hutanpinussonggon – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 27 Feb 2017 04:12:26 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png hutanpinussonggon – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Serunya Belajar di Tengah Hutan Pinus Songgon Banyuwangi https://stg.eppid.perhutani.id/serunya-belajar-tengah-hutan-pinus-songgon-banyuwangi/ Mon, 27 Feb 2017 04:12:26 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45499 5edd20f0-0ea4-4cab-aa3c-1ac730cc5559_169DETIK.COM (26/2/2017) | Bicara tentang belajar, tak harus melulu berada di ruang kelas berdinding tembok. Seperti di Banyuwangi, sejumlah siswa terlihat lebih asyik belajar Bahasa Inggris di kawasan hutan pinus.

Ya, inilah sekolah hutan pinus yang berada di Desa Sumber Buluh, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Setiap hari Minggu, sekolah yang berada di tengah-tengah belantara pohon pinus ini selalu ramai dikunjungi anak-anak desa setempat untuk belajar bahasa inggris.

Sekolah hutan pinus ini sengaja didirikan di kawasan hutan produksi pinus, Perhutani KPH Banyuwangi Barat bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Rimba Ayu, di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon. Sekelompok pemuda dari desa setempat yang tergabung dalam LMDH Rimba Ayu secara kompak menjadi pengajar bahasa inggris.

Bahasa inggris dipilih sebagai mata pelajaran utama lantaran penguasaan bahasa asing dinilai penting di era globalisasi seperti sekarang ini. Terlebih lagi, desa yang berada di bawah kaki Gunung Raung ini sektor pariwisata alam berbasis hutan sedang moncer dikunjungi wisatawan lokal dan asing.

Sekolah gratis ini terbuka bagi anak-anak desa sekitar yang ingin belajar dan menambah pengetahuan bahasa asing serta pengetahuan lainnya.

“Inisiatif untuk membuka sekolah hijau di hutan pinus ini satu sisi kita ingin memberikan pembelajaran dengan suasana beda, bersentuhan langsung dengan alam,” kata Hengky, salah satu relawan pengajar bahasa asing di Sekolah Hutan Pinus Songgon, Minggu (26/2/2017).

Tak hanya disulap sebagai tempat belajar, di areal seluas 4 hektar itu hutan produksi pinus juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata kekinian yang lagi hits di Banyuwangi. Payung-payung merah yang menggelantung, jejeran ornamen yang kece juga di sediakan sebagai tempat seru untuk selfie.

Maka, tak heran jika siswa siswi sekolah hutan pinus terlihat lebih ceria dan bersemangat ketika belajar bahasa inggris di tengah hutan pinus tersebut. Situasi belajar yang asyik, udara yang sejuk dan ratusan pohon pinus yang tinggi menjulang menambah rindang pemandangan yang terpapar di kelas alam itu. Tak hanya belajar, para siswa juga bisa bermain di arena rumah pohon, area perkemahan dan berkuda di tengah hutan pinus.

“Enak disini, pemandangannya indah. Bisa belajar membaca dan menulis (bahasa inggris,” ucap Sekar usai kelas Bahasa Inggris berakhir.  (bdh/bdh)

Sumber: detik.com

Tanggal: 26 Februari 2017

]]>
Hutan Pinus Songgon, Hutan Yang Bisa Hilangkan Stres https://stg.eppid.perhutani.id/hutan-pinus-songgon-hutan-hilangkan-stres/ Sun, 19 Feb 2017 00:53:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45361 750x500-hutan-pinus-songgon-hutan-yang-bisa-hilangkan-stres-170219zMERDEKA.COM (19/2/2017) | Wisata hutan pinus di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur. Saat ini menjadi salah satu destinasi alam wisata favorit selama menikmati waktu liburan. Ada beragam fasilitas wisata yang membuat pengunjung betah menikmati pemandangan alam dan rindangnya hutan pinus.

Tiket masuk ke wisata hutan pinus cukup membayar Rp 5 ribu. Pengunjung sudah bisa jalan-jalan menikmati pemandangan alam dan berbagai fasilitas spot selfie yang disediakan pihak pengelola wisata.

“Termasuk rumah pohon yang menjadi fasilitas dari tiket masuk. Ada dua spot selfie yang kami sediakan,” ujar Yusuf (47) pengelola wisata hutan pinus, beberapa waktu lalu.

Kawasan wisata seluas tujuh hektare ini merupakan kerja sama dengan pihak Perhutani. Panitia juga menyediakan berbagai permainan anak seperti outbound kid, tubing kid dan safari berkuda. “Kalau kuda keliling area sini saja satu putaran Rp 10 ribu untuk anak, Rp 5 ribu dewasa. Kemudian tubing kid juga Rp 5 ribu per dua jam,” jelasnya.

Selain itu, pengunjung juga bisa keliling hutan pinus seluas 90 hektare dan menyusuri spot air tejun dengan paket safari jeep. “Kalau hari Minggu bisa sampai enam trip yang pesan,” ujarnya.

Wisata hutan pinus dikelola secara swadaya oleh pemuda Songgon. Meski baru dibuka sekitar lima bulan lalu, saat ini jumlah wisatawan yang berkunjung mencapai 6 sampai 7 ribu orang tiap pekannya. Wisata hutan pinus buka mulai pukul 07.00-17.00 WIB.

Yusuf mengatakan, pengunjung yang datang ke wisata hutan pinus dijamin bakal betah. “Jalan-jalan di antara pinus bisa mengurangi stress, bau getah pinus bisa mengeluarkan aroma wangi kalem. Udaranya lebih segar,” ujarnya.

Destinasi wisata hutan pinus cocok buat keluarga ini. Selain banyak fasilitas permainan, kawasan wisata yang luas membuat pengunjung tetap nyaman meski yang datang mencapai ribuan orang. “Hijau banget tempatnya adem cocok buat keluarga dan anak-anak. Pastinya menenangkan, tidak bising seperti di kota,” ujar Yunka (20) salah satu pengunjung. (FF/MUA)

Sumber: merdeka.com

Tanggal: 19 Februari 2017

]]>
Ketika Pemandu Wisata Mengajar Bahasa Inggris di Hutan Pinus https://stg.eppid.perhutani.id/ketika-pemandu-wisata-mengajar-bahasa-inggris-hutan-pinus/ Mon, 14 Nov 2016 01:10:09 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=42247 1428120dsc00095-picsay780x390KOMPAS.COM (12/11/2016) | Seorang laki-laki terlihat menulis nama-nama hewan dalam Bahasa Inggris di papan putih. Sementara itu, puluhan anak-anak terlihat tekun menyalin di buku pelajaran dengan lesehan di atas tikar.
Setelah selesai, laki laki yang bernama Hengki Pratama tersebut meminta anak-anak membaca kembali tulisan mereka. “Tiger….. lion…..deer…..bird….monkey….,” kata anak-anak itu bersamaan.
Kegiatan belajar mengajar tersebut bukan di dalam kelas, tapi di hutan pinus yang ada di Desa Sumberbuluh, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Pengajarnya pun bukan guru sekolah, tapi para pemandu wisata yang berada di sekitar lokasi wisata hutan pinus.
“Ini salah satu kontribusi yang bisa kami berikan kepada masyarakat di sini yaitu dengan mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak sekitar sini,” kata Hengky Pratama, pemandu sekaligus pengelola wisata hutan pinus kepada Kompas.com, Sabtu (12/11/2016).
Biasanya kegiatan tersebut berlangsung setiap hari Minggu atau ketika anak-anak pulang sekolah. Tidak ada biaya yang harus dibayar oleh anak-anak tersebut agar bisa belajar bahasa Inggris bersama para pemandu.
“Jika hari Minggu biasanya pagi hari sekitar jam 8 sampai jam 10 pagi. Ada tiga pemandu wisata yang mengajar secara bergantian,” jelasnya.
Anak-anak akan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu yang kelas 1 sampai kelas 3, kelas 3 sampai kelas, 6 dan SMP ke atas. Hengky mengatakan, ia sengaja mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak agar mereka mendapatkan ilmu bahasa baru yang tidak didapatkan di sekolah.
“Ada sebagian dari mereka yang tidak mendapatkan pelajaran bahasa Inggris di sekolahnya. Nantinya, mereka bisa langsung praktik berbicara dengan para turis asing yang datang ke wisata hutan pinus,” jelasnya.
Awal dimulainya pendidikan di alam terbuka ini pesertanya hanya berjumlah 26 anak. Belum satu bulan, anak-anak yang belajar bertambah mencapai 40 orang dan diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah karena mereka mengajak teman-temannya untuk bergabung.
“Ke depannya kami bukan hanya mengajarkan bahasa Inggris tetapi juga keterampilan dan kerajinan dari bahan-bahan alami seperti ranting, dahan pohon, daun, biji pinus, dan lain-lain yang nantinya bisa dijual jadi cinderamata,” jelasnya.
Luky Apriansyah, siswa kelas 6, salah satu peserta yang ikut belajar bahasa Inggris, kepada Kompas.com mengaku, awalnya dia main dengan rekan-rekannya di wisata hutan pinus, lalu ditawari untuk belajar bahasa Inggris.
“Mau aja diajari soalnya di sekolah enggak ada bahasa Inggris. Belajar di sini juga enak adem nggak kayak di kelas,” katanya sambil tertawa.
Wisata Hutan Pinus Songgon sendiri berjarak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Banyuwangi, menjadi salah satu destinasi wisata alternatif di Banyuwangi yang berada di bawah kaki Gunung Raung. Kawasan ini dikelola oleh Perhutani dan Lembaga Masyarakat Desa hutan di sekitar Desa Sumberbuluh.
 
Sumber : kompas.com
Tanggal : 12 November 2016

]]>