Jagung – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Thu, 27 Jul 2017 01:33:41 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Jagung – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Kebutuhan Jagung Nasional Capai 19 Juta Ton https://stg.eppid.perhutani.id/kebutuhan-jagung-nasional-capai-19-juta-ton/ Thu, 27 Jul 2017 01:33:41 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48526 METROTVNEWS.COM (26/7/2017) | Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang menyatakan kebutuhan jagung nasional hingga kini mencapai 19 juta ton per tahun dan dipenuhi dari petani di berbagai daerah di Tanah Air.

“Ketersediaan jagung untuk kebutuhan nasional terpenuhi dan sudah tidak impor lagi dari negara lain,” kata Bambang saat menghadiri panen perdana jagung di Kabupaten Lebak, dikutip dari Antara, Rabu 26 Juli 2017.

Waspada! Depresi Dapat Memperburuk Kondisi Pengidap Diabetes Menurut dia, produksi jagung ditargetkan hingga Desember 2017 mencapai 24,5 juta ton dengan angka tanam seluas tiga juta hektare (ha). Sedangkan target 2016 menembus 23,5 juta ton sehingga melebihi target dari kebutuhan nasional sebanyak 19 juta ton. Sebagian besar kebutuhan produksi jagung hibrida itu untuk memenuhi perusahaan ternak unggas.

Selama ini, kebutuhan jagung nasional bisa terpenuhi melalui gerakan penanaman jagung bantuan program upaya khusus (upsus) yang digulirkan Kementerian Pertanian.

Gerakan penanaman jagung seluas tiga juta ha itu dengan melibatkan 67 juta kepala keluarga petani. Pengembangan pertanian jagung dengan memanfaatkan lahan Perum Perhutani, PTPN juga lahan tidur serta lahan milik masyarakat.

Saat ini, petani di Kabupaten Lebak sudah menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani dengan sistem tanam tumpang sari.

“Kami yakin produksi jagung dipastikan terserap oleh perusahaan ternak unggas sehingga menguntungkan bagi pendapatan petani,” katanya.

Menurut dia, pemerintah berkomitmen untuk merealisasikan swasembada jagung setelah keberhasilan swasembada beras. Keberhasilan swasembada pangan itu nantinya akan direalisasikan swasembada komoditas lainnya, seperti kacang kedelai.

Untuk mendukung swasembada pangan, pemerintah mengalokasikan anggaran sektor pertanian hingga Rp600 miliar.

“Saya kira anggaran sebesar itu tentu ke depan pemerintah bisa merealisasikan swasembada pangan,” jelas dia.

Manager Pemasaran PT Popan Hendi mengatakan, pihaknya saat ini kebutuhan jagung antara 150 sampai 200 ribu ton per hari. Pasokan jagung itu didatangkan dari petani dari berbagai daerah di Tanah Air, termasuk Provinsi Banten.

“Kami sangat mendukung pengembangan jagung melalui program upsus itu sehingga diharapkan kebutuhan jagung terpenuhi untuk bahan baku pakan ternak unggas dan tidak impor,” harap dia.

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Provinsi Banten Hudiyan mengatakan, pihaknya siap menampung produksi jagung petani Banten untuk memenuhi kebutuhan pabrik ternak unggas. Penyerapan jagung tidak dibatasi dan semua pengusaha siap menampungnya dengan harga relatif bagus.

“Kami berharap kebutuhan jagung untuk perusahaan ternak bisa terpenuhi oleh petani Banten,” pungkas dia.

Sumber : metrotvnews.com

Tanggal : 26 Juli 2017

]]>
Banten Siap Panen Raya Jagung 700 Hektare https://stg.eppid.perhutani.id/banten-siap-panen-raya-jagung-700-hektare/ Mon, 24 Jul 2017 02:36:41 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48414 ANTARANEWS.COM (23/7/2017) | Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Pertanian segera melaksanakan panen raya perdana untuk komoditas jagung di lahan seluas 700 hektare di Kabupaten Lebak.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid di Serang, Minggu mengatakan, panen raya jagung untuk pertama kalinya dalam upaya swasembada jagung di Banten dilaksanakan pada 26 Juli 2017.

Rencananya panen raya jagung tersebut dihadiri Menteri Pertanian Amran Sulaeman di Desa Bulakan Kecamatan Gunung Kancana Kabupaten Lebak.

“Target Banten dalam tahun ini untuk tanaman jagung sekitar 128 ribu hektare. Untuk tahap awal ini kita akan panen raya jagung diatas lahan 700 hektar,” kata Agus Tauchid.

Menurut dia, harga jagung di Banten saat ini cukup bagus, yakni sekitar Rp4.600 per kilogram. Sedangkan kebutuhan jagung untuk memenuhi pabrik pakan ternak yang ada di Banten, yakni sekitar 2.500 ton setiap harinya.

“Selama ini kebutuhan jagung untuk pabrik pakan yang ada di Banten masih mengandalkan dari daerah luar dan juga impor. Jadi peluangnya masih sangat besar bagi petani Banten,” kata Agus.

Ia mengatakan, dengan adanya panen raya di atas hamparan kebun jagung 700 hektare tersebut, akan dilakukan langsung pengolahan dan langsung dibawa ke pabrik pakan yang ada di Banten.

“Ini bukan istilahnya panen tepuk tangan. Tapi sebelum panen kebun jagung akan diinspeksi oleh pak menteri dan pak gubernur,” kata Agus.

Menurut Agus, tanaman jagung seluas 700 hektare di Gunung Kancana tersebut ditanam diatas lahan milik Perhutani melalui Lembaga Masyarakat Desa sekitar Hutan (LMDH) di wilayah tersebut.

“Selain di Gunung Kancana kami juga akan panen di luas sekitar 3.000 hektare di Kecamatan Ciekusik dan bangun unit pengolahan di lokasi itu,” kata Agus.

Agus berharap dengan harga jagung yang relatif tinggi, yakni di kisaran Rp4.600 per kilogram, maka para petani jagung di Banten bisa sejahtera.

“Kalau pemerintah tidak impor jagung maka harganya akan terus naik dan petani akan untung,” katanya.

Dengan program swasembada jagung tersebut, yakni target sekitar 128 ribu hektare di Banten, maka diharapkan setiap bulan akan ada panen raya.

“Nanti petani Banten akan timbul jiwa wirausahanya. Harapan kami maka kesejahteraan petani akan meningkat,” kata Agus.

Menurut Agus, rata-rata produksi jagung di Banten sekitar lima ton untuk setiap hektarenya dengan jumlah petani yang terlibat lima sampai 10 orang.

“Makanya kami ingin membuktikan diatas lahan 700 hektare ini akan menghasilkan sekitar 3500 ton jagung pipilan,” katanya.

Sumber : antaranews.com

Tanggal : 23 Juli 2017

]]>
Menuju Zero Impor Jagung https://stg.eppid.perhutani.id/menuju-zero-impor-jagung/ Wed, 31 May 2017 02:14:17 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47305 TABLOID SINAR TANI (30/5/2017) | Jagung kini menjadi komoditas kedua setelah padi yang menjadi target pemerintah untuk swasembada. Bahkan tahun ini, pemerintah telah mengibarkan bendera bahwa tak ada lagi impor jagung, setelah tahun lalu berhasil menekan impor hingga 66%.

Targetnya tahun ini luas pertanaman jagung mencapai 5.743.769 hektar (ha), dengan produktivitas 53,18 ku/ha diharapkan produksinya sebanyak 30.544.728 ton. Bagaimana caranya? Salah satu langkah mengejar target tersebut adalah dengan menggarap lahan non konvensional yakni perkebunan, lahan kering dan lahan-lahan milik Perhutani/Inhutani.

Catatan yang diperoleh Sinar Tani, pemerintah telah menetapkan target luas tanam jagung di lahan perkebunan 1 Juta ha, lahan Perhutani/Inhutani 300 ribu ha, lahan hutan rakyat 100 ribu ha, Lahan kering/ lahan APL 1 juta ha, lahan tadah hujan 200 ribu ha dan peningkatan Indeks Pertanaman 400 ribu ha. Kalkulasinya dengan potensi lahan-lahan tersebut, maka bakal dengan mudah target tersebut bisa tercapai.

Lahan Non Konvensional

Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Sumardjo Gatot Irianto menegaskan, untuk meningkatkan produksi jagung, pihaknya kini memang fokus perluasan areal tanam, terutama di daerah non konvensional. “Kita harapkan agar nantinya areal tanam jagung tidak bersaing dengan tanam padi dan kedelai,” katanya.

Salah satu contoh areal non konvensional yakni lahan perkebunan kelapa di Sulawesi Utara. Potensi arealnya masih luas untuk pertanaman baru. “Kita akan gunakan bawah tegakan pohon kelapa untuk bertanam jagung. Sekarang yang sudah ada 350 ha dan kita inginkan 500 ha yang baru,” tegasnya.

Selain menggunakan lahan bawah tegakan kelapa, Kementan juga menargetkan penanaman jagung satu juta hektar (ha) terintegrasi dengan lahan perkebunan kelapa sawit di seluruh Indonesia tahun 2017. Skenarionya selama menunggu kelapa sawit berbuah, jagung dapat ditanam antara 10-2 kali musim tanam, dengan target produktivitas 4-5 ton/ha.

Perluasan areal tanam jagung lainnya yakni di lahan kehutanan milik Perhutani atau Inhutani. Bisa juga di lahan kesultanan, lahan adat atau ulayat. Termasuk juga lahan lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung, tapi kemudian tidak ditanami lagi.

Sumber : m.tabloidsinartani.com

Tanggal : 30 Mei 2017

]]>
Mentan Bakal Tanami Jagung di Lahan Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id/mentan-bakal-tanami-jagung-di-lahan-perhutani/ Sun, 07 May 2017 03:40:04 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=46743 JPNN.COM (6/5/2017) | Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman tengah berupaya melobi Kementerian Perhutanan agar lahan Perhutani bisa diproduksi sebagai lahan pertanian.

Menurutnya, lahan Perhutani yang berada di sekitar DKI Jakarta bisa dimanfaatkan dan berpenghasilan.

“Kami perkuat daerah penyangga pangan untuk wilayah DKI Jakarta, mulai Karawang, Banten, Sukabumi, Banten dan daerah penyangga lainnya. Jika Jakarta selesai, maka Jawa Barat dan Jawa Timur akan bisa selesai,” kata Amran dalam acara silaturahmi dengan gubernur, walikota, dan bupati wilayah perbatasan dan jabodetabek di Hotel Hermes, Banda Aceh, Jumat (5/5).

Amran menambahkan, saat ini, dia masih mendata lahan Perhutani yang bisa dibuka. Dia mengharapkan, ada satu juta hektare bisa memproduksi hasil pertanian.

“Kami akan kumpulkan data info tani berapa luas Perhutani di sekitar wilayah penyangga yang akan bisa kami manfaatkan untuk luas tambah tanam jagung. Karena kami butuh satu juta hektare untuk seluruh Indonesia,” kata dia.

Amran mengaku, sudah mengundang pihak terkait seperti Perhutani, PTPN, dan BUMN pada Selasa (9/5) untuk membicarakan hal tersebut. Dia optimistis, programnya itu bisa tembus dan dikerjakan pada tahun ini.

“Nanti kami akan langsung ambil keputusan,” kata dia.

Setelah beras, cabai, dan bawang, pemerintah saat ini tengah bekerja dalam peningkatan produksi jagung. Amran melihat potensi lahan Perhutani di daerah penyangga, belum dioptimalkan, untuk meraih swasembada jagung.

Karenananya, dia menjanjikan kepada bupati maupun wali kota yang hadir dalam pertemuan tersebut, untuk mempermudah pengadaan alat dan mesin pertanian, bibit serta pupuk.

Sumber : jpnn.com

Tanggal : 6 Mei 2017

]]>
Pemkab Akan Perluas Lahan Penanaman Jagung Hingga 20.000 Ha https://stg.eppid.perhutani.id/pemkab-akan-perluas-lahan-penanaman-jagung-hingga-20-000-ha/ Sat, 11 Mar 2017 01:54:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45837 HARIANJOGJA.COM (10/3/2017) | Produksi jagung di Kabupaten Ngawi dinilai minim sehingga pemerintah kabupaten (pemkab) setempat berniat memperluas lahan penanaman jagung.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, Pemkab Ngawi menggandeng Perum Perhutani guna memperluas lahan penanaman jagung menjadi 20.000 hektare (ha) sebagaimana ditargetkan oleh Kementerian Pertanian.

Bupati Ngawi Budi Sulistyono di Ngawi, Kamis (9/3/2017), mengatakan selama ini luasan lahan tanam jagung di Ngawi cukup sempit, yakni hanya sekitar 7.000 hektare per tahunnya.

“Guna mencapai luas lahan seperti yang ditargetkan pusat yakni seluas 20.000 hektare, kami akan bekerja sama dengan Perhutani setempat. Karena Perhutani masih banyak memiliki lahan di bawah tegakan yang bisa dimanfaatkan untuk menanam jagung,” ujar Bupati.

Menurut Budi Sulistyono, kondisi lahan jagung yang minim itu sempat menjadi sorotan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat berkunjung ke Ngawi, Rabu (8/3/2017).

“Hal itu berbanding terbalik dengan luas lahan tanam padi di Ngawi yang mencapai 137.000 hektare setiap tahunnya,” tutur Bupati.

Kementerian Pertanian akan memberikan bantuan benih dan pupuk gratis. “Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan memberikan bantuan hingga miliaran rupiah berupa benih dan pupuk. Soal waktunya masih dibahas lagi,” tambahnya.

Sementara, data Dinas Pertanian setempat mencatat, luas areal tanam padi di Ngawi mencapai sekitar 137.000 hektare. Dari luasan lahan tersebut, jumlah produksi padi daerah setempat mencapai hingga 800.000 ton per tahun.

Sumber: harianjogja.com

Tanggal: 10 Maret 2017

]]>
Pemkab Ngawi Gandeng Perhutani Perluas Lahan Jagung https://stg.eppid.perhutani.id/pemkab-ngawi-gandeng-perhutani-perluas-lahan-jagung/ Fri, 10 Mar 2017 01:49:50 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45797 ANTARANEWS.COM (9/3/2017) | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi, Jawa Timur akan menggandeng Perum Perhutani guna memperluas lahan penanaman jagung di wilayahnya yang ditargetkan oleh Kementerian Pertanian mencapai 20.000 hektare.

Bupati Ngawi Budi Sulistyono di Ngawi, Kamis mengatakan, selama ini produksi jagung di wilayahnya tergolong minim. Hal itu karena luasan lahan tanam jagung di Ngawi cukup sempit, yakni hanya sekitar 7.000 hektare per tahunnya.

“Guna mencapai luas lahan seperti yang ditargetkan pusat yakni seluas 20.000 hektare, kami akan bekerja sama dengan Perhutani setempat. Karena Perhutani masih banyak memiliki lahan di bawah tegakan yang bisa dimanfaatkan untuk menanam jagung,” ujar Bupati Budi Sulistyono kepada wartawan.
Menurut dia, kondisi lahan jagung yang minim tersebut sempat menjadi sorotan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat berkunjung ke Ngawi kemarin.
“Hal itu berbanding terbalik dengan luas lahan tanam padi di Ngawi yang mencapai 137.000 hektare setiap tahunnya,” kata dia.
Untuk meningkatkan produksi komoditas tersebut, pihaknya akan menambah luas lahan tanam jagung di Kabupaten Ngawi mencapai 20.000 hektare sesuai target pusat.
Guna mendukung hal tersebut, Kementerian Pertanian akan memberikan bantuan benih dan pupuk gratis. Hanya saja, kapan bantuan tersebut akan turun, masih perlu pembahasan lebih lanjut.
“Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan memberikan bantuan hingga miliaran rupiah berupa benih dan pupuk. Soal waktunya masih dibahas lagi,” tambahnya.
Sementara, data Dinas Pertanian setempat mencatat, luas areal tanam padi di Ngawi mencapai sekitar 137.000 hektare. Dari luasan lahan tersebut, jumlah produksi padi daerah setempat mencapai hingga 800.000 ton per tahun.
Dengan melihat tingginya produksi padi di daerah Ngawi tersebut, tak heran jika pemerintah pusat menjadikan Kabupaten Ngawi sebagai salah satu daerah lumbung dan penyokong ketahanan pangan nasional.
Tidak hanya padi, pemerintah juga mulai melirik potensi lain yang bisa dikembangkan di wilayah setempat, di antaranya komoditas jagung. (*)

Sumber: antaranews.com

Tanggal: 9 Maret 2017

]]>
Pemkab Ngawi Perluas Lahan Jagung Menggandeng Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id/pemkab-ngawi-perluas-lahan-jagung-menggandeng-perhutani/ Fri, 10 Mar 2017 00:59:41 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45782 BISNIS.COM (9/3/2017) | Pemerintah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur akan menggandeng Perum Perhutani guna memperluas lahan penanaman jagung di wilayahnya yang ditargetkan oleh Kementerian Pertanian mencapai 20.000 hektare.

Bupati Ngawi Budi Sulistyono mengatakan selama ini produksi jagung di wilayahnya tergolong minim. Hal itu karena luasan lahan tanam jagung di Ngawi cukup sempit, yakni hanya sekitar 7.000 hektare per tahunnya.

“Guna mencapai luas lahan seperti yang ditargetkan pusat yakni seluas 20.000 hektare, kami akan bekerja sama dengan Perhutani setempat. Karena Perhutani masih banyak memiliki lahan di bawah tegakan yang bisa dimanfaatkan untuk menanam jagung,” ujarnya di Ngawi, Kamis (9/3/2017).

Menurut dia, kondisi lahan jagung yang minim tersebut sempat menjadi sorotan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat berkunjung ke Ngawi kemarin. “Hal itu berbanding terbalik dengan luas lahan tanam padi di Ngawi yang mencapai 137.000 hektare setiap tahunnya,” tuturnya.

Untuk meningkatkan produksi komoditas tersebut, pihaknya akan menambah luas lahan tanam jagung di Kabupaten Ngawi mencapai 20.000 hektare sesuai target pusat.

Guna mendukung hal tersebut, Kementerian Pertanian akan memberikan bantuan benih dan pupuk gratis. Hanya saja, kapan bantuan tersebut akan turun, masih perlu pembahasan lebih lanjut.

“Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan memberikan bantuan hingga miliaran rupiah berupa benih dan pupuk. Soal waktunya masih dibahas lagi,” tambahnya.

Sementara, data Dinas Pertanian setempat mencatat, luas areal tanam padi di Ngawi mencapai sekitar 137.000 hektare. Dari luasan lahan tersebut, jumlah produksi padi daerah setempat mencapai hingga 800.000 ton per tahun.

Sumber: bisnis.com

Tanggal: 9 Maret 2017

]]>
Pemkab Lebak Optimistis Jadi Sentra Lumbung Jagung https://stg.eppid.perhutani.id/pemkab-lebak-optimistis-jadi-sentra-lumbung-jagung/ Thu, 09 Mar 2017 02:53:14 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45764 HARIAN EKONOMI NERACA (9/3/2017) | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak, Banten, optimistis menjadi sentra lumbung jagung sehingga dapat menyumbangkan pasokan untuk ketersediaan pangan nasional.

“Kami terus mendorong petani agar memperluas pengembangan tanaman jagung,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Dede Supriatna, di Lebak, Rabu (8/3).

Pemerintah daerah tahun 2017 akan mengembangkan bantuan tanaman jagung seluas 7.500 hektare guna meningkatkan produksi jagung di Tanah Air. Penyaluran bantuan jagung tersebut untuk kelompok tani agar memperluas pengembangan budidaya tanaman jagung.

Selain itu juga bantuan sarana produksi (saprodi) berupa pupuk organik dan nonorganik. Kelompok tani segera mengusulkan bantuan jagung kepada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian Kecamatan masing-masing. Bantuan bibit jagung unggul dan berlabel disalurkan melalui UPT Pertanian di 28 kecamatan.”Kami yakin Lebak ke depan bisa menyumbangkan produksi jagung nasional dan tidak perlu lagi impor,” ujar dia menjelaskan.

Menurut Dede, pemerintah kini menutup pasar impor jagung dari luar negeri dan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan produksi sehingga mampu meningkalkan ekonomi petani menjadi lebih baik dan sejahtera. Selain itu juga pengusaha bisa menampung jagung dari petani untuk memenuhi pasar nasional.

Penutupan jagung impor itu karena produksi lokal bisa berswasembada jagung melalui penyaluran bantuan benih unggul, saprodi dan alat pertanian (alsintan). Pihaknya mendorong petani mengembangkan perluasan budidaya tanaman jagung guna mendukung ketahanan pangan nasional dan peningkatan pendapatan ekonomi petani.

Sebetulnya, Kabupaten Lebak berpeluang dijadikan sentra jagung karena didukung lahan luas baik daratan maupun persawahan. Bahkan, banyak lahan-lahan telantar milik swasta, BUMN, TNI, Polri, Perum Perhutani, Perkebunan dan perorangan bisa dimanfaatkan dengan tanam jagung tersebut

Saat ini, produksi jagung di daerah ini hanya 5,8 ton per hektare dan belum mencapai rata-rata nasional 63 ton/ha.”Kami minta petani melaksanakan penerapan rekayasa teknologi pertanian guna meningkatkan produksi jagung itu,” kata dia pula.

Sejumlah petani Kecamatan leuwidamar Kabupaten Lebak mengatakan mereka kini mengembangkan budidaya tanaman jagung hibrida untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal yang selama ini masih didatangkan dari luar daerah.

Tanaman jagung jenis varietas N 35 tersebut dengan memanfaatkan lahan milik Perum Perhutani seluas 20 hektare. Benih jagung unggul N 35 tersebut sangat cocok dikembangkan di lahan darat di sejumlah desa di Kecamatan Leuwidamar.

Pengembangan tanaman jagung diharapkan ke depan dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun nasional. Kami saat ini telah mengembangkan tanaman jagung seluas dua hektare bantuan pemerintah daerah,” kata Ahmad (50), seorang anggota Kelompok Tani di Kecamatan Leuwidamar.

Ia mengatakan, prosfek pengembangan usaha budidaya tanaman jagung hibriba sangat bagus karena permintaan untuk pabrik pakan cukup tinggi. Selain itu dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat

Saat ini, kebutuhan jagung masih dipasok dari luar daerah. “Kita yakin tahun ini produksi jagung melimpah sehingga mampu menjadi sentra lumbung jagung hibrida,” ujar dia.

Kemudian keberhasilan target pangan itu tentu harus sinergis dan kerja keras berbagai elemen, termasuk kelompok tani dan juga dukungan pemerintah daerah.

Sumber: Harian Ekonomi Neraca, hal. 9

Tanggal: 9 Maret 2017

]]>
Upsus Tingkatkan Produksi Pangan https://stg.eppid.perhutani.id/upsus-tingkatkan-produksi-pangan/ Sat, 28 Jan 2017 01:40:36 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44893 logo-phtsmallBUSINESS NEWS (27/1/2017) | Program upsus (upaya khusus) yang dibuat Kementerian Pertanian telah berdampak pada pening­katan kinerja peningkatan produksi pangan nasional berupa kenaikan produksi. Harry Priyono, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian menyatakan hal ini, Kamis (26/1).

Berdasarkan angka ramalan II BPS 2016, produksi padi tahun 2016 sebanyak 79,1 juta ton GKG, naik 4,97% dibanding tahun 2015. Produksi ja­gung 23,2 juta ton atau naik 18,1% dibanding angka tetap tahun 2015 sebesar 19,6 juta ton.

Produksi bawang merah mencapai 1,2 juta ton atau 5,74% dibanding tahun 2015 sebesar 1,2 juta ton. Produksi cabai mencapai 2,1 juta ton atau naik 9,95% dibanding tahun 2015 sebesar 1,9 juta ton. Produksi daging sapi/kerbau mencapai 560.000 ton atau naik 3,7% dibanding tahun 2015 sebesar 540.000 ton.

Sedang tahun 2017 kegiatan utama yang di­laksanakan adalah pembangunan 30.000 ambung, pengembangan kawasan/clustering komoditas strat­egis, korporasi petani, pemasaran produk pertanian dengan memanfaatkan teknologi informasi.

Sedang tahun 2018 difokuskan pada perbai­kan dan pembangunan jaringan irigasi. Perencanaan pelaksanaan kegiatan perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi harus sinergi dengan Kementerian Pe­kerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Gerakan perbaikan/pergantian varietas unggul bermutu dalam upaya meningkatkan produktivitas. Peningkatan implementasi kawasan/clustering.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Gatot Sumarjo Irianto menyatakan tahun 2016 dari rencana pembangunan 2.030 embung yang berhasil direalisa­sikan sebesar 1.714 embung atau 84,42%. Seban­yak 6Q2 unit embung program tahun 2016 yang be­lum terealisasikan akan dipindahkan ke tahun 2017.

Tahun 2017 arahnya adalah optimasi sumber-sumber daya air untuk kegiatan pertanian, baik untuk pembangunan embung, long storage dan dam parit. Selain menggunaka APBN Kementan.juga menggu­nakan anggaran Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Berdasarkan analisa peta menggunakan GIS ada 4.053.157 ha yang bisa diairi. Setelah dilakukan survei dan investigasi lapangan ditemukan 1.056.670 ha yang bisa diairi. Hasil reviem dan verifikasi Kemendes, PDT dan transmigrasi adalah ada 455.930 ha yang bisa dibi­ayai oleh APBN untuk mendapatkan pegairan.

Dengan jumlah yang bisa mendapatkan pen­gairan sebesar itu diperlukan 7.167 titik bangunan air yang tersebar di 3.827 desa. Bangunan air yang dibi­ayai Kemendes, PDT dan Transmigrasi adalah embung 782 unit, dam parit 1.520 unit, long storage 473 unit. Sedang yang dibiayai APBN Kementan adalah pompa-nisasi 2.901 unit dan saluran air 1.815 unit.

Hasil Sembiring, Dirjen Tanaman Pangan menyatakan tahun 2017 direncanakan tanam padi 19.869.310 ha, jagung 6.046.073 ha dan kedelai 768.226 ha. Penanaman padi dilakukan pada lahan rawa dan lahan kering. Sedang pada lahan irigasi di­lakukan peningkatan indeks pertanaman.

Sedang penanaman jagung di lahan perke­bunan 1 juta ha, lahan Perhutani/lnhutani 300.000 ha, lahan hutan rakyat 100 ha, lahan kering/APL 1 juta ha, lahan tadah hujan 200.000 ha dan pening­katan indeks pertanaman 200.000 ha. Penamaman kedelai di lahan Perum Perhutani/lnhutanni 100.000 ha, lahan kering/APL 300.000 ha, lahan tadah hujan 200.000 ha, lahan rawa 10.000 ha dan peningkatan indeks pertanaman 160.000 ha.

Sedang pengembangan kawasan (clustering) di hortikultura menurut Dirjen Hortikultura, Spudnik Sujono dibentuk kawasan baru bawang merah di luar areal yang selama ini sudah ada seluas 7.000 ha, ka­wasan aneka cabai 15.000 ha, kawasan bawang pu­tih 200 ha, kawasan jeruk 1.568 ha, kawasan buah lainnya 243 ha dan kawasan florikultura 8.852 ha.

Menurut Dirjen Perkebunan, Bambang, ta­hun 2017 programnya adalah pengembangan tana­man karet 5.100 ha; pengembangan tanaman kopi 8.850 ha; pengembangan tanaman kelapa 11.725 ha, pengembangan tanaman tebu 2.000 ha, pengem­bangan tanaman lada 2.680 ha, pengembangan tana­man pala 4.090 ha,pengembangan tanaman cengkeh 4.500 ha, pengembangan tanaman kelapa sawit 500 ha, pengembangan tanaman perkebunan lainnya (ka­kao, teh, kapas, nilai, tembakau) 239 ha. (Sn)

Sumber: Business News, hal. 11

Tanggal: 27 Januari 2017

]]>
Lahan Perhutani Hasilkan 177 Ribu Ton Jagung https://stg.eppid.perhutani.id/lahan-perhutani-hasilkan-177-ribu-ton-jagung/ Thu, 22 Dec 2016 02:27:37 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=43737 imageSURABAYAPAGI.COM (21/12/2016) | Usaha bupati untuk mendorong tanam jagung modern tembus 10 ribu hektar di 12 Kecamatan di Lamongan pada tahun 2017 mendatang , nampaknya tidak akan menuai kesulitan.
Selain karena sebagian petani sudah terbiasa menanam jagung setelah padi di lahan subur, masyarakat petani sekitar hutan di Lamongan, ternyata belakangan juga telah memanfaatkan lahan Perhutani untuk bercocok tanam jagung.
Ririt Budi Syasono, Wakil Administratur Sub Barat KPH Mojokerto Selasa (20/12) menyebutkan, kalau lahan Perhutani di Lamongan sebagian telah dimafaatkan oleh petani untuk bercocok tanam jagung. Setidaknya sampai saat ini, jumlah lahan Perhutani di Lamongan KPH Mojokerto yang dimanfaatkan oleh masyarakat petani di sekitar wilayah hutan sudah mencapai 600 hektar dari luas lahan Perhutani mencapai 27 ribu lebih.
Lahan yang digunakan tersebut lanjutnya, bisa menghasilkan setiap panen sekitar 177 ribu ton.”Tentu jumlah yang dihasilkan diperkirakan lebih besar dari hitungan kita,”akunya.
Masyarakat petani hutan tambah dia, sampai saat ini hanya memanfaatkan saja, tidak sampai dikenakan biaya apapun untuk memanfaatkan lahan Perhutani. Meski lanjutnya kedepan ada wacana, bagi petani yang memanfaatkan lahan Perhutani dibebani untuk membayar pajak.
 
Sumber : surabayapagi.com
Tanggal : 21 Desember 2016

]]>