Hutan Perhutani – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 22 Aug 2017 02:00:37 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Hutan Perhutani – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Siswa SD Ini Diajak Blusukan ke Hutan Tanamkan Cinta Lingkungan https://stg.eppid.perhutani.id/siswa-sd-ini-diajak-blusukan-ke-hutan-tanamkan-cinta-lingkungan/ Tue, 22 Aug 2017 02:00:37 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=49056 DETIK.COM (22/8/2017) | Kreativitas dibutuhkan seorang guru agar yang disampaikan ke muridnya bisa diterima dengan baik. Hal itulah yang dilakukan Bahrul Ulum, guru SDN Plososari III, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Bahrul, punya kebiasaan mengajak anak didiknya ‘blusukan’ ke hutan saat memberikan pendidikan lingkungan hidup.

Seminggu sekali, Bahrul yang merupakan guru kelas 5 ini mengajak siswanya ke hutan yang berjarak 1 Km dari sekolah. Selain ke hutan, ia juga mengajak anak-anak ke tambang-tambang batu yang ada di sekitar desanya.

Selama satu jam, ia memberikan pemahaman bahwa melestarikan lingkungan merupakan keniscayaan bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya. Pemahaman tersebut ia sampaikan dalam bahasa sederhana berdasarkan realitas yang ada di desa.

“Kebetulan di sekitar sini dekat hutan Perhutani, saja ajak anak-anak ke sana tiap minggu. Saya terus tekankan bahwa, kerusakan alam bukan hanya terjadi secara alami seperti kebakaran, tapi sering akibat ulah manusia seperti penebangan liar dan lainnya,” kata Bahrul saat mengajak siswa-siswanya ke hutan, Selasa (22/8/2017).

Selain kerusakan akibat kebakakaran dan pembalakan, ia juga menyampaikan bahwa penambangan batu di sekitar hutan, juga berpotensi besar merusak hutan. “Di sini juga banyak tambang batu,” jelasnya.

Selain tak merusak hutan, para siswa juga diajarinya melakukan penanaman. Oleh karenanya sesekali para murid diajari pembibitan pohon.

Bahrul menilai, cara tersebut sangat efektif mentranformasikan pendidikan lingkungan lingkungan kepada siswa. Para siswa, katanya, sudah punya argumentasi sendiri soal pelestarian alam.

“Selain memahami materi, mereka juga punya argumentasi sendiri bahwa menjaga lingkungan adalah tugas semua orang. Mereka juga menyadari kalau banyak hal yang dilakukan manusia merusak alam,” tandasnya.

SDN Plososari III memiliki 206 siswa. Namun pendidikan lingkungan diterapkan secara pada siswa kelas 4 sampai 6.

“Selain pelestarian hutan, kami juga ajak anak untuk menjaga air kesehatan, menghemat air. Meski dipenuhi dari sumur yang kualitasnya baik, tetap harus dijaga dan dihemat,” pungkasnya.

Sumber : detik.com

Tanggal : 22 Agustus 2017

]]>
Digelar, Wonosegoro Trail Adventure https://stg.eppid.perhutani.id/digelar-wonosegoro-trail-adventure/ Sun, 09 Jul 2017 00:26:26 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48062 SUARAMERDEKA.COM (8/7/2017) | Sebagai bentuk perhatian sosial terhadap sesama, para pemuda dari Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, yang tergabung dalam komunitas Trail Adventure Wonosegroro (Tawon) akan menggelar latihan bersama pada Minggu (9/7) besok. Kegiatan bertema Latber Trail Tawon bersama Perhutani tersebut akan mengambil start dan finish dari Lapangan Kedung Pilang, Desa Mengkrong, Wonosegoro.

Panitia pelaksana, Muh Dani menuturkan, event trail adventure tersebut diadakan bersama Perhutani dengan jalur sepanjang sekitar 540 km. Pihaknya telah menyiapkan jalur fun untuk pemula serta ekstrem bagi penghobi olahraga trail yang telah berpengalaman. Adapun kategori jalur bervariasi, mulai dari tanjakan, turunan, lumpur, menyusuri sungai, serta susur kawasan hutan Perhutani.

“Kami menyediakan lebih dari 30 tanjakan berbagai kategori, mulai dari biasa, menengah, hingga ekstrem. Semua ada, jadi silakan hadir meramaikan kegiatan sosial kami,” tutur Muh Dani kepada Suara Merdeka, kemarin.

Dikatakan, biaya pendaftaran Rp 70 ribu dan peserta akan mendapatkan makan siang, jalur yang menantang, serta bagi yang beruntung akan mendapatkan doorprize yang disediakan panitia. Hasil yang didapatkan dari peserta akan diberikan untuk warga jompo, yatim piatu, fakir miskin, serta pembangunan masjid yang ada di wilayah Wonosegoro.

Dikatakan, kegiatan jelajah dengan motor trail tersebut akan dimulai pukul 08.00 dengan dipandu host adventure dari Semarang, Saptono Joko S. Pihaknya berharap peserta bisa datang awal agar bisa menikmati seluruh jalur yang telah disiapkan panitia.

“Kami mengundang seluruh rekan offroader untuk hadir dan menaklukkan jalur yang telah kami suguhkan. Untuk informasi pendaftaran silakan hubungi Wawan (085728505678), Muh (081329521971), serta Arif (085727287502),” katanya.

Ketua Indonesia Offroad Federation (IOF) Pengda Jawa Tengah, Arya Kusumantara menyambut baik kegiatan bersifat sosial yang diadakan komunitas yang berada di bawah naungan IOF. Menurutnya, dengan kegiatan sosial tersebut diharapkan akan semakin mendekatkan offroader dengan masyarakat.

“Kami sangat mendungkung kegiatan sosial seperti ini karena manfaatnya langsung dirasakan masyarakat yang membutuhkan, terutama di wilayah pinggiran serta daerah yang masih sulit akses jalannya,” kata Arya.

Sumber : suaramerdeka.com

Tanggal : 8 Juli 2017

]]>
Sentul Eco Edu Forest Sebagai Kawasan Penyangga Jakarta https://stg.eppid.perhutani.id/sentul-eco-edu-forest-kawasan-penyangga-jakarta/ Tue, 08 Nov 2016 08:02:47 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41975 berita_324852_800x600_fullsizerenderTIMESINDONESIA.CO.ID (8/11/2016) | Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna berkunjung ke kawasan hutan wisata Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor), dalam rangka kunjungan kerja di Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Kawasan ini hasil kerja sama pemerintah Indonesia dan Korea tahun 2008. Diresmikan oleh Menteri Kehutanan Korea dan Menteri Kehutanan RI saat itu tahun 2013. Pelaksanaan pembangunan dibawah pengawasan PT Korea Indonesia Forest Center (KIFC) dan pengelolaannya oleh Perum Perhutani.
Ini merupakan model pengelolaan sumberdaya hutan yang orientasinya lingkungan, pendidikan dan wisata secara multi pihak. Sejak tahun 2012-2015 ada tujuh lembaga nasional dan internasional yang ikut berperan menghijaukan hutan Sentul dengan luasan antara satu ha sampai 700 ha dari dana CSR mereka, antara lain Pemerintah Korea, Astra Internasional, PGN, PT SI, Seoul National University, Bank Permata, Suara Merlin Perdana dan Allianz.SEETF adalah kawasan wisata seluas ± 670 ha yang berjarak 60 km dari Jakarta dan hanya ±45 menit ditempuh kendaraan roda empat atau 14 km dari pintu tol Sentul Selatan.
Kunjungan Denaldy bertujuan memetakan dan melihat langsung aksesibilitas, kesiapan infrastruktur dan daya tarik obyek wisata SEETF untuk persiapan dan kemudahan bagi calon investor yang ingin bekerja sama.
Denaldy M Mauna mengatakan, wisata Sentul Eco Edu menjadi perhatiannya dan penting bagi Perhutani untuk disiapkan kerjasama dengan para pihak yang akan berinvestasi sekaligus menghijaukan hutan Sentul di BKPH Babakan Madang Bogor ini karena daerah tersebut adalah catchment area atau buffer zone (kawasan penyangga) bagi Jakarta.
Obyek wisata tersebut dilengkapi dengan fasilitas dua bangunan cottage ukuran 1.200 m2, 2 asrama kapasitas 100 orang, 2 ruang meeting kapasitas 40 orang, kantin resto kapasitas 60 orang, 2 ruang tamu dan hall terbuka ukuran 200 m2.
Lokasi wisata ini cocok untuk kegiatan pendidikan, pelatihan, rekreasi dan menyalurkan hobi fotografi atau bersepeda. Banyak grup sekolah, perkantoran dan umum yang telah memanfaatkan hutan wisata ini pada musim liburan. Mereka memanfaatkan jalur tracking 5 km dengan tingkat kesulitan sulit, normal, mudah, juga menggunakan taman bermain, serta arena belajar agroforestry kombinasi pisang, kopi, ubi kayu, resin pinus.
Sebelum meninggalkan lokasi, didampingi Administratur KPH Bogor Asep Dedi Mulyadi, Denaldy menanam pohon Agathis damara di halaman kantor SEETF.
 
Tanggal : 8 November 2016
Sumber : timesindonesia.co.id

]]>
IKAN NASIONAL: Pola Pemeliharaan Sylvofishery Diyakini Dapat Dongkrak Produksi https://stg.eppid.perhutani.id/pola-pemeliharaan-sylvofishery-diyakini-dapat-dongkrak-produksi/ Tue, 08 Nov 2016 05:47:19 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41945 fisheri3-300x225INDUSTRI.BISNIS.COM (8/11/2016) | Integrasi hutan mangrove dan budidaya ikan atau sylvofishery diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan produksi ikan nasional. Pola pemeliharaan ini pun sejalan dengan kebijakan pemerintah yang ingin meningkatkan konsumsi ikan per kapita.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna saat melakukan kunjungan kerja ke sylvofishery Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Kehutanan (KPH), sekaligus pengurus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) pad aakhir pekan lalu.
Denaldy mengatakan konsumsi ikan per kapita di pulau Jawa masih di bawah konsumsi nasional sehingga perlu ada upaya meningkatkan produksi ikan. Dia menyebut pemerintah berharap budidaya tambak rakyat bisa menjadi andalan peningkatan percepatan pembangunan industri perikanan nasional.
“Perhutani berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budidaya ikan pola sylvofishery seperti sekarang ini dan Kementerian KP bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan daratnnya,” ungkap Denaldy melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis.
Denaldy menjelaskan sesuai Inpres nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah yang diupayakan pemerintah meningkatkan produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan.
Untuk itu, dia berkomitmen Perhutani akan optimalkan pengelolaan hutan mangrove mengingat sylvofishery sangat potensial dalam meningkatkan produksi ikan nasional.
Perwakilan LMDH Sarjono mengatakan, pengelolaan optimal hutan mangrove dan implementasi sylvofishery diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka, misalnya dengan menjadikannya sebagai kawasan wisata.
“Kawasan mangrove di wilayah tersebut berstatus hutan lindung, sehingga yang bisa diusahakan untuk sylvofishery hanya sebagian saja dan sebagian besar harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” ungkap Sarjono.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani yaitu sekitar 43.000 hektare. Sebagian ada di KPH Purwakarta yaitu 15.897,21 ha, dengan pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Masyarakat LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dengan produksi rata-rata 2 ton/ha/tahun selain mendapat udang alam 0,5 kg/ha/hari.
 
Tanggal : 8 November 2016
Sumber : industri.bisnis.com

]]>
Dirut Perhutani Siapkan 'Sentul Eco Edu Forest' untuk Investor https://stg.eppid.perhutani.id/dirut-perhutani-siapkan-sentul-eco-edu-forest-investor/ Mon, 07 Nov 2016 04:43:27 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41875 berita_324852_800x600_fullsizerenderRRI.CO.ID (7/11/2016) | Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna berkunjung ke kawasan hutan wisata Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor), dalam rangka kunjungan kerja di Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Kunjungan Denaldy bertujuan memetakan dan melihat langsung aksesibilitas, kesiapan infrastruktur dan daya tarik obyek wisata SEETF untuk persiapan dan kemudahan bagi calon investor yang ingin bekerja sama.
Denaldy M Mauna mengatakan, wisata Sentul Eco Edu menjadi perhatiannya dan penting bagi Perhutani untuk disiapkan kerjasama dengan para pihak yang akan berinvestasi sekaligus menghijaukan hutan Sentul di BKPH Babakan Madang Bogor ini karena daerah tersebut adalah catchment area atau buffer zone bagi Jakarta.
Kawasan ini hasil kerja sama pemerintah Indonesia dan Korea tahun 2008. Diresmikan oleh Menteri Kehutanan Korea dan Menteri Kehutanan RI saat itu tahun 2013. Pelaksanaan pembangunan dibawah pengawasan PT Korea Indonesia Forest Center (KIFC) dan pengelolaannya oleh Perum Perhutani.
Ini merupakan model pengelolaan sumberdaya hutan yang orientasinya lingkungan, pendidikan dan wisata secara multi pihak. Sejak tahun 2012-2015 ada tujuh lembaga nasional dan internasional yang ikut berperan menghijaukan hutan Sentul dengan luasan antara satu ha sampai 700 ha dari dana CSR mereka, antara lain Pemerintah Korea, Astra Internasional, PGN, PT SI, Seoul National University, Bank Permata, Suara Merlin Perdana dan Allianz.SEETF adalah kawasan wisata seluas ± 670 ha yang berjarak 60 km dari Jakarta dan hanya ±45 menit ditempuh kendaraan roda empat atau 14 km dari pintu tol Sentul Selatan.
Dilengkapi dengan fasilitas dua bangunan cottage ukuran 1.200 m2, 2 asrama kapasitas 100 orang, 2 ruang meeting kapasitas 40 orang, kantin resto kapasitas 60 orang, 2 ruang tamu dan hall terbuka ukuran 200 m2.
Lokasi wisata ini cocok untuk kegiatan pendidikan, pelatihan, rekreasi dan menyalurkan hobi fotografi atau bersepeda. Banyak grup sekolah, perkantoran dan umum yang telah memanfaatkan hutan wisata ini pada musim liburan. Mereka memanfaatkan jalur tracking 5 km dengan tingkat kesulitan sulit, normal, mudah, juga menggunakan taman bermain, serta arena belajar agroforestry kombinasi pisang, kopi, ubi kayu, resin pinus.
“Lingkungannya cukup menarik, dikelilingi hutan pinus, daerah perdesaan dan perbukitan gunung Pancar, air terjun, juga air panas alami,” terang Donald.
Dirut Perhutani menginap semalam dan membayar sewa guest houseseharga 1,25 juta rupiah.
Sebelum meninggalkan lokasi, didampingi Administratur KPH Bogor Asep Dedi Mulyadi, Denaldy menanam pohon Agathis damara di halaman kantor SEETF.
 
Tanggal : 7 November 2016
Sumber : rri.co.id

]]>
Inovasi Perhutani Melalui Pengembangan Sylvofishery https://stg.eppid.perhutani.id/inovasi-perhutani-melalui-pengembangan-sylvofishery/ Mon, 07 Nov 2016 03:14:07 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41841 fisheri3-300x225WARTAAGRO.COM (6/11/2016) | Perum Perhutani akan membuat inovasi baru demi meningkatkan kinerja bisnisnya. Salah satunya dengan mengembangkan sylvofishery. Hal ini disampaikan Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna.
Pengembangan sylvofishery, dengan mengkombinasikan mangrove dengan budidaya ikan. Perhutani memiliki hutan mangrove dipinggir pantai utara dan selatan Jawa yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
Menurut dia, luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani berkisar 43.000 hektare (ha). Di mana, sebagian berada di KPH Purwakarta yang seluas 15.897,21 ha. Sementara itu, luasan yang bisa dimanfaatkan untul pengelolaan pola sylvofishery mencapai 11.317,17 ha, yang berada di 20 desa di delapan kecamatan.
Hal itu disampaikan saat melakukan kunjungan kerja ke hutan mangrove Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Jawa Barat, Jumat, 4 November 2016.
Kunjungan kerja tersebut, kata dia, juga sekaligus memetakan potensi yang dapat dikembangkan sekaligus bertemu dengan sebelas kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) wilayah tersebut.
Kesebelas LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
“Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan per kapita di Pulau Jawa, yang dinilai masih di bawah konsumsi tingkat nasional. Sesuai Inpres No 7/2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional yakni, dengan peningkatan produksi perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil perikanan. Dalam hal ini, Perhutani berperan dengan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery,” kata Denaldy dalam keterangan tertulis di Jakarta, akhir pekan lalu.
Terkait itu, kata dia, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan daratnnya.
“Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Usulan tersebut mendapat reaksi dari Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang ditemui Denaldy.
“Kami berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai. Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja.
Sedangkan, bidang lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata perwakilan LMDH Wana Sejati Sarjono.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam wadah LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani, serta rumput laut.
“Produksi rata-rata bisa dua ton per hektare per tahun, kalau ditanam ikan mujair bisa 1,5 ton per hektare per tahun, sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per hektare per hari,” kata Sarjono.
 
Tanggal : 6 November 2016
Sumber : wartaagro.com

]]>
Perhutani Optimalkan Mangrove Untuk Budidaya https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-optimalkan-mangrove-budidaya/ Mon, 07 Nov 2016 02:00:54 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41818 fisheri3-300x225KONTAN.CO.ID (6/11/2016) | Perum Perhutani bekerja sama dengan 11 kelompok lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) sepakat mengembangkan hutan mangrove di pantai utara dan selatan Jawa untuk dikelola dengan pola “sylvofishery”. Polal ini merupakan kombinasi mangrove dengan budi daya ikan atau lainnya.
Lewat siaran pers Perhutani, menyebutkan, 11 LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Kunjungan itu untuk memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove, termasuk budi daya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik. Juga fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan.
“Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional,” ujar Denaldi dalam siaran pers, Minggu (11/6).
Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budi daya dan pengolahan hasil perikanan.
Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budi daya perikanan darat.
“Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Sarjono, perwakilan LMDH Wana Sejati berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja. Lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perhutani sekitar 43 ribu ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta 15.897,21 ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 ha yang berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut. Produksi rata-rata bisa dua ton per ha per tahun, kalau ikan mujair bisa 1,5 ton per ha per tahun sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per ha per hari.
 
Tanggal : 6 November 2016
Sumber : kontan.co.id

]]>
Perhutani Optimalkan Mangrove untuk Budi Daya Perikanan https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-optimalkan-mangrove-budi-daya-perikanan/ Mon, 07 Nov 2016 01:30:12 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41801 fisheri3-300x225NETRALNEWS.COM (6/11/2016) | Perum Perhutani bekerja sama dengan 11 kelompok lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) sepakat mengembangkan hutan mangrove di pantai utara dan selatan Jawa untuk dikelola dengan pola “sylvofishery” yaitu kombinasi mangrove dengan budi daya ikan atau lainnya.
Siaran pers Perhutani di Jakarta, Minggu (6/11/2016) menyebutkan 11 LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Pengembangan pemanfaatan hutan mangrove tersebut ditandai dengan kunjungan kerja Dirut Perhutani Denaldy M Mauna ke Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Jawa Barat.
Kunjungan itu untuk memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove, termasuk budi daya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik, serta fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan.
“Pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional,” ujar Denaldi.
Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budi daya dan pengolahan hasil perikanan.
Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budi daya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budi daya perikanan darat.
“Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional,” ujar Denaldy.
Sarjono, perwakilan LMDH Wana Sejati berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja, lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perhutani sekitar 43 ribu Ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta wait 15.897,21 Ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 Ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut. Produksi rata-rata bisa dua ton per hektar per tahun, kalau ikan mujair bisa 1,5 ton per hektar per tahun sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per hektar per hari.
 
Tanggal : 6 November 2016
Sumber : netralnews.com

]]>
Perhutani Garap Potensi Hutan Mangrove https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-garap-potensi-hutan-mangrove/ Mon, 07 Nov 2016 01:24:01 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41798 fisheri3-300x225IMQ21.COM (5/11/2016) | Perum Perhutani tengah memetakan potensi dan persoalan hutan mangrove yang terletak Purwakarta, Jawa Barat.
Untuk merealisasikan hajatan tersebut, Direktur Utama Denaldy M Mauna melakukan kunjungan kerja ke hutan mangrove Resort Pemangkuan Hutan(RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta Jawa Barat dan bertemu dengan sebelas kelompok Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) akhir pekan ini.
Kesebelas LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Menurut Denaldy M Mauna, saat ini, pemerintah berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di pulau Jawa yang dinilai masih di bawah konsumsi tingkat nasional. Sebagai BUMN, Perhutani yang memiliki hutan mangrove dipinggir pantai utara dan selatan Jawa akan optimalkan pengelolaannya, dengan pola sylvofishery yang baik, yaitu kombinasi mangrove dengan budidaya ikan atau lainnya.
“Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budidaya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan daratnnya. Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional nantinya,” tutr Denaldy melalui siaran pers yang diterima Sabtu (5/11).
Ia berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan LMDH melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini statusnya hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja, lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono perwakilan LMDH Wana Sejati.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani kurang lebih 43 ribu hektar. Sebagian ada di KPH Purwakarta, yaitu 15.897,21 hektar, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 hektar berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam wadah LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut.
“Produksi rata-rata bisa dua ton per hektar pertahun, kalau ditanam ikan mujair bisa 1,5 ton per hektar per tahun, sedangkan hasil udang alam 0,5 kg per hektar per hari,” urainya.
 
Tanggal : 5 November 2016
Sumber : imq21.com

]]>
Dirut Perhutani Ingin Fungsi Hutan Mangrove Optimal https://stg.eppid.perhutani.id/dirut-perhutani-ingin-fungsi-hutan-mangrove-optimal/ Mon, 07 Nov 2016 00:56:09 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41791 berita_324595_800x600_image1RRI.CO.ID (5/11/2016) | Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna, Jumat (4/11/2016) melakukan kunjungan kerja ke hutan mangrove Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ciasem, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciasem, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwokerto, Jawa Barat, untuk memetakan potensi yang dapat dikembangkan.
Menurut Denaldy, pemerintah saat ini berupaya meningkatkan konsumsi ikan perkapita di Pulau Jawa yang dinilai masih dibawah konsumsi tingkat nasional.
Sebagai BUMN, Perhutani yang memiliki hutan mangrove dipinggir pantai utara dan selatan Jawa akan optimalkan pengelolaannya dengan pola sylvofishery yang baik yaitu kombinasi mangrove dengan budidaya ikan atau lainnya.
“Sesuai Inpres No. 7 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional, salah satu langkah adalah peningkatan produksi perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan hasil perikanan. Perhutani dapat berperan mengalokasikan hutan mangrove untuk budidaya pola sylvofishery dan Kementerian Kelautan dan Perikanan bisa menyiapkan benih unggul produk perikanan dan pembinaan budidaya perikanan daratnnya. Sylvofishery di hutan mangrove ini menjanjikan peningkatan produksi ikan nasional nantinya,” terang Denaldy.
Kepada orang nomor satu Perhutani tersebut, perwakilan sebelas Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang bertemu Denaldy di lapangan, berharap hutan mangrove dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha sylvofishery empang parit atau untuk wisata pantai.
“Kawasan mangrove di wilayah ini berstatus hutan lindung, sehingga yang bisa dimanfaatkan untuk sylvofishery hanya sebagian saja, lainnya harus tetap berupa hutan, jadi harus ada alternatif untuk wisata,” kata Sarjono, perwakilan LMDH Wana Sejati.
Adapun kesebelas LMDH tersebut adalah Wana Sejati, Rimba Raharja, Ciptakarya Bakti, Mandiri, Karya Wanabakti, Wana Pantura, Kertaraharja, Windujaya, Winduasih, Wahanabakti, Wanabakti Lestari, Wana Lestari, Wana Sejati, Jaya Sakti, Greenting.
Luas hutan mangrove yang dikelola Perum Perhutani ± 43 ribu Ha. Sebagian ada di KPH Purwakarta yaitu 15.897,21 Ha, pengelolaan pola sylvofishery 11.317,17 Ha berada di 20 desa pada delapan kecamatan.
Menurut Sarjono, masyarakat yang bergabung dalam wadah LMDH umumnya mengusahakan ikan bandeng dan udang di hutan mangrove Perhutani serta rumput laut. Produksi rata-rata bisa dua ton per hektar pertahun, kalau ditanam ikan mujair bisa 0,5 ton per hektar per hari.
Kunjungan kerja Denaldy bertujuan memetakan potensi dan persoalan di hutan mangrove termasuk budidaya ikan empang parit, sistem kelembagaan dan aturan yang ada, agar bisa dilakukan pengembangan sylvofishery dengan baik, serta fungsi lindung hutan mangrove bisa lebih dioptimalkan.
 
Tanggal : 5 November 2016
Sumber : rri.co.id

]]>