yang berkelas dunia.

Pengembangan Ecopark bisa dilakukan perusahaan patungan yang dibentuk antara Perhutani dengan para investor.

“Soal pendanaan belum bisa kami detilkan. Yang pasti pembiayaannya bisa melibatkan sinergi Bank BUMN dan mengkombinasikan dengan modal dari investor,” ujarnya.

Sumber: antaranews.com

Tanggal: 24 Mei 2017

]]>