#kementerianpertanian – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 01 Aug 2016 07:17:23 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #kementerianpertanian – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Kami Siap Mendampingi lnvestor https://stg.eppid.perhutani.id/siap-mendampingi-lnvestor/ Mon, 01 Aug 2016 07:17:23 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39110 BISNIS INDONESIA, JAKARTA (1/8/2016) | Mengemban tugas yang tak mudah sebagai Ketua Upaya Khusus Percepatan Investasi Pertanian, Kementerian Pertanian. Kepada Bisnis, ia menceritakan betapa dinamisnyatugas di lapangan, belum lama ini. Berikutpetikannya.

Bagaimana upaya Anda memastikan ketersediaan lahan untuk investasi di bidang pertanian?

Memang persoalan lahan ini kerap menjadi masalah dalam investasi. Setelah izin pendaftaran selesai dalam tiga jam di BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), investor harus sudah mempersiapkan lahannya.

Ini kerap mengganjal, sehingga realisasi investasi di dalam negeri tidak setimpal dengan komitmen investasi yang didapatkan. Untuk itu, kami siap melakukan pendampingan agar investor mendapat kepastian lahanuntuk investasinya.

Pendampingan itu dilakukan oleh tim terpadu dari Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, serta Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang baru-baru ini ikut disertakan juga.

Bagaimana memaksimalkan sinergi dengan sejumlah kementerian, terutama Kementerian BUMN yang baru bergabung dalam tim terpadu tersebut?

Saat ini kan banyak lahan dan kawasan hutan yang dikuasai oleh BUMN seperti Perum Perhutani dan anak usahanya. Makanya, Kementerian BUMN dilibatkan agar dapat mempercepat proses penyediaan lahan untuk investasi.

Bagaimana cara tim ini bekerja dan menyelesaikan persoalan lahan?

Memang investor tidak boleh dilepas dalam menyiapkan lahan. Apalagi, Indonesia memiliki wilayah luas, dan masyarakat yang cukup heterogen. Itu juga membuat pendekatan dalam penyelesaian masalah di setiap daerah itu berbeda-beda.

Untuk menyelesaikan itu, kami harus terus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak mulai dari gubernur, bupati, wali kota, hingga tokoh masyarakat Melalui komunikasi itu, kami harus dapat memastikan kepastian ketersediaan lahan untuk investasi.

Masalah apa yang kerap Anda temui dalam penyediaan lahan untuk investasi?

Memang cukup banyak dinamika di lapangan saat saya ikut memastikan ketersediaan lahan untuk investasi. Hal itu disebabkan banyak lahan dan kawasan hutan yang dikuasai oleh rakyat dan tumpang tindih perizinan.

Biasanya, investor tidak dapat melanjutkan izin lokasi yang telah diterimanya dari kepala daerah, karena ada masalah tumpang tindih di lahan tersebut. Setelah dicek, temyata lokasi yang diizinkan itu tumpang tindih dengan lahan masyarakat,lindung, dan lokasi yang izinnya sudah dimiliki pihak lain.

Terkadang, setelah dilakukan pengecekan utang, investor hanya memiliki lahan 1.000 hektare dari 5.000 hektare yang diizinkan. Kami harus memilah lokasi mana saja yang layak untuk dilanjutkan, dan tidak berpotensi memunculkan konflik.

Di situ kami harus menggunakan pendekatan yang tepat, agar masyarakat dan pejabat pemerintah daerah mau aktif menyelesaikan persoalannya. Percepatan itu juga nantinya akan menguntungkan daerah, karena ada investasi yang dapat menggerakkan perekonomian di daerah.

Bagaimana cara Anda memastikan komitmen investor kepada masyarakat pemilik lahan, dan tidak ada yang merasa dirugikan?

Awalnya, kami melakukan komunikasi dengan sangat intensif hingga ada kompromi dan kesepakatan yang ditandatangani bersama di hadapan kami.

Meski begitu, pemerintah perlu membentuk lembaga perwalian untuk mengontrol kemitraan, agar berkelanjutan dan tidak ada eksploitasi. Pemerintah juga harus memfasilitasi supporting system untuk mendukung proses produksi secara berkelanjutan.

Bagaimana evaluasi perencanaan lahan untuk investasi pertanian selama semester pertama tahun ini?

Saat ini ada 700.000 hektare untuk pabrik gula. 1 juta hektare untuk pengembangbiakan sapi, dan 500.000 hektare untuk budi daya jagung. Dari jumlah tersebut, 13 perusahaan yang ingin mengembangkan pabrik gulanya membutuhkan 200.000 hektare.

Kemudian 14 perusahaan yang ingin membangun pabrik gula baru membutuhkan 286.000 hektare, 10 perusahaan pengembangbiakan sapi mengajukan 206.000 hektare, dan tiga perusahaan budi daya jagung menginginkan 10.000 hektare.

Selama 6 bulan bekerja, kami telah menyelesaikan 9.050 hektare untuk pengembangan pabrik gula yang sudah ada, 46i.282 hektare untuk pabrik gula baru, 986 hektare untuk pengembangbiakan sapi, dan 2.000 hektare untuk budi daya jagung.

Apa saja kendala dalam menyiapkan lahan untuk investasi.

Sekitar 90% hutan produksi yang dapat dikonversi berada di Papua, dan investor tidak tertarik karena alasan infrastruktur, sosial, dan akses. Banyak investor yang sudah memiliki izin lokasi dari Bupati, tetapi tidak diproses lebih lanjut

Masih adanya lahan milik perusahaan dan Perhutani yang tidak dimanfaatkan secara optimal juga membuat tantangan penyediaan lahan ini cukup berat. 0

Tanggal : 1 Agustus 2016
Sumber : Bisnis Indonesia

]]>
Toko Tani Dipasok Swasta https://stg.eppid.perhutani.id/toko-tani-dipasok-swasta/ Mon, 20 Jun 2016 05:21:40 +0000 http://perhutani.co.id/?p=37950 REPUBLIKA, JAKARTA (16/6/2016) | Pemerintah melibatkan kelompok usaha besar dalam pengembangan Toko Tani Indonesia (TTI). Toko ini bakal dibangun di seluruh Indonesia untuk memangkas rantai distribusi pangan agar tak terjadi lonjakan harga.
Terdapat Charoen Pokphan, perusahaan besar berbasis di Thailand yang bergerak di industri pakan ternak, pertanian, serta daging ayam dan sapi. Selain itu. Japfa Comfeed, perusahaan peternakan yang dimiliki keluarga konglomerat Santosa.

Ada pula Artha Graha Peduli yang berafiliasi kepada kelompok usaha Artha Graha yang dimiliki pengusaha Tomy Winata, perusahaan transportasi dan perdagangan PT Fajar Mulia Transindo, serta Asosiasi Minyak Goreng Indonesia.
Mentan Amran Sulaiman menyatakan. TTI merupakan solusi permanen untuk memotong rantai distribusi pangan. “Kita potong rantai pasokan yang panjang. Tadinya sembilan titik, dipotong jadi tiga,” katanya saat meresmikan Gedung TTI Centre di Jakarta, Rabu (15/6).
Nantinya, TTI Centre me-masok komoditas pangan ke cabang TTI yang tersebar di seluruh Indonesia. Ia menambahkan, selain bermitra dengan swasta, TTI menggandeng koperasi, PT Pos, dan PT Perhutani untuk memperlancar aliran ba-han pokok.
Komoditas yang tersedia di TTI Centre, di antaranya, daging sapi beku sebanyak delapan ton, daging sapi segar 1,5 ton, serta 120 sapi hidup binaan Artha Graha Peduli yang akan disebarluaskan melalui TTI.
Selain itu, bawang putih 250 (kilogram) kg, bawang merah tujuh ton dari Garut, Nganjuk, dan Bima, gula pasir dua ton, beras tiga ton, daging ayam dua ton, minyak goreng seribu liter, dan cabai merah 46 kg.
Hargajual daging sapi Rp75 ribu per kg, gula pasir Rp 12 ribu, beras Rp 7.900 per kg, dan daging ayam Rp 30 ribu per ekor. Kemudian, untuk bawang merah dijual seharga Rp 23 ribu per kg, cabai Rp 16 ribu, minyak goreng Rp 9.500 per liter, dan bawang putih Rp 22 ribu per kg.
Kemarin, konsumen memadati Gedung TTI Centre. Mereka datang dengan beragam cara, dari mulai berjalan kaki, kendaraan umum maupun pribadi.
Areal parkir gedung tampak dipenuhi mobil-mobil dan motor konsumen yang parkir. “Senang-lah, ada pasar ini, kapan lagi ada jualan hanan pangan murah,” kata seorang pengunjung pasar yang merupakan warga Tanjung
Ia mengetahui keberadaan TTI dari grup Whatsapp komunitas ibu rumah tangga. Penasaran, ia pun mendatangi toko dan berniat membeli 20 kg gula. Ia memperhatikan, TTI semacam kampanye Artha Graha yang merupakan orang di belakang Presiden Joko Widodo.
Namun, ia tak peduli, yang penting dapat harga pangan murah guna memenuhi dua lemari pendinginnya di rumah.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran menyebut, pelaksanaan TTI baik asalkan merangkul para pedagang di pasar tradisional.
Pedagang selalu terbuka ketika ada tawaran kerja sama menurunkan harga pangan sesuai keinginan pemerintah.
Namun, ketika pedagang ingin mengambil barang dari pabrik agar bisa dijual dengan harga sesuai keinginan pemerintah, pihak pabrik tidak bisa memberikannya karena harus mempertimbangkan margin harga produksi dan hargajual.
“Kita ingin beli dari pabrikan, gula agar bisa dijual dengan harga Rp 12 ribu per kg, tapi kita dikasihnya gula pasir dengan harga beli biasa,” ujar Ngadiran. Ia menduga, harga pangan di TTI bisa di bawah harga pasar karena subsidi dari dana CSR perusahaan. Karena itu, ia yakin harga murah hanya sementara.
Tanggal  : 16 Juni 2016
Sumber  : Republika

]]>
Pemerintah Sisir Lahan Untuk Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/pemerintah-sisir-lahan-tebu/ Wed, 20 Apr 2016 10:42:40 +0000 http://perhutani.co.id/?p=36137 BISNIS INDONESIA, JAKARTA (20/4) |Kementerian Pertanian akan menyisir lahan-lahan di sekitar pabrik gula untuk dijadikan perkebunan tebu. Selain itu, pemerintah mencari peluang kerja sama memanfaatkan lahan milik PT Perhutahi yang cocok untuk tebu.
Upaya untuk menambah areal perkebunan tebu tersebut diharapkan mampu mendongkrak produksi gula nasional.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, ada beberapa pabrik gula yang sudah beroperasi, tetapi belum memiliki lahan yang cukup untuk perkebunan tebu. Hal itu menyebabkan kapasitas pabrik tidak maksimal.
Amran mencontohkan salah satu pabrik yang terletak di Dompu, Nusa Tenggara Barat yang baru memiliki lahan 6.000 ha, tetapi sudah beroperasi. Perusahaan ini akan terus mengembangkan lahan hingga mencapai 15.000 ha.
“Kami mengembangkan pabrik baru. Pabrik acisting yang kekurangan lahan, kami optimalkan lahan sekitarnya. Bisa dengan kerja sama dengan lahan milik Perhutani dan sebagainya,” katanya usai menggelar pertemuan dengan Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Selasa (19/4).
Menurutnya, sejauh ini Kementerian Pertanian telah melakukan pembahasan dengan sejumlah kementerian terkait yaitu Kementerian BUMN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang untuk menggunakan lahan milik Perhutani yang cocok untuk ditanami tebu.
Menurutnya, lahan yang digunakan untuk menanam tebu oleh para investor yang membangun pabrik gula diupayakan bersama dnegan penjajakan lahan untuk investasi jagung dan peternakan yaitu mencapai 2 juta ha.
Dia mencontohkan beberapa daerah yang memiliki potensi untuk perkebunan tebu yaitu Sulawesi Tenggara, NTB, dan Jawa.
“Kami mengembangkan sepuluh industri gula di Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Kami membantu fasilitasi lahannya kalau yang mereka [investor] tidak cukup.”
Dia mematok modal minimal Rpl 5 triliun agar investor tersebut dapat diprioritaskan dalam mencari lahan.
Ketua Upaya Khusus Percepatan Investasi Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengatakan, sebagian besar pabrik gula memang telah berdiri di Pulau Jawa. Namun,ada beberapa aturan yang hingga saat ini menjadi hambatan dalam proses pencarian lahan.
“Ada regulasi yang mengharuskan penggantian lahan di daerah lain, ada yang mengharuskan sewa lahan, tetapi dengan biaya yang sangat mahal yang sulit dipenuhi oleh investasi sektor pertanian. Lahan di Jawa dikelola Perhutani sehingga kalau kita membutuhkan, harus kerja sama dengan Perhutani,” jelas Syukur.
Direktur Utama Perhutani Mustoha menyampaikan, ada peluang kerja sama pemanfaatan lahan antara Perhutani atau pun dengan anak perusahaan mereka yaitu Inhutani dengan investor gula dengan skema-skema tertentu.
“Di Jawa kami bisa mencari lokasi-lokasi yang sesuai untuk penanaman tebu. Kan tidak semua bisa, kecocokan lahannya harus dicari. Kena sama bisa difasilitasi dengan Kementerian BUMN atau Kementerian Pertanian.”
Ada 14 pabrik gula yang membutuhkan lahan total sekitar 340.593 ha. Selain 14 pabrik gula acisting tersebut, sebelas investor berencana membangun pabrik gula baru dengan total kebutuhan lahan 207.775ha. (Dara Azlliya)
Sumber : Bisnis Indonesia
Tanggal : 20 April 2016

]]>