Kayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 07 Nov 2016 01:40:18 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Kayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Banjar Produksi Kayu Jati 600 Kubik Perbulan https://stg.eppid.perhutani.id/banjar-produksi-kayu-jati-600-kubik-perbulan/ Mon, 07 Nov 2016 01:40:18 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41812 HARAPANRAKYAT.COM, BANJAR (7/11/2016) | Keberadaan ratusan hektar hutan yang ada di Kota Banjar menjadi salah satu pemasok kayu jati yang dikelola Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Ciamis, untuk memenuhi kebutuhan kayu nasional.Melalui Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Kota Banjar yang menjadi sarana pengumpulan hasil penebangan di sebagian wilayah hutan Banjar Selatan dan Banjar Utara, kayu-kayu hasil produksi (HP) akan dijual langsung oleh Divisi Pemasaran Kayu (DPK) Cirebon.

“Semua HP yang mayoritas adalah jenis kayu jati, dijual langsung via online yang dikelola DPK Cirebon. Jadi, kita di TPK menunggu intruksi dari DPK setelah kayu tersebut dibeli oleh konsumen,” jelas Kepala TPK Kota Banjar, Otong, kepada Koran HR, Selasa (01/11/2016) pekan lalu.

Dia menjelaskan, proses penebangan kayu yang dikelola Perhutani sudah sesuai Standar Operasional Prosedure (SOP) yang berlaku. Pemilihan kayu berdasarkan waktu dan umurnya menjadi salah satu upaya Perhutani menjaga kelestarian alam.

Pihaknya pun tidak semena-mena menebang kayu karena ada aturan mainnya berdasarkan Kelas Umur (KU). Misalnya, untuk pencarangan adalah kelas 1 yang umur 7 tahun. Sedangkan yang sudah layak dijual adalah kelas 3 maupun kelas 4 yang berumur 21 maupun 28 tahun.

Sementara itu, dalam memenuhi target produksi kayu, pihaknya memprediksi setiap bulan sekitar 300 hingga 600 kubik kayu jati, sesuai dengan kondisi cuaca serta kebutuhan pasar. Sedangkan, kayu yang telah ditebang dan sudah masuk ke TPK sudah melalui proses verifikasi dari tim khusus yang menilai kelayakan jual kayu tersebut.

“Semua yang ada di TPK itu kayunya layak jual, baik untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional, sebab sudah melalui seleksi oleh tim khusus,” terang Otong.

Dirinya juga mengaku pihak Perhutani selalu terbuka dalam masalah pengelolaan kayu. Pasalnya, sistem yang digunakan Perhutani tidak lagi secara manual, yakni sistem e-commerce atau online.

“Jadi tidak ada lagi kayu illegal yang dijual, semuanya resmi dan memiliki sertifikat. Kami sebagai bagian dari Perhutani selalu terbuka kepada siapapun untuk melayani masyarakat, apalagi untuk transparansi pengelolaan kayu oleh Perhutani,” tandasnya. (Muhafid/Koran HR)

Tanggal : 7 November 2016
Sumber : Harapanrakyat.com

]]>
Perhutani Buka Kompetisi IDC Berstandar Internasional https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-buka-kompetisi-idc-berstandar-internasional/ Sat, 31 Oct 2015 12:42:16 +0000 http://perhutani.co.id/?p=28012 METROTVNEWS, JAKARTA : Perum Perhutani telah membuka penyelenggaraan kegiatan “Indonesia Designer Challenge 2016”. IDC merupakan ajang untuk mengidentifikasi talenta berbakat dalam mendesain mebel sampai hasilnya dapat diterima pasar.

Penyelenggaraan IDC ini bekerja sama dengan Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI), bertempat di ruang galeria Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti Jakarta, Kamis 29 Oktober. Demikian seperti dikutip dalam siaran persnya, di Jakarta, Sabtu (31/10/2015).

Direktur Utama dari perusahaan produsen kayu jati berkualitas tinggi dan bersertifikat internasional, Perum Perhutani, Mustoha Iskandar, mendukung penuh kegiatan IDC 2016 ini, dengan penggunaan bahan baku kayu jati yang bersumber dari hutan-hutan Perhutani khususnya yang bersertifikat FSC.

“Total kayu bundar (log) jati Perhutani bersertifikat FSC lebih kurang 400.000 m3. Kayu-kayu bersertifikat sebagian diolah di industri-industri kayu Perhutani di Cepu, Brumbung, dan Gresik yang juga bersertifikat FSC dengan kapasitas total 60.000 m3,” tuturnya.

Kompetisi ini, lanjut dia, juga sebagai tantangan bagi para desainer agar dapat menciptakan inovasi desain kayu jati berdiameter kurang dari 20 cm. Karena dengan model pengelolaan hutan yang adaptif terhadap dinamika sosial dan lingkungan, produksi kayu dengan diameter kurang dari 20 cm akan semakin besar potensinya.

Perum Perhutani mendukung Himpunan Desainer Mebel Indonesia (HDMI) bersama Forest Stewardship Council® (FSC®) dan William E. Connor & Associates Ltd. (WECA) serta BioIndustri bekerjasama meningkatkan daya saing mebel Indonesia melalui kompetisi desain mebel yang disebut dengan Indonesia Designer Challenge (IDC) 2016. IDC 2016 merupakan ajang kompetisi desainer pertama di Indonesia yang bertujuan menempatkan para desainer Indonesia sebagai poros utama penggerak industri kreatif di Indonesia dengan menekankan pada proses produksi dan penggunaan bahan baku kayu dan bahan penunjang lain yang ramah lingkungan.

Ketua HDMI Bambang Kartono Kurniawan, menambahkan, peran desainer dalam industri mebel masih sangat lemah. Para desainer mebel Indonesia, diakuinya diberi ruang tampil dalam setiap event pameran internasional, namun desain yang dihasilkan masih dipandang sebatas pemanis visual semata.

“Padahal peran desainer sangat penting dalam menentukan daya saing mebel kita di dunia internasional. Lemahnya riset selera pasar, isu lingkungan, dan sulitnya menjalin kerja sama dengan industri masih menjadi hambatan bagi para desainer sehingga performa desainer Indonesia tidak menonjol di mata para buyers dan industri,” papar Bambang.

Perwakilan dari WECA, perusahaan global bidang merchandising-sourcing yang mewakili puluhan klien internasional, Tophan Anggoro Putra, memaparkan, jika desain mebel dari Indonesia kini telah tertinggal lima tahun dari negara-negara lain.

“Para buyer dari Amerika maupun Eropa tidak melihat desain mebel baru dan inovatif yang muncul dari Indonesia, sehingga mebel Indonesia kurang mampu bersaing dibanding negara lain. Hal ini diperburuk lagi dengan kenyataan bahwa mayoritas para desainer Indonesia tidak bisa memperoleh data mengenai prediksi tren pasar terbaru dan selalu ketinggalan,” beber Tophan.

Oleh karena itu, kompetisi IDC-2016 yang pertama kali digelar di Indonesia ini diharapkan akan menjadi ikon baru dalam industri furnitur berbasis desain di Indonesia. IDC menyediakan solusi di mana desainer, industri, dan pasar bisa terhubung dengan baik sehingga mampu bersaing di tengah persaingan global.

IDC dirancang sebagai ajang untuk mengidentifikasi talenta berbakat dari Indonesia dan berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pesertanya sehingga hasilnya dapat diterima pasar. Dalam kompetisi ini perwakilan para buyer internasional akan menilai langsung karya para desainer.

IDC-2016 bertema More Than Wood, mengangkat tema kayu untuk memberikan dorongan bagi designer menciptakan produk yang lebih ramah lingkungan melalui sentuhan desain terhadap produk berbasis kayu sehingga berdampak nyata bagi upaya konservasi hutan di Indonesia.

Desain diharapkan dapat meningkatkan nilai produk kayu, khususnya kayu yang berasal dari hutan alam maupun hutan tanaman yang berumur panjang, dari sekadar produk massal; seperti plywood, lantai, komponen bangunan yang cenderung eksploitatif yang berpeluang meningkatkan laju kerusakan kehilangan hutan alam; menjadi produk bernilai dan berharga tinggi, sehingga dapat menekan tingkat eksploitasi hutan dan memberikan kesempatan bagi hutan memulihkan kondisinya.

“Penggunaan bahan baku kayu dari hutan yang telah bersertifikat FSC, yang melambangkan hutan yang dikelola secara bertanggunjawab, kita harapkan mampu mendapatkan perhatian lebih dari konsumen global, khususnya Amerika dan Eropa sehingga mampu mendorong nilai kompetitif desain mebel dari Indonesia,” jelas FSC Perwakilan Indonesia, Hartono Prabowo.

FSC adalah lembaga swadaya masyarakat, nirlaba, dan independen yang mendorong pengelolaan hutan yang bertanggungjawab di seluruh dunia. Melalui sistem sertifikasi yang ketat, FSC menyiapkan standar yang diakui secara internasional agar perusahaan dan komunitas pengelola hutan dapat terdorong dan mengembangkan praktik kehutanan yang lebih baik dan bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan di Indonesia dan juga dunia.

Dalam sejarah sertifikasi hutan di Indonesia dengan standar FSC, Perum Perhutani merupakan perusahaan pertama di dunia yang mendapat sertifikat Well Managed Forest tersebut pada 1990. Selain telah mengantongi Sertifikat Legalitas Kayu (SLK) untuk seluruh unit manajemen sesuai mandatory yang ditetapkan pemerintah, Perum Perhutani juga menerapkan sertifikasi voluntary guna pelayanan prima.

Setelah mengalami pasang surut proses sertifikasi hutan, saat ini ada tujuh unit manajemen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perum Perhutani seperti KPH Madiun, KPH Banyuwangi Utara, KPH Cepu, KPH Randublatung, KPH Kebonharjo, KPH Kendal dan KPH Ciamis telah mengantongi sertifikat sustainable forest management standar FSC ini. Diharapkan jumlah unit manajemen akan semakin bertambah, apabila KPH Banten dalam waktu dekat lolos proses sertifikasi FSC ini.

Program sertifikasi hutan secara mandatory dan voluntary merupakan salah satu dari komitmen Perum Perhutani sebagaimana Visi Perusahaan yaitu “Menjadi Perusahaan Unggul Dalam Pengelolaan Hutan Lestari”.

Nantinya, sosialisasi lomba akan diadakan di lima kota yaitu Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Selain itu juga promosi melalui media sosial Facebook, Twitter, dan Instagram. Diharapkan nantinya 50 desain dan konsep yang masuk serta 20 nominator desain, konsep dan prototypenya akan dipamerkan di pameran mebel internasional di Jakarta pada 2016.

Tanggal : 31 Oktober 2015
Sumber : Metrotvnews.com

]]>
10 LMDH Dapat Bagi Hasil Kayu Tebangan https://stg.eppid.perhutani.id/10-lmdh-dapat-bagi-hasil-kayu-tebangan/ Wed, 10 Jun 2015 07:42:43 +0000 http://perhutani.co.id/?p=22259 Pikiran Rakyat – Sepuluh lembaga masyarakat desa hutan dari 32 LMDH yang ada di Kabupaten Pangandaran mendapatkan bagi hasil kayu tebangan dari Perusahaan Umum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan Kabupaten Ciamis sebesar Rp 304.305.519.

Pembagian ini dilakukan berdasarkan kemitraan yang dilakukan oleh Perhutani dengan LMDH sejak 2001 lalu terkait pengelolaan hutan oleh masyarakat.

Menurut Administratur KPH Kabupaten Ciamis Bambang Juriyanto, bagi hasil kayu tebangan yang dibagikan kepada 10 LMDH tahun ini berasal dari tebangan kayu sepanjang tahun 2013.

Berdasarkan data, KPH Ciamis yang membawahi wilayah Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, dan Kabupaten Pangandaran, memiliki luas hutan 29.890,19 hektare yang 55 persennya berada di wilayah Kabupaten Pangandaran yakni seluas 16.396,77 hektare. Sedangkan di Ciamis hanya 42% atau 12.480,55 hektare dan Kota Banjar 1012,87 hektare saja.

“Dari total sharing kayu di wilayah KPH Ciamis sebesar Rp 700 juta, Kabupaten Pangandaran mendapatkan Rp 304.305.519 dari penebangan sekitar 14.000 meter kibik yang dialokasikan untuk 10 LMDH,” kata Bambang ditemui usai penyerahan bagi hasil kayu di Desa Selasari, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, Selasa (9/6/2015).

Menurut Bambang, pembagian untuk masing-masing LMDH tidak sama, bergantung banyaknya jumlah tebangan di LMDH yang ada. Bagi hasil kayu ini pun merupakan bentuk tanggung jawab Perhutani kepada masyarakat desa hutan dan pihak yang berkepentingan dalam rangka pengelolaan sumber daya hutan.

Ketua Forum LMDH Ciamis Banjar Pangandaran Ade Mulyadi menuturkan, agar tepat sasaran, pendapatan dari bagi hasil ini hendaknya dialokasikan untuk meningkatkan produktivitas petani.

Sementara itu, Penjabat Bupati Pangandaran Daud Achmad yang hadir dalam kegiatan tersebut menuturkan, bagi hasil kayu tebangan yang terangkum dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat hendaknya bisa menjadi satu upaya pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kepedulian masyarakat pada hutan. (Muhammad Irfan) ***

Sumber : Pikiran Rakyat, hal. 15
Tanggal : 10 Juni 2015

]]>
Bahan Baku Kayu Melimpah, Perum Perhutani Tambah Pabrik Olahan https://stg.eppid.perhutani.id/bahan-baku-kayu-melimpah-perum-perhutani-tambah-pabrik-olahan/ Fri, 22 May 2015 01:28:44 +0000 http://perhutani.co.id/?p=21342 jpnn.com – Perum Perhutani terus berupaya meningkatkan volume produksinya dengan memanfaatkan ketersediaan bahan baku kayu yang melimpah.

Kepala Divisi Industri Kayu Perum Perhutani Adi Pradana menjelaskan, pihaknya akan memperbesar volume produksi dengan menambah pabrik olahan kayu baru.

Beberapa daerah yang menjadi target perbesar volume produksi Perhutani yakni di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

“Dengan membangun pabrik baru di Jawa Timur, akan lebih efektif dalam mengolah kayu di lahan kami di wilayah timur. Kami manfaatkan betul ketersediaan bahan berupa kayu milik Perhutani yang melimpah,” ujar Adi dalam siaran persnya, Kamis (21/5).

Selama ini, sambung Adi, produk industri Kayu perhutani mayoritas diekspor. Dari lima pabrik, dua unit industri kayu Perhutani di Jateng dan Jatim telah mampu menghasilkan berbagai produk olahan kayu.

“Dari hasil olahan kayu itu Perum Perhutani bisa meraup pendapatan hingga Rp 404 miliar pada 2014 lalu. Ini potensi yang bagus,” ungkap Adi. (chi/jpnn)

Sumber : jpnn.com
Tanggal : 22 Mei 2015

]]>
Kewajiban dan Kepatuhan Hukum Perhutani Dalam Rangka Perlindungan Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/kewajiban-dan-kepatuhan-hukum-perhutani-dalam-rangka-perlindungan-hutan/ Mon, 16 Mar 2015 12:03:53 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19131 dok.kom/pht/kanpus/2015JAKARTA, PERHUTANI (16/3) | Perum Perhutani sebagai BUMN pengelola hutan negara di Jawa Madura patuh pada aturan-aturan hukum terkait tata-kelolanya sebagai bentuk Good Corporate Governance, demikian Direktur Utama Mustoha Iskandar menyatakan.
Salah satu kewajiban Perum Perhutani sebagai pengelola hutan negara berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan adalah melaporkan kepada polisi apabila terjadi kehilangan asset Negara, karena berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007 Perum Perhutani tidak memiliki kewenangan penyidikan tindak pidana kehutanan.
Tindakan melaporkan kepada penegak hukum atau kepolisian apabila terjadi gangguan keamanan hutan adalah kewajiban perusahaan sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, karena apabila Perum Perhutani tidak melaporkan maka akan dikenakan sanksi dianggap melakukan pembiaran sesuai ketentuan Pasal 104 yang berbunyi:
“Setiap pejabat yang dengan sengaja melakukan pembiaran terjadinya perbuatan pembalakan liar sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 sampai dengan pasal 17 dan pasal 19, tetapi tidak menjalankan tindakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 15 (limabelas) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp 7.500.000.000 (tujuh setengah milyar rupiah”
Kasus gangguan keamanan hutan Perum Perhutani Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Jatibanteng, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Besuki, Kesatuan  Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso Jawa Timur, berupa hilangnya di petak hutan 43f tanaman jati tahun 1974 atas dasar kewajiban Perhutani maka dilaporkan sesuai dengan aturan yang berlaku kepada Kepolisian Sektor Jatibanteng Polres Situbondo pada Senin 07/07/2014. Bukti lapor adalah Laporan Polisi nomor LP/K/11/VII/2014/Jatim/Res.Sit/Sek.Jatibanteng.  Dalam laporan polisi tersebut Perum Perhutani melaporkan kejadian pencurian kayu atau hilangnya pohon jati dan tidak melaporkan orang per-orang. Penetapan tersangka menjadi kewenangan penyidik dan bukan kewenangan Perhutani. Selain Asyani, penyidik telah menetapkan tersangka utamanya yaitu Ruslan, Abdus Salam pemilik kendaraan pengangkut kayu dan Cipto (tukang kayu) yang tidak terberitakan oleh media.
Pihak Perhutani yaitu Kepala RPH Jatibanteng BKPH Besuki, KPH Bondowoso dalam hal ini juga diperiksa oleh Kepolisian Jatibanteng Situbondo dalam kapasitas sebagai saksi korban atas hilangnya asset Negara dimaksud.
Perum Perhutani sebagai pihak pelapor atas hilangnya aset Negara menyerahkan sepenuhnya proses penegakan hukum kepada pihak yang berwenang, dalam hal ini Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan, dengan harapan bahwa proses berjalan adil, bijaksana sesuai aturan yang berlaku dan bisa dipertanggungjawabkan. (Kom-PHT/Kanpus).

]]>
Perhutani Seriusi Sistem Dagang Kayu Online https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-seriusi-sistem-dagang-kayu-online/ Wed, 04 Mar 2015 05:01:21 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18820 REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ingin memudahkan transaksi perdagangan sambil menjaga akuntabilitas, Perum Perhutani menyeriusi sistem transaksi perdagangan kayu secara online sejak pertengahan 2014 hingga kini.

“Bahkan ke depan, kita sangat mencegah transaksi jual beli kayu secara langsung, jangan langsung lewat kantor,” kata Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar pada Selasa (3/3).

Uji coba transaksi dalam jaringan pertama kalinya dilakukan Perhutani di wilayah Bogor Jawa Barat. Bekerja sama dengan PT Telkom, sistem tersebut tahun ini akan diperluas ke wilayah Indonesia yang lain. Tujuannya agar Perhutani dapat lebih detail memonitor jalur perdagangan kayu Indonesia dari satu tempat saja. Selain itu juga mengurangi pembayaran tunai.

Ditegaskannya, penting bagi Perhutani untuk melakukan transaksi jual beli kayu secara transparan akuntabel. Sistem dalam jaringan pun akan menghilangkan kesan dan mencegah pembelian kayu untuk orang-orang tertentu saja.

Menggandeng Telkom, sebab Perhutani menilai perusahaan tersebut telah memiliki jaringan yang tersebar di seluruh Indonesia. “Sehingga tinggal connect ke Perhutani saja, ini sinergi antar BUMN, nanti ada semacam bagi hasil misalnya atas tiket masuk wisata perhutani. Nanti juga ada e-ticket atau e-hotel,” tuturnya.

Sumber : republika.co.id
Tanggal : 4 Maret 2015

]]>
Putus Gratifikasi, Jual Kayu Via Online https://stg.eppid.perhutani.id/putus-gratifiksai-jual-kayu-via-online/ Tue, 03 Mar 2015 02:26:40 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18706 JAKARTA-Direktur utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar baru-baru ini menggelar pertemuan dengan mitra usaha bisnis se-Jawa Timur. Pertemuan itu guna menyosialisasikan rencana strategi pemasaran dan program kerja 2015. Pada kesempatan itu, Mustoha menegaskan, ke depan Perhutani harus benar-benar bersih. Hal itu dideklarasikannya guna menciptakan budaya perusahaan yang bersih bebas dari gratifikasi, sebagaimana kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Perhutani baru-baru ini memberikan pencerahan tentang hal itu.

Mustoha mengatakan, untuk mendukung tekad Perhutani Bersih tersebut diperlukan sistem teknologi informasi yang terintegrasi dan saat ini sudah terjalin kerja sama dengan PT Telkom. “Jadi semua kegiatan nanti akan termonitor di Jakarta bahwa Perhutani harus benar-benar berubah menuju Perhutani bersih,” kata dia dalam keterangannya di Jakarta kemarin.

Salah satu upaya memutus gratifikasi adalah sistem penjualan kayu secara online. Tak hanya memanfaatkan jaringan internet terintegrasi, saluran pengaduan resmihotline Perhutani akan bekerja selama 24 jam “Semua kegiatan kayu sejak di petak sampai ke TPK, maupun penjualan kayu dapat di monitor di Jakarta. Semua itu untuk mendukung dan meningkatkan mutu dalam pelayanan penjualan kayu. Diharapkan kerja sama yang baik antara mitra dengan Perhutani dalam program tersebut, dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta upaya memutus mata rantai gratifikasi,” ujarnya.

Kepala Divisi Industri Kayu Adi Pradana mengatakan, mitra usaha yang selama ini melakukan pembelian langsung lo tetap terlayani dengan baik karena proses bisnis Divisi Komersial Kayli dengan Divisi Industri Kayu terhubung dengan baik. Kepala Divisi Komersial Kayu Achmad Ibrahim menambahkan, Perhutani dalam upaya memanjakan mitra atau pembeli saat ini untuk membeli kayu tidak perlu datang TPK di mana kayu tersebut berada, cukup datang ke sentra pelayanan/loket penjualan dan mengisi aplikasi online.

Sebelumnya, Perhutani meneken MoU dengan PT Telkom terkait sinergi pemanfaatan sumber daya perusahaan. Ruang lingkup kerja sama ini adalah pemanfaatan jasa telekomunikasi, informasi, media, edutainment dan services (times) yang dikelola dikembangkan dan disediakan oleh Telkom untuk Perhutani.

Mustoha mengharapkap, jajarannya bisa memanfaatkan semua potensi yang ada dan dikelola dengan bisnis modem didukung IT dari Telkom. Dia berkeinginan semua sistem di Perhutani dikelola menggunakan elektronik. Tujuannya agar lebih transparan. “Pemasaran produk harus secara online,” ucapnya. Ke depan, penilaian hasil industri juga akan dilakukan secara online. Melalui pemasaran secara online, Mustoha ingin memudahkan transaksi dalam jual beli kayu, khususnya untuk sementara ini penjualan kayu log.

Dalam kerja sama ini Perhutani menyiapkan setidaknya Rp 50 miliar untuk mengembangkan sistem IT yang menyeluruli di perusahaan. “Ini tentu saja dalam rangka tidak lagi kontak antara orang Perhutani dan buyer, pesan secara online menghindari adanya kontak fisik,” tegasnya.

(lum).
Sumber : Indopos, hal. 5
Tanggal : 3 Maret 2015

]]>
Menjadi Perhutani Yang Bersih Dan Ramah Lingkungan https://stg.eppid.perhutani.id/menjadi-perhutani-yang-bersih-dan-ramah-lingkungan/ Fri, 13 Feb 2015 05:55:35 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18329 Dok.kom/pht/2015Perum Perhutani telah ditunjuk sebagai holding company bagi semua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor kehutanan, mulai dari Inhutani I hingga V. Dengan begitu, proses hilirisasi yang sudah digencarkan oleh Perum Perhutani akan semakin solid dan terarah.

Sejak Oktober 2014, posisi tertinggi di Perum Perhutani diisi oleh Mustoha Iskandar yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Komersial Kayu. Sekarang ini, ia sedang melakukan perubahan fundamental menyangkut budaya kerja di lingkungan Perum Perhutani.
Menurutnya, budaya kerja di Perhutani tidak bisa diseragamkan, perlu ada sub-sub kultur karena ada beragam bidang kerja di Perhutani yang memang sangat berbeda modelnya. Namun, nilai-nilai yang menjadi roh dari budaya kerja itu harus sama. Berikut petikan wawancara Ign. Eko Adiwaluyo dari Marketeers dengan Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar.
Apa saja perubahan budaya kerja setelah Anda menjadi Direktur Perum Perhutani?
Kalau kita bicara budaya kerja, di Perhutani kami tidak bisa bicara itu sebagai satu hal yang bisa serta merta cocok diterapkan di semUa lini perusahaan. Mengapa? Karena di Perhutani itu banyak produk yang dihasilkan oleh bagian-bagian yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Sebagai contoh, budaya kerja di industri kayu akan berbeda dengan di industri chemical. Berbeda lagi dengan budaya yang ada di hulu, atau beda juga dengan bagian pariwisata yang juga ada di Perhutani.
Sehingga, kami membangun subkultur-subkultur kerja yang disesuaikan dengan masing-masing bidang. Namun, sebagai payung kami sedang membangun budaya kerja dan proses bisnis yang terbuka serta terintegrasi. Caranya, dengan menerapkan teknologi berbasis informasi. Untuk itu, kami telah menjalin kerjasama dengan Telkom Indonesia. Dengan teknologi ini, semua proses bisnis bisa terkontrol dengan baik, seperti ticketing di pariwisata,pergerakan kayu, pertumbuhan tanaman, orang bekerja di pabrik, dan lainnya bisa dimonitor. Kami juga akan membangun operating room yang akan menjadi pusat pengawasan.
Memang, ini adalah cara yang paling tepat untuk mengubah budaya kerja dan proses bisnis di Perhutani. Sebabnya, daera-kerja Perhutani itu luas dan menyebar di Pulau Jawa. Dan, dengan bekerja sama dengan Telkom Indonesia, kami tidak perlu berinvestasi dalam jumlah besar karena semua sudah dimiliki Telkom.
Bagaimana cara Anda membangui kinerja karyawan?
Perhutani sekarang ini juga sudah menjalin kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kerjasama ini untuk membantu perbaikan proses bisnis di Perhutani. Nah, bila dikaitkan dengan kinerja karyawan tentunya akan sangat bagus sekali hasilnya. Dalam perio tertentu kami sudah menyusun Rencana Aksi yang direkomendasikan KPK untuk kami jalankan.
Lalu, ada juga reward and punishment, tapi ebih spesifik insentif. Nanti, tiap bidang oerbeda-beda indikatornya.Tapi, fokusnya adalah bagaimana menciptakan solusi pada suatu masalah yang sedang dihadapi.Artinya, bila masalah yang sedang dihadapi itu bisa terselesaikan, maka kinerjanya bagus. Setiap tahun, indikatornya berbeda, tergantung masalah yang sedang dihadapi.
Adanya beragam upaya tersebut di atas, apa imej yang ingin Anda bangun untuk Perhutani?
Tidak muluk-muluk, kami ingin menjadi Perhutani yang bersih,Perhutani yang ramah lingkungan, dan Perhutani yang modern. Sebagai perusahaan modern, kami tunjukkan dengan menerapkan teknologi yang mendukung semua proses bisnis, seperti yang sudah saya sebutkan.
Bersih itu tidak melakukan permainan atau transaksi yang abu-abu. Dengan kata lain, kami ingin melihat semua partner dan konsumen Perhutani itu merasakan bahwa berbisnis dengan kami itu mudah. Nah, itu semua nanti diukur, costumer satisfaction index-nya harus ada. Sehingga, akan terus terjadi perbaikan dan peningkatan kerja.
Saya juga ingin bisa masuk ke pasar-pasar luar negeri. Semua produk yang bisa dihasilkan oleh Perhutani harus dikenal oleh orang luar negeri dengan brand Perhutani. Artinya, kami harus bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ini dan harus aktif melihat peluang pasar.
Bagaimana dengan hilirisasi yang tengah dijalankan Perum Perhutani?
Memang, proses ini butuh waktu, tidak bisa dalam jangka pendek bisa langsung terlihat hasilnya. Di satu sisi, kami ingin mempercepatnya untuk menggenjot pendapatan dari sektor hilir ini, khususnya industri kayu. Namun, di sisi lain kami juga harus melakukan recovery mesin-mesin di pabrik-pabrik kami. Mesin-mesin itu umurnya sudah di atas 60 tahun. Nah, ketika dilakukan pembaruan otomatis terjadi slow down.
Sementara ini, solusinya kami bekerjasama dengan pihak lain.Tapi, untuk playwood kami sudah jalan.Tahun 2016,
kami akan membangun pabrik playwood di Kuningan, Jawa Barat dan Banyumas, Jawa Tengah.
Kemudian, tantangan lainnya di industri adalah mengenai sumber daya manusia (SDM). Sekarang ini, kami sedang membutuhkan tenaga-tenaga muda yang memiliki keahlian di sektor industri dan pengolahan hasil hutan kayu dan nonkayu.
Bagaimana nantinya komposisi pendapatan Perum Perhutani?
Sebelumnya, perlu digaris bawahi bahwa pengelompokkannya bukan hulu dan hilir, namun antara kayu dan nonkayu.
Untuk kayu yang nonindustri atau jualan kayu saja itu kontribusinya 30%.Tapi, bila kayu digabung dengan industri kayu itu menyumbang 48%. Sisanya, yang 52% itu pendapatan dari nonkayu yang terdiri dari wisata, agro, kopi, chemical yang produknya beragam mulai dari gondorukem, terpentin, minyak kayu putih, dan lainnya.
Di nonkayu, kami juga akan mengembangkan produk daging sapi dengan skema silvopasture, yaitu kombinasi antara ternak dengan hutan. Potensi pasar daging itu besar. Kenapa tidak kita siapkan sendiri tanpa harus impor?
Jadi, target kami, nonkayu harus lebih besar lagi sumbangannya pada pendapatan perusahaan. Saya sedang menyusun strategi untuk membesarkan potensi pendapatan dari pariwisata karena wilayah kami itu berupa hutan yang ada dari ujung Banten hingga Banyuwangi.Tentunya, kami akan bermitra dengan semua pihak yang bergerak di industri pariwisata. Namun, kami tetap mengembangkan industri kayu secara bertahap.
Sejauh mana kelanjutan dari pabrik sagu?
Tentu saja, akan terus kami lanjutkan. Apalagi, sekarang ini pembangunan pabrik sudah mencapai 75%, tidak ada kata mundur lagi. Di samping itu, sagu ini juga akan menjadi salah satu produk yang bisa menyumbang pendapatan dari nonkayu.
Untuk produk-produk yang bisa dikonsumsi masyarakat langsung atau end user, apa strategi Perum Perhutani?
Perum Perhutani itu memiliki kantor cabang di hampir setiap kabupaten di Pulau Jawa.Tempat-tempat inilah yang sekarang ini menjadi channel distribusi kami. Sederhananya, ada sebagian ruang dari kantor-kantor cabang itu yang disulap menjadi tempat display produk-produk kami.
Kami memang belum berencana terjun langsung ke pasar ritel dan bersaing head to head dengan produk-produk consumer goods yang sudah ada di pasar dengan masuk ke minimarket, hipermarket dan sebagainya. Belum sampai ke situ, mungkin suatu saat nanti. Kalau diperlukan, kami akan membuat outlet semacam minimarket khusus produk Perhutani.
Apa model kepemimpinan yang Anda terapkan?
Saya selalu menerapkan model partisipatif, semua terlibat dan tidak otoriter. Membuat suasana yang menenangkan dan menyenangkan hati karyawan. Karyawan senang, kita senang, perusahaan menang. Kadang-kadang saya marah juga, tapi itu sebatas acting saja.
Sumber  : Marketeers
Tanggal  : 13 Pebruari 2015

]]>
Perhutani Kembangkan Populasi Pohon Pinus https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-kembangkan-populasi-pohon-pinus/ Sat, 07 Feb 2015 06:00:58 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18228 Pengembangan kembali populasi tegakan pohon pinus dilakukan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten sebagai kebijakan bisnis kelas perusahaan. Apalagi, produksi getah pohon pinus diprediksi kembali meninggi ke depan untuk pemenuhan bahan baku gondorukem dan terpentin dunia.
Kasi Humas Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten Ade Sugiharto, di Bandung, Jumat (6/2/2015), menyebutkan, pengembangan kembali populasi pohon pinus tersebut dilakukan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sukabumi dan KPH Bogor. Ini pun sekaligus peremajaan kembali aneka tegakan pohon pinus sebagai sumber getah bahan produksi gondorukem dan terpentin.
Dikatakan, pengembangan populasi pohon pinus juga sebagai salah satu langkah bisnis Perhutani Jawa Barat-Banten mengembalikan bisnis inti kepada kelas perusahaan, Namun, ada pula sebagian bisnis pohon kayu-kayuan yang dipertahankan untuk jenis cepat tumbuh, sepeiti akasia mangium, mindi, dll. di KPH Bogor dan KPH Banten.
Disebutkan, keberadaan hutan pinus Perhutani sebenarnya merupakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar di Jawa Barat. Namun, sejauh ini belum sepenuhnya termanfaatkan oleh masyarakat sekitar sehingga masih banyak diisi oleh masyarakat asal Cilacap. Sementara itu, pengembangan bisnis pohon kayu akasia mangium tengah dikembangkan di wilayah Banten untuk mengisi tingginya kebutuhan kayu pertukangan ke depan.
Menurut personel Biro Perlindungan Sumber Daya Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Banten Encang Suryana, pengembangan bisnis kayu akasia mangium ini selain mengisi pasar kebutuhan kayu untuk pertukangan, juga sebagai langkah pemulihan kawasan hutan di sekitaran Malingping. Dahulu, kawasan keutanan selatan Banten sempat rusak berat akibat gangguan keamanan beberapa tahun lalu.
Kini kawasan hutan di Malingping berangsur hijau kembali dengan keberadaan populasi pohon-pohon akasia mangium. Pohon akasia mangium warna kayunya merah sehingga banyak yang mengira sebagai kayu jati.
Sumber : Pikiran Rakyat
Tanggal : 7 Pebruari 2015

]]>
Tentang Serat Kayu Yang Bercerita https://stg.eppid.perhutani.id/tentang-serat-kayu-yang-bercerita/ Fri, 06 Feb 2015 05:52:39 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18222 Di luar gerimis jatuh. Hari yang beranjak sore meredup. Meski begitu, ruangan di dalam sebuah galeri di bilangan Cipete terasa hangat. Selain pencahayaan yang ditata apik, hal ini karena furnitur-furnitur kayu yang hadir di sana. Yang tampak wajar menyatu dengan seluruh elemen ruangan. Yang jujur pada materialnya, diolah tanpa meninggalkan kealamiannya.
Di Salah satu sudut yang menggambarkan ruang keluarga, tatanan sofa, meja, rak, karpet, dan walipaper berpadu manis. Sofa kayu dengan bantalan biru muda, rak dengan lukisan burung monokrom dan lampu meja di atasnya, serta wallpaper hijau bercorak dedaunan di belakangnya. Galeri itu adalah ruang display Kekayuan, produsen perabot berbahan dasar kayu.
Bagus Rochadiat, pemilik galeri ini, meniti tangga yang juga berlapis kayu ke bagian atas galeri, mengajak kami mengobrol di sana. Kursi ergonomis dan meja yang kokoh menemani obrolan sore itu. “Meja ini dibuat dari satu gelondongan kayu, dari pohon yang sama,” kata Bagus sambil menunjuk meja yang dikitari.
Tampak jelas, meski terdiri atas tiga bilah papan yang disatukan, setiap serat kayu pada bagian sambungan permukaan meja kelihatan berjalinan. Detail-detail pada kayu itu jugalah yang membuat Bagus jatuh cinta. “Serat kayu itu bercerita,” imbuhnya.
Bagi Bagus, merangkai cerita dari setiap serat kayu itulah bagian paling seru dalam membuat perabot seperti yang dilakoninya saat irii. “Kami berusaha memproses material mentah menjadi sesuatu yang estetis dan bisa menjadi ikon di dalam satu ruangan.”
Jika bekerja adalah mengikuti ke mana hati membawa, di sinilah tempat Bagus. Meski berlatar pendidikan psikologi, kecintaan terhadap kayu dan desain interior lebih kuat memanggil. Menggandeng rekannya Hendra, Bagus setia pada jalan desain interior. Mereka berdua menjadi motor yang menggerakkan bisnis ini.
Desain Kekayuan biasanya mengambil gaya Skandinavia. Perabotnya ramping dengan kaki-kaki yang mengecil sehingga kesannya ringan. “Ada juga kesan jadulnya,” jelas Bagus. Sebagian kecil perabotnya juga mengadaptasi gaya industrial yang memadukan kayu dengan material metal. Finishing-nya pun lebih banyak minimalis, rustic. Ini dilakukan agar detail kayu aslinya tetap tampak jelas.
Hendra yang kerap berurusan dengan konsumen belajar membaca selera. Ada banyak faktor yang memengaruhi pembelian selain material dan desain itu sendiri. “Untuk furnitur, ini terkait antara lain dengan ukuran, fungsi, dan segi higienitas,” jelas Hendra.
“Karena konsumen juga dapat memesan sesuai keinginan atau customized, kami bisa melihat pola-pola yang disukai konsumen. Jika kira-kira sejumlah konsumen punya permintaan yang sama atau mirip-mirip, kami bisa menjadikannya standar untuk produk kami,” lanjutnya.
Angin segar industri mebel
Kekayuan menjadi angin segar di tengah perjuangan Indonesia untuk menggalakkan pengolahan bahan mentah, terutama kayu. Negara kita kaya dengan kayu. Sayangnya, dari total nilai perdagangan mebel dunia yang mencapai 112 miliar dollar AS, Indonesia baru mampu menggarap pasar senilai 1,7 miliar dollar AS pada 2012.
Bisnis mebel membuka peluang besar untuk peningkatan nilai kayu mentah. Apalagi, jika kayu yang digunakan merupakan kayu yang bersertifikat, seperti kayu dari Perum Perhutani yang digunakan Kekayuan. “Dengan kayu yang bersertifikat, kita tahu bahwa kayu yang kita gunakan diolah secara bertanggung jawab, tidak asal tebang,” tutur Bagus.
Dengan keseriusan untuk menjaga kualitas, Kekayuan mampu merambah Ibu Kota sampai ke luar kota seperti Surabaya atau Bandar Lampung. Tak sedikit pula konsumen ekspatriat asal Perancis, Amerika, Australia, Korea, atau Singapura. “Pernah orang asing memberi komentar. Jati itu investasi, makin tua makin mahal,” cerita Hendra.
Tak pernah akan ketinggalan zaman, furnitur dari kayu jati justru akan kian menampakkan pesonanya seiring usianya yang bertambah tua. Seperti yang digambarkan Bagus tentang produk-produk Kekayuan, “Beautiful, simple and everlasting.”
Sumber  : Kompas
Tanggal  : 6 Pebruari 2015

]]>