#kawahputih – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Sun, 12 Nov 2017 14:18:18 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #kawahputih – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani Gandeng Yayasan Owa Jawa Lestarikan Satwa Primata Hylobates moloch Yang Hampir Punah https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-gandeng-yayasan-owa-jawa-lestarikan-satwa-primata-hylobates-moloch-yang-hampir-punah/ Sun, 12 Nov 2017 14:18:18 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50754

Dok.Kom-PHT/ Kanpus ©2017


JAKARTA, PERHUTANI (12/11/2017) | Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna bersama Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani menandatangani perjanjian kerjasama pelestarian Owa Jawa (Hylobates moloch) dan habitatnya, di Ciwidey Bandung pada Sabtu (11/11) di tengah acara peluncuran Canopy brand baru pengelolaan wisata alam Perhutani disaksikan Asisten Daerah II Eddy M Nasution mewakili Gubernur Jawa Barat.
Denaldy menyatakan bahwa kerjasama tersebut merupakan komitmen Perhutani untuk terus meningkatkan konservasi Owa Jawa dan habitatnya di hutan lindung Perhutani Gunung Puntang Jawa Barat.
“Owa Jawa adalah primata endemik Pulau Jawa yang statusnya terancam punah (endangered) dan keberlanjutannya dilindungi undang-undang RI. Kita berkewajiban menjaga konservasi Owa Jawa dan habitatnya yang ada di wilayah hutan lindung Perhutani tersebut. Kerjasama ini juga untuk meningkatkan kualitas ekosistem dan keanekaragaman hayati di hutan Perhutani. Perilaku Owa Jawa yang setia dan rajin menyebarkan biji-bijian untuk membantu regenerasi tumbuhnya hutan dan menjaga kelestarian menginspirasi lahirnya brand Canopy,” demikian Denaldy.
Perhutani telah menggandeng Yayasan Owa Jawa untuk kegiatan konservasi ini sejak 2012, dan diperpanjang kembali saat ini. Salah satu lingkup kerjasamanya adalah reintroduksi Owa Jawa, mulai dari kegiatan rehabilitasi sampai kegiatan pelepasliaran dan pemantauannya di kawasan Hutan Lindung Perhutani.
Pelepasliaran Owa Jawa telah dilakukan sebanyak 5 (lima) kali ke habitat alamnya di kawasan hutan Perum Perhutani, Hutan Lindung Gunung Malabar (Gunung Puntang) Jawa Barat. Pertama kali pelepasliaran pasangan Owa kiki dan sadewa pada Juni 2013, kemudian pada Maret 2014 dilepasliarkan satu keluarga Owa Jawa, Bombom (betina), Jowo (jantan), anak mereka Yani (betina) dan Yudi (jantan);  pada April 2015 pasangan Owa Jawa Robin-Moni dan Moly-Nancy; pada Agustus 2016 dilepasliarkan satu keluarga Owa Jawa Mel-Pooh-Asri di tempat yang sama. Dan baru-baru ini pada 24 Oktober 2017, dilepasliarkan lagi 5 individu Owa Jawa.
Sementara itu Noviar Andayani mengaku mengapresiasi langkah Perhutani untuk konservasi dan merasa bangga Owa Jawa ditampilkan dalam brand pengelolaan wisata Perhutani.
“Saya ucapkan selamat kepada Perhutani atas peluncuran Canopy brand pengelolaan wisata yang mencerminkan komitmen Perhutani terhadap pelestarian hutan dan satwa Owa di Jawa. Perpanjangan kerjasama Ini pertanda baik bahwa sebagai BUMN, Perhutani betul-betul komit untuk melestarikan Owa Jawa dan habitatnya. Kita optimis dengan semakin berkembangnya Owa Jawa di hutan lindung Perhutani, ekosistem hutan semakin sehat dan lestari,” jelas Noviar Andayani. (Kom–PHT/PR/2017–XI–59)
]]>
Perhutani Luncurkan Brand Baru Pengelolaan Wisata Alam Dukung Program Wisata Indonesia 2020 https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-luncurkan-brand-baru-pengelolaan-wisata-alam-dukung-program-wisata-indonesia-2020/ Sat, 11 Nov 2017 15:07:52 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50751

Dok.Kom-PHT/ Kanpus ©2017

JAKARTA, PERHUTANI (11/11/2017) | Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna bersama Gubernur Jawa Barat yang diwakili Asisten Daerah II, Eddy M Nasution meluncurkan CANOPY, brand baru pengelolaan wisata alam Perhutani, di Kawah Putih Ciwidey Jawa Barat pada Sabtu (11/11) dan serentak diikuti peluncuran di BanyuNget, Trenggalek, Jawa Timur oleh Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perhutani Agus Setyaprastawa, bersama Wakil Bupati Kabupaten Trenggalek, Mochamad Nur Arifin.

Denaldy M Mauna menyatakan bahwa CANOPY merupakan brand atau identitas yang akan menaungi beragam karakter wisata alam Perhutani dengan jaminan standar produk, pelayanan dan pengelolaan yang profesional dan berkualitas. Obyek wisata alam Kawah Putih di Ciwidey dan BanyuNget di Trenggalek dipilih sebagai pilot project untuk pemenuhan standar CANOPY tersebut.

“Penetapan brand untuk pengelolaan wisata alam Perhutani adalah bagian dari transformasi bisnis perusahaan tahap ke empat yaitu restrukturisasi bisnis yang terdiri dari revitalisasi existing business dan new business development seperti rencana pembangunan Ecotheme Park yang kita siapkan lahannya 600 Ha di kawasan hutan Bogor, dengan nilai investasi tahap pertama minimal US$ 1 miliar. Investor tentu saja harus yang memiliki pengalaman mengembangkan kawasan ecopark, sehingga apabila terwujud akan lebih meningkatkan daya jual wisata Indonesia di kancah internasional. Kita ingin menghadirkan alternatif tempat liburan untuk anak-anak, supaya mereka kembali ke alam, ke hutan dengan sentuhan futuristic. Sedangkan untuk existing business yang dipertahankan maka kita lakukan rebranding ecotourism dengan CANOPY ini. Existing bisnis wisata alam kita yang jumlahnya lebih dari 232 destinasi itu, terus kita tingkatkan dengan cara melakukan standarisasi yang lebih professional dan berkualitas. Belajar dari pengalaman pengelolaan wisata alam di Swedia dan Finlandia, kontribusi mereka bisa mencapai 30%-40%, sedangkan di Perhutani baru mencapai kurang dari 10% terhadap pendapatan perusahaan per tahun. Saat ini kita tetapkan dulu dua pilot project di Kawah Putih dan Banyu Nget, kedepan brand baru ini akan menaungi wisata-wisata alam Perhutani khususnya lokasi wisata yang telah memenuhi unsur-unsur dan indikator dalam standar Canopy”, jelas Dirut Perhutani.

Pendapatan bisnis wisata Perhutani sampai dengan triwulan III tahun 2017 sebesar Rp 90,42 miliar atau 80% dari target RKAP 2016 dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 7,3 juta orang, meningkat 160% dibanding periode yang sama pada tahun 2016 (YoY). Nilai ini diharapkan akan terus meningkat pasca rebranding dengan memperluas kerjasama pemasaran serta dukungan marketing communication yang akan diintensifkan.

Sedangkan realisasi pendapatan dari penjualan kayu tebangan yang terdiri dari kayu jati dan rimba total mencapai Rp 903,867 miliar atau 83% dari target triwulan III tahun 2017, meningkat 104% dari periode yang sama tahun 2016. Sementara pendapatan dari bisnis gondorukem dan terpentin (produk olahan getah pinus) sebesar Rp 80.782 miliar atau 46% dari RKAP 2017 dan 62% dari RKAP triwulan III Tahun 2017, turun 2% dari realisasi periode yang sama tahun 2016.

Denaldy menambahkan bahwa meskipun kontribusi bisnis wisata Perhutani masih relatif kecil dibanding bisnis kayu dan gumrosin, pihaknya yakin rebranding ecotourism ini akan segera mendongkrak pendapatan perusahaan pada 2018 nanti. Rebranding ini juga salah satu upaya Perhutani mendukung percepatan program pengembangan pariwisata Indonesia dan Indonesia Incorporated yang memiliki target menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia dengan target kunjungan 20 juta wisatawan pada tahun 2020.

Sejak tahun 2015 Perhutani memiliki kerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pengembangan wana wisata di kawasan hutan. Kerjasama ini merupakan bentuk dukungan Pemerintah untuk pengembangan bisnis wisata alam Perhutani menuju kinerja pengelolaan wisata yang lebih baik lagi dimasa depan. (Kom-PHT/PR/2017-XI-58)

]]>
Jembatan Ponton Wahana Baru Kawah Putih https://stg.eppid.perhutani.id/jembatan-ponton-wahana-baru-kawah-putih/ Mon, 04 Sep 2017 08:41:12 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=49387

Dok.Kom-PHT/ Kanpus ©2017

JAKARTA, PERHUTANI (04/9/2017) | Perum Perhutani membuka wahana baru Jembatan Ponton sepanjang 50 meter di wisata alam Kawah Putih Ciwidey, Bandung Selatan beberapa waktu lalu (25/7).

Jembatan Ponton berbahan baku kayu Rasamala didesain apik dan kuat sebagai wahana yang memberikan pelayanan kepada pengunjung untuk lebih leluasa melihat keindahan Kawah Putih sekaligus berswafoto ditengah keindahan kawah. Untuk menikmati pemandangan Kawah Putih dari jembatan tersebut, pengunjung hanya perlu menambah biaya Rp 10 ribu per orang selain biaya masuk kawasan wisata Kawah Putih.

Keindahan Kawah Putih berupa air berwarna putih kehijauan berpadu batu kapur putih sangat menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Lokasinya pada ketinggian 2.434 m dpl, suhu rata–rata 15 derajat Celsius membuat lokasi ini sejuk dan menjadi destinasi wisata untuk tujuan tracking mendaki gunung, pemantauan satwa burung, photo pre-wedding,  shooting film dan swafoto.  (Kom-PHT/PR/2017-IX-45)

]]>
Buah Manis Penutupan Selama 100 Hari https://stg.eppid.perhutani.id/buah-manis-penutupan-100-hari/ Tue, 28 Feb 2017 01:27:23 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45527 res-201702-002722MEDIA INDONESIA (27/2/2017) | Lokasi ekowisata Kawah Putih di Ciwidey, Bandung, kini telah bersih. Tidak ada sampah plastik berserakan yang mengganggu penglihatan ataupun pedagang yang hilir mudik menjajakan makanan.

Upaya itu sudah dilakukan sejak 2010 melalui relokasi dan penataan warung wisata. Kepala Biro Pariwisata Perhutani Lies Bahunta mengatakan mengelola kawasan hutan dengan prinsip kelestarian tanpa mengabaikan aspek sosial terbilang susah-susah gampang termasuk menata kawasan ekowisata Kawah Putih. Dibutuhkan paritisipasi aktif dan kesadaran semua pihak baik pengunjung, pengelola, maupun masyarakat lokal yang bermata pencaharian di kawasan tersebut.

“Mengelola serta mengembangkan kawasan ekowisata yang dapat memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal, tetapi tanpa mengabaikan aspek ekologi dan konservasi, menjadi tantangan tersendiri. Ketika kami punya konsep tetapi tidak terkomunikasikan dengan baik, jadi kendala,” tutur dia, Jumat (24/2).

Lies menjelaskan pada 2010 Perhutani mulai melakukan upaya kolaboratif untuk saling menjaga kawasan itu. Dia mengungkapkan awalnya itu agak sulit sehingga Perhutani perlu menutup wisata Kawah Putih selama 100 hari. Dia mengutarakan momentum penutupan Kawah Putih selama 100 hari pada 2010 sesungguhnya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekaligus menumbuhkan kesadaran menjaga kebersihan dan ketertiban di kawasan itu.

“Tujuan tersembunyi sebetulnya ini punya siapa. Ketika ditutup mereka mulai berpikir, mereka kehilangan mata pencaharian dan efeknya sampai ke Soreang, Bandung. Warung-warung di sana sepi. Jadi kami ajak untuk bersama menata. Warung-warung wisata dan kendaraan (shuttle) merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat,” terang Lies.

Upaya itu akhirnya membuahkan hasil. Pengelolaan kawasan dapat dilakukan secara lestari dan bertanggung jawab dengan prinsip ekonomi dan ekologi. Kawah Putih saat ini sudah menyandang sertifikasi ISO 9001 tentang sistem manajemen mutu.

Kepala Divisi Regional III Perhutani Jawa Barat dan Banten Erlan Barlian mengatakan pelestarian dan pemanfaatan hutan di Jawa Barat lebih mengutamakan jasa lingkungan dan nonkayu, salah satunya ekowisata. Direktur Jenderal Pengelolaan Produksi Hutan Lestari Ida Bagus Putra menyampaikan salah satu program pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) ialah melalui jasa lingkungan dan wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada. (Indriyani Astuti/H-5)

Sumber: Media Indonesia, hal. 21

Tanggal: 27 Februari 2017

]]>
Jangan Lewatkan 5 Destinasi Ini Saat ke Bandung https://stg.eppid.perhutani.id/jangan-lewatkan-5-destinasi-saat-bandung/ Fri, 17 Jun 2016 08:10:20 +0000 http://perhutani.co.id/?p=37844 PIKIRAN-RAKYAT.COM, BANDUNG (17/6/2016) | Saat menginjakkan kaki di kota kembang, Bandung, Jawa Barat, tempat-tempat seperti apa yang ingin Anda jelajahi? Kota ini tentunya punya berbagai tempat menarik. Mulai dari pusat-pusat perbelanjaan, kawasan kuliner pemanja perut, hingga wahana-wahana rekreasi.
Namun, jangan lewatkan wisata alam di Bandung, termasuk wilayah-wilayah sekitarnya seperti Cimahi dan Kabupaten Bandung. Pemandangan hijau nan permai bersama atmosfer segar khas pegunungan disajikan di sudut-sudut Bandung. Aksesnya pun tidak jauh dari perkotaan. Ya, Anda tetap bisa berbelanja, berkuliner dan berekreasi saat dan sebelum ke tujuan.
Bukit Bintang
Nama aslinya Puncak Bintang. Dari ketinggian sekitar 1.442 meter di atas permukaan laut, pengunjung dapat menikmati kelap-kelip lautan bintang. Walau tak jarang banyak yang berkunjung saat siang hari, umumnya wisatawan ingin menikmati pemandangan Puncak Bintang saat malam hari.
Saat langit cerah Anda bisa memandangi angkasa bertabur bintang dari hutan pinusnya. Namun, setiap saat lautan bintang buatan dari lampu-lampu pemukiman dan perkotaan Kota Bandung menambah kesan romantis  di atas sana.
Patokan untuk bisa tiba di sana yakni, sekitar 100 meter arah barat dari Terminal Cicaheum, ada Jalan Padasuka. Papan penunjuk jalan akan memberikan keterangan tempat-tempat wisata yang bisa diakses dari jalan itu. Seperti Saung Angklung Udjo, Caringin Tilu, Bukit Moko, dan Puncak Bintang.
Siap-siap, kendaraan Anda akan menempuh 9 kilometer tanjakan yang tak henti-henti dengan kecuraman bervariasi.
Tebing Keraton
Nama Dago tentunya tidak asing lagi bagi mereka yang hobi pelesir ke Bandung. Nah, di kawasan Taman Ir H Djuanda ada satu situs favorit pecinta foto selfie ini.
Dari pusat Kota Bandung, bertolaklah ke arah Dago Pakar, kemudian ke arah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Setelah pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, beloklah ke kanan. Setelah melewati permukiman, Anda akan sampai di sebuah warung dengan bertuliskan ‘Warung Bandrek’ alias Warban. Perjalanan belum selesai, pacu kendaraan Anda melewati tanjakan dan jalan berbatu sampai pos teratas, langsung di Tebing Keraton. Dari tempat parkir, hanya perlu berjalan sekitar lima menit ke lokasi.
Tahura Djuanda
Sebagai kawasan pelestarian alam, koleksi terbesar di Tahura Djuanda adalah aneka jenis tanaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Kawasan hutan ini merupakan vegetasi campuran, flora eksotik dari benua Afrika, Amerika, dan Asia tumbuh berdampingan dengan flora dan fauna asli Indonesia. Dalam menjalankan salah satu fungsinya sebagai arboretum (laboratorium alam), saat ini Tahura Djuanda memiliki tak kurang dari 2.000 jenis tumbuhan yang 112 diantaranya berasal dari luar negeri.
Selain rusa dan lebah madu, kera ekor panjang merupakan satwa penghuni tahura yang paling populer. Konon, satwa primata terbanyak di Asia Tenggara ini sudah ada sejak awalnya terbentuknya Tahura Djuanda. Kera yang memiliki nama latin Macaca fascicularis ini mudah dijumpai di hutan primer, hutan sekunder, hutan bakau, dan rawa. Tetapi mereka lebih menyukai kehidupan di hutan dekat sungai, danau, garis pantai, dan hutan yang dekat dengan pemukiman manusia. Wajar jika kera penghuni Tahura Djuanda pun tidak takut pada manusia. Mereka justru akan sengaja menampakkan diri jika melihat pengunjung yang datang. Di dalam kawasan Tahura Djuanda, hewan pemakan buah ini banyak terlihat bergelantungan di pohon atau berkeliaran di sekitar Jogging Track (jalan setapak).
Curug Cimahi
Curug Cimahi yang kini berada di lingkungan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)?Bandung Utara juga memiliki nama baru, yaitu Cimahi Rainbow Waterfall walaupun tetap dikenal masyarakat dengan nama melekat Curug Cimahi. Alasannya Curug Cimahi itu kini ditambah daya tarik lainnya berupa teknik pencahayaan sehingga mirip cahaya warna-warni pelangi yang biasanya dinyalakan saat suasana gelap.
Tak jauh dari Curug Cimahi dapat ditemui juga Curug Bugbrug dan Curug Panganten. Lokasinya Terletak di Jalan Kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Ada beberapa alternatif jalan yang bisa dipilih untuk mencapai curug ini. Kebanyakan yang digunakan ialah jalur Cimahi melalui Cihanjuang dan Parongpong, dan jalur Lembang. Jika menggunakan kendaraan pribadi atau travel dari pusat Kota Bandung, cukup menyusuri jalur Cihideung menuju Cisarua. Dari pusat Kota Cimahi dapat melalui Sersan Bajuri ke arah Universitas Advent Indonesia menuju ke Terminal Parongpong. Lokasi curug ini cukup mudah untuk dijangkau baik dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dengan kondisi jalan umumnya baik (beraspal). Pintu masuk Curug Cimahi terletak tepat di sebelah terminal angkot Cisarua, di pinggir jalan Kolonel Masturi sehingga tidaklah sulit untuk mencarinya.
Sedangkan bagi yang menggunakan kendaraan umum dapat menggunakan jasa angkutan umum dengan jurusan Ledeng-Sukasari dari terminal Ledeng. Setelah sampai di Terminal Sukasari (di depan Vila Istana Bunga), dapat diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 15-20 menit atau dapat memanfaatkan jasa angkutan umum Cisarua-Lembang dengan ongkos yang relatif murah.
Sementara jika dari Kota Bandung, bisa menggunakan angkutan jurusan St.Hall-Lembang dari Stasiun Kota, kemudian dilanjutkan dengan angkutan umum jurusan Lembang-Cisarua, dan turun persis di depan pintu gerbang Wana Wisata Curug Cimahi. Atau juga dperjalanan dapat ditempuh menuju terminal Ledeng, dilanjutkan dengan angkutan Ledeng-Parongpong. Dari terminal dilanjutkan memakai angkutan jurusan Parongpong-Padalarang.
Jalan setapak berundak dan berkelok konon terdiri dari sekitar 587 buah anak tangga. Sepanjang perjalanan ini akan ditemui beberapa ekor monyet ekor panjang yang bergelantungan di atas pohon.
Kawah Putih
Pemandangannya tak seputih namanya. Warna kawah yang membentang luas saat menginjakkan kaki di tanah belerangnya, cenderung terlihat biru terang. Kadang, warna airnya terlihat hijau memantulkan warna tumbuhan yang mengelilingi bak mangkuk raksasa.
Objek wisata ini ditemukan seorang Jerman, bernama Dr. Franz Wilhelm Junghun pada 1837. Ia adalah seorang pengusaha perkebunan Belanda. Kondisi lembah Gunung Patuha pada waktu itu masih berupa hutan lebat, dipenuhi pohon-pohon kayu jenis lokal, seperti rasamala, saninten, huru, samida, dan lain sebagainya.
Kini, ranting-ranting pohon mati banyak ditemui baik di tepi maupun di tengah kawah. Kesan dramatis ditambah nuansa berkabut kendati saat matahari bersinar terik siang hari.
Aksesnya mudah saja.  Pengunjung dari luar Bandung yang menggunnakan kendaraan roda empat dapat melewati jalur pintu Keluar Tol Kopo. Melewati Sayati dan dilanjutkan ke Soreang, dari Soreang dilanjutkan ke Ciwidey, dan sampailah di lokasi Kawah Putih. Rute alternatif bisa menggunakan jalur Tol Buah Batu.
Dengan kendaraan umum, dapat menggunakan jalur terminal Leuwi Panjang dilanjutkan ke Terminal Ciwidey, lanjut ke lokasi Kawah Putih.
Tanggal  : 17 Juni 2016
Sumber  : Pikiran-rakyat.com

]]>