Hilirisasi Industri – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 24 Oct 2014 07:14:20 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Hilirisasi Industri – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani Genjot Bisnis Non Kayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-genjot-bisnis-non-kayu-2/ Fri, 24 Oct 2014 07:14:20 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14687 JAKARTA – Perum Perhutani ingin menggenjot kontribusi bisnis nonkayu bagi pendapatan Perseroan di masa mendatang. Hal itu diwujudkan dengan inovasi-inovasi produk, termasuk pengembangan produksi di sektor hilir.
“Kami menargetkan- pendapatan usaha dari bisnis nonkayu pada tahun 2016 sebesar 55 persen, naik dari tahun 2014 sebesar 52 persen. Ini dilakukan seiring dengan berkurangnya pendapatan dari kayu log karena menghemat kayu dan menjaga kelestarian hutan, terutama di Jawa,’ kata Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, di Jakarta, Kamis (23/10).
Diperkirakannya, pada tahun 2016 maka porsi pendapatan Perum Perhutani sebanyak 55 persen disurtibang nonkayu dan 45 persen kayu. Naik dari tahun 2014 yang di perkirakan 52 persen nonkayu, sementara 48 persen kayu.
Pada tahun 2014, Perseroan menargetkan pendapatan sebesar 4,6 triliun rupiah dengan laba sekitar 287 miliar rupiah. Andalan pendapatan Perhutani masih bertumpu pada sektor hulu, yaitu kayu hasil hutan dan getah.
“Salah satu bisnis nonkayu yang menjadi andalan Perhutani adalah adalah pabrik derivatif gondorukem terpen tin di Pemalang berkapasitas 24.000 ton per tahun yang mulai beroperasi tahun 2015. Kami investasi cukup besar di Pemalang sekitar 200 miliar rupiah. Harus cepat mengembangkan hilir karena jika hanya mengandalkan kayu log akan sulit,” tuturnya.
Perhutani mengelola hutan seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa, terdiri atas hutan jati 1.261.465,81 hektare (52 persen), hutan pinus 876.992,66 hektar (36 persen), dan sisanya damar, mahoni, akasia, sengon, kesambi, dan lainnya.
Sumber  : Koran Jakarta
tanggal  : 24 Oktober 2014

]]>
Perhutani Akan Genjot Bisnis Hilir Non-Kayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-akan-genjot-bisnis-hilir-non-kayu/ Wed, 22 Oct 2014 08:00:09 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14683 JAKARTA – Perusahaan pelat merah di sektor kehutanan, Perum Perhutani (Persero), menyatakan akan menggenjot juga bisnis non-kayu. Direktur Utama Perum Perhutani yang baru terpilih kemarin, Mustoha Iskandar, mengatakan bisnis non-kayu itu di antaranya getah sadapan pinus atau gondorukem, minyak kayu putih, serta minyak suling pinus atau terpentin.
Perhutani membangun industri hilir gondorukem dan terpentin di Jawa Tengah serta diprediksi bisa beroperasi pada akhir tahun ini. “Kami sudah berinvestasi untuk industri hilir lebih dari Rp 200 miliar,” kata Mustoha di kantor Perhutani Jakarta, kemarin.
Menurut Musthofa, saat ini angka produksi kayu dan nonkayu Perhutani masing-masing 52 persen dan 48 persen. Pada 2016, perseroan menargetkan porsi produksinya menjadi 55 persen non-kayu, sedangkan porsi kayu hanya 45 persen.
Nantinya Perhutani akan mengutamakan sektor hilir sebagai sumber pendapatan utama. “Kemungkinan akan dilakukan pemisahan atau spin off menjadi anak usaha tersendiri,” ujarnya.
Perum Perhutani, kemarin, mengumumkan pergantian direktur utama. Orang yang sebelumnya menjabat Direktur Komersial Kayu Perhutani, Mustoha, ditunjuk menggantikan direktur utama sebelumnya, Bambang Sukamananto, yang sudah menjabat selama 3,5 tahun. Bambang mengklaim pergantian dirinya tak terkait dengan kasus alih fungsi lahan yang diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi.
Sebagai induk usaha, BUMN kehutanan itu telah memiliki lima anak usaha, salah satunya PT Inhutani. Mengenai rencana penawaran perdana saham kepada publik (IPO) Inhutani, Musthofa mengatakan, sesuai dengan surat Kementerian Keuangan, Inhutani sedang menaksir nilai wajar saham terkait dengan holding BUMN kehutanan.
Direktur Keuangan Perhutani, Morgan Sharif Lumban Batu, mengatakan perubahan direktur utama ataupun penunjukan sebagai induk usaha tak mengubah target perusahaan. Berdasarkan Rancangan Kerja dan Anggaran Perusahaan, perusahaan menargetkan laba Rp 258 miliar dan pendapatan Rp 3,4 triliun hingga akhir 2014.
Sumber  : Koran Tempo
Tanggal  : 22 Oktober 2014

]]>
Pabrik Kayu Lapis https://stg.eppid.perhutani.id/pabrik-kayu-lapis/ Wed, 22 Jan 2014 01:17:36 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11281 Republika, Kediri – Menteri Kehutanan (Menhut) Zutkifli Hasan (kanan) bersama Menko Perekonomian Hatta Rajasa (kedua dari kanan) berdialog dengan manajemen pabrik Perhutani Plywood Industry di Desa Gedangsewu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (20/1). Pabrik kayu lapis (plywood) milik Perhutani tersebut mempunyai kapasitas produksi mencapai 4.000 meter kubik per bulan.

Jurnalis : Amin Madani
Republika | 22 Januari 2014 | Hal. 16

]]>
Menhut dan Menko Perekonomian Tinjau Pabrik Kayu Lapis Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id/menhut-dan-menko-perekonomian-tinjau-pabrik-kayu-lapis-perhutani/ Tue, 21 Jan 2014 08:25:51 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11303 kediri 2 menteri_aAntara, Kediri – Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan bersama Menko Perekonomian Hatta Rajasa melaksanakan kunjungan kerja meninjau pabrik Perhutani Plywood Industry di Desa Gedangsewu, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (20/1).

Pabrik kayu lapis (plywood) milik Perhutani tersebut diresmikan oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada tahun 2013 lalu, dibangun di atas lahan seluas 9 hektar dengan kapasitas produksi mencapai empat ribu meter kubik per bulan.

Sembilan puluh persen bahan baku kayu lapis berupa kayu sengon berasal dari kawasan hutan di wilayah Kabupaten Kediri. Sehingga berdampak positif dalam meningkatkan taraf kesejahteraan dan perekonomian warga sekitar.

Dalam kesempatan tersebut Menko Perekonomian Hatta Rajasa didampingi Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menyerahkan dana sharing produksi kayu untuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) wilayah KPH Kediri, Madiun dan Banyuwangi Utara.

Antara | 21 Januari 2014 | 15.21 WIB

]]>
Pabrik "Plywood" Kediri Persiapkan Ekspor https://stg.eppid.perhutani.id/pabrik-plywood-kediri-persiapkan-ekspor/ Tue, 21 Jan 2014 00:50:13 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11296 pabrik plywoodAntara Jatim, Kediri – Manajemen pabrik pengolahan kayu milik Perum Perhutani “plywood industri” di Desa Gedangsewu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menyiapkan produk untuk ekspor.

Kepala pabrik Rahmadi Yudianto, Senin mengatakan produksi plywood di perusahaan ini cukup bagus, dimana per bulan mampu memproduksi sampai 2000 meter kubik kayu olahan.

“Kami memang masih di pasar lokal, dan akan mencoba untuk ekspor 10-20 persen,” katanya.

Ia mengatakan, bahan baku untuk pembuatan plywood tersebut juga melimpah. Dipastikan, rencana untuk mengekspor hasil olahan kayu itu bisa dilakukan secepatnya.

Ia juga menambahkan, pabrik itu tergolong masih baru, karena baru beroperasional pada 2013, diyakinkan target produksi akan terus meningkat, bahkan sampai tiga kali lipat dari kapasitas pabrik. Saat ini, pabrik tersebut melibatkan sekitar 600 pekerja, dari mayoritas warga Kabupaten Kediri.

Sementara itu, Wakil Administratur Perum Perhutani KPH Kediri Errik Alberto mengatakan pabrik ini memang baru beroprasi pada 2013 lalu, namun diharapkan produksi terus meningkat dan ditargetkan sampai 48 ribu meter kubik.

Pihaknya juga berupaya mengembangkan tanaman kayu sengon sebagai bahan baku plywood tersebut, salah satunya dengan pembuatan kluster baru di Kecamatan Bandung, Tulungagung sampai 200 hektare lahan. Secara total, luas lahan di Perhutani Kediri sekitar 117 ribu hektare dengan tanaman pokok sengon dan pinus.

“Kami akan buat kluster-kluster baru dan harapannya untuk menjaga pasokan termasuk industri sekitar,” kata Errik.

Jurnalis : Asmaul Chusna
Antara Jatim | 21 Januari 2014 | 07.04 WIB

]]>
Dua Menteri di Kediri https://stg.eppid.perhutani.id/dua-menteri-di-kediri/ Mon, 20 Jan 2014 08:24:56 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11308 Kediri 2 menteriAntara Jatim, Kediri – Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa (baju putih kanan) dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (kiri) memberikan kesan saat berkunjung ke pabrik Perum Perhutani Plywood Industri di Desa Gedangsewu, Pare, Kediri, Jawa Timur, Senin (20/1). Produksi per bulan plywood ini mencapai 2000 meter kubik dengan suplai kayu dari Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kediri.

Jurnalis : Asmaul Chusna
Antara Jatim | 20 Januari 2014 | 15.12 WIB

]]>
Pabrik Gondorukem Akan Diresmikan https://stg.eppid.perhutani.id/pabrik-gondorukem-akan-diresmikan/ Wed, 08 Jan 2014 01:36:56 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10970 Bisnis Indonesia, SEMARANG — Perum Perhutani akan meresmikan pabrik pengolahan getah pinus atau gondorukem terbesar di Asia Tenggara pada akhir Januari 2014, setelah molor dari rencana semula Oktober 2013.

Plant Manager Proyek Derivat Gondorukem dan Terpentin (PDGT) Perhutani Teguh Satryanto mengatakan peresmian pabrik yang berlokasi di Pemalang, Jawa Tengah itu akan dikaji oleh anggota commisioning.

“Commisioning dijadwalkan mulai jalan 7 Januari ini, kemungkinan pada minggu ketiga atau keempat Januari sudah bisa diresmikan,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/1).

Peresmian pabrik yang groundbreaking pada 25 Juni 2012 tersebut mundur dari rencana semula, Oktober 2013. Pasalnya, pabrik terkendala lamanya waktu importasi mesin pendukung produksi.

Teguh menuturkan pabrik yang menyedot investasi sebesar Rp197 miliar tersebut mampu mengolah 24.500 ton getah pinus/tahun. Namun, pada tahun pertama, kapasitas produksi baru sebesar 70% dari ka pasitas terpasang.

“Kita perlu tata dulu bahan bakunya dari penyadapan sampai pabrik, supaya produksi bisa lancar. Saat ini bahan baku berasal dari delapan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Jateng dan didukung beberapa KPH pinus di Jawa Barat,” katanya.

Selain itu, pabrik derivatif terintegrasi ini mampu mengolah 17.000 ton terpentin/tahun menjadi empat produk turunan, yakni 4,8 ton alpha pinene/hari, 6,6 ton betha pinene/ hari, 1,6 ton limonen/hari, dan 4,1 ton karen/hari.

Pada 2013, Perhutani Unit I Jateng mampu memproduksi 40.886 ton getah pinus atau 82% dari target. Rendahnya produksi disebabkan oleh anomali cuaca dan tingginya curah hujan pada tahun lalu.

Gondorukem merupakan salah satu produk nonkayu unggulan ka rena nilai ekonomisnya yang tinggi, yakni berkisar US$2.000-13.000/ ton. Pendapatan perusahaan dari bisnis nonkayu tercatat mencapai Rp742,29 miliar pada 2013.

Pada kesempatan yang sama Henhen Suhendar, Kepala Seksi Humas Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah membukukan pendapatan senilai Rp1,64 triliun sepanjang 2013 lalu atau 101,86% dari target.

Dia mengatakan pada 2013 pendapatan Perum ditargetkan mencapai Rp1,61 triliun. Namun, realisasi penjualan kayu yang lebih tinggi 20% dari target turut mendongkrak pendapatan.

Jurnalis : Ana Noviani & Pamuji Trinastiti
Bisnis Indonesia | 08 Januari 2014 | Hal. 8

]]>
Prospek Menarik, Pebisnis Besar Mulai Melirik Budidaya Sagu https://stg.eppid.perhutani.id/prospek-menarik-pebisnis-besar-mulai-melirik-budidaya-sagu/ Mon, 16 Dec 2013 01:40:19 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10318 Kontan, Jakarta – Sagu bukan lagi sekadar bahan pangan warga Papua. Komoditas lokal ini memiliki prospek bisnis yang menggiurkan. Sayang, pengelolaan sagu belum maksimal dan masih banyak digarap dalam skala kecil. Tapi kini, sejumlah perusahaan swasta besar mulai melirik potensi sagu.

Selain sebagai bahan tepung, sagu dapat dimanfaatkan sebagai lem kayu lapis dan bioetanol. Banyaknya manfaat yang dimiliki sagu membuat komoditas lokal ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Sayang, sampai saat ini, perkebunan sagu masih digarap secara sederhana oleh masyarakat dan belum dikerjakan dalam skala industri.

“Sampai saat ini perusahaan yang berminat ke sektor sagu masih sedikit,” kata Bayu Khrisnamurti, Wakil Menteri Perdagangan. Di antara segelintir peminat di bisnis sagu, di antara adalah PT Austindo Nusantara Jaya Tbk dan PT Sampoerna Agro Tbk.

Dua perusahaan itu tampak serius menggarap kebun sagu. terbaru, Perum Perhutani juga berencana membangun pabrik pengolahan sagu di Sorong, Papua. PT Sampoerna Agro memiliki konsesi lahan sagu seluas 21.000 hektare (ha) di Meranti, Riau. Dari luas lahan itu, Sampoerna Agro hanya memanfaatkan kebun sagu seluas 14.700 ha atau sekitar 70%.

Tahun ini, Sampoerna Agro akan melakukan penanaman baru sagu di atas lahan 1.600 ha. Alhasil, dengan tambahan tanaman baru tersebut, luas lahan tertanam SGRO akan mendekati 10.000 ha. PT Austindo Nusantara Jaya sudah memiliki konsesi lahan sagu di Papua seluas 40.000 ha.

Perusahaan ini membangun pabrik tepung sagu dengan kapasitas 3.000 ton per bulan. Nantinya, produksi sagu ini akan diolah menjadi tiga jenis produk yakni tepung, kue kering, dan bihun. Selain pasar domestik, produk hilir sagu milik Austindo juga akan dikirim ke China dan Jepang.

Mengikuti Austindo, Perum Perhutani berencana membangun pabrik tepung sagu di Sorong Papua. “Diharapkan sudah bisa mulai membangun tahun depan,” ujar Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perhutani. Pabrik tepung sagu milik Perhutani memiliki kapasitas 30.000 ton setahun.

Untuk membangun pabrik ini, Perhutani harus merogoh koceknya sedalam Rp 150 miliar. Untuk pasokan bahan bakunya, Perhutani bakal memanfaatkan sagu alam dari luas konsesi pemanfaatan hutan alam non kayu seluas 17.000 ha. Sedikitnya pemain di sektor sagu ini, kata Bambang, merupakan kesempatan emas bagi pioner bisnis ini. “Persaingan masih sedikit sehingga nilai keekonomiannya besar,” kata Bambang.

Meski tak mematok target keuntungan, Perhutani mengharapkan margin dari hasil jual sagu ini sedikitnya 20%. “Di Papua, sagu dijual di kisaran Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram (kg) sedangkan biaya produksinya hanya separuhnya,” ungkap Bambang. Setelah menggarap bisnis tepung sagu , Perhutani berniat membangun pabrik bioetanol berbasis sagu di Papua.

Selain Riau, wilayah lain yang bisa dikembangkan untuk tanaman sagu adalah Papua. Bambang Darmono, Kepala Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat mengatakan, wilayah Papua memiliki potensi kebun sagu seluas 3,2 juta ha. Namun, sejauh ini baru sekitar 0,34% lahan yang dimanfaatkan untuk tanaman sagu.

Jurnalis : Handoyo
Kontan | 16 Desember 2013 | Hal. 17

]]>
Perhutani bangun pabrik sagu di Papua https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bangun-pabrik-sagu-di-papua-6/ Thu, 05 Dec 2013 01:09:34 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10201 ANTARA News, Jakarta – Perusahaan Kehutanan Negara Indonesia (Perum Perhutani) resmi menandatangani kontrak dengan PT Barata Indonesia untuk membangun pabrik sagu di Papua.

Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto mengatakan kerjasama itu adalah bukti keseriusan Perhutani.

“Selain itu, kami meninjau lokasi bengkel kerjanya untuk memastikan keseriusan penerima kerja dalam mengerjakan kontraknya. Juga diharapkan kontrak itu bisa selesai tepat waktu,” kata Bambang dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Kunjungan ke “workshop” Barata tersebut dilakukan setelah Bambang menandatangani Kontrak Perjanjian Kerjasama Pekerjaan “Engineering Procurement Construction” (EPC) dan “Commisioning” Pembangunan Pabrik Sagu di Papua dengan Direktur Utama PT Barata Indonesia di Gresik, Jawa Timur.

Sebelum kontrak resmi ditandatangani pada Rabu, Perhutani telah mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja kepada PT Barata Indonesia pada akhir bulan lalu (26/11).

Upaya itu merupakan tindak lanjut kesepakatan antara Perhutani-Barata pada 6 September (6/9) setelah melalui proses peraturan “Good Corporate Governance” (GCG) yang berlaku.

“Sebelumnya pada 27 September, Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan bersama saya juga telah melihat langsung lokasi rencana tapak proyek pembangunan pabrik sagu di Papua tersebut,” katanya.

Jurnalis : Anom Prihantoro | Editor: Suryanto
Antara News | Rabu, 4 Desember 2013 | 18.10 WIB

]]>
Perhutani Kontrak Barata Untuk Peralatan Industri Sagu Papua https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-resmi-kontrak-barata-indonesia-untuk-pabrik-sagu-papua/ Wed, 04 Dec 2013 01:00:39 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10182 Pht-Barata ResizeDirektur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto pagi ini mengunjungi workshop atau bengkel kerja Peralatan Pelabuhan dan Industri Proses (PPIP) dan Peralatan dan Industri Agro (PIA) PT Barata Indonesia Indonesia (Persero) di Gresik Jawa Timur didampingi Lalak Indiyono Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) dalam rangka memastikan kelancaran persiapan pembangunan pabrik Sagu Perhutani Papua.

Menurut Bambang Sukmananto, kunjungan langsung tersebut selain melihat lebih dekat persiapan kerja PT Barata Indonesia dalam mempersiapkan peralatan pabrik sagu Perhutani di Papua, juga meyakinkan Perhutani bahwa output yang dihasilkan mitra nanti sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang dipersyaratkan.

Kunjungan ke workshop Barata dilakukan setelah Bambang Sukmananto menandatangani Kontrak Perjanjian Kerjasama Pekerjaan Engineering Procurement Construction (EPC) dan Commisioning Pembangunan Pabrik Sagu di Papua dengan Direktur Utama PT Barata Indonesia di tempat yang sama.

Perhutani sebagai pemberi kerja sengaja mendatangi penerima kerja, ini adalah bukti keseriusan Perhutani, selain itu juga agar penerima kerja lebih serius mengerjakan kontraknya dan diharapkan kontrak selesai tepat waktu, demikian pernyataan Bambang Sukmananto saat menyampaikan kata sambutan.

Sebelum kontrak resmi ditandatangani hari ini, Perhutani telah mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (26/11) kepada PT Barata Indonesia, sekaligus menindaklanjuti Kesepakatan Perhutani – Barata awal September (6/9) setelah melalui proses peraturan GCG yang berlaku. Seperti kita ketahui bersama bahwa pada September 2013 (27/9) Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan di dampingi Direktur Utama Perhutani telah melihat langsung lokasi rencana tapak proyek pembangunan pabrik sagu di Sorong selatan Papua dimaksud.  (Humas Kantor Pusat)

]]>