Jati Plus Perhutani – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 01 Nov 2016 02:45:29 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Jati Plus Perhutani – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Bibit Jati Terbaik Untuk Indonesia https://stg.eppid.perhutani.id/bibit-jati-terbaik-indonesia/ Tue, 01 Nov 2016 02:45:29 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41489
bibit-jati

Dok. Kom-PHT/Kanpus/copyright©2016


PERHUTANI-FOTO (1/11/2016) | Perum Perhutani siapkan bibit jati terbaik untuk hutan Indonesia. Jati Plus Perhutani (JPP) adalah tanaman jati unggul hasil program pemuliaan pohon dari seleksi ± 600 pohon jati plus di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hutan Perum Perhutani.

]]>
Perhutani Pasok Bibit Jati Plus https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-pasok-bibit-jati-plus/ Mon, 13 Aug 2012 01:12:19 +0000 http://perhutani.co.id/?p=5499 Perum Perhutani Unit III (Jawa Barat & Banten) membuka peluang memasok bibit pohon Jati Plus Perhutani kepada hutan rakyat. Melalui bibit tersebut, pengusahaan pohon-pohon kayu jati diharapkan kembali diminati masyarakat karena umur masa tebangnya menjadi lebih pendek.

Wakil Kepala Unit III Perum Perhutani, Iman Sandjojo, Minggu (12/8) mengatakan, selama ini bibit pohon Jati Plus Perhutani umumnya hanya digunakan untuk keperluan bisnis sendiri oleh Perhutani. “Seiring berkembangnya pengusahaan hutan rakyat di Jabar, Perhutani merasa perlu memasok bibitbibit pohon jati plus, untuk memotivasi masyarakat mengusahakan pohon-pohon kayu,” ujarnya.

Bibit Jati Plus Perhutani merupakan hasil pengembangan stek pucuk, untuk merangsang pertumbuhan pohon jati sehingga masa tebangnya menjadi sudah dapat diperoleh umur 15-20 tahun. Selama ini, pohon-pohon jati yang diusahakan dan ditebang di hutan produksi Perhutani masih jenis lama, dengan masa tebang saat pohon memasuki umur 30 tahun.

Pohon Jati Plus Perhutani diketahui memiliki kelebihan. Selain cepat tumbuh, juga batang yang dihasilkan lebih lurus. Namun, masyarakat pembudidaya harus cukup memperhatikan risiko yang sering terjadi pada penanaman pohon jati, yaitu pada ujungnya tiba-tiba mati karena dimakan hama.

Menurut sejumlah kalangan Perhutani Unit III, bibit-bibit pohon jati plus Perhutani umumnya baru ditanam tahun 2004 lalu. Jika diperhitungkan, pohon-pohon Jati Plus Perhutani baru siap ditebang pada tahun 2019 mendatang, sedangkan pada 2013 baru memasuki masa penjarangan.

Pohon-pohon jati yang bibitnya berasal dari jenis jati plus, dapat dilihat dari segi fisiknya. Dari kejauhan terlihat potensi percabangannya sedikit dan batang utamanya cenderung lurus.

Pacu FGS
Sekretaris Dinas Kehutanan Jabar, AE Toyibat, mengatakan, selama ini minat masyarakat mengusahakan pohon jati memang cenderung tak setinggi pohon-pohon kayu spesies cepat tumbuh (fast growing species/FGS). Pasalnya, ada kecenderungan masyarakat pun ingin cepat menuai hasilnya. Misalnya, pohon albasia atau sengon, yang sudah dapat ditebang pada umur tanam 5 tahun.

Disebutkan, mengusahakan pohon jati selama ini cenderung lebih bersifat tabungan untuk anak cucu. Dengan demikian, selama ini menanam pohon jati lebih cenderung “menanam lupa”.

“Oleh karena itu, semakin banyaknya berbagai pohon kayu jenis ini cepat tumbuh, diharapkan mampu memacu semangat masyarakat mengoptimalkan hutan rakyat. Jika selama ini hanya untuk pohon kayu kelas menengah ringan, kini juga muncul untuk kayu-kayu kelas atas seperti jati,” ujarnya. (A81) ***

PIKIRAN RAKYAT :: 13 Agustus 2012, Hal. 8

]]>
Ekspor Benih Jati Perlu Hati-Hati https://stg.eppid.perhutani.id/ekspor-benih-jati-perlu-hati-hati/ Thu, 10 May 2012 01:21:40 +0000 http://perhutani.co.id/?p=4495 Pemerintah diminta berhati-hati melepas benih jati unggul untuk pasar ekspor, karena itu bisa dimanfaatkan oleh negara lain yang mulai mengembangkan tanaman jati. Indonesia yang kini menjadi salah satu produsen terbesar jati di dunia bisa disalip oleh negara lain, jika ekspor benih jati tidak dibatasi.

Guru besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Mochammad Naim menjelaskan, negara-negara di luar Asean seperti Australia, Argentina, dan Kostarika saat ini mulai gencar mengembangkan jati. ”Pemerintah harus melindungi bibit jati unggul kita agar tidak sampai keluar. Kalaupun diekspor, kualitasnya yang di bawah jati unggul. Jangan sampai kualitas satu diekspor,” ujar dia kepada Investor Daily di sela kunjungan rimbawan di Cepu, baru-baru ini.

Dia menjelaskan, potensi tanaman jati baik dari sisi produksi maupun pasar di Tanah Air sangat besar. Saat ini, produk kayu jati Indonesia sudah mendominasi pasar dunia. ”Produksi kayu jati kita lebih besar dari Vietnam, Myanmar, Thailand, dan India. Kita masih mendominasi produksi jati dunia, apalagi untuk hutan tanaaman jati, kita tidak ada bandingannya,” kata dia.

Na’im juga meminta agar kegiatan penelitian dan pemuliaan tanaman jati terus dilakukan, sehingga varietas-varietas baru jati unggul bisa dihasilkan. “Kalau dari pemuliaan tanaman ini bisa menghasilkan jati yang bagus, kita akan tetap mendominasi pasar,” ujar dia. Sebelumnya, Dirut Perum Perhutani Bambang Sukmananto menjelaskan, Perum Perhutani berkomitmen untuk meningkatkan porsi tanaman jati varietas unggul bernama Jati Plus Perhutani (JPP) hingga 70% dari seluruh pohon jati yang ditanam perseroan.

Saat ini, penanaman JPP baru sekitar 10% atau 190 ha, dari total luas tanaman jati Perhutani 2 juta ha. “Kami berharap 70% kebun jati kita berganti jadi JPP. Tidak semua tanaman diganti, terutama yang sudah besar-besar. Selain itu, tidak semua daerah cocok dengan JPP,” ujar dia. Bambang menjelaskan, ada beberapa keunggulan JPP antara lain volume produksi yang jauh lebih tinggi dan masa panen lebih pendek dibanding-kan jati pada umumnya. “Penggunaan JPP bisa meningkatkan produktivitas kayu dua hingga tiga kali lipat diban-dingkan jati lokal,” ujar dia.

Masa panen JPP juga lebih pendek yaitu hanya 20 tahun, dibandingkan jati biasa yang bisa mencapai 60 tahun. “JPP sebenarnya bisa dipanen saat umur 8 tahun, tapi hasil maksimalnya didapat saat umur 20 tahun,” kata peneliti Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Jati Perhutani Aris Wibowo. Perhutani sudah mengembangkan stek pucuk (klon) jati unggul JPP sejak 2004. Saat ini ada dua klon jati unggul yang dikembangkan BUMN tersebut, yakni Jati Plus Perhutani I (JPP PHT I) dan JPP PHT II.

Berdasarkan pengamatan, kata Bambang, penggunaan bibit asal klon unggul JPP umur 6 tahun dapat meningkatkan volume standing stock 57% di Pemalang dan 133% di Nganjuk. Volume produksi saat panen atau umur 20 tahun bisa mencapai 200-293 m3/ha, sedangkan jati lokal hanya 70 m3/ha. Mengenai kelebihan JPP dibanding tanaman jati unggul lain seperti jati unggul nusantara (JUN) yang dikembangkan koperasi pegawai Kementerian Kehutanan, Bambang menyatakan bahwa benih JPP sudah terbukti kualitasnya. “JUN itu bagus, tapi untuk kelas mereka. Untuk kelas perusahaan ya lain. Kita memproduksi seperti itu JUN, tapi hasil produksinya lebih bagus,” kata dia.

Benih Tak Berkualitas
Bambang juga mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dalam menggunakan bibit jati ‘unggul’ yang banyak beredar di pasar. Sebab, kualitasnya belum teruji. “Jangan sampai masyarakat sudah investasi lama, tapi hasilnya tidak jelas,” papar dia.

Berdasarkan SK Menhut P. 27/ Menhut-II/2009, menurut Bambang, klon unggul JPP menempati ranking tertinggi klasifikasi sumber benih. Menurut Bambang, prospek usaha jati ke depan masih cukup baik, karena pasar yang terus bertumbuh. Sedangkan lahan hutan ke depan semakin menyempit akibat proses pembangunan.

“Untuk menjaga pasokan itulah, mau tidak mau teknologi harus kita manfaatkan. Itu agar jati kita bagus, umur pendek, dari segi fisik tidak kalah dengan jati yang ada sekarang,” papar dia. Menurut Aris Wibowo, Perhutani dalam waktu dekat akan meluncur-kan dua klon baru jati unggul yaitu JPP PHT III dan JPP PHT IV. “Secara genetik, kita akan terus kembangkan dengan pengawinan dengan klon-klon yang lain,” ujar dia. (na)

Investor Daily :: Kamis, 10 Mei 2012, Hal 7

]]>
70% Jati Perhutani akan Diganti Jati Plus https://stg.eppid.perhutani.id/70-jati-perhutani-akan-diganti-jati-plus/ Sat, 28 Apr 2012 03:23:25 +0000 http://perhutani.co.id/?p=4337 Perum Perhutani berkomitmen untuk meningkatkan porsi tanaman jati varietas unggul bernama Jati Plus Perhutani (JPP) hingga 70% dari seluruh pohon jati yang ditanam perseroan. Saat ini, penanaman JPP baru sekitar 10% atau 190 ha, dari total luas tanaman jati Perhutani 2 juta ha.

“Kami berharap 70% kebun jati kita berganti jadi JPP. Tidak semua tanaman diganti, terutama yang sudah besar-besar. Selain itu, tidak semua daerah cocok dengan JPP,” ujar Dirut Perum Perhutani Bambang Sukmananto di sela Kunjungan Lapangan Rimbawan Senior ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Jati Perhutani di Cepu, Blora, Kamis (26/4).

Bambang menjelaskan, ada beberapa keunggulan JPP antara lain volume produksi yang jauh lebih tinggi dan masa panen lebih pendek dibandingkan jati pada umumnya. “Penggunaan JPP bisa meningkatkan produktivitas kayu dua hingga tiga kali lipat dibandingkan jati lokal,” ujar dia.

Masa panen JPP juga lebih pendek yaitu hanya 20 tahun, dibandingkan jati biasa yang bisa mencapai 60 tahun. “JPP sebenarnya bisa dipanen saat umur 8 tahun, tapi hasil maksimalnya didapat saat umur 20 tahun,” kata peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan SDH Perhutani Aris Wibowo.

Perhutani sudah mengembangkan stek pucuk Odon jati unggul JPP sejak 2004. Saat ini ada dua klon jati unggul yang dikembangkan BUMN tersebut, yakni Jati Plus Perhutani I (JPP PHT I) dan JPP PHT II.

Berdasarkan pengamatan, kata Bambang, penggunaan bibit asal klon unggul JPP umur 6 tahun dapat meningkatkan volume standing stock 57% di Pemalang dan 133% di Nganjuk. Volume produksi saat panen atau umur 20 tahun bisa mencapai 200293 m3/ha, sedangkan jati lokal hanya 70 m3/ha.

Mengenai kelebihan JPP dibanding tanaman jati unggul lain seperti Jati Unggul Nusantara (JUN) yang dikembangkan koperasi pegawai Kementerian Kehutanan, Bambang menyatakan bahwa benih JPP sudah terbukti kualitasnya. “JUN itu bagus, tapi untuk kelas mereka. Untuk kelas perusahaan ya lain. Kita memproduksi seperti itu, tapi hasil produksinya lebih bagus,” kata dia (na)

INVESTOR DAILY :: 28 April 2012, Hal. 7

]]>
Perum Perhutani Optimistis Kembangkan Hutan Jati di Pulau Jawa https://stg.eppid.perhutani.id/perum-perhutani-optimistis-kembangkan-hutan-jati-di-pulau-jawa/ Fri, 27 Apr 2012 00:58:23 +0000 http://perhutani.co.id/?p=4340 Direktur Utama Perum Perhutani Dr.Ir.Bambang Sukmananto,MSc optimistis pengembangan hutan jati yang dilakukan Perhutani di pulau Jawa dapat lebih meningkat. Indikasi tersebut menurutnya dapat dilihat dari keberhasilan yang dicapai melalui inovasi produk agrikultur yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perum Perhutani sejak tahun 1998 lalu yang diberi nama Jati Plus Perhutani I (JPP PHT-I) dan Jati Plus Perhutani II (JPP-PHT II) yang umur tanamnya lebih pendek namun kualitasnya setara dengan jati lokal umur tanamnya lebih lama.

“Dari hasil penelitian yang dilakukan Puslitbang, saya yakin  akan ada prospek yang sangat bagus. Tentunya kita harus konsisten dengan program-program penelitian  dan teknologi harus kita manfaatkan,” kata Dirut Perum Perhutani Bambang Sukmananto kepada wartawan pada acara kunjungan lapangan Rimbawan Senior di Puslitbang Perhutani Cepu Jawa Tengah, Kamis (26/4).

Perum Perhutani sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ucap Bambang Sukmananto akan terus berinovasi melalui produk kayu dan non kayu dengan tetap menutamakan “tanaman” sebagai backbone perusahaan. “Kalau perusahaan ingin maju, itu harus berani berubah, baik manajemennya maupun produknya untuk mengantisipasi perubahan dimasyarakat yang begitu cepat,” tegasnya.

Mengenai adanya kompetitor yang mengklaim mengembangkan juga bibit kayu jati unggul, Bambang Sukmananto mengatakan, tidak masalah. Perum Perhutani sebagai BUMN harus bisa meyakinkan masyarakat malalui litbang dengan menghasilkan bibit-bibit kayu jati unggul yang jelas asal-usulnya dan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. “Menanam jati itu investasi yang memerlukan waktu relatif lama, nah jika tidak tentu akan mengecewakan, sudah menunggu begitu lama tapi hasilnya tak tampak,” terangnya.

Tahun ini menurut Bambang Sukmananto Perum Perhutani akan lebih intensif lagi menanam bibit jati kualitas unggul tersebut yang saat ini baru tertanam pada lahan 190.000 ha dan diharapkan dapat terealisasi sebesar 70% dari lahan Perhutani yang ada. Untuk intensifikasi tersebut tentu yang diperlukan adalah dana pendukung dan Perum Perhutani sudah siap untuk itu. “Tinggal lagi saya minta dukungan dari sumber daya manusia Perhutani, kalau SDMnya semangat saya yakin Perum Perhutani kedepan tetap jaya,” tandasnya.

Perum Perhutani menghasilkan produk inovasi agrikultur yang diberi nama Jati Plus Perhutani I (JPP-PHT I) dan Jati Plus Perhutani II (JPP-PHT II). Dua klon unggul JPP-PHT I dan JPP-PHT II telah mendapatkan sertivikasi PVT dari Kementerian Pertanian 2009 karena pertumbuhan yang sangat cepat dan seragam dengan peningkatan produktivitas kayu 2 sampai 3 kali lipat dari bibit jati lokal.

Hasil pengamatan menunjukkan penggunaan bibit asal klon JPP unggul umur 6 tahun dapat meningkatkan volume standing stock 57% di Pemalang dan 133% di Nganjuk dibandingkan lokal (APB). Volume akhir mencapai 200-293 m3/ha pada umur 20 tahun, sedangkan lokal hanya 70 m3/ha pada umur 20 tahun. Perum Perhutani menjual bibit dua klon unggul JPP-PHT I dan JPP-PHT II dengan harga Rp20.000/plances. (WDA)

(Editor : Waddi Armi)
rri.co.id :: Jum’at , 27 April 2012

]]> Jati Stek Pucuk Miliki Ekonomi Tinggi https://stg.eppid.perhutani.id/jati-stek-pucuk-miliki-ekonomi-tinggi/ Thu, 26 Apr 2012 03:21:36 +0000 http://perhutani.co.id/?p=4335 Tanaman jati stek pucuk yang lebih dikenal dengan Jati Plus Perhutani (JPP) di Pemalang memiliki nilai ekonomi tinggi, karena bisa panen tiga kali dibandingkan umur jati biasa. Keberhasilan tanaman JPP di wilayah KPH Pemalang yang kini mencapai 4.000 hektare itu menarik para mantan Dirut Perhutani dan mantan petinggi Kementerian Kehutanan yang tergabung dalam rombongan wisata Jati Tour, kemarin.

Rombongan wisata Jati Tour dipimpin Wardono Saleh sampai ke lokasi tanaman JPP Petak 49.A, RPH Kelapanunggal, BKPH Bantarsari, KPH Pemalang menggunakan sebuah bus. Mereka tanpa banyak sambutan seremonial melihat dari dekat hasil tanaman JPP. Didampingi Kepala Unit I Jateng Ir Teguh Hadi Siswanto dan ADM KPH Pemalang, Ir Teddy MSi.

Di Petak 49a terdapat tanaman JPP seluas 10 hektare yang ditanam pada 2003. Kini sudah berumur 9 tahun dan sudah sekali mendapatkan penjarangan pada 2008. ADM Perum Perhutani KPH Pemalang melalui Humas Mudro Wiharjo mengungkapkan, tanaman JPP memiliki kelebihan pertumbuhan dan kualitas dibandingkan jati biasa. Jika jati biasa baru bisa diproduksi ketika berumur 60 tahun, untuk JPP membutuhkan waktu siap produksi pada usia 20 tahun.

”Nilai ekonominya sangat tinggi. Dalam waktu 60 tahun JPP bisa diproduksi selama tiga kali. Sedangkan jati biasa cuma sekali. Harga jati stek pucuk sama dengan jati biasa,” kata Mudro.

Postur Lurus
Kelebihan lainnya, JPP memiliki postur pohon yang lurus. Sangat disukai oleh konsumen. Karena bagus digunakan untuk bahan mebeler atau bagunan rumah. Sedangkan jati biasa umumnya bercabang-cabang. Luas tanaman JPP di Pemalang keseluruhan mencapai 4.000 hektare.

Ditambahkannya, berdasarkan sensus pohon yang dilakukan pada Desember 2009 setelah dilakukan penjarangan pada 2008, tanaman JPP di petak 49.A masih memiliki standing stock 69 m3/ha. Sementara target produksi yang akan didapat pada 2013 mencapai 400 pohon, volume 36.757 m3. Sedangkan standing stock jumlah pohon 5.518 volume 1.181.609 m3. Tinggi pohon 25,4 cm dan keliling rata-rata 69,2 cm. (sf-15)

SUARA MERDEKA :: 26 April 2012, Hal. 29

]]>