Hasil Hutan Non Kayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 18 Mar 2015 01:12:45 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Hasil Hutan Non Kayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Kekayaan Lain Wana Jawa https://stg.eppid.perhutani.id/kekayaan-lain-wana-jawa/ Wed, 18 Mar 2015 01:12:45 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19157 HUTAN Jawa Barat tidak hanya menghasilkan kayu. Kekayaan lain yang mengalir dari rimbunnya pepohonan pinus ialah gondorukem (Pinus merkusil) atau gum rosin.
Gondorukem terbuat dari getah pinus, sama halnya dengan terpentin. Dua produk penting itu biasa digunakan sebagai bahan dasar dalam industri kosmetik, kimia, dan pangan. Gondorukem merupakan residu atau sisa dari hasil distilasi alias penyulingan getah pinus yang berbentuk padatan berwarna kuning jernih sampai kuning tua.
Direktur Komersial Nonkayu Perum Perhutani, M Soebagja, memaparkan Perhutani ialah produsen gondorukem terbesar di Indonesia.
“Yang membanggakan, Indonesia ialah negara ketiga terbesar pengekspor gondorukem di dunia.”
Produk unggulan itu dipasok dari 12 kesatuan pemangku hutan (KPH) dari total 14 KPH yang ada di Perhutani Jawa Barat-Banten. Tahun lalu, produksi terpentin Perhutani Jabar-Banten mencapai 70 ribu, sedangkan gondorukem mencapai 20 ribu ton.
Keberadaan hutan pinus, atau populer disebut hutan cemara, menjadi salah satu ikon di sejumlah kawasan di Jawa Barat.Populasi hutan pinus tersebar di sekitar Bandung utara dan Bandung Selatan, Sukabumi, Sumedang, juga Bogor.
Di Jawa Barat, keberadaan hutan pinus bukan hanya terdapat di sejumlah kawasan kehutanan, melainkan juga di beberapa unit perkebunan. Pohon-pohon pinus dimanfaatkan dari berbagai aspek kepentingan, mulai aspek ekonomi, ekologi, hingga wisata alam.
Soebagja mengakui dari sisi bisnis, saat ini penyadapan pohon pinus di berbagai kawasan hutan pinus di Jawa Barat terus digenjot. Apalagi, saat ini harga gondorukem dan minyak terpentin di pasar dunia cukup tinggi.
“Indonesia dengan posisinya sebagai produsen utama gondorukem dan minyak terpentin dunia memacu gairah untuk lebih banyak memproduksi kedua komoditas.Warga sekitar hutan pun bisa menambah penghasilan dengan terlibat dalam penyadapan,” papar sarjana ekonomi lulusan Universitas Islam Nusantara Bandung itu.
Untuk warga sekitar hutan, Perhutani menerapkan pola Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat. Dengan menjadi penyadap getah pinus, ekonomi warga pun terangkat. “Ini berarti Perhutani telah jauh hari menerapkan pola ekonomi kerakyatan, seperti yang diinginkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala,” lanjut Soebagja.Pendapatan meningkat Gondorukem bukan satu-satunya andalan bagi pendapatan Perum Perhutani nonkayu. Masih ada deretan potensi lain, di antaranya minyak kayu putih, madu, dan kopi.
Ada tiga wilayah pangkuan hutan yang ada di Perum Perhutani, yaitu Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Divre Jawa Tengah, dan Divre Jawa Timur. Pada setiap divre itu ada keunggulan dalam bidang usaha nonkayu.
Di Jawa Barat dan Banten, kata Soebagja, pendapatan dari bisnis nonkayu lebih dominan. Setiap tahun ada peningkatan pendapatan.
“Di Jawa Barat, terutama di kawasan Bandung Selatan, yaitu Ciwidey dan Pangalengan, kopi menjadi salah satu unggulan dari hasil usaha nonkayu,” jelas pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat, ini.
Unit Usaha Komersial Nonkayu ialah salah satu divisi di tubuh Perum Perhutani, yang keberadaannya ditujukan untuk mendongkrak pendapatan negara dari sektor kehutanan, pada bidang usaha bukan kayu. Unit kerja baru itu baru terbentuk empat tahun lalu, sebagai salah satu implementasi dari PP No 72 Tahun 2010. Aturan itu menetapkan Perum Perhutani sebagai salah satu penyumbang pendapatan nasional dalam kegiatan produksi di bidang kehutanan.
“Kami optimistis unit usaha komersial nonkayu akan memenuhi target pencapaian dalam mendongkrak pendapatan Nasional. Konsep pengelolaan hutan yang ada sekarang terus dikembangkan, dan potensi yang dihasilkan dari hutan ini sangat besar,” tegasnya.
Jika dikelola dengan baik dan benar, bapak empat anak itu yakin hasilnya akan jauh lebih besar lagi. “Saat ini, Perhutani memang belum menjadi penyumbang APBN terbesar, tapi kami optimistis bisa menuju ke arah sana.” (BU/N-3)
Sumber    : Media Indonesia, hal.23
Tanggal    : 18 Maret 2015

]]>
Perhutani Tingkatkan Produksi Nonkayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-tingkatkan-produksi-nonkayu/ Mon, 03 Mar 2014 00:49:33 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11916 Koran Jakarta, BANDUNG – Perum Perhutani (persero) Divisi Regional Jawa Barat (Jabar) dan Banten terus berupaya meningkatkan produksi nonkayu. Komoditas andalan yang akan digenjot adalah getah pinus dengan produk turunan gondorukem dan terpentin.

“Selama ini, produksi kayu masih mendominasi, namun secara perlahan posisinya akan sebanding dengan produksi nonkayu. Kami terus berusaha agar produksi kayu dan nonkayu sebanding atau fifty-fifty. Kami sudah ke arah sana. Hal ini berbeda dibandingkan lima tahun lalu, di mana kayu masih dominan,” kata Sekretaris Perhutani Divre Jabar dan Banten, Ananda Artono, di Bandung, Minggu (2/3).

Salah satu andalan produksi nonkayu adalah getah pinus yang ditargetkan tahun ini sebesar 16.000 ton. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu yang hanya 15.000 ton. Getah pinus tersebut diolah menjadi gondorukem dan terpentin.

“Gondorukem kami bisa produksi sekitar 12.000 ton. Komoditas ini sebagian diserap industri pembuatan ban di dalam negeri,” tambah Ananda.

Gondorukem juga diserap pasar luar negeri, seperti China, India, dan Eropa. China bahkan menyerap separo dari total ekspor gondorukem Perhutani. Ekspor gondorukem menjadi salah satu sumber pendapatan tertinggi Perhutani karena harganya yang terus membaik di pasar luar negeri, khususnya China.

Untuk produksi kayu, Perhutani tahun ini menargetkan produksi 185.000 meter kubik, terdiri atas kayu jati dan kayu rimba lainnya. Produksi kayu terbesar biasanya datang dari KPH Ciamis dan Cianjur, masing-masing lebih dari 40.000 meter kubik. tgh/E-11

Koran Jakarta | 03 Maret 2014 | Hal. 11

]]>
Perhutani Siap Operasikan Pabrik Olahan Gondorukem Terbesar di ASEAN https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-siap-operasikan-pabrik-olahan-gondorukem-terbesar-di-asean/ Thu, 10 Oct 2013 00:20:52 +0000 http://perhutani.co.id/?p=9497 Detik Online, Jakarta – BUMN pengelola hutan di Pulau Jawa, Perum Perhutani akan mengoperasikan pabrik pengolahan produk turunan getah pinus (gondorukem) di Pemalang Jawa Tengah. Pabrik yang mulai beroperasi pada akhir Oktober 2013 ini menelan investasi hingga Rp 190 miliar.

Setelah beroperasi, pabrik ini diproyeksi menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Selama ini gondorukem juga digunakan sebagai bahan baku lilin dalam proses pembuatan batik.

“Pabrik yang dibangun dengan investasi sekitar Rp 190 miliar ini akan menjadi pabrik pengolahan gondorukem terbesar di Asia Tenggara,” ucap Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmanto di Jakarta, Rabu (9/10/2013).

Pabrik ini setelah beroperasi mampu menampung dan mengolah hingga 24.500 ton gondorukem per tahun. Produk hasil olahan gondorukem seperti glicerol rosin ester, alpha pinene, betha pinene, delta limonen, cineol dan alpha terpineol.

Bahan kimia ramah lingkungan tersebut merupakan bahan baku bagi industri makanan dan minuman, adhesive, industri kertas, industri cat dan tinta, parfum dan farmasi. Bahan olahan ini nantinya digunakan untuk memenuhi pasar ekspor dan
impor.

“Bahkan produk gondorukem tersebut mengalami peningkatan di sektor ekspor yaitu sebesar 12%. Namun setelah pabrik tersebut mencapai kapasitas produksi
yang lebih tinggi maka juga akan diekspor ke sejumlah negara seperti Jepang, India, Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan Singapura,” sebutnya.

Bambang mengungkapkan investasi untuk pabrik tersebut sekitar Rp 190 miliar bersumber dari utang senilai 70% dan 30% dari kas internal.

Pada 2013, Perhutani mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar Rp 500 miliar. Senilai Rp 190 miliar di antaranya untuk pembangunan
pabrik gondorukem. Sisanya untuk pembangunan pabrik sagu di Sorong sekitar Rp 200 miliar dan pengembangan pabrik pengolahan kayu plywood di Pare, Kediri.
(feb/hen)

Jurnalis : Feby Dwi Sutianto
Detik Finance | 10 Oktober 2013 | 06.02 WIB

]]>