Kompas – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 18 Oct 2016 04:48:03 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Kompas – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Terlena dalam Pelukan Embun Coban Pelangi https://stg.eppid.perhutani.id/terlena-pelukan-embun-coban-pelangi/ Tue, 18 Oct 2016 04:48:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=40920 KOMPAS.COM, MALANG (16/10/2016) | RASANYA tidak ada habisnya menikmati pesona keindahan Malang Raya, Jawa Timur. Kawasan perbukitan tinggi yang dikelilingi beberapa gunung ini memiliki potensi air terjun atau coban yang luar biasa banyaknya. Setiap coban memiliki keindahannya masing-masing yang memancarkan pelangi saat matahari indah berseri.
Hari Senin (19/9/2016) tengah hari, rasa penat dan panas membawa sekelompok pengunjung asal Kota Malang rela menempuh jarak 35 kilometer menuju Coban Pelangi di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Angan-angan merasakan kesegaran tetes air yang membias dari air terjun, serta menghirup sehatnya udara pegunungan, membuat sekelompok orang ini semangat menempuh rute berkelok dan menanjak. Jalur ke Coban Pelangi sama dengan jalur menuju Gunung Bromo dari arah Malang.
Menuju Coban Pelangi memang tidak bisa ditempuh dengan angkutan umum. Pengunjung lebih baik menyewa kendaraan atau naik motor menuju lokasi.
Tiket masuk wisata Coban Pelangi tidak mahal, yaitu Rp 9.000 per orang untuk wisatawan domestik dan Rp 25.000 per orang untuk wisatawan mancanegara.
Air terjun Coban Pelangi berada di kaki Gunung Semeru dengan jalur tempuh berupa medan berbukit terjal naik dan turun. Seperti halnya pelangi, kita baru bisa menikmati keindahannya selepas hujan.
Begitu pula dengan tempat wisata yang satu ini. Turun dari kendaraan, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer (km) untuk bisa sampai pada lokasi. Rute menanjak dan sesekali licin merupakan tantangan tersendiri dari perjalanan kali ini.
Untuk menuju sumber air, pengunjung harus menembus hutan yang jalurnya sudah tertata. Sebenarnya tidak sulit asalkan pengunjung kuat berjalan kaki melintasi bumi perkemahan, warung bambu, jembatan Kali Amprong, hingga akhirnya menjumpai air terjun dengan tinggi sekitar 100 meter yang mengalir dengan deras.
Mendapati eloknya pancuran air raksasa itu membuat kekaguman menyeruak seketika. Tingginya air terjun menjadikan bias air terjun memeluk siapa saja yang mendekat. Rasa penat seusai berjalan kaki seperti lenyap seketika saat pelukan embun—dari bias air terjun—datang dengan segarnya.
Jika tidak puas meresapi keindahan air dari ketinggian bukit, pengunjung bisa turun mendekat ke kaki air terjun. Jangankan sampai menyentuh air secara langsung, mendekatinya saja tubuh sudah basah kuyup kedinginan.
Jika tidak tahan dengan hawa dingin dari air terjun, pengunjung bisa uduk di satu-dua bangku pantau yang tersedia tidak jauh dari air terjun.
Hal menarik lain untuk diketahui adalah dari sisi geologi. Gurat-gurat tebing berwarna hitam dan kecoklatan seakan kokoh menjaga air terjun agar tidak menghilang.
Menurut buku Warisan Geologi Bromo Mahameru (2015), dinding air terjun Coban Pelangi terbentuk dari endapan freatomagmatik (endapan dari hasil letusan yang tercipta saat magma bertemu air di dalam kawah Bromo Tengger Purba) dan piroklastik (hasil dari letusan eksplosif Gunung Bromo-Tengger Purba).
Endapan ini seperti ini juga terdapat di dinding kaldera bagian barat dan barat laut Gunung Bromo dan Pegunungan Tengger.
”Sebenarnya ingin melihat pelangi di sini. Namun, mungkin karena cuaca mendung, sinar matahari tidak bisa menembus masuk ke air terjun. Mungkin lain kali saya lebih beruntung dan bisa melihat indahnya pelangi di antara titik-titik air dari air terjun,” kata Ningrum, pengunjung Coban Pelangi.
Selain ramai wisatawan yang menikmati air terjun, Coban Pelangi juga memungkinkan untuk menampung kelompok orang yang ingin berkemah di sana. Terdapat lahan perkemahan yang bisa menampung 200-an orang. Lokasi ini cukup nyaman untuk berkemah karena dekat dengan sumber air.
Teh hangat
Dipeluk embun dan bermandi air, hanya sebagian kecil dari keindahan saat itu. Jika beruntung, pengunjung bisa menikmati rona pelangi di sekitar air terjun.
Keindahan lainnya adalah duduk santai di depan warung bambu, memandang lereng perbukitan, sambil menikmati teh hangat dan semangkuk mi. Mencecap sajian sederhana itu sambil melihat lalu lalang orang melintas, ngobrol dengan ibu pemilik warung, membuat suasana menjadi hangat.
Rasanya penat dan beban pikiran segera sirna hanya dengan meneguk secangkir teh panas di tengah dingin dan bersihnya udara pegunungan kala itu.
”Semakin hari, tempat ini semakin ramai pengunjung. Paling ramai saat akhir pekan. Pada pagi hari juga biasanya banyak bule ke sini setelah mereka turun dari Gunung Bromo,” kata Harini, ibu penjual gorengan dan teh di sana.
Pengelola tempat ini biasanya juga bekerja sama dengan pemandu wisata sehingga menjadikan lokasi air terjun tersebut sebagai paket wisata dengan Gunung Bromo.
Rute menuju Coban Pelangi memang merupakan jalur menuju Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo jika ditempuh lewat Malang. Sepanjang perjalanan menuju Bromo sebenarnya terdapat beberapa air terjun lain.
Namun, yang terkenal dua coban, yaitu Coban Pelangi dan Coban Trisula di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Coban Pelangi dikelola Perhutani, sementara Coban Trisula dikelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
”Biasanya coban ini menjadi salah satu dari paket wisata yang ditawarkan pengelola jip. Makanya, tempat ini ramai dikunjungi wisatawan mulai pukul enam pagi setelah mereka selesai melihat matahari terbit di Bromo,” kata Sateman, suami Harini, yang menjadi penjaga toilet di kawasan wisata tersebut.
Harini dan Sateman biasanya akan pulang saat matahari mulai condong ke barat sekitar pukul 16.00.
Katari, petugas pengelola Coban Pelangi dari Perhutani, mengatakan, pada hari biasa jumlah pengunjung di Coban Pelangi 40-50 orang. Saat hari libur atau akhir pekan bisa mencapai 150 orang.
”Jumlah ini tak sebanyak tahun 2014 sebelum ditemukan coban-coban lainnya. Di sepanjang Tumpang-Poncokusumo saja ada 60 coban. Belum di tempat lain. Makanya, jumlah wisatawan mulai terpecah,” kata Katari.
Ah, mungkin memang baiknya tempat ini tidak dijejali wisatawan, hingga membuat tidak nyaman. Biarkan embun Coban Pelangi dengan bebas memeluk siapa saja yang datang. Jangan halangi pelukan lembut sang embun, dengan jejalan orang-orang berdesakan. (Dahlia Irawati)
Tanggal : 16 Oktober 2016
Sumber  : Kompas.com

]]>
Wisata Malang Raya Diminati https://stg.eppid.perhutani.id/wisata-malang-raya-diminati/ Fri, 11 Dec 2015 03:24:32 +0000 http://perhutani.co.id/?p=30042 Kompas, Malang: Potensi wisata di Malang Raya, Jawa Timur, sangat tinggi. Salah satu indikasi, jumlah wisatawan di wilayah yang terdiri dari Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu tersebut lebih dari 5 juta per tahun. Miliaran rupiah pendapatan asli daerah diraih pemerintah dari sektor wisata tersebut.

Ketiga daerah di Malang Raya memiliki karakteristik sektor wisata berbeda Kota Malang lebih sebagai penyedia jasa, seperti hotel, restoran, serta pusat-pusat hiburan dan perbelanjaan. Kabupaten Malang unggul dalam wisata alam. Adapun Kota Batu, selain wisata alam juga unggul dalam wisata buatan. Ketiganya bahu-membahu berusaha menjadi magnet wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Hasilnya, perekonomian daerah meningkat Kota Malang, misalnya, 20 persen pendapatan pajak daerah berasal dari sektor pariwisata, dalam hal ini pajak hotel, restoran, dan hiburan. Menjelang akhir 2015, Dinas Pendapatan Kota Malang mencatat pendapatan pajak daerah sudah mencapai Rp 272 miliar. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 persennya berasal dari pajak hotei (Rp 22,1 miliar), pajak restoran (Rp 28,4 miliar), dan pajak hiburan (Rp 4,9 miliar).

Jumlah wisatawan di Kota Malang pada 2013 sebanyak 5.498 wisatawan mancanegara dan 1,9 juta wisatawan Nusantara Tahun 2015, wisatawan mancanegara sebanyak 5.952 orang, sedangkan wisatawan Nusantara mencapai 2,49 juta orang.

“Kota Malang selama ini merupakan kota jasa, kota penunjang kota di sekitarnya dalam hal ini hotel, restoran, dan sarana
hiburan. Ke depan, Kota Malang akan terus dikembangkan menjadi kota wisata pendidikan, wisata belanja dan event, serta wisata nostalgia,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Malang Ida Ayu Wahyuni, Kamis (10/12).

Infrastruktur

General Manager Hotel San-tika Premiere Malang Pamudji Sugiarto mengatakan, setiap menjelang akhir tahun, Hotel Santika Premiere Malang selalu menerima kelompok wisata dari negara-negara Eropa “Mereka melakukan wisata nostalgia dan menikmati keindahan Kota Malang yang sudah dikenal sejak zaman kolonial,” katanya.

Pamudji berharap pemerintah daerah terus membangun infrastruktur agar sektor pariwisata Malang berkembang. Salah satunya misalnya, membangun pe-destrian (pejalan kaki) sebagai sarana wisatawan berjalan kaki menikmati keindahan kota “Penerbangan dari dan ke Malang pun harus diperbanyak dan diperpanjang waktunya” katanya.

Di Kabupaten Malang, pemerintah daerahnya sedang menggenjot wisata di pantai selatan Malang. Beberapa pantai, seperti Pantai Tiga Warna, Pantai Bajul Mati, dan Pantai Ngliyep, terus dipromosikan di berbagai kesempatan.

“Yang berhak mengelola wisata pantai di Malang selatan adalah Perhutani karena itu masuk wilayah mereka Yang selama ini dilakukan adalah Perhutani bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengelolanya” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara.

Made Arya mengatakan, Pem-kab Malang hanya bisa membantu pengembangan pesisir selatan dengan promosi. Saat ini, ada 23 pantai yang sudah terdata di Dinas Pariwisata Kabupaten Malang. Masih banyak pantai yang belum terdata tetapi sudah mulai banyak diketahui dan dikunjungi masyarakat.

“Pendapatan daerah dari wisata ini masuk dalam pajak hiburan, di mana tahun 2014 nilainya mencapai Rp 5,8 miliar secara keseluruhan,” kata Made. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan domestik pada tahun 2014 di Kabupaten Malang menapai 3,2 juta orang.

Pemerintah Kota Batu juga terus berusaha menggenjot jumlah wisatawan agar meningkat. Jika tahun 2014 jumlah wisatawan mencapai 3,8 juta orang, pada tahun 2015 diharapkan bisa naik 14-16 persen.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batu Abdillah Alkaf mengatakan, pihaknya ingin Kota Batu menjadi destinasi wisata utama di Indonesia bagi wisatawan mancanegara, selain Bali dan Yogyakarta. Selama ini, jumlah wisatawan asing yang ke Batu rata-rata hanya 10.000 orang per tahun.

“Karena itu, di tahun 2016, kami berharap jumlah wisatawan mancanegara bisa mencapai 18.000 orang,” ujarnya Pemkot Batu menyiapkan gelaran travel mart di awal 2016 dengan mengundang biro perjalanan dalam dan luar negeri. (DIA/WER)

Tanggal : 11 Desember 2015
Sumber : Kompas

]]>
Tentang Serat Kayu Yang Bercerita https://stg.eppid.perhutani.id/tentang-serat-kayu-yang-bercerita/ Fri, 06 Feb 2015 05:52:39 +0000 http://perhutani.co.id/?p=18222 Di luar gerimis jatuh. Hari yang beranjak sore meredup. Meski begitu, ruangan di dalam sebuah galeri di bilangan Cipete terasa hangat. Selain pencahayaan yang ditata apik, hal ini karena furnitur-furnitur kayu yang hadir di sana. Yang tampak wajar menyatu dengan seluruh elemen ruangan. Yang jujur pada materialnya, diolah tanpa meninggalkan kealamiannya.
Di Salah satu sudut yang menggambarkan ruang keluarga, tatanan sofa, meja, rak, karpet, dan walipaper berpadu manis. Sofa kayu dengan bantalan biru muda, rak dengan lukisan burung monokrom dan lampu meja di atasnya, serta wallpaper hijau bercorak dedaunan di belakangnya. Galeri itu adalah ruang display Kekayuan, produsen perabot berbahan dasar kayu.
Bagus Rochadiat, pemilik galeri ini, meniti tangga yang juga berlapis kayu ke bagian atas galeri, mengajak kami mengobrol di sana. Kursi ergonomis dan meja yang kokoh menemani obrolan sore itu. “Meja ini dibuat dari satu gelondongan kayu, dari pohon yang sama,” kata Bagus sambil menunjuk meja yang dikitari.
Tampak jelas, meski terdiri atas tiga bilah papan yang disatukan, setiap serat kayu pada bagian sambungan permukaan meja kelihatan berjalinan. Detail-detail pada kayu itu jugalah yang membuat Bagus jatuh cinta. “Serat kayu itu bercerita,” imbuhnya.
Bagi Bagus, merangkai cerita dari setiap serat kayu itulah bagian paling seru dalam membuat perabot seperti yang dilakoninya saat irii. “Kami berusaha memproses material mentah menjadi sesuatu yang estetis dan bisa menjadi ikon di dalam satu ruangan.”
Jika bekerja adalah mengikuti ke mana hati membawa, di sinilah tempat Bagus. Meski berlatar pendidikan psikologi, kecintaan terhadap kayu dan desain interior lebih kuat memanggil. Menggandeng rekannya Hendra, Bagus setia pada jalan desain interior. Mereka berdua menjadi motor yang menggerakkan bisnis ini.
Desain Kekayuan biasanya mengambil gaya Skandinavia. Perabotnya ramping dengan kaki-kaki yang mengecil sehingga kesannya ringan. “Ada juga kesan jadulnya,” jelas Bagus. Sebagian kecil perabotnya juga mengadaptasi gaya industrial yang memadukan kayu dengan material metal. Finishing-nya pun lebih banyak minimalis, rustic. Ini dilakukan agar detail kayu aslinya tetap tampak jelas.
Hendra yang kerap berurusan dengan konsumen belajar membaca selera. Ada banyak faktor yang memengaruhi pembelian selain material dan desain itu sendiri. “Untuk furnitur, ini terkait antara lain dengan ukuran, fungsi, dan segi higienitas,” jelas Hendra.
“Karena konsumen juga dapat memesan sesuai keinginan atau customized, kami bisa melihat pola-pola yang disukai konsumen. Jika kira-kira sejumlah konsumen punya permintaan yang sama atau mirip-mirip, kami bisa menjadikannya standar untuk produk kami,” lanjutnya.
Angin segar industri mebel
Kekayuan menjadi angin segar di tengah perjuangan Indonesia untuk menggalakkan pengolahan bahan mentah, terutama kayu. Negara kita kaya dengan kayu. Sayangnya, dari total nilai perdagangan mebel dunia yang mencapai 112 miliar dollar AS, Indonesia baru mampu menggarap pasar senilai 1,7 miliar dollar AS pada 2012.
Bisnis mebel membuka peluang besar untuk peningkatan nilai kayu mentah. Apalagi, jika kayu yang digunakan merupakan kayu yang bersertifikat, seperti kayu dari Perum Perhutani yang digunakan Kekayuan. “Dengan kayu yang bersertifikat, kita tahu bahwa kayu yang kita gunakan diolah secara bertanggung jawab, tidak asal tebang,” tutur Bagus.
Dengan keseriusan untuk menjaga kualitas, Kekayuan mampu merambah Ibu Kota sampai ke luar kota seperti Surabaya atau Bandar Lampung. Tak sedikit pula konsumen ekspatriat asal Perancis, Amerika, Australia, Korea, atau Singapura. “Pernah orang asing memberi komentar. Jati itu investasi, makin tua makin mahal,” cerita Hendra.
Tak pernah akan ketinggalan zaman, furnitur dari kayu jati justru akan kian menampakkan pesonanya seiring usianya yang bertambah tua. Seperti yang digambarkan Bagus tentang produk-produk Kekayuan, “Beautiful, simple and everlasting.”
Sumber  : Kompas
Tanggal  : 6 Pebruari 2015

]]>