JPP – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Sun, 15 Jan 2017 01:26:53 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png JPP – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani Bondowoso Resmikan Gedung Klabang JPP https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bondowoso-resmikan-gedung-klabang-jpp/ Sun, 15 Jan 2017 01:26:53 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44451 kecilHARIANBHIRAWA.CO.ID (15/1/2017) | Guna untuk mencukupi kebutuhan stock bibit pohon, KPH Perhutani Bondowoso meresmikan gedung Klabang Jati Plus Perhutani Plantation (KJP and Camping Ground) Sabtu pagi kemarin (15/1). Hadir diantaranya Administratur KPH Perhutani Bondowoso Adi Winarno, Waka Moh Ajieb dan Faisal serta sejumlah Kepala Seksi, Asper dan para mantri.

Dari peresmian ini KPH Bondowoso membuat bibit jati plus Perhutani (JPP) sebanyak 10 ribu pohon. Persemaian gedung Klabang JPP ini juga untuk mendukung program penghijauan dan menanam di Kabupaten Situbondo dan Bondowoso.

Administratur KPH Perhutani Bondowoso, Adi Winarno, melalui Wakil Administratur Moh Ajib mengatakan, peresmian gedung Klabang Jati Plus Perhutani Plantation (KJP and Camping Ground) sudah direncanakan sejak lama karena gedung tidak berfungsi.

Nah, aku Moh Ajib, Administratur menunjuk dirinya untuk merecovery dan memfungsikan kembali kawasan persemaian tersebut. “Mulai dari sarpras instalasi air, mesin penyedot air, tandon, gedung kantor, pembersihan blok s/d pemangkasann kebun pangkas JPP dan elemen lain langsung dilakukan,” aku Moh Ajib.

Ajib mengungkapkan, JPP (Jati Plus Perhutani) adalah jati unggul produk Perhutani yang diperoleh dari program pemuliaan pohon. JPP ini, kata dia, lalu dikembangkan melalui dua cara perbanyakan yaitu vegetatif (stek pucuk dan kultur jaringan) dan generatif dengan menggunakan biji JPP asal kebun benih klonal (KBK).

Selanjutnya, sambung dia, memakai program PHT I dan PHT II yang merupakan program dua klon unggulan hasil pemuliaan pohon Perhutani yang telah mendapatkan hak PVT dari Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Departemen Pertanian pada tahun 2009. “Penjualan JPP saat ini berbentuk biji JPP yang berasal dari sumber benih KBK serta semai JPP yang berasal dari perbanyakan secara generatif,” terang Ajib.

JPP ini, urai Ajib, memiliki banyak keunggulan diantaranya adaptif di berbagai tempat dan tumbuh karena berasal dari proses seleksi sangat ketat. JPP ini juga tumbuh lebih cepat dari jati biasa, ujar dia, baik di lahan kurus maupun lahan subur serta memiliki tingkat keseragaman tinggi, batang lusus dan silindris.

Di sisi lain, tegas Ajib, JPP tersebut tumbuh optimal di lahan dengan ketinggian s/d 600 meter dpl curah hujan per tahun 1500 – 2500 mm dengan temperatur siang 27 C – 36 C, malam 20 – 30 . “JPP itu tidak akan tumbuh di lahan becek/tergenang air, rawa, gambut dan padang pasir,” urai Ajib.

Ajib juga menuturkan, untuk waktu penanaman yang tepat yaitu dilakukan pada Oktober-Januari dengan lubang tanam ukuran 40 x 40 x 30 cm dengan dibuat sebelum ditanam serta menggunakan pupuk dasar/pupuk kandang 3 kg per lobang.

Selanjutnya, papar Ajib, satu bulan setelah tanam dipupuk Urea 50 gr dan khusus pada tanah asam perlu ditambah kapur pertanian 50 – 100 gr per lubang. “JPP ini ditanam tegak lurus dan ditimbun dengan tanah bekas galian lubang yang telah diremahkan. Selanjutnya dibuatkan piringan dangir yang sedikit cembung dengan mengelilingi tanaman garis tengah 75 cm,” papar Ajib.

Agar JPP tumbuh bagus, terang Ajib, diperlukan perlakukan khusus untuk pemupukan pada tahun I yang dilakukan mulai Pebruari dan Nopember masing-masing sebanyak 50 gram Urea. Untuk pemupukan tahun II dan III dilakukan bulan Pebruari dan Nopember masing-masing sebanyak 100 gram urea.

Lalu untuk pemupukan tahun IV dan V, aku Ajib, dilakukan pada bulan Pebruari dan Nopember masing-masing sebanyak 100 gram urea. “Saya minta hindarkan JPP dari persaingan gulma. Untuk itu memberantas gulma ini dilakukan 2 kali setahun sebelum pemupukan. Setelah itu wiwil tunas samping dilakukan untuk menjaga kualitas kayu agar menjadi kualitas terbaik,” pungkas Ajib. [awi]

Sumber: harianbhirawa.co.id

Tanggal: 15 Januari 2017

]]>
Perhutani Buat Persemaian JPP Sepuluh Ribu Bibit https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-buat-persemaian-jpp-sepuluh-ribu-bibit/ Wed, 16 Nov 2016 05:04:13 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=42407 6-foto-a-awi-semai-jppHARIANBHIRAWA.CO.ID (15/11/2016) | Guna mensukseskan program peduli menanam, KPH Perhutani Bondowoso membuat persemaian bibit jati plus Perhutani (JPP) sebanyak 10 ribu pohon, baru baru ini. Program yang mendapat dukungan luas dari berbagai elemen di Kabupaten Situbondo ini diharapkan dapat memenuhi stock bibit jati bagi kebutuhan Dinas Pertanian Situbondo dan berbagai sekolah tingkat atas yang berstatus sebagai sekolah Adiwiyata (berwawasan lingkungan). Persemaian bibit JPP ini juga untuk mendukung program Santri Menanam, yang digagas Bupati Situbondo Dadang Wigiarto, belum lama ini.
Administratur (ADM) Perhutani Bondowoso, Adi Winarno, melalui Wakil Administratur Moh. Ajieb mengatakan, sebagai rimbawan ia harus peduli terhadap keberadaan hutan dan harus mendukung program peduli menanam.
Untuk membuktikan keseriusan itu, kata Ajieb, ia dipercaya ADM untuk membuat persemaian JPP diwilayah BKPH Klabang, tepat di Petak 56C seluas 1 hektar. “Sebelumnya lahan itu bertahun tahun tidak berfungsi dan mangkrak. Dengan niat Bismillah dan mendapat kepercayaan penuh dari ADM, maka saya lakukan pembuatan persemaian bibit JPP tersebut,” ujar mantan Kasi PSDH Perhutani Mojokerto itu.
Ajieb menuturkan, agar lolos persyaratan menjadi lahan persemaian, pihaknya harus membebaskan beberapa naungan dahan agar bibit terkena sinar matahari serta harus memotong dan merembes dahan dari beberapa tanaman. Selain itu, ujar Ajieb, menyediakan sarana air sebagai pendukung persemaian bibit jati tersebut.
“Kami telah tuntas membuat dua lokasi pengeboran untuk menyirami kebun dan persemaian bibit JPP. Selanjutnya kami memperbaiki sarana prasarana seperti kantor barak kerja, selang, gunting, gembor dan mesin penyedot. Sebab gedung barak yang lama sudah tidak berfungsi lagi,” beber Ajieb.
Mantan Wakil ADM Perhutani Jombang Timur itu menambahkan, persemaian bibit di BKPH Klabang tersebut menggunakan sistem stik pucuk. Artinya, urai Ajieb, sistem perbanyakannya menggunakan pola aseksual (perbanyakan sebuah bibit dengan tidak memakai pembuahan).
Jadi, jelasnya, salah satu organ pohon dengan pucuk dipotong terlebih dahulu lalu dimasukkan dalam cairan agar terangsang saat pertumbuhan akar. “Selanjutnya kami masukkan ke polibek dengan bantuan media yang berisi pasir, kompos dan tanah dengan formasi satu, dua dan tiga,” papar Ajieb.
Pembuatan persemaian bibit JPP ini, sambung pria asli Rembang Jawa Tengah itu, juga mengalami berbagai kendala. Salah satu diantaranya persoalan SDM karena para karyawan sudah lama tidak pernah menggarap program serupa.
Untuk itu, lanjut Ajieb, ia akan melakukan studi banding ke KPH Mojokerto atau KPH Jombang Timur demi mendukung suksesnya program tersebut. “Pembuatan persemaian ini merupakan murni swadaya Perhutani dan kreatiftas dari ADM. Yang jelas kini persemaian di Klabang itu masih berada dalam pantauan Puslitbang Cepu,” pungkas Ajieb.
 
Sumber : harianbhirawa.co.id
Tanggal : 15 November 2016

]]>
Bibit Jati Terbaik Untuk Indonesia https://stg.eppid.perhutani.id/bibit-jati-terbaik-indonesia/ Tue, 01 Nov 2016 02:45:29 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41489
bibit-jati

Dok. Kom-PHT/Kanpus/copyright©2016


PERHUTANI-FOTO (1/11/2016) | Perum Perhutani siapkan bibit jati terbaik untuk hutan Indonesia. Jati Plus Perhutani (JPP) adalah tanaman jati unggul hasil program pemuliaan pohon dari seleksi ± 600 pohon jati plus di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Hutan Perum Perhutani.

]]>
Peneliti Jepang Tertarik JPP Perhutani Pemalang https://stg.eppid.perhutani.id/peneliti-jepang-tertarik-jpp-perhutani-pemalang/ Tue, 06 Oct 2015 03:24:01 +0000 http://perhutani.co.id/?p=27636 Dok. Kom-PHT/PML @2015

Dok. Kom-PHT/PML @2015

PEMALANG, PERHUTANI (6/10) | Peneliti dosen dari Kyusu University Jepang berkunjung ke Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pemalang  melakukan penelitian mengenai pengelolaan sumberdaya hutan di Perhutani Pemalang, diantaranya tanaman Jati Perhutani Plus (JPP) di  petak 49, Resort Pemangkuan Hutan Klapanunggal (RPH), Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bantarsari tanaman Tahun  2003 seluas 10,8 hektar.

Ketertarikan para dosen terhadap tanaman JPP ini menurut Dr. Takahiro Fujiwara Assistant Profesor Kyushu University Jepang karena JPP mempunyai beberapa keunggulan diantaranya dapat tumbuh lebih cepat, tingkat keseragaman tinggi, batang lurus dan silindris serta dapat panen sampai akhir daur selama 20 tahun, padahal di Jepang tanaman Jati rata-rata berdaur 80 tahun baru dapat dipanen.

Selain tanaman JPP, mereka juga melakukan penelitian di beberapa Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang berada di Wilayah Perhutani Pemalang. Penelitian terhadap LMDH difokuskan terhadap seberapa jauh LMDH yang selama ini bekerja sama dengan Perhutani dalam melaksanakan pengelolaan hutan. Tiga LMDH yang diteliti yaitu LMDH Sejahtera desa Paguyangan, LMDH Karya Lestari desa Glandang dan LMDH Wanajaya desa Surajaya.

Para peneliti dari Jepang merasa puas terhadap hasil penelitian mereka. Menurut Takashiro hasil penelitian ini nanti akan dikaji dan bila memungkinkan akan dibuat percontohan di Jepang. Selain itu mereka terkesan dengan adanya interaksi yang sangat baik antara Perhutani dan masyarakat desa hutan sehingga ada proses saling berbagi peran untuk tujuan kelestarian hutan. (Kom-Pht/Pmlg/Dodi S)

Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015

]]>
Sistem Tumpangsari Tarik Minat Petani Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/sistem-tumpangsari-tarik-minat-petani-hutan-2/ Fri, 18 Oct 2013 05:07:46 +0000 http://perhutani.co.id/?p=9640 Suara Merdeka Online, Blora – Ketergantungan masyarakat desa hutan terhadap kawasan hutan hingga kini masih tinggi. Pasalnya mereka sudah terbiasa dengan pola hidup di kawasan hutan baik dalam kegiatan pertanian melalui pola tanam tumpangsari atau bekerja pada sektor pengelolaan hutan lain yang dilakukan oleh Perhutani.

Pihak Perhutani pun memberikan kesempatan luas kepada para petani untuk menggarap lahan hutan selama penggarapan itu tidak mengganggu tanaman asli wilayah hutan, yakni pohon jati.

Asper/Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH) Selogender Perhutani KPH Randublatung Kabupaten Blora, Ence Sunarya, mengatakan Perhutani mengizinkan masyarakat desa hutan melakukan kegiatan tumpangsari di kawasan hutan negara.

Dia mencontohkan kegiatan tumpangsari itu antara lain dilakukan di petak 85a dan 85c. Di Petak 85 yang mempunyai luas total 21 hektar ditanami jati dengan varietas Jati Plus Perhutani (JPP) di tahun 2012. Kini ketinggian rata-rata pohon jati itu mencapai empat meter dengan jarak tanam tiga kali dua meter.

Ence Sunarya yang didampingi Humas Perhutani Randublatung menjelaskan keterlibatan petani hutan pada petak ini dengan cara memanfaatkan ruang antar larikan tanaman pokok untuk ditanami jenis palawija jagung.

Menurutnya adanya sistim tumpangsari tersebut bisa memberikan keuntungan ganda. Di sisi lain petani bisa memperoleh hasil tanaman palawija, sementara di sisi lain Perhutani juga diuntungkan karena tanaman jati muda bisa terhindar dari kerusakan baik dari ancaman kebakaran maupun pengembalaan liar yang kadang timbul di kawasan hutan.

“Dan yang tak kalah penting adalah kami selaku petugas selalu melakukan komunikasi yang intensif dengan para petani hutan. Sehingga apa kemauan mereka dalam melakukan aktivitas di kawasan bisa langsung kami respon. Sepanjang tidak menyalahi aturan, kemauan itu bisa kami akomodir dengan baik. Ini untuk kepentingan petani hutan sendiri dan Perhutani. Sehingga sama-sama memperoleh keuntungan,” ujarnya Jumat (18/10).

Lebih lanjut Ence Sunarya menjelaskan bidang tanaman merupakan sektor primadona bagi masyarakat sekitar hutan. Menurutnya Perhutani melibatkan masyarakat secara langsung untuk menggarap kawasan hutan antara lain dengan ditanami tanaman palawija dengan sistem tanam tumpangsari hutan.

Di tahun 2012, Perhutani Randublatung melakukan penanaman kawasan hutan seluas 464,3 hektar dengan jenis tanaman kehutanan JPP. Tanaman tumpangsari antara lain dilakukan di Resort Pemangkuan hutan (RPH) Kepoh, BKPH Selogender.
( Abdul Muiz / CN33 / SMNetwork )

Suara Merdeka Online | 18 Oktober 2013 | 11.40 WIB

]]>
Persahabatan RI-Korsel Memberikan Manfaat https://stg.eppid.perhutani.id/persahabatan-ri-korsel-memberikan-manfaat/ Mon, 28 Nov 2011 04:15:29 +0000 http://perhutani.co.id/?p=2731 Perbedaan iklim dan budaya tidak menghalangi hubungan Indonesia-Korea Selatan (Korsel). Di sektor kehutanan, lebih dari 30 tahun hubungan dua negara itu terjalin. Perjanjian kerja sama kehutanan dengan Korsel ditandatangani pada 1979. Berbagai pertemuan rutin pun dijalani kedua negara. Hasilnya, pada 2007 ada kesepakatan kerja sama investasi pembangunan hutan tanaman dan A/R CDM di Indonesia, rehabilitasi mangrove, pengembangan sumber benih dan teknologi persemaian (sister ties), pendidikan dalam bidang CDM plantation, serta penelitian dalam bidang sumber daya hutan tropika.

Kelanjutan kerja sama itu diteruskan Indonesia-Korea Forest Forum (IKFF). Komite IKFF tidak hanya terdiri dari unsur pemerintah kedua negara, tapi juga melibatkan pengusaha dan akademisi. Realisasi kerja sama itu, antara lain, proyek pengembangan sumber benih yang saat ini telah mencapai tahap kedua. Pada kerja sama Forest Tree Seed Sources Management and Development Project, pemerintah Korsel memberikan bantuan senilai US$2,4 juta (2008-2009). Pada tahap I, bantuan yang disalurkan senilai US$1,6 juta selama tiga tahun.

Proyek lainnya pembangunan rumah adat untuk ekowisata dalam bentuk sister park. Kerja sama itu untuk membangun kemitraan dalam mengembangkan taman nasional Indonesia dan Korea. “Kerja sama ekowisata ini sangat tepat karena dilakukan dengan pendekatan ecocultural. Kegiatan ini menyinergikan perilaku alamiah dengan perilaku budaya masyarakat setempat dalam berinteraksi dengan lingkungan hidupnya,” kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat acara peletakan batu pertama rumah adat Korea di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Zulkifli Hasan menjelaskan kerja sama RI-Korsel itu mengedepankan keterpaduan antara budaya masyarakat lokal dan pengelolaan hutan lestari. `’Tujuannya untuk menyejahterakan rakyat.” Ia mengakui investasi di sektor kehutanan bersifat jangka panjang, minimal hasilnya dipetik lima tahun. `’Dalam kerjasama dengan Korsel, dilakukan penanaman tanaman hutan yang termasuk jenis cepat tumbuh, seperti sengon, Acasia mangium, baru dapat dipanen pada umur 6 hingga 8 tahun,” ujarnya.

Ia menjelaskan kerja sama dengan Korsel tidak menutup kemungkinan bisa dikembangkan pada jenis tanaman yang menjadi core business Perum Perhutani, yaitu jati. Tanaman jati dipanen pada usia sekitar 10 hingga 15 tahun. Ia menambahkan, tanaman jati bernilai ekonomis tinggi karena harganya bisa mencapai Rp15 juta per meter kubik.

Kerja sama tingkat regional juga dilakukan. Dalam pertemuan ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) di Bali pada 6 Oktober lalu, telah disepakati kerja sama ASEAN dengan Korsel. “Inisiatif baru tengah dimulai untuk mendukung momentum usaha saat ini guna memastikan pengelolaan hutan, kontribusi hutan terhadap ketahanan pangan, dan perubahan iklim, seperti Kerja Sama Kehutanan ASEAN-RoK (Republic of Korea) atau ASEAN RoK on Forestry Cooperation (AFoCo).“ Ia berharap kerja sama itu akan memperkuat upaya ASEAN dalam mengatasi isu yang timbul mengenai kehutanan. Yakni, isu yang masih terkait dengan perubahan iklim, termasuk mempromosikan pengelolaan pelestarian hutan di kawasan. (Fid/N-1)

Nama Media  : MEDIA INDONESIA
Tanggal          : Senin, 28 November 2011, Hal. 8-9
TONE               : NETRAL

]]>