Industri Non Kayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 11 Feb 2015 06:24:28 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Industri Non Kayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Pembangunan Pabrik Sagu Perhutani Capai 85 % https://stg.eppid.perhutani.id/pembangunan-pabrik-sagu-perhutani-capai-85/ Wed, 11 Feb 2015 06:24:28 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18240 TEMINABUAN-Lokasi peletakan batu pertama pembangunan pabrik sagu Perum Perhutani oleh mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan di Kais pada akhir tahun 2013 lalu kini sudah berubah Pabrik sagu yang dibangun oleh perusahaan milik negara PT Barata sejak 14 Januari 2014 lalu sudah hampir selesai. Pimpinan Perum Perhutani Papua Barat Ir.Ronald Guido Suitela, M.Si yang ditemui Radar Sorong, kemarin (10/2) menjelaskan, aktivitas pembangunan Pabrik Sagu di Kais berjalan lancar hingga saat ini.
Tidak ada hambatan, karena masyarakat juga ikut mengawal dan terlibat langsung dalam pembangunan pabrik sagu tersebut Pabrik Sagu Perhutani yang sedang dibangun sudah mencapai 85 %. Termasuk di dalamnya pemasangan mesin produksi pati sagu. Pihaknya berharap kalau tidak ada hambatan yang berarti di lapangan, bulan Maret mendatang pembangunan pabrik sagu selesai. Selanjutnya Perhutani mempersiapkan pelaksanaan ujicoba produksi tepung atau pati sagu. “Pembangunanpabrik Sagu Perhutani di Kais saat ini sudah mencapai 85 %, dalam waktu tidak lama lagi pabrik selesai dibangun,” tegasnya.
Ditemui di ruang kerjanya, Ronald menjelaskan, Perhutani menargetkan pada bulan Mei mendatang sudah mulai ujicoba produksi perdana tepung sagu. Produksi tepung sagu dilaksanakan secara bertahap setiap semester hingga mencapai kapasitas mesin terpasang yakni 30.000 ton/tahun atau 100 ton per hari. Rencana produksi semester kedua tahun 2015 sebesar 25 % dari kapasitas mesin yakni 7.500 ton, semester pertama tahun 2016 sebesar 50 % atau 15.000 ton, semester kedua tahun 2016 sebesar 75 % atau 22.500 ton dan semester pertama tahun 2017 sebesar kapasitas penuh yakni 30.000 ton atau sesuai kapasitas terpasang mesin produksi, (jus)
Sumber  : Radar Sorong
Tanggal  : 11 Pebruari 2015

]]>
Pemerintah Didesak Perkuat Hilirisasi Karet https://stg.eppid.perhutani.id/pemerintah-didesak-perkuat-hilirisasi-karet/ Tue, 20 Jan 2015 02:45:35 +0000 http://perhutani.co.id/?p=17771 Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah diminta memperkuat hilirisasi karet guna memenuhi permintaan dalam negeri serta mendongkrak pasar ekspor.
Penasihat Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Jawa Barat Iyus Supriatna pesimistis permintaan dalam negeri mampu tercapai apabila pemerintah tidak menggenjot hilirisasi karet.
Dia beralasan hilirisasi penting dilakukan karen selama ini produktivitas karet dalam negeri sangat minim di bawah 1 ton hektare per tahun. Padahal, idealnya produktivitas karet mencapai 1,5 ton hingga 2 ton per ha per tahun.
Menurutnya, kondisi tersebut dipicu akibat tanaman karet yang sudah menua sehingga tidak lagi berproduktivitas secara maksimal.
“Produksi karet di Jabar saat ini hanya sekitar 57.000 ton per tahun dengan luas lahan sekitar 36.000 ha,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (20/1/2015).
Menurutnya, pemerintah harus memulai hilirisasi dari peremajaan perkebunan karet dengan klon unggul yang direkomendasikan Balai Penelitian Karet Indonesia.
Selanjutnya, pemerintah mendorong perluasan areal perkebunan hasil kerja sama antara petani dengan pihak swasta serta Perhutani yang memiliki areal perkebunan luas yang masih bisa dimanfaatkan.
“Kami pernah mencoba menanam karet yang bekerja sama dengan Perhutani pada 2007 di Sukabumi dan hasilnya cukup bagus. Tingkat produktivitas karet setelah dipanen mencapai 1-1,5 ton per ha,” katanya.
Sumber  : bisnis.com
Tanggal  : 20 Januari 2015

]]>
Perhutani Genjot Bisnis Non Kayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-genjot-bisnis-non-kayu-2/ Fri, 24 Oct 2014 07:14:20 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14687 JAKARTA – Perum Perhutani ingin menggenjot kontribusi bisnis nonkayu bagi pendapatan Perseroan di masa mendatang. Hal itu diwujudkan dengan inovasi-inovasi produk, termasuk pengembangan produksi di sektor hilir.
“Kami menargetkan- pendapatan usaha dari bisnis nonkayu pada tahun 2016 sebesar 55 persen, naik dari tahun 2014 sebesar 52 persen. Ini dilakukan seiring dengan berkurangnya pendapatan dari kayu log karena menghemat kayu dan menjaga kelestarian hutan, terutama di Jawa,’ kata Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, di Jakarta, Kamis (23/10).
Diperkirakannya, pada tahun 2016 maka porsi pendapatan Perum Perhutani sebanyak 55 persen disurtibang nonkayu dan 45 persen kayu. Naik dari tahun 2014 yang di perkirakan 52 persen nonkayu, sementara 48 persen kayu.
Pada tahun 2014, Perseroan menargetkan pendapatan sebesar 4,6 triliun rupiah dengan laba sekitar 287 miliar rupiah. Andalan pendapatan Perhutani masih bertumpu pada sektor hulu, yaitu kayu hasil hutan dan getah.
“Salah satu bisnis nonkayu yang menjadi andalan Perhutani adalah adalah pabrik derivatif gondorukem terpen tin di Pemalang berkapasitas 24.000 ton per tahun yang mulai beroperasi tahun 2015. Kami investasi cukup besar di Pemalang sekitar 200 miliar rupiah. Harus cepat mengembangkan hilir karena jika hanya mengandalkan kayu log akan sulit,” tuturnya.
Perhutani mengelola hutan seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa, terdiri atas hutan jati 1.261.465,81 hektare (52 persen), hutan pinus 876.992,66 hektar (36 persen), dan sisanya damar, mahoni, akasia, sengon, kesambi, dan lainnya.
Sumber  : Koran Jakarta
tanggal  : 24 Oktober 2014

]]>
Perhutani Proyeksikan Optimalisasi Non Kayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-proyeksikan-optimalisasi-non-kayu/ Wed, 22 Oct 2014 13:14:24 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14598 JAKARTA – Pendapatan Perum Perhutani kian melejit. Betapa tidak, dengan target penda-patari usaha dari bisnis nonkayu pada 2016 sebesar 55 persen, ini berarti mengalami peningkatan sebanyak 52 dibandingkan dengan perolehan tahun 2014.
“Perhutani akan terus berusaha menaikkan perolehan pendapatan dari bisnis non-kayu, sejalan dengan berkurangnya pendapatan dari kayu log. Hal tersebut seiring dengan program penghematan kayu dan menjaga kelestarian hutan terutamma di Jawa,” kata Direktur Utama perum perhutani Mustoha Iskandar, di Jakarta, kemarin.
Menurut Mustoha, yang sebelumnya menjabat Direktur Komersial Kayu Perhutani, sejak (Selasa, 21/ 10), secara resmi menjadi dirut baru menggantikan dirut i sebelumnya Bambang Sukmananto.
Dikatakannya, pada 2016 porsi pendapatan 1 Perum Perhutani sebanyak 55 persen disumbang nonkayu dan?45 persen kayu. Naik dari 2014 yang diperkirakan 52 persen non kayu sementara 48 persen kayu.
Naiknya bisnis nonkayu, dipacu dari inovasi-inovasi produk termasuk dengan pengembangan produksi di sektor hilir. Pada 2014 diutarakan Mustoha, perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp4,6 triliun, dengan laba sekitar Rp287 miliar.
Pendapatan Perhutani selama ini, katanya, masih bertumpu pada sektor hulu yaitu kayu hasil hutan dan getah. Mustofa menambahkan salah satu bisnis nonkayu yang menjadi andalan Perhutani adalah pabrik derivatif gondorukem terpentin di Pemalang berkapasitas 24.000 ton per tahun yang mulai beroperasi 2015.
“Kita investasi cukup besar di Pemalang sekitar Rp 200 miliar. Harus cepat mengembangkan hilir, karena jika hanya mengandalkan kayu log maka akan sulit,” katanya.
Dari yang didatanya, industri gondorukem selama ini menyumbang pendapatan kedua terbesar setelah kayu bulat (log), dimana perusahaan ini menjadi penghasil gondorukem terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Gondorukem, yang merupakan produk olahan getah pinus, adalah bahan utama untuk industri minyak, Cat, tinta printer, dan industri lainnya.
Perum Perhutani mengelola hutan seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa, terdiri atas hutan jati 1.261. 465,81 hektare (52 persen), hutan pinus 876.992,66 hektar (36 persen), dan sisanya damar, mahoni, akasia, sengon, kesambi dan lainnya.
Pada 17 September 2014, pemerintah secara resmi membentuk Holding BUMN Kehutanan yang menggabungkan Perhutani dan Inhutani IV melalui Peraturan? Pemerintah (PP) No.?73 tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal? negara republik Indonesia
ke Dalam Modal Perusahaan Umum Kehutanan Negara. Perum Perhutani bertindak sebagai induk usaha Holding BUMN Kehutanan dengan modal awal sebesar Rp 1,181 triliun.
Dirut Baru
Pengangkatan Dirut baru Perum Perhutani ini, setelah para Pemegang saham Perum Perhutani memutuskan mengangkat Mustoha Iskandar sebagai Direktur Utama perusahaan periode 2014-2019 menggantikan pejabat dirut sebelumnya Bambang Sumananto. Surat
pemberhentian dan pengangkatan tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor 231/MBU/ 10/2014 tanggal 17 Oktober 2014.
Dirut Mustoha, sebelumnya menjabat Direktur Komersial Kayu Perum Perhutani sejak 13 Januari 2014. Sedangkan Bambang Sukmananto selanjutnya segera menempati posisi baru sebagai Staf Ahli Kementerian Kehutanan.
Susunan pejabat direksi Perhutani saat ini adalah Dirut Mustoha Iskandar, Direktur PSDH Heru Siswanto, Direktur Keuangan Morgan Sharif Lumban Batu, Direktur komersian non-kayu Muhammad Soebagja, Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis dan Umum Mustofa Iskandar, dan Direktur Agus Setyaprastawa.
Seperti diketahui, tanggal 17 September 2014, pemerintah secara resmi membentuk Holding BUMN Kehutanan yang menggabungkan Perhutani dan Inhutani I-V melalui Peraturan Pemerintah (PP) No.73 tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal?Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Perusahaan Umum Kehutanan Negara.
Sumber : Suara Karya
Tanggal: 22 Oktober 2014

]]>
Perhutani Harus Bisa Jadi Pionir Hilirisasi https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-harus-bisa-jadi-pionir-hilirisasi/ Wed, 22 Oct 2014 13:07:52 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14664 JAKARTA – Manajemen Perusahaan Umum Perhutani harus meningkatkan tata kelola untuk menjadi pionir industri kehutanan terpadu berdaya saing tinggi di pasar global. Perhutani yang mengelola 2,4 juta hektar kawasan hutan di Pulau Jawa ditargetkan bisa tumbuh menjadi sebesar induk badan usaha Pemerintah Singapura, Temasek.
Ketua Dewan Pengawas Perhutani Hadi Daryanto mengungkapkan hal itu, Selasa (21/10), di Jakarta. Sebelumnya, Hadi menyaksikan serah terima jabatan Direktur Utama Perum Perhutani dari Bambang Sukmananto kepada Mustoha Iskandar.
“Target Dirut Perhutani yang baru adalah menyelesaikan rencana kerja dan pembangunan pabrik sagu di Papua serta meningkatkan tata kelola perusahaan. Perhutani harus dapat menjadi pionir industri terpadu sektor kehutanan, pangan, dan industri pengolahan berbasis rakyat,” kata Hadi.
Perum Perhutani merupakan badan usaha milik negara (BUMN) sektor kehutanan terbesar. Perhutani mengelola kawasan hutan di Pulau Jawa yang didominasi kayu jati dan pinus.
Sejak 17 September 2014, Kementerian BUMN melebur BUMN sektor kehutanan dengan Perhutani sebagai induk perusahaan yang memayungi Inhutani I, Inhutani II, Inhutani III, Inhutani IV, dan Inhutani V. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2014 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Perusahaan Umum Kehutanan Negara menetapkan Perhutani sebagai perusahaan induk dengan modal awal Rp 1,1 triliun.
Terobosan Pemasaran
Perhutani memproduksi kayu olahan bernilai tinggi seperti jati dan sedikitnya 26 jenis komoditas nonkayu seperti gondorukem (getah pinus merkusi) dan lak. Hadi meminta manajemen Perhutani meneruskan pembukaan kantor pemasaran kayu olahan bermerek sendiri di Shanghai, Tiongkok.
Hadi mengatakan, pembukaan kantor pemasaran produk bermerek Perhutani di Tiongkok merupakan salah satu terobosan positif untuk menggenjot penghasilan. Menurut Hadi, manajemen harus cermat memilih mitra bisnis untuk sukses berdagang di Tiongkok.
“Kayu berkualitas bagus jangan lagi diberikan kepada pihak luar. Kayu tersebut harus diolah sendiri untuk menciptakan nilai tambah dan berdaya saing tinggi di pasar ekspor,” kata Hadi.
Dalam jumpa pers seusai serah terima jabatan, Mustoha mengatakan, pihaknya mengajak seluruh karyawan Perhutani membangun budaya perusahaan korporasi. Menurut Mustoha, era globalisasi dan kompetisi tinggi menuntut Perhutani bergerak lincah untuk menjadi pemimpin di sektor industri kehutanan.
Fokus Restrukturisasi
Manajemen Perhutani juga akan fokus merestrukturisasi Inhutani I-V dan mengoptimalkan aset tidur Perhutani seluas 2 juta meter persegi di Pulau Jawa. Perhutani, ujar Mustoha, akan menggerakkan seluruh potensi yang dimiliki Inhutani I-V agar berproduksi optimal dan menghasilkan dividen.
Selama ini Inhutani I-V beroperasi di Kalimantan dan Sumatera. Konflik sosial dan okupansi lahan selama 20 tahun terakhir turut memengaruhi kinerja Inhutani I-V.
Mustoha menambahkan, restrukturisasi merupakan pilihan logis untuk menyelamatkan Inhutani I-V dan menjaga kesinambungan Perhutani. Manajemen Perhutani berharap, ada peraturan pemerintah yang menjadi landasan hukum bagi alas hak lahan Inhutani I-V untuk menjamin kesinambungan bisnis dan mempermudah operasional.
Perhutani, ujar Mustoha, menargetkan pendapatan tahun 2014 senilai Rp 4,6 triliun dengan laba Rp 287 miliar. Diversifikasi produk nonkayu sektor hilir akan menjadi perhatian manajemen untuk mengimbangi penghasilan sektor hulu.
“Sektor hilir harus menjadi penghela pendapatan perusahaan. Perhutani harus menjadi pemimpin sektor industri kayu dengan masuk ke sektor hilir yang sangat kompetitif,” ujar Mustoha.
Sumber  : Kompas
Tanggal : 22 Oktober 2014

]]>
Perhutani Kejar Pendapatan Nonkayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-kejar-pendapatan-nonkayu/ Wed, 22 Oct 2014 10:48:04 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14653 JAKARTA – Perusahaan Umum (perum) Perhutani menargetkan pendapatan dari hasil hutan nonkayu dan industri kehutanan lain. Aksi korporasi tersebut dilakukan setelah restrukturisasi perusahaan yang membuat Perhutani menjadi perusahaan induk (holding) sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri kehutanan.
Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar mengungkapkan, Perhutani mengubah struktur perusahaan dengan memisahkan usaha hulu dan hilir. Usaha hilir dinilainya harus menjadi pendorong pendapatan perusahaan dengan mengedepankan nilai kreasi.
“Industri kehutanan harus bervariasi. Karena Perhutani masuk zona bisnis maka harus kompetitif, terutama usaha di hilir sehingga Perhutani mampu bersaing dan memimpin,” ungkapnya seusai acara lepas sambut jabatan dirut Perum Perhutani, di Jakarta, Selasa (21/10).
Perusahaan pelat merah tersebut dinilai tidak bisa lagi bergantung pada produk berbasis kayu. Hingga akhir 2014, Perhutani menargetkan pendapatan bisa mencapai Rp 4,6 triliun dengan komposisi 52 persen nonkayu dah 48 persen kayu. Komposisi pendapatan usaha nonkayu akan diperbesar hingga 55 persen pada 2016.
Untuk mencapai target itu, perseroan telah berinvestasi ke sejumlah perusahaan. Investasi itu antara lain Pabrik Derivat Gondorukem dan Terpentin (PDGT) di Pemalang, Jawa Tengah. Nilai investasinya hingga Rp 200 miliar untuk industri nonkayu.
Selain itu, Perhutani berencana membangun industri kayu lapis (plywood) di Banyumas dan Kuningan. Rencana tersebut akan diwujudkan Perhutani melalui Holding lima anak perusahaannya, yaitu PT Inhutani I hingga PT Inhutani V. Anak perusahaan tersebut diharapkan bisa menyumbang pendapatan.
Kebijakan pembentukan holding Perhutani, kata Mustoha sudah ditindaklanjuti dengan memenuhi keharusan untuk menilai harga saham wajar PT Inhutani. “PT Inhutani sudah memanggil pihak kantor jasa penilai publik (KJPP) untuk menilai par value per lembar dari 1 juta saham. Itu nantinya jadi data penyertaan modal negara kepada PT Inhutani,” tutur Mustoha.
Mantan dirut Perhutani Bambang Sukmananto menambahkan, program sertifikasi yang diberlakukan selama masa kepemimpinannya akan mendukung rencana Perhutani. Selain itu, Perhutani telah memiliki divisi khusus untuk mengoptimalkan aset pada lahan tidur.
Sumber  : Republika
Tanggal  : 22 Oktober 2014

]]>
Perhutani Genjot Nonkayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-genjot-nonkayu/ Wed, 22 Oct 2014 10:10:26 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14596 Kontribusi pendapatan dari lini bisnis nonkayu ditargetkan meningkat hingga sebesar 55% pada 2016. BUMN di bidang kehutanan, Perum Perhutani, berencana menggenjot kontribusi bisnis nonkayu menjadi 52% bagi pendapatan perusahaan tahun ini. Sisa pendapatan akan berasal dari bisnis kayu (log).
Menurut Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, pihaknya memproyeksikan pendapatan Rp4,6 triliun di akhir 2014 atau tumbuh 16,41% jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya Rp3,954 triliun.Sementara itu, laba tahun ini dipatok Rp258 miliar.
“Kesepakatan itu tertuang dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP),” katanya di Jakarta, kemarin.
Mustoha yang menggantikan Bambang Sukmananto terhitung 17 Oktober 2014 itu juga mengatakan Perhutani menargetkan lini bisnis nonkayu akan berkontribusi sebesar 55% pada 2016 dan sisanya dari bisnis kayu.
Pencapaian tersebut akan dikontribusikan dari operasional pabrik derivatif gondorukem terpentin di Pemalang, Jawa Tengah. Hasil industri gondorukem merupakan produk olahan dari getah pinus yang digunakan sebagai bahan baku untuk industri minyak, cat, dan tinta mesin cetak (printer).
Ia mengungkapkan Perhutani juga akan meningkatkan kontribusi kayu dari sisi industri, seperti housing component, furnitur, dan flooring.Perhutani akan mendorong sektor hilir tersebut menjadi kontribusi bagi pendapatan perusahaan. Strategi itu direalisasikan melalui implementasi corporate culture.
Di sisi lain, lanjut Mustoha, pihaknya juga akan merestrukturisasi anak usaha, Inhutani I hingga V. Rencana itu seiring dengan keputusan pemerintah menetapkan Perum Perhutani sebagai induk (holding) BUMN kehutanan.Pascarestrukturisasi, Perhutani juga mendorong Inhutani melaksanakan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Keuangan Perhutani Morgan Sharif Lumban menambahkan, pihaknya tengah menyelesaikan pengerjaan pabrik derivatif gondorukem berkapasitas 40 ribu ton per tahun di Pemalang, Jawa Tengah, yang ditargetkan berproduksi akhir tahun ini.Aksi PTBA Pada kesempatan terpisah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melalui anak usahanya, PT Bukit Multi Investama, mengakuisisi 100% saham perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Bumi Sawindo Permai (BSP).
Perkebunan BSP yang seluas 8.346 hektare merupakan bagian dari wilayah izin usaha pertambangan (IUP) di area Banko, Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono mengatakan lahan perkebunan yang diakuisisi memiliki cadangan batu bara sebesar 580 juta ton dari total cadangan 1,99 miliar ton yang dimiliki perseroan.
“Keberadaan perkebunan ini merupakan sinergi positif untuk pengembangan grup usaha secara berkelanjutan, khususnya untuk pemenuhan pasokan batu bara bagi PLTU Mulut Tambang yang sedang dalam tahap persiapan pembangunan,” katanya.
Menurutnya, Bukit Asam juga melalui anak usahanya, PT Huadian Bukit Asam Power, akan membangun PLTU Banko Tengah 2 x 620 Mw (Sumsel 8).Rencana pengoperasian 2017 ataupun 2018. (E-3)
Sumber  : Media Indonesia
Tanggal : 22 Oktober 2014

]]>
Perhutani Akan Genjot Bisnis Hilir Non-Kayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-akan-genjot-bisnis-hilir-non-kayu/ Wed, 22 Oct 2014 08:00:09 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14683 JAKARTA – Perusahaan pelat merah di sektor kehutanan, Perum Perhutani (Persero), menyatakan akan menggenjot juga bisnis non-kayu. Direktur Utama Perum Perhutani yang baru terpilih kemarin, Mustoha Iskandar, mengatakan bisnis non-kayu itu di antaranya getah sadapan pinus atau gondorukem, minyak kayu putih, serta minyak suling pinus atau terpentin.
Perhutani membangun industri hilir gondorukem dan terpentin di Jawa Tengah serta diprediksi bisa beroperasi pada akhir tahun ini. “Kami sudah berinvestasi untuk industri hilir lebih dari Rp 200 miliar,” kata Mustoha di kantor Perhutani Jakarta, kemarin.
Menurut Musthofa, saat ini angka produksi kayu dan nonkayu Perhutani masing-masing 52 persen dan 48 persen. Pada 2016, perseroan menargetkan porsi produksinya menjadi 55 persen non-kayu, sedangkan porsi kayu hanya 45 persen.
Nantinya Perhutani akan mengutamakan sektor hilir sebagai sumber pendapatan utama. “Kemungkinan akan dilakukan pemisahan atau spin off menjadi anak usaha tersendiri,” ujarnya.
Perum Perhutani, kemarin, mengumumkan pergantian direktur utama. Orang yang sebelumnya menjabat Direktur Komersial Kayu Perhutani, Mustoha, ditunjuk menggantikan direktur utama sebelumnya, Bambang Sukamananto, yang sudah menjabat selama 3,5 tahun. Bambang mengklaim pergantian dirinya tak terkait dengan kasus alih fungsi lahan yang diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi.
Sebagai induk usaha, BUMN kehutanan itu telah memiliki lima anak usaha, salah satunya PT Inhutani. Mengenai rencana penawaran perdana saham kepada publik (IPO) Inhutani, Musthofa mengatakan, sesuai dengan surat Kementerian Keuangan, Inhutani sedang menaksir nilai wajar saham terkait dengan holding BUMN kehutanan.
Direktur Keuangan Perhutani, Morgan Sharif Lumban Batu, mengatakan perubahan direktur utama ataupun penunjukan sebagai induk usaha tak mengubah target perusahaan. Berdasarkan Rancangan Kerja dan Anggaran Perusahaan, perusahaan menargetkan laba Rp 258 miliar dan pendapatan Rp 3,4 triliun hingga akhir 2014.
Sumber  : Koran Tempo
Tanggal  : 22 Oktober 2014

]]>
Perhutani Genjot Bisnis Non Kayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-genjot-bisnis-non-kayu/ Tue, 21 Oct 2014 08:53:19 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14541 JAKARTA – Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar menargetkan bisnis non kayu berkontribusi sebesar 52% bagi pendapatan perusahaan tahun ini. Sisanya dari kayu (log).
Adapun, Perum Perhutani memproyeksikan pendapatan Rp4,6 triliun di akhir 2014 atau tumbuh 16,41 dibandingkan realisasi tahun sebelumnya Rp3,954 triliun. Sedangkan laba Rp258 miliar. Kesepakatan itu tertuang dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).
Mustoha yang menggantikan Bambang Sukmananto mengatakan, Perhutani juga menargetkan lini bisnis non kayu akan berkontribusi sebesar 55% pada 2016. Sedangkan sisanya dari bisnis kayu.
Berdasarkan Salinan Keputusan Menteri Negara BUMN Nomo 231/MBU/10/2014 pada 17 Oktober 2014 mengangkat Mustoha Iskandar sebagai Direktur Utama Perum Perhutani menggantikan Bambang Sukmananto. Serta menunjuk Agus Setyaprastawa sebagai Direktur.
Pencapaian tersebut akan dikontribusikan dari operasional pabrik Derivatif Gondorukem Terpentin di Pemalang, Jawa Tengah.
Adapun, hasil industri gondorukem merupakan produk olahan dari getah pinus yang digunakan sebagai bahan baku untuk industri minyak, cat, dan tinta mesin cetak (printer).
Dia mengungkapkan, Perhutani akan meningkatkan kontribusi kayu dari sisi industri. Seperti housing component, furniture, dan flooring.
Lebih lanjut, Mustoha menyatakan Perhutani akan mendorong sektor hilir menjadi kontribusi bagi pendapatan perusahaan. Strategi itu direalisasikan melalui implementasi corporate culture. “Bukan birokratik culture,” ujarnya dalam acara pisah sambut direksi Perum Perhutani di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (21/10/2014).
Rencana itu untuk memanfaatkan momentum di pasar. Serta membangun daya saing dalam berkompetisi.
Mustoha yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Komersial Kayu Perhutani memaparkan pihaknya juga akan melakukan restrukturisasi anak usaha, Inhutani I hingga V. Rencana itu seiring keputusan pemerintah menetapkan Perum Perhutani sebagai induk (holding) BUMN Kehutanan.
Pasca restrukturisasi, katanya, Perhutani juga mendorong Inhutani untuk melaksanakan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Sementara itu, Direktur Keuangan Perhutani Morgan Sharif Lumban menambahkan pihaknya tengah menyelesaikan pengerjaan pabrik Derivatif Gondorukem di Pemalang, Jawa Tengah. “Akhir tahun ini ditargetkan sudah bisa produksi,” tuturnya.
Kapasitas pabrik Derivatif Gondorukem di Pemalang, Jawa Tengah, mencapai 40 ribu ton per tahun. Hasil produksi sebagai bahan baku untuk kebutuhan domestik dan luar negeri. Seperti Jepang, Eropa, dan India.
Sumber : metrotvnews.com
Tanggal : 21 Oktober 2014

]]>
Perhutani Sasar Industri Nonkayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-sasar-industri-nonkayu/ Fri, 14 Feb 2014 00:49:54 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11703 Suara Merdeka, GROBOGAN – Perum Perhutani Jateng akan fokus mengembangkan industri nonkayu pada tahun 2014. Hal itu sesuai dengan potensi yang dimiliki dan banyaknya pasar penerima hasil produksi.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Pengembangan Perusahaan Perum Perhutani Divisi Regional Jateng, Widianto seusai menghadiri sertijab tiga administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) perhutani di Pendopo Pemkab Grobogan, Kamis (13/2). Widianto menjelaskan fokus pengembangan akan dimulai dengan pemisahan struktur organisasi dalam waktu dekat.

Unit pengelolaan akan diganti dengan divisi regional untuk pengembangan usaha. ”Kalau Jawa Barat memang fokus ke pengembangan tempat wisata di daerah milik Perhutani. Mereka memiliki kondisi alam yang mendukung. Tapi kalau Jateng tidak. Kami fokus ke industri nonkayu,” tutur Widianto. Industri yang ia maksud adalah olahan hasil produksi pohon yang ada di lahan milik Perhutani di Jateng. Diantaranya getah pinus, minyak kayu putih sampai produksi cat. “Untuk itu Perhutani Jateng menargetkan memiliki 20 rbu hektare lahan pinus produktif,” kata dia.

Keuntungan Untuk pengelolaan, selain menyiapkan teknologi pihaknya tetap bekerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Kemitraan dengan LMDH merupakan prinsip. “Jadi Perhutani dan masyarakat sama-sama memperoleh keuntungan,” imbuh Widodo.

Masyarakat sekitar hutan bisa ikut memanfaatkan sela-sela pepohonan untuk tanaman palawija atau empon-empon. Di Grobogan, pada 2012 ada 4.000 hektare lahan dengan hasil Rp 40 miliar dan tahun 2013 ada 2.500 hektare dengan hasil Rp 22 miliar. Dalam sertijab tersebut, Administratur (Adm) KPH Pati Prihono Mardi kini menjabat sebagai Adm KPH Purwodadi.

Pejabat lama, Gunawan Catur, kini menjadi Adm KPH Gundih. Sementara Roberto P Esdyanto yang sebelumnya menjabat Adm Gundih kini menjadi Kepala Biro Analisa Kebijakan dan Penggunaan Kawasan Kantor Pusat. Bupati Bambang Pudjiono mengatakan peran perhutani sangat signifikan pada pembangunan daerah.

Salah satunya melalui pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan Rp 3,8 miliar pada dua tahun terakhir. ”Perum Perhutani KPH Gundih dan Purwodadi juga memberikan sharing produksi pada LMDH Rp 980 juta pada tahun 2012 dan 2013,” kata Bambang. (H81-91)

Suara Merdeka | 14 Februari 2014 | Hal. 31

]]>