Gula – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Sat, 11 Mar 2017 01:48:27 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Gula – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Pemerintah Targetkan Produksi Gula BUMN 1,6 Juta Ton 2017 https://stg.eppid.perhutani.id/pemerintah-targetkan-produksi-gula-bumn-16-juta-ton-2017/ Sat, 11 Mar 2017 01:48:27 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45835 WARTAEKONOMI.CO.ID (9/3/2017) | Pemerintah menargetkan produksi gula BUMN pada tahun 2017 mencapai 1,6 juta ton, meningkat 33 persen dari realisasi 1,2 juta ton pada 2016 sejalan dengan penataan pabrik gula milik negara.

“Peningkatan produksi gula BUMN pada 2017 akan dicapai melalui program penataan ulang pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di Pulau Jawa periode 2016-2020,” kata Deputi Bidang Usaha Agro da Farmasi Kementerian BUMN, Wahyu Kuncoro, di sela bincang santai dengan media, di Kantor Kementerian BUMN, BUMN, Jakarta, Kamis (9/3/2017).

Menurut Wahyu, saat ini kebutuhan gula nasional mencapai 5,7 juta ton per tahun, di mana 2,8 juta untuk kebutuhan konsumsi dan 2,9 juta ton untuk industri.

“Kontribusi pabrik gula BUMN terhadap kebutuhan nasional masih sangat kecil. Perlu upaya yang terstruktur dan berkesinambungan antara pengembangan atau membangun pabrik gula baru dengan kepastian ketersediaan bahan baku tebu terhadap kapasitas pabrik gula,” katanya.

Ia menambahkan, peningkatan produksi pabrik gula dilakukan pada sisi “on farm” (kebun tebu) dan off farm (pabrik gula) yang dijalankan secara pararel untuk menciptakan efisiensi.

Penataan ulang pabrik gula BUMN akan dilakukan dalam tiga tahap yaitu pertama peningkatan kapasitas produksi, kedua optimalisasi kapasitas dan produktivitas, ketiga penutupan pabrik gula yang kapasitas produksinya di bawah 2.000 ton tebu per hari (TCD).

“Kondisi pabrik gula BUMN saat ini cukup memprihatinkan karena di bawah skala ekonomi. Dari 45 pabrik gula hanya 25 persen yang memiliki kapasitas produksi di atas 4.000 TCD, dan 78 persen pabrik gula di Jawa berusia di atas 100 tahun, sehingga sangat tidak kompetitif,” kata Wahyu.

Untuk itu tambahnya, dalam mengembangkan pabrik gula BUMN, setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin dan termasuk pengembangan lahan kebun.

“Selain pembangunan pabrik baru, kami juga akan menutup pabrik gula yang tidak produktif sehingga jumlah pabrik gula saat sebanyak 45 pabrik gula akan berkurang menjadi hanya 22 pabrik gula,” ujarnya.

Meski begitu disebutkan Wahyu, dalam pengembangan dan penataan pabrik gula membutuhkan sinergi semua pihak, terutama dalam ketersediaan lahan tebu, pembangunan infrastruktur di daerah dan sentra penghasil tebu, pengembangan hilirisasi, pengembangan bisnis ekonomi kreatif beabasis agrowisata heritage.

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, Erwan Pelawi mengatakan PTPN III sebagai holding BUMN Perkebunan membawahi 3 PTPN yang memiliki usaha pabrik gula yaitu PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII.

Ia menambahkan, PTPN IX akan menata 5 unit pabrik gula dengan investasi sekitar Rp2,51 triliun, PTPN X membutuhkan dana secara bertahap (2017-2018) sebesar Rp4,25 triliun untuk pengembangan 7 unit pabrik gula, PTPN XI sebesar Rp4,04 triliun untuk menata ulang pabrik gula dari 16 unit menjadi hanya 8 pabrik gula, sedangkan PTPN XII mengalokasikan dana sekitar Rp1,7 triliun.

Selain investasi pengembangan pabrik gula yang sudah ada, Holding PTPN III juga berupaya menambah pasokan tebu melalui sinergi dengan Perum Perhutani yang akan menyediakan lahan untuk dijadikan perkebunan tebu.

“PTPN juga menjajaki program kerja sama dengan petani tebu, di mana para petani secara sendiri-sendiri atau berkelompok dimungkinkan untuk memiliki saham pada pabrik-pabrik gula BUMN,” kata Erwan. (Ant)

Sumber: wartaekonomi.co.id

Tanggal: 9 Maret 2017

]]>
Target Baru, Pabrik BUMN Ditata Ulang https://stg.eppid.perhutani.id/target-baru-pabrik-bumn-ditata-ulang/ Fri, 10 Mar 2017 02:56:42 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45800 MEDIA INDONESIA (10/3/2017) | Setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp 13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin, dan mengembangkan lahan kebun.

Pemerintah mematok target produksi gula BUMN pada 2017 mencapai 1,6 juta ton. Target produksi itu berarti mengalami peningkatan hingga 33% dari realisasi 1,2 juta ton pada 2016.

Deputi Bidang Usaha Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menyatakan, untuk merealisasi target tersebut, akan dilakukan penataan ulang pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di Pulau Jawa periode 2016-2020.

“Kontribusi pabrik gula BUMN terhadap kebutuhan nasional masih sangat kecil. Perlu upaya yang terstruktur dan berkesinambungan antara pengembangan atau membangun pabrik gula baru dengan kepastian ketersediaan bahan baku tebu terhadap kapasitas pabrik gula,” kata dia, di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, kondisi pabrik gula BUMN saat ini cukup memprihatinkan karena di bawah skala ekonomi. Dari 45 pabrik gula, hanya 25% yang memiliki kapasitas produksi di atas 4.000 ton tebu per hari (TCD) dan 78% pabrik gula di Jawa berusia di atas 100 tahun sehingga tidak kompetitif.

Guna meningkatkan kinerja pabrik gula BUMN, Wahyu menyatakan penataan ulang akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama peningkatan kapasitas produksi, kedua optimalisasi kapasitas dan produktivitas, ketiga penutupan pabrik gula yang kapasitas produksinya di bawah 2.000 TCD.

Ditambahkan, peningkatan produksi pabrik gula dilakukan pada sisi on farm (kebun tebu) dan off farm (pabrik gula) yang dijalankan secara paralel untuk menciptakan efisiensi.

Untuk itu, tambahnya, dalam mengembangkan pabrik gula BUMN, setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp 13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin, dan mengembangkan lahan kebun.

“Kami juga akan menutup pabrik gula yang tidak produktif sehingga jumlah pabrik gula saat sebanyak 45 pabrik gula akan berkurang menjadi hanya 22 pabrik gula,” ujarnya.

Meski begitu, disebutkan Wahyu, pengembangan dan penataan pabrik gula membutuhkan sinergi semua pihak, terutama dalam hal ketersediaan lahan tebu, pembangunan infrastruktur di daerah dan sentra penghasil tebu, pengembangan hilirisasi, dan pengembangan bisnis ekonomi kreatif berbasis agrowisata heritage.

Induk gula

Direktur Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Erwan Pelawi mengatakan PTPN III sebagai induk (holding) BUMN Perkebunan membawahkan empat PTPN yang memiliki usaha pabrik gula, yaitu PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII.

Dia menambahkan PTPN IX akan menata lima unit pabrik gula dengan investasi sekitar Rp2,51 triliun, PTPN X membutuhkan dana secara bertahap (2017-2018) sebesar Rp4,25 triliun untuk pengembangan tujuh unit pabrik gula, PTPN XI sebesar Rp4,04 triliun untuk menata ulang pabrik gula dari 16 unit menjadi hanya 8 pabrik gula, sedangkan PTPN XII mengalokasikan dana sekitar Rpl,7 triliun.

Selain itu, Holding PTPN III berupaya menambah pasokan tebu melalui sinergi dengan Perum Perhutani yang akan menyediakan lahan untuk dijadikan perkebunan tebu. (Ant/E-4)

Sumber: Media Indonesia, hal. 17

Tanggal: 10 Maret 2017

]]>
Kementerian BUMN Kembangkan SMK Gula di Situbondo https://stg.eppid.perhutani.id/kementerian-bumn-kembangkan-smk-gula-situbondo/ Wed, 23 Nov 2016 05:05:20 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=42724 467932_620TEMPO.CO (22/11/2016) | Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengembangkan sekolah menengah kejuruan dengan program studi gula, perkebunan dan perhutanan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur untuk mencetak sumber daya manusia yang ahli di bidang tersebut.
Deputi Bidang Usaha Agro dan Industri Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro di Surabaya, Selasa (22 November 2016) mengatakan pengembangan itu juga sebagai bagian dari program BUMN Untuk Negeri, serta tanggungjawab sosial kepada lingkungan setempat.
“Kami harapkan dengan adanya SMK yang fokus pada beberapa bidang produksi BUMN, santri yang tercetak tidak hanya ahli dalam agama namun bisa masuk ke dalam dunia usaha atau profesional setelah lulus nanti,” kata Wahyu.
Wahyu yang ditemui usai penandatanganan kerja sama dengan Ponpes Slafiyah Syafiiyah Sukorejo di Kantor PTPN XI Surabaya mengatakan, awal keinginan Kementerian BUMN mengembangkan SMK program studi khusus ini datang dari Menteri BUMN Rini Soemarno saat kali pertama berkunjung ke pondok tersebut.
“Ini merupakan inisiasi Bu Menteri saat melihat begitu banyaknya santri di pondok tersebut sekitar 15 ribu, yakni bagaimana nasib santri ke depannya, sehingga perlu dikembangkan dan dicetak untuk menjadi SDM yang mampu di bidang profesional,” katanya.
Wahyu menjelaskan, konsep SMK Gula sebelumnya telah berjalan dua tahun yakni untuk kelas 1 dan 2, namun saat ini dikembangkan untuk kelas 3, kemudian ditambah untuk bidang studi kehutanan dan perkebunan yang baru akan dimulai.
“Nantinya pengajar yang ada dalam SMK tersebut juga akan melibatkan beberapa bidang usaha yang ada pada Kementerian BUMN, seperti PTPN dan Perhutani dengan kurikulum ada pada kementerian pendidikan dengan mengacu pada SMK Kehutanan yang ada,” katanya.
Sementara itu, Direktur SDM dan Umum PTPN XI M Cholidi mengatakan pabrik gula PTPN XI dan XII serta Perhutani pasti butuh tenaga kerja baru yang handal dibidangnya setiap tahun, sebab di perusahaan tersebut selalu terjadi masa pensiun.
“Apabila ada SMK gula, dan lokasinya dekat dengan pabrik gula, pertama kami bisa menyerap masyarakat sekitar pabrik untuk jadi karyawan. Namun walau tidak semua masyarakat bisa tertampung jadi karyawan, setidaknya mereka bisa menjadi petani yang berpengetahuan tinggi dalam menanam tebu untuk menghasilkan gula berkualitas,” katanya.
Menanggapi rencana pengembangan itu, Ketua Yayasan Ponpes Salafiyah Safi’iyah Sukorejo H A Mudzakkir A Fattah mengaku sangat mengapresiasi, sebab setiap tahun ponpes tersebut menerima rata-rata 3.000 santri, sehingga total santri yang belajar di ponpes tersebut sudah mencapai 15.000 orang.
“Tidak semua santri setelah selesai sekolah akan menjadi kyai, dan mereka pun butuh skill saat mereka lulus untuk bisa bekerja dan mengenal dunia usaha. Sehingga kami sepakat dengan adanya program studi kehutanan karena beberapa santri berasal dari pedesaan yang terletak tidak jauh dari wilayah pegunungan atau hutan,” katanya.
Ia mengaku, banyak santri yang ketika lulus dan bekerja di hutan namun tidak memahami dan memiliki pengetahuan tentang hutan, sehingga dengan adanya SMK ini diharapkan bisa menjadi bekal bekerja dan menjadi profesional.
 
Sumber : tempo.co
Tanggal : 22 November 2016

]]>
Sinergi BUMN Perhutani Hadirkan Sekolah Gula Dan Kehutanan https://stg.eppid.perhutani.id/sinergi-bumn-perhutani-hadirkan-sekolah-gula-dan-kehutanan/ Tue, 22 Nov 2016 01:06:49 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=42769 sinergibumn1SURABAYA, PERHUTANI (22/11/2016) | Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna,  Direktur Utama PTPN XI, Doly P. Pulungan, Direktur PTPN XII, Irwan Basri dan  Ketua Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo KH Drs. Musyakir A Fattah menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Studi Gula dan Program Studi Kehutanan, di Kantor Pusat PTPN XI Surabaya, Selasa (22/11).
Pendirian sekolah menengah kejuruan khusus Gula dan Kehutanan tersebut merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menteri BUMN Rini Soemarno ke Situbondo beberapa waktu lalu dan mendapat masukan dari berbagai stakeholder untuk pendirian SMK.
Sinergi BUMN dengan Ponpes Salafiyah Syafi’iyah diharapkan dapat menampung generasi muda yang akan melanjutkan pendidikan di bidang kejuruan khususnya program studi gula dan kehutanan. Cita-cita mulia ini juga didukung dengan kondisi wilayah Kabupaten Situbondo yang didominasi oleh hutan dan perkebunan tebu sehingga bisnis tersebut kedepan tentu membutuhkan tenaga-tenaga muda yang siap pakai (Kom-PHT/Divreg2/PR)
Editor: Soe
Copyright©2016
 

]]>
Enam BUMN Ini Keroyokan Buka 62 Ha Kebun Tebu di Area Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/enam-bumn-keroyokan-buka-62-ha-kebun-tebu-area-hutan/ Thu, 27 Oct 2016 08:26:55 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41309 TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA (26/10/2016) | Enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerjasama budidaya tanaman tebu di kawasan hutan, sebagai upaya mencapai swasembada gula pada 2019.
Keenam perusahaan pelat merah tersebut ?yaitu Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan, PT Rajawali Nusantara Indonesia, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna? mengatakan, ruang lingkup kerjasama ini adalah penyediaan lahan kawasan hutan untuk budidaya tananam tebu dengan pola agroforestry mulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan prouktivitas tananam tebu.

“Akan dilakukan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan tananam tebu, penyedia tenaga ahli, jaminan pembelian serta penyediaan atau pendanaan modal kerja untuk kegiatan kerjasama budidaya tananam tebu dengan kredit sindikasi,”tutur Denaldy di Jakarta, Rabu (26/10/2016).

Menurut Denaldy, Perum Perhutani selama ini memiliki lahan hutan seluas 2,4 juta hektare dan sebagian dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, porang dan lainnya sesuai kaidah kehutanan.

“Untuk budidaya tebu ini, Perum Perhutani mengalokasikan 62 ribu hektar lahan kawasan hutan di KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, sebagian wilayah Perhutani Jawa Timur dan wilayah anak perusahaan Perhutani di Lampung,” papar Denaldy.

Direktur Human Capital Management dan Umum PT Perkebunan Nusantara III Seger Budiarjo menambahkan, kesepahaman ini merupakan bagian dari upaya perseroan untuk meningkatkan pasokan bahan baku, dimana tahap pertama dilakukan dengan memanfaatkan lahan hutan di Pulau Jawa.

“Itu untuk pemanfaatan lahan ditanami tebu sehingga pasokan bahan baku meningkat dan memperkuat pasokan tebu. BUMN itu pabrik tebunya di PTPN IX, X, XI, XII,” tutur Seger di tempat yang sama.

Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber  : Tribunnews.com

]]>