Hutan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 05 Dec 2016 03:39:55 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Hutan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Kompepar Harus Bersinergi Untuk Dorong Potensi Wisata Subang https://stg.eppid.perhutani.id/kompepar-harus-bersinergi-dorong-potensi-wisata-subang/ Mon, 05 Dec 2016 03:39:55 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=43108 kompepar-pelatihan-wisata-subangPIKIRAN-RAKYAT.COM (2/12/2016) | Kelompok Penggerak Pariwisata harus bisa bersinergi dengan berbagai pihak terkait termasuk OPD, sehingga bisa menjadikan pariwisata Subang unggul. Apalagi destinasi wisata Subang tak kalah dengan daerah lain, ditambah lagi ada kelebihan dengan terbukanya akses tol Cikopo – Palimanan menjadi peluang besar bagi mengembang pariwisata.“Potensi pengembangan Pariwisata Subang cukup terbuka lebar, objek wisatanya tak kalah dengan daerah lain, didukung infrastruktur dan akses tol Cipali, ini jadi peluang besar yang harusnya bisa dimaksimalkan,” kata Kepala Dinas Budaya Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Subang, Hidayat disela-sela pelatihan dan bimbingan teknis Kompepar Subang, Selasa 29 November 2016.

Dikatakan Hidayat, upaya menangkap peluang pengembangan Wisata di Subang di antaranya membuat petunjuk arah, sehingga memudahkan bagi yang hendak mampir begitu keluar tol Cipali bisa mengikuti pentunjuk. Selain itu memasang baligo dan imbauan promosi.

Tujuannya supaya objek wisata di Subang menjadi lebih dikenal, termasuk melalui media perlu promosi secara simultan. “Selain itu mindset masyarakat juga perlu dirubah, kami yakin lewat kompepar bisa dilaksanakan sosialisasi sapta pesona, sehingga prilaku dan sambutan masyarakat diharapkan menjadi tamu berkesan dan mereka bisa datang lagi ke Subang,” ujarnya.

Dikatakannya, melalui pelatihan dan bimbingan teknis diharapkan mereka bisa memahami dan mengetahui sapta pesona. Selain itu masyarakat juga bisa kolaborasi dengan kegiatan/program lain dilingkungan masing-masing. Kemudian bersinergi dengan OPD lain, tak hanya disbudpar pora, supaya bisa menjadikan pariwisata Subang unggul.

“Kearifan lokal, potensi alam, budaya, dan kuliner di Subang tentunya menjadi unggulan. Dari aspek budaya, Subang punya kekayaan intelektual yang sudah menjadi ikon yaitu sisingaan. Kemudian seni tradisional lain seperti toleat dan gembyung serta tarian lainnya, telah diagendakan bisa tampil di objek wisata secara rutin sehingga menyatu,” katanya.

Dikatakan Hidayat, saat ini objek wisata di Subang yang sudah siap saji dan dikunjungi, berada di wilayah selatan. Pihaknya melakukan koordinasi dengan perhutani. Sebab hampir semuanya berupa wisata alam dan lokasinya berada di wilayah kewenangan Perhutani.

“Sekarang lagi marak promosi wisata kolaborasi dengan olah raga. Di akhir tahun ini ada dua agenda yang akan dilaksanakan yaitu sepeda dan marathon, lokasinya di sekitar objek wisata, mereka mengikuti even olahraga sambil menikmati wisata Subang,” katanya.***

Sumber : Pikiran-rakyat.com
Tanggal : 2 Desember 2016

]]>
Kopi Tumpang Sari dari Tlahab https://stg.eppid.perhutani.id/kopi-tumpang-sari-tlahab/ Wed, 09 Nov 2016 08:12:58 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=42383 logoKOMPAS, JAKARTA (9/11/2016) | Warga Desa Tlahab, Temanggung, Jawa Tengah, memanen berton-ton kopi di tengah hamparan tanaman tembakau. Inilah contoh proyek tumpang sari dan konservasi lahan yang berhasil. Di belakang kesuksesan itu, ada seseorang bernama Tuhar (49) adalah Ketua Kelompok Tani Daya Sindoro di Jl. Desa Tlahab. Saat ditemui di rumahnya di desa itu, awal Oktober lalu, ia sibuk menemani warga yang menyangrai biji kopi dengan mesin milik kelompok tani yang ditempatkan di rumahnya. Berkarung-karung kopi memenuhi teras rumah.

“Buat saya, menanam kopi itu bagian dari ibadah,” kata Tuhar. “Ibadah” yang dimaksud itu adalah amal kebaikan yang dia kerjakan untuk sesama dan lingkungan sekitar.

Kopi yang diolah itu merupakan produksi warga Desa Tlahab yang dikembangkan dengan pola tanam tumpang sari. Tuhar bersama para penyuluh dinas pertanian Kabupaten Temanggung merintis penanaman kopi dan tembakau di satu lahan. Cara ini kemudian dikenal dengan pola Tlahab.

Pemandangan desa ini segar oleh pola tanam itu. Pohon kopi tumbuh subur dengan daun berwarna hijautua. Tanaman setinggi 1-2 meter itu berderet berpola, selajur, berselang-seling dengan tembakau berdaur hijau muda.

Pola tumpang sari diterapkan dengan penanaman terencana. Caranya, tembakau ditanam dengan jarak 4-6 meter. Di antara jarak itu kemudian ditanami kopi dan beragam jenis sayuran. Agar semua tanaman dapat tumbuh leluasa, di antara deretan tanaman itu diberi jarak lagi sepanjang 1-2 meter.

Dengan menerapkan pola ini, tidak ada jeda panen atau paceklik., Setiap bulan, selalu saja ada tanaman yang memberikan hasil dan pendapatan bagi petani

“Petani tidak lagi menggantungkan nasib pada hasil panen tembakau yang belum tentu bagus dan harganya belum tentu tinggi,” ujarnya.

Saat bersamaan, pohon kopi sebagai tegakan juga bisa membantu menahan erosi yang menggerus lahan pertanian. Pola Tlahab kini populer. Banyak petani dari sejumlah daerah berkunjung, melihat, dan mempelajari teknik itu.

Berawal dari iseng

Tuhar mulai bertani kopi sejak tahun 2000l Saat itu. Desa Tlahab mendapatkan 50.000 bibit kopi gratis dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Program Pemberdayaan Masyarakat Usaha Tani Partisipatif itu sekaligus sebagai bagian dari usaha konservasi dan pencegahan erosi di areal lahan tembakau. –

Pada mulanya, banyak petani yang enggan mengikuti program itu, bah-kan membuang bantuan bibit kopi Namun, iseng-iseng, Tuhar mencoba menanam 500 bibit “Waktu itu, saya bahkan tidak yakin, apakah tanaman kopi bisa tumbuh atau tidak.”

Bibit kopi ia tanam di antara tembakau. Jarak itu bervariasi, sesuai dengan luasan lahan. Selain Tuhar, ternya ta ada juga sejumlah petani lain yang juga mencoba menanam kopi.

Tak berselang lama. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah datang lagi membagikan 150XXX bibit kopi gratis di desa itu. Pada tahap kedua ini, Tuhar memperoleh LOOO bibit kopi

Pada 2004 sampai 2005, tanaman kopi warga, termasuk Tuhar, mulai dipanea Banyak warga terkejut tetapi juga senang. Ternyata, kopi mereka bisa tumbuh baik di tengah kebun tembakau, bahkan bisa berbuah dan dipanen.

Hasil panen kopi awal itu dijual dengan sistem tebasan, yakni diborong saat kopi masih berwarna hijau. Tidak heran, nilai jualnya rendah, hanya Rp L500-Rp 2XKK) per kilogram. Satu pohon kopi menghasilkan sekitar 1 kilogram biji kopi

Menjual kopi

Tahun 2008, Tuhar membentuk Kelompok Tani Daya Sindoro dengan 45 anggota petani Tujuan awalnya, bagaimana cara menjual kopi dengan harga yang baik.

Tahun 2010, jalan mulai terbuka. Ketika itu, ada Sekolah Lapangan

Pengendalian Hama Terpadu di Desa Tlahab yang mengajari petani tata cara budidaya kopi secara benar. Tuhar lantas menyemangati petani, terutama anggota Daya Sindoro, untuk membibitkan kopi secara mandiri.

Mereka menghasilkan sekitar 200.000 bibit kopi Sebanyak 30.000 bibit di antaranya diberikan gratis kepada Lembaga Masyarakat Desa dan Hutan. Bibit itu lantas ditanam di kawasan hutan seluas 25 hektar milik Perhutani

Dari 170.000 bibit sisanya, 100.000 bibit diberikan kepada petani yang berminat menanam kopi Sebanyak 70000 bibit lagi dijual. Hasil penjualan itu disimpan sebagai dana kas kelompok.

Produksi kopi Desa Tlahab berangsur dikenal. Tahun 2010. sejumlah pedagang dan eksportir mulai datang membeli kopi dari desa ini Melalui perantaraan sejumlah eksportir. Kelompok Tani Daya Sindoro mengekspor kopi ke Jerman dan Korea Selatan. Ekspor biji kopi mentah ke Korea Selatan bahkan berlangsung hingga tiga kali berturut-turut dari tahun 2012 hingga 2014. Total, alda 14 ton biji kopi yang telah diekspor ke “Negeri Ginseng” itu.

Kontes kopi

Kiprah Kelompok Tani Daya Sindoro di Desa Tlahab menarik perhatian pemerintah pusat Kementerian Pertanian memberikan delapanunit mesin. Ada juga bantuan mesin wasting (panggang) rancangan Institut Pertanian Bogor.

Namun, mesin itu belum disertai standar operasional. Tuhar mengetahui teknik operasional mesin tersebut setelah mencoba-coba selama dua hari dua malam dengan menghabiskan 70 kilogram biji kopi hasil panennya.

Lebih lanjut Tuhar mendalami cara membuat kopi bubuk. Semua itu dilakukan secara otodidak serta banyak bertanya dan berkunjung ke sejumlah kafe di Semarang dan Yogyakarta. Setelah uji coba dan belajar dari sana-sini dia pun menguasai teknik menyangrai dan membuat bubuk kopi secara benar.

Tuhar lantas merintis usaha pembuatan kopi bubuk. Ia keluarkan tiga merek kopi dengan cita rasa berbeda Lebih dari itu, ia memberanikan diri mengikuti lomba Tahun 2014, kopi arabika milik petani ini menyabet gelar juara III dalam Kontes Kopi Specialti Indonesia tingkat nasional untuk kategori kopi arabika

Prestasi itu menyentak banyak orang yang selama ini tidak mengetahui bahwa Kabupaten Temanggung juga memproduksi kopi “Seusai kontes, sejumlah petani dari kelompok tani asal Bondowoso datang ke Desa Tlahab. Mereka ingin membuktikan, apakah kopi benar-benar ditanam di Temanggung atau tidak,” ujarnya sembari terbahak.

Pada Februari 2016, kopi produksi Tuhar dipamerkan dalam pameran Speciality Coffee Association of America di Atlanta, Amerika Serikat Ajang ini kian memopulerkan Desa Tlahab sebagai penghasil kopi

Semangat Tuhar “menular” kepada banyak warga. Dari sekitar 200 hektar lahan pertanian di Desa Tlahab, sekitar 70 persen kini ditanami kopi Semuanya menggunakan pola tumpang sari dengan rata-rata LOOO tanaman kopi per 1 hektar. Sekarang, total tanaman kopi di desa ini mencapai 150.000 pohon. Produktivitasnya mencapai 5 kilogram green bean per pohon.

Gerakan menanam kopi juga terbukti membantu konservasi lahan pertanian. Saat bersamaan, muncul altematif komoditas andalan selain tembakau. Kini, petani Desa Tlahab tidak lagi terialu bergantung pada hasil panen tembakau yang selama ini tidak menentu. Maklum, kualitas dan harga tembakau tu run-naik. bergantung pada cuaca serta pasar.

“Kami berharap petani dapat bebas paceklik sepanjang tahun,” ujar Tuhar.

Sumber : Kompas
Tanggal : 9 November 2016

]]>
Dirut Perhutani Pantau Wisata Hutan Sentul https://stg.eppid.perhutani.id/dirut-perhutani-pantau-wisata-hutan-sentul/ Mon, 07 Nov 2016 03:37:17 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41855 sentul1logoBISNIS.COM, JAKARTA (7/11/2016) |Direktur Utama Perhutani Denaldy M Mauna akan melakukan pemetaan dan kesiapan infrastruktur wisata alam Sentul Eco Edu Tourism Forest (SEETF) untuk dapat menarik lebih banyak pengunjung ke objek wisata tersebut.Denaldy mengatakan pemetaan tersebut pun dilakukan untuk dapat melakukan persiapan dan menyusun strategi yang mempermudah calon investor yang ingin bekerjasama. “Wisata Sentul Eco Edu penting bagi Perhutani untuk disiapkan kerjasama dengan para pihak yang akan berinvestasi sekaligus menghijaukan hutan Sentul di BKPH

Babakan Madang Bogor ini karena daerah tersebut adalah catchment area atau buffer zone bagi Jakarta,” kata Denaldy melalui keterangan resmi, Senin (7/11/2016).

Sentul Eco Edu Tourism Forest adalah kawasan wisata seluas ± 670 ha yang berjarak 60 km dari Jakarta dan hanya ±45 menit ditempuh kendaraan roda empat atau 14 km dari pintu tol Sentul Selatan. Lokasi wisata ini cocok untuk kegiatan pendidikan, pelatihan, rekreasi dan menyalurkan hobi fotografi atau bersepeda.

Kawasan ini hasil kerjasama pemerintah Indonesia dan Korea tahun 2008. Diresmikan oleh Menteri Kehutanan Korea dan Menteri Kehutanan RI saat itu tahun 2013. Pelaksanaan pembangunan dibawah pengawasan PT Korea Indonesia Forest Center (KIFC) dan pengelolaannya oleh Perum Perhutani.

Sejak tahun 2012-2015 ada 7 lembaga nasional dan internasional yang ikut berperan menghijaukan hutan Sentul dengan luasan antara satu ha sampai 700 ha dari dana CSR mereka antara lain Pemerintah Korea, Astra Internasional, PGN, PT SI, Seoul National University, Bank Permata, Suara Merlin Perdana dan Allianz.

“Lingkungannya cukup menarik, dikelilingi hutan pinus, daerah perdesaan dan perbukitan gunung Pancar, air terjun, juga air panas alami, ” kata Denaldy.

Tanggal : 7 November 2016
Sumber : Bisnis.com

]]>
Banjar Produksi Kayu Jati 600 Kubik Perbulan https://stg.eppid.perhutani.id/banjar-produksi-kayu-jati-600-kubik-perbulan/ Mon, 07 Nov 2016 01:40:18 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41812 HARAPANRAKYAT.COM, BANJAR (7/11/2016) | Keberadaan ratusan hektar hutan yang ada di Kota Banjar menjadi salah satu pemasok kayu jati yang dikelola Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Ciamis, untuk memenuhi kebutuhan kayu nasional.Melalui Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Kota Banjar yang menjadi sarana pengumpulan hasil penebangan di sebagian wilayah hutan Banjar Selatan dan Banjar Utara, kayu-kayu hasil produksi (HP) akan dijual langsung oleh Divisi Pemasaran Kayu (DPK) Cirebon.

“Semua HP yang mayoritas adalah jenis kayu jati, dijual langsung via online yang dikelola DPK Cirebon. Jadi, kita di TPK menunggu intruksi dari DPK setelah kayu tersebut dibeli oleh konsumen,” jelas Kepala TPK Kota Banjar, Otong, kepada Koran HR, Selasa (01/11/2016) pekan lalu.

Dia menjelaskan, proses penebangan kayu yang dikelola Perhutani sudah sesuai Standar Operasional Prosedure (SOP) yang berlaku. Pemilihan kayu berdasarkan waktu dan umurnya menjadi salah satu upaya Perhutani menjaga kelestarian alam.

Pihaknya pun tidak semena-mena menebang kayu karena ada aturan mainnya berdasarkan Kelas Umur (KU). Misalnya, untuk pencarangan adalah kelas 1 yang umur 7 tahun. Sedangkan yang sudah layak dijual adalah kelas 3 maupun kelas 4 yang berumur 21 maupun 28 tahun.

Sementara itu, dalam memenuhi target produksi kayu, pihaknya memprediksi setiap bulan sekitar 300 hingga 600 kubik kayu jati, sesuai dengan kondisi cuaca serta kebutuhan pasar. Sedangkan, kayu yang telah ditebang dan sudah masuk ke TPK sudah melalui proses verifikasi dari tim khusus yang menilai kelayakan jual kayu tersebut.

“Semua yang ada di TPK itu kayunya layak jual, baik untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional, sebab sudah melalui seleksi oleh tim khusus,” terang Otong.

Dirinya juga mengaku pihak Perhutani selalu terbuka dalam masalah pengelolaan kayu. Pasalnya, sistem yang digunakan Perhutani tidak lagi secara manual, yakni sistem e-commerce atau online.

“Jadi tidak ada lagi kayu illegal yang dijual, semuanya resmi dan memiliki sertifikat. Kami sebagai bagian dari Perhutani selalu terbuka kepada siapapun untuk melayani masyarakat, apalagi untuk transparansi pengelolaan kayu oleh Perhutani,” tandasnya. (Muhafid/Koran HR)

Tanggal : 7 November 2016
Sumber : Harapanrakyat.com

]]>
Wisata Bukit Wanalela Munculkan Keindahan Laut Selatan https://stg.eppid.perhutani.id/wisata-bukit-wanalela-munculkan-keindahan-laut-selatan/ Sun, 06 Nov 2016 02:54:48 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41823 SUARAMERDEKA.COM, KEBUMEN (6/11/2016) | Potensi wisata Kabupaten Kebumen menawarkan panorama alam dan landscape pantai selatan dari ketinggian adalah Bukit Wanalela.

Bukit Wanalela yang berada di Desa Argopeni, Kecamatan Ayah, Kebumen saat ini mulai dipoles oleh warga setempat. Salah satunya dengan dibangun dua gardu pandang yang memanfaatkan pohon yang tumbuh di area hutan yang dikelola oleh Perhutani tersebut.

Berada di tepi jalan antara Pantai Pedalen, Desa Argopeni dan Pantai Logending, Ayah. Tanpa gardu pandang, lokasi ini sebenarnya sudah sangat bagus untuk menikmati pantai selatan. Ditambah dengan dibangunnya gardu pandang, lokasi ini nyaris sempurna untuk menikmati indahnya laut selatan dari atas ketinggian.

Dari lokasi ini terlihat Semudera Indonesia, Pantai Logending, Pantai Jetis Cilacap, termasuk aliran Sungai Bodo yang bermuara di Pantai Logending. Hijaunya hutan mangrove dan perahu-perahu di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Logending juga terlihat jelas. Pemandangan nelayan yang akan melaut maupun pulang terlihat menerjang besarnya ombak pantai selatan.

Pada pagi hari suasananya cukup indah, bukit Wanalela diselimuti kabut selayaknya berada di pegunungan. Sedangkan pada sore hari, saat cuaca cerah pengunjung dapat menyaksikan keindahan matahari tenggelam di garis cakrawala.

Sebenarnya, pengembangan wisata Bukit Wanalela baru dikerjakan. Sehingga desain yang dikemas belum terlalu sempurna. Meski demikian, wisata Bukit Wanalela sudah mulai ramai didatangi pengunjung lokal Kebumen, khususnya pada hari libur.

Media sosial berpengaruh besar terhadap popularitas lokasi ini. Rencananya ke depan warga akan menambahkan banguna-bangunan dengan desain unik untuk menarik para pengunjung.

“Dengan dikembangkannya wisata Bukit Wanalela, kami berharap menambah destinasi wisata di kawasan Pantai Ayah. Selain itu, keberadaan wisata baru ini juga dapat meningkatkan ekonomi warga sekitar,” tutur Wahyudi warga Desa Argopeni.

Tanggal : 6 November 2016
Sumber : Suaramerdeka.com

]]>
Pemprov Jabar Bantu Perhutani Selesaikan Masalah Tenurial https://stg.eppid.perhutani.id/pemprov-jabar-bantu-perhutani-selesaikan-masalah-tenurial/ Sun, 06 Nov 2016 01:25:52 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41803 BISNIS.COM, JAKARTA (5/11/2016) | Perum Perhutani meminta dukungan masyarakat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mengelola kawasan hutan di daerah tersebut. “Perhutani tentu saja minta Pemprov Jawa Barat mendukung proses perubahan yang tengah berlangsung untuk perbaikan perusahaan. Ini penting karena Pemprov dan masyarakat Jawa Barat adalah stakeholder penting bagi perusahaan,” kata Direktur Utama Perhutani Denaldy M. Mauna dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/11/2016).
Perhutani mengelola 2,4 juta hektare (ha) lahan hutan di Jawa-Madura, di mana sekitar 25%-nya atau 599.000 ha berada di Jabar yang setara dengan 17% luas wilayah provinsi itu. Untuk wilayah Jabar-Banten, luas hutan Perhutani lebih kurang 676.000 ha termasuk hutan lindung dan produksi.

Dari 236 destinasi hutan wisata di Perhutani, 72 destinasi ada di Jawa Barat dan masuk wisata unggulan seperti Kawah Putih, Curug Cilember, dan Cikole Jayagiri.

Menanggapi permintaan tersebut, Sekretaris Daerah Jabar Iwa Karniwa memastikan Pemprov siap membantu Perhutani terutama dalam menyelesaikan permasalahan tenurial. “Saya sarankan wisata Perhutani lebih dioptimalkan lagi,” ujarnya.

Jabar, tepatnya di Kabupaten Indramayu, merupakan tempat uji coba pesawat tanpa awak (drone) untuk mengoptimalkan kegiatan operasional pengelolaan hutan Perhutani. Teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menginventarisasi pokok pohon dan memonitor kondisi tegakan di lapangan dengan lebih baik. Nantinya pesawat akan dilengkapi night vision sehingga dapat menjaga pohon dari aksi pencurian.

Implementasi pesawat terbang tanpa awak terwujud berkat kerja sama Perhutani dengan PT LEN Industri (Persero).

Tanggal : 5 November 2016
Sumber : Bisnis.com

]]>
Rano: Masyarakat di Areal Perhutanan Hanya Boleh Menggarap Bukan Memiliki https://stg.eppid.perhutani.id/rano-masyarakat-areal-perhutanan-boleh-menggarap-bukan-memiliki/ Mon, 29 Aug 2016 04:08:48 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39676 TANGERANGHITS.COM, TANGERANG (28/8/2016) | Masyarakat di Provinsi Banten yang berada di areal perhutanan atau desa hutan, dilarang mengklaim kepemilikan lahan yang saat ini ditempatinya. Mereka hanya boleh menggarap hutan tersebut bukan mengakui Kepemilikan.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Banten Rano Karno saat menghadiri Silaturahmi Akbar Keluarga Besar Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) se-Provinsi Banten di Lapangan Kampung Cikawung, Desa Mugi Jaya, Kecamatan Cigemblong, Kabupaten Lebak, Sabtu (27/8/2016).

“Provinsi Banten sudah melakukan MoU kerjasama dengan Perhutani, tidak lain agar masyarakat desa hutan menggarap hutan tetapi tidak untuk memiliki dan harus bisa menjaga kelestarian hutan yang ada,” kata Rano.

Ditegaskan Rano, masyarakat boleh menggarap kawasan hutan dengan tiga ketentuan, yakni tidak ingin memiliki, menguasai dan tidak merubah fungsi hutan.

“Petani penggarap kawasan hutan bisa mendapat bantuan serupa dengan petani lain di luar kawasan hutan. Harusnya masyarakat juga bisa menciptakan lingkungan yang ramah lingkungan dan tidak menggarap tanaman secara sembarangan,” ungkapnya.

Ketua LMDH Kecamatan Cigemblong Komar mengatakan, tahun ini 38 LMDH mendapatkan dana sharing sebesar Rp 659.149.000. Hal itu ditujukan untuk kepentingan kelembagaan, pengembangan usaha produktif, bantuan sosial dan insentif pengurus dan anggota LMDH.

“Dengan adanya dana sharing diharapkan seluruh LMDH yang ada di Provinsi Banten dapat lebih sejahtera,” harapnya.

Dalam kegiatan tersebut juga dilangsungkan pengobatan gratis dari RSUD Malingping dan pemberian sembako gratis. (Rus)

Tanggal : 28 Agustus 2016
Sumber : Tangeranghits.com

]]>
Tahura Djuanda Masih Jadi Primadona Wisata Alam https://stg.eppid.perhutani.id/tahura-djuanda-masih-jadi-primadona-wisata-alam/ Mon, 08 Aug 2016 04:26:20 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39271 PIKIRAN-RAKYAT.COM, BANDUNG (7/8/2016) | SAAT udara di tengah kota sudah tidak bersahabat dan merindukan suasana bebas polusi, berwisata ke Tahura bisa jadi solusinya. Di Bandung, Taman Hutan Raya Ir H Djuanda atau yang dikenal sebagai Tahura Djuanda menawarkan wisata alam yang layak Anda jelajahi.

Tak hanya hutannya yang menyegarkan dan pemandangan yang disajikannya, banyak objek wisata di dalamnya yang sayang Anda lewatkan.

Tidak hanya pengunjung dalam maupun luar kota, banyak pula turis mancanegara yang berkunjung ke Tahura Djuanda untuk menikmati objek wisata di sana.

Lokasi yang dekat dari pusat kota dan mudah diakses membuat banyak warga kota Bandung yang menghabiskan liburan degan berkunjung ke sana.

Tahura Djuanda berlokasi di Kampung Pakar, Desa Ciburial, Kecamatan Cimenyan pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl. Di atas tanahnya yang subur terdapat sekitar 2.500 jenis tanaman yang terdiri atas 40 familia dan 112 species.

Pada 1965, Tahura baru sekitar 10 ha namun saat ini sudah mencapai 590 ha yang membentang dari kawasan Pakar sampai Maribaya. Saat ini pengelolaannya berada di bawah Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Jawa Barat setelah sebelumnya berada di bawah naungan Perum Perhutani.

Untuk masuk ke area Tahura, setiap pengunjung dikenakan biaya Rp 12.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 75.000 untuk turis mancanegara.

Jika diakses dari utara, Tahura bisa dicapai dengan melewati obyek wisata Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini, Anda dapat mengunjungi obyek wisata Curug Omas dan kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak sepanjang 6 km menuju ke Pakar Dago. Di dalamnya terdapat objek wisata yang cocok untuk wisata edukasi seperti Goa Belanda dan Goa Jepang.

Tak hanya itu, Tahura memiliki lokasi menarik lainnya. antara lain Curug Dago, Panggung Terbuka, Kolam PLTA Bangkok, Monumen Ir H Djuanda, Museum Mini Taman Hutan Raya, Taman Bermain, dan Curug Lalay.

Semenatra jika masuk dari kawasan dago, Anda cukup berjalan kami melalui trek jogging dan beberapa anak tangga untuk sampai ke Goa Jepang dan Belanda, dengan jarak sekitar 600 m menuju Goa Jepang dan 1,5 km menuju Goa Belanda.

Tak hanya itu, Tahura memiliki lokasi menarik lainnya. antara lain Curug Dago, Panggung Terbuka, Kolam PLTA Bangkok, Monumen Ir H Djuanda, Museum Mini Taman Hutan Raya, Taman Bermain, dan Curug Lalay.

Semenatra jika masuk dari kawasan dago, Anda cukup berjalan kami melalui trek jogging dan beberapa anak tangga untuk sampai ke Goa Jepang dan Belanda, dengan jarak sekitar 600 m menuju Goa Jepang dan 1,5 km menuju Goa Belanda.

Tanggal : 7 Agustus 2016
Sumber : Pikiran-rakyat.com

]]>
Perhutani Tingkatkan Kesiagaan Pasca Kebakaran Bagian Hutan Ponorogo Timur dan Barat https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-tingkatkan-kesiagaan-pasca-kebakaran-bagian-hutan-ponorogo-timur-dan-barat/ Sun, 01 Nov 2015 02:38:52 +0000 http://perhutani.co.id/?p=28010 JAKARTA, PERHUTANI (1/11) | Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar memerintahkan secara khusus Direktur Pengelolaan Sumberdaya Hutan (PSDH), Heru Siswanto, dan Kepala Divisi Regional Jawa Timur, Andi Purwadi, untuk meningkatkan kesiagaan pengamanan hutan dari bahaya kebakaran akibat musim kering yang berkepanjangan maupun akibat kelalaian manusia yang terjadi di lokasi Bagian Hutan Ponorogo Timur, di Petak 166a RPH Sawo BKPH Ponorogo Timur KPH Lawu Ds, wilayah administratif Dusun Krajan Desa Tumpak Pelem, Kecamatan Sawo, Kab. Ponorogo, Sabtu (31/10).

Kejadian berawal dari kegiatan dua pesanggem dan penyadap getah pinus mitra kerja Perhutani yang tengah membersihkan dan mengumpulkan daun kering di lahan garapannya pada Sabtu (31/10/2015) untuk persiapan musim tanam. Mereka berusaha membakar sedikit daun kering meskipun ada papan larangan dan telah dilarang langsung oleh Mandor Perhutani. Karena angin bertiup sangat kencang, api membesar tidak terkendali, hingga mengepung mereka.

Petugas Perum Perhutani dibantu masyarakat, Polsek dan Koramil Sawoo telah berusaha membantu pemadaman api, tetapi naas ada korban jiwa satu orang meninggal atas nama: • Sdr. Djadi (70 thn), alamat RT 1 RW 1 Dusun Krajan Desa Tumpak Pelem Kec. Sawoo, Kab. Ponorogo.

Kebakaran di Bagian Hutan Ponorogo Timur yang menelan korban satu orang meninggal ini, hanya berselang dua hari setelah empat korban kejadian kebakaran di Bagian Hutan Ponorogo Barat, tepatnya petak 49a RPH Karang Patihan, BKPH Ponorogo Barat, KPH Lawu Ds, wilayah administratif Desa Ngilo-ilo, Kecamatan Slahung, Kab. Ponorogo, Kamis (29/10/2015).

Selain korban jiwa, kebakaran Bagian Hutan Ponorogo Barat menyebabkan hilangnya ± 1 Ha hutan pinus dan 400 pohon Pinus hangus terbakar, dengan nilai kerugian diperkirakan Rp. 435 Juta.

Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, sangat menyesalkan kejadian ini, memerintahkan semua petugas lapangan untuk meningkatkan kesiagaan dan mengajak masyarakat yang berada disekitar wilayah hutan mematuhi semua aturan-aturan yang ada terkait antisipasi bahaya kebakaran hutan. Pembersihan lahan dengan cara dibakar di dalam kawasan hutan Perum Perhutani pada dasarnya dilarang sesuai dengan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Lestari yang diterapkan oleh Perum Perhutani, demikian disampaikan Sekretaris Perusahaan John Novarly, Minggu (1/11/2015).

Atas kejadian ini, Direksi Perum Perhutani dan seluruh karyawan menyampaikan ucapan bela sungkawa yang mendalam kepada keluarga korban musibah ini. Keluarga Korban telah mendapatkan santunan dari Perum Perhutani.

(Kom-PHT/2015)

©Copyright 2015

]]>
Remajakan Tanaman Jati https://stg.eppid.perhutani.id/remajakan-tanaman-jati/ Wed, 10 Jun 2015 04:40:19 +0000 http://perhutani.co.id/?p=22257 Radar Jember – BONDOWOSO – Usai melakukan penebangan hutan Jati di Bondowoso dan Situbondo, KPH Perhutani Bondowoso berencana mengajak masyarakat sekitar hutan untuk menanami hutan milik Perhutani dengan palawija. Namun, dalam waktu bersamaan KPH Perhutani berencana akan menanami hutan yang sudah ditebang dengan bibit Jati.

Kepada Jawa Pos Radar Ijen, Administratur KPH Perrhutani Bondowoso Adi Winarno mengatakan saat ini KPH masih melakukan penebangan pohon di hutan Jati. “Namun setelah dilakukan penebangan, makahutan itu akan kosong alias gundul,” katanya.

Saat itulah KPH Perhutani akan menanami hutan dengan bibit kayu Jati. “Namun dalam waktu yang bersamaan, saya mengajak warga untuk menanami hutan itu dengan tanaman palawija. Namun, kami hanya memberi waktu setahun saja,” katanya.

Saat warga panen, maka hasil palawija bisa diambil oleh masyarakat sendiri. “Itu merupakan bagian dari misi sosial Perhutani kepada warga sekitar hutan,” ujarnya. Namun begitu, warga diharapkan untuk memelihara tanaman bibit Jati yang baru ditanam oleh Perhutani. “Jadi ada fungsi take and give atau memberi dan menerima,

Kami memberikan keluasaan kepada masyarakat untuk tanam palawija namun masyarakat harus membantu mengawasi tanaman bibit Jati,” katanya. Selanjutnya Adi mengatakan selama ini masyarakat sekitar hutan turut membantu Perhutani. “Mereka itu ikut menjaga kawasan hutan. Juga, mereka bisa memanen palawija,” jelasnya.

Dan yang paling penting kehidupan masyarakat sekitar hutan ikut membaik kondisi ekonominya. “Jadi ada hubungan erat antara kita dengan masyarakat,” tambahnya. Adi juga mengatakan kayu jati yang sudah ditebang akan disimpan di TPK Klabang dan TPK Tapen.

“Kayu itu disimpan disana menunggu adanya proses lelang dari Jember,” ungkapnya. Sebab, kayu kayu Jati itu akan dilelang oleh Perhutani Jember. Bahkan ada yang dijual secara langsung dan kontrak.”- Bagi warga yang ingin beli Jati bisa ke Perhutani Jember,” katanya. Dan, kualitas kayu jati itu masuk kategori A. “Kayunya bagus sekali mutunya. Biasanya yang membeli adalah pebisnis mebeler,” pungkasnya. (eko/esb)

Sumber : Radar Jember, hal. 3 & 4
Tanggal : 10 Juni 2015

]]>