Hutan Pinus Semeru – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 08 Aug 2017 04:13:34 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Hutan Pinus Semeru – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Gebrakan Pemuda 27 Tahun Di Hutan Pinus https://stg.eppid.perhutani.id/gebrakan-pemuda-27-tahun-di-hutan-pinus/ Tue, 08 Aug 2017 04:13:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48780 RADARMALANG.ID (7/8/2017) | Hutan Pinus Semeru (HPS) saat ini memang tengah naik daun. Bila akhir pekan, pengunjung tempat wisata anyar ini bisa mencapai 1.500 orang. Sekarang, tempat ini sudah memberdayakan seratus warga sekitar. Tak disangka, salah satu pelopor tempat wisata ini masih berumur 27 tahun. Siapa dia?

Tempat wisata ini seolah menggabungkan dua hal. Yakni, kerinduan masyarakat urban terhadap wisata alam, serta tempat wisata yang bisa dijadikan tempat berfoto. HPS memang berada di lereng kaki Gunung Semeru. Selain suasananya yang sejuk karena rerimbunan pohon pinus, wisata di Desa Sumberputih, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, ini favorit bagi yang gemar berfoto.

Pengunjung bisa mengabadikan gambar di dekat tulisan The Heart of East Java yang merupakan ikon Kabupaten Malang, rumah pohon, barisan warna-warni hammock, flying fox, hingga kereta gantung. Jika Anda berkunjung ke tempat ini saat langit sedang cerah, Anda akan mendapatkan bonus berupa pemandangan Gunung Semeru yang gagah.

Kian booming-nya HPS ini tidak terlepas dari peran dua orang. Mereka itu adalah F.R. Zain dan Joko Sugeng. Dulu, Zain merupakan ketua Karang Taruna Desa Sumberputih. Sementara Joko Sugeng menjabat sebagai wakilnya.

”Awal mulanya, waktu itu ada teman-teman dari KKN UMM,” kata Zain kepada Jawa Pos Radar Malang beberapa hari lalu.

Ketika itu, Zain melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dari hamparan hutan pinus di desanya. Hanya, saat itu belum ada yang mengawali bagaimana caranya mengembangkan potensi itu.

”Keinginan kami itu sudah lama. Namun, mengawalinya ini yang belum,” imbuhya.

”Sampai ada anak KKN yang datang. Lalu, mereka bingung mau membuat program apa. Ya sudah, mereka kami gandeng membuka HPS ini bersama-sama,” imbuh alumnus Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Raden Rahmat, Kepanjen, tersebut.

Nah, dari situlah ada beberapa payung yang diletakkan untuk menghiasi hutan. Payung ini diletakkan dengan posisi seolah-olah sedang terbang. Semakin lama tempat ini makin ramai, dan banyak wisatawan yang berdatangan. Mereka datang hanya untuk berfoto.

”Lalu, kami tambah lagi (payung hiasannya). (Semuanya) pakai uang pribadi waktu itu,” imbuhnya.

Meski baru dibuka sejak Januari lalu, tapi HPS kian populer. Banyak pengunjung yang datang lalu mengunggah tempat wisata ini di media sosial Facebook dan Instagram.

”Terus. Kami kerja terus. Belum banyak yang ikut pada waktu itu. Belum seperti saat ini (sudah ramai). Saya juga promosi lewat internet, buat akun, dan selalu saya update setiap hari sampai sekarang,” imbuh pria 27 tahun ini.

Upaya mulia Zain sebelumnya sering mendapatkan cibiran. Banyak warga yang beranggapan kalau usaha Zain ini sebagai sesuatu yang sia-sia. Selain itu, Perhutani sempat marah karena tempat tersebut tidak berizin. ”Dimarahi dulu, terus kami urus izinnya. Dan saat ini Perhutani sangat mendukung,” kata dia.

Hingga akhirnya, kurang lebih delapan hektare lahan bisa dikelola HPS. Hanya, hingga saat ini yang sudah dimanfaatkan baru tiga hektare.

Berwisata ke tempat ini hanya perlu membayar uang parkir sebesar Rp 5 ribu. Selain itu, dibukanya HPS ini sangat berdampak bagi perekonomian warga. Mulai dari adanya warung makan hingga persewaan hammock.

”Sekitar 100 orang yang sudah terlibat di sini. Dan hammock itu disewa oleh anak-anak usia SMP,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai kepala dusun ini.

”Pendapatan dari warung juga meningkat,” imbuhnya.

Baginya, ini adalah berkah. Namun, tantangannya adalah bagaimana hutan ini tetap asri. ”Memang, yang kami sesalkan kadang ada pengunjung yang buang sampah sembarangan. Jadi, setiap sore kami selalu membersihkan sampah (yang ditinggalkan pengunjung),” kata dia.

Ke depan, wisata ini juga akan dibalut dengan beberapa edukasi. ”Tentang perkebunan, tentang fungsi getah pinus, dan bumi perkemahan. Kami bisa menggandeng anak pramuka,” tandas dia.

Sumber : radarmalang.id

Tanggal : 7 Agustus 2017

]]>
Disambut Ratusan Warga di Hutan Pinus Semeru, Bupati Malang Rendra Kresna Dorong Semangat Jaga Lingkungan Hidup https://stg.eppid.perhutani.id/disambut-ratusan-warga-di-hutan-pinus-semeru-bupati-malang-rendra-kresna-dorong-semangat-jaga-lingkungan-hidup/ Thu, 06 Jul 2017 08:21:33 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48028 MALANGTIMES.COM (5/7/2017) | Kunjungan kerja Bupati Malang Dr H Rendra Kresna ke lokasi wisata Hutan Pinus Semeru (HPS) di Desa Sumberputih, Kecamatan Wajak, disambut antusias oleh ratusan warga dari berbagai desa.

Ratusan warga berdiri di kiri kanan jalan yang akan dilewati Rendra Kresna menuju panggung yang telah disediakan. Beberapa warga mengaku menyambut Rendra karena ingin bertemu secara langsung dengan bupati-nya.

“Iya Mas saya ingin bertemu langsung, berjabat tangan juga. Untung-untung bisa berfoto bersama beliau (Rendra),” ungkap Djamal (47), warga Sumberputih, yang datang bersama keluarganya (04/07) kepada Malang TIMES.

Di sepanjang jalan masuk ke HPS yang udaranya sejuk dengan pemandangan pohon pinus berjajar rapi dan tinggi serta dipercantik berbagai payung warna warni di sela-sela ketinggian pohon, Rendra melayani sapaan dan jabat tangan dari ratusan warga yang telah menantinya. Bahkan, saat Rendra menanyakan kepada warga tujuannya berbondong-bondong ke wisata HPS, secara serentak warga menjawabnya,”Untuk melihat dan bertemu Pak Bupati,” yang disambut tawa lepasnya.

Kunjungan Rendra ke lokasi wisata hutan dengan areal luas lima hektare (ha) dan baru mulai dibenahi sejak lima bulan lalu itu merupakan upayanya dalam mendongkrak semangat masyarakat untuk semakin menyadari kayanya potensi lokal pariwisata yang mampu meningkatkan kesejahteraan warga. “Komitmen kami jelas, optimalisasi pariwisata berbasis masyarakat. Segi manfaat sebesar-besarnya untuk masyarakat. Fungsi kami memfasilitasi secara integral,” kata Rendra, Rabu (05/07).

Rendra sangat mengapresiasi masyarakat Sumberputih yang telah mampu mengangkat potensi lokal hutan pinus yang berada di wilayah Perhutani dengan berkolaboratif secara baik dengan pihak pengelola hutan. Bahkan dia cukup takjub dengan mulai tumbuhnya beberapa lokasi wisata yang memanfaatkan kekayaan potensi perhutanan di wilayah tersebut.

“Artinya, masyarakat mulai tergugah dan sadar untuk bersama-sama membangun wilayahnya dan menjadikan Kabupaten Malang sebagai jantungnya Jawa Timur,” ujar Rendra yang menekankan kepada seluruh masyarakat dan perangkat daerah di bawahnya untuk terus meningkatkan komunikasi dan koordinasi demi menyukseskan visi misi Kabupaten Malang.

Pesan kuat bupati Malang yang juga disampaikan adalah agar seluruh masyarakat menjaga lingkungan hidup yang ada. Di wisata HPS yang bertumpu pada keasrian hutan, jangan sampai para pengelolanya merusak lingkungan untuk mengejar keindahan buatan di lokasi wisata.

Dalam mengoptimalkan pesona alam di hutan pinus ini, Rendra mendorong masyarakat bergotong-royong menambah berbagai jenis pohon yang nantinya akan semakin memperkaya khazanah flora dan daya tarik bagi wisatawan. “Tentunya tetap wajib berkoordinasi dengan pihak Perhutani agar tercipta sinkronisasi ke arah yang lebih baik dan bermanfaat, baik sisi pariwisatanya maupun fungsi hutan itu sendiri bagi kehidupan,” ungkap Rendra yang juga mengatakan wisata HPS ini walau terbilang baru telah mampu menarik wisatawan mancanegara, semisal dari Inggris.

Bupati kesembilan belas Kabupaten Malang ini benar-benar mewanti-wanti warga Sumberputih jangan sampai merusak lingkungan yang telah ada. Bahkan apabila ada pohon yang mau roboh, warga lapor dulu ke Perhutani sebelum menebangnya. Komunikasi menjadi kata kunci bagi keberhasilan mengoptimalkan pariwisata yang bisa berjalan seiring dengan menjaga lingkungan hidupnya.

“Di sini sudah tidak ada lagi penebangan liar kan?” tanya Rendra yang dijawab serentak tidak ada oleh seluruh pengelola wisata, masyarakat dan pihak Perhutani.

Sumber : malangtimes.com

Tanggal : 5 Juli 2017

]]>