kopiarabika – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 28 Apr 2017 02:44:34 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png kopiarabika – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Bupati Amin Said Paparkan Potensi Kopi di Jakarta https://stg.eppid.perhutani.id/bupati-amin-said-paparkan-potensi-kopi-di-jakarta/ Fri, 28 Apr 2017 02:44:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=46571 HARIANBHIRAWA.CO.ID (27/04/2017) | Bupati Bondowoso H Amin Said Husni memaparkan program Pengembangan Klaster Kopi Arabika Java Ijen-Raung di Forum Bisnis Bupati dan Badan Usaha Milik Negara/Swasta yang bertempat di Hotel JS Luansa Jakarta, Kamis (27/4) kemarin.

Forum tersebut sejatinya merupakan ikhtiar Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) sebagai upaya mempercepat kolaborasi kebijakan dan sumber daya berkaitan dengan pengembangan daerah setempat.

Dalam paparannya, Bupati Bondowoso menjelaskan perihal Program Pengembangan Kluster Kopi Arabika Java Ijen-Raung yang telah dilakukan sejak 2011 lalu. Amin menyebutkan program ini berjalan bagus dibuktikan dengan saat ini telah ada 13. 000 areal yang ditanami kopi Arabika dari sebelumnya hanya 4.000 hektare.

Program Pengembangan Klaster Kopi tersebut, juga melibatkan enam pihak yakni Pemkab Bondowoso, Perhutani sebagai penyedia lahan, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Bank Indonesia, Bank Jatim dan Asosiasi Petani Kopi.

“Pada 2011 kami mengembangkan klaster Kopi Arabika Java Ijen-Raung dengan luas areal tanam sebesar 4. 000 hektare. Program ini melibatkan enam pihak yakni Perhutani, Puslitkoka, BI, Bank Jatim dan APEKI,” katanya.

Amin menyebutkan bahwa saat ini Pemkab Bondowoso masih bisa menangani sektor hulu. Untuk masuk di industri perkopian yang besar, standardisasi mutu kopi masih menjadi kendala mengingat program tersebut diikuti oleh 44 kelompok tani yang tersebar di seluruh Bondowoso.

Oleh karena itu, Amin meminta dukungan dari Kementerian Desa dan PDTT. Dukungan tersebut kata dia, adalah berupa perbaikan infrakstruktur seperti jalan, jembatan dan pipanisasi. Ini mengingat daerah yang dipilih untuk program klaster kopi berada di wilayah perbukitan yang jauh dari pusat kota Bondowoso.

“Kami tentu butuh dukungan dari Pak Menteri karena program klaster kopi ini ada di wilayah perbukitan sehingga butuk perbaikan jalan, jembatan dan pipanisasi,” ujarnya.

Kemudian, bantuan sekitar 3 juta bibit dari pemerintah pusat juga diperlukan karena rencananya Perhutani akan menambah luasan areal tanam di wilayah lereng Argopuro.

Dari lima tahun berjalan, Program Pengembangan Klaster Kopi Arabika Java Ijen-Raung telah berhasil meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat Bondowoso. Kini, di Bondowoso telah banyak ditemui kedai-kedai kecil yang memasarkan kopi Arabika daerah setempat. Bahkan mereka telah membranding kabupaten tersebut dengan Bondowoso Republik Kopi.

Hadir dalam acara itu, Menteri Pembangunan Desa dan Daerah Tertinggal (PDT) Eko Putro Sanjoyo, pengusaha dan pejabat BUMN. Bupati didampingi kepala Bappeda Ir Matsakur, Kepala Dinas Pertanian Munandar dan Sekretaris DPMD Asnawi Sabil.

Sumber: harianbhirawa.co.id

Tanggal: 27 April 2017

]]>
Terapkan Cara Ini, Kopi Temanggung Bakal Jadi 'Raja' Di Tanah Sendiri https://stg.eppid.perhutani.id/terapkan-cara-kopi-temanggung-bakal-jadi-raja-tanah-sendiri/ Sun, 05 Feb 2017 01:22:09 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45101 750x500-terapkan-cara-ini-kopi-temanggung-bakal-jadi-raja-di-tanah-sendiri-1702057MERDEKA.COM (5/2/2017) | Pemerintah Kabupaten Temanggung tengah merintis program memasyarakatkan kopi sebagai upaya untuk mendongkrak komoditas asli daerah yang kini sudah merambah pasar internasional.

Bentuk terobosannya, menurut Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Temanggung, Ronny Nurhastuti adalah meminta seluruh pengusaha kuliner, termasuk sekelas angkringan agar menggunakan kopi lokal sebagai bahan utama minuman yang disajikan.

Selain itu, pihaknya juga menyiapkan skema desa wisata di beberapa kecamatan dengan produksi souvenir yang identik dengan kopi. Tujuannya juga untuk mendongkrak sektor pariwisata di Kabupaten Temanggung agar memiliki identitas sendiri.

“Ini cara kami memasyarakatkan kopi lokal yang kualitasnya sudah diakui banyak negara di dunia. Harganya sudah menembus 296 USD per kilogram di pasaran internasional,” katanya, kemarin.

Ronny mengungkapkan, Kabupaten Temanggung saat ini memiliki sentra perkebunan kopi yang tersebar di lereng Gunung Sindoro, Sumbing, dan Prau, meliputi Kecamatan Tretep, Ngadirejo, Bansari, Kledung Bejen, Candiroto, Gemawang, Jumo, Wonoboyo, Kandangan, Kaloran, dan Pringsurat. Luasnya lahan tanam ini merupakan salah satu faktor utama tingginya produktivitas kopi lokal.

Imbuhnya, Kabupaten Temanggung diklaim sebagai salah satu sentra terbesar penghasil kopi nasional dengan menyumbang sekitar 60 persen dari keseluruhan produksi kopi di Jawa Tengah, baik dari jenis Arabika maupun Robusta.

Dengan jumlah produksi yang cukup melimpah itu, Kabupaten Temanggung mampu menopang kebutuhan kopi dunia melalui ekspor ke beberapa negara. Antara lain Jepang, Korea, Jerman, Belanda, dan Amerika Serikat.

“Dari sekian negara tujuan, Korea menjadi sasaran utama ekspor kopi lokal kita mengingat permintaan dari negara tersebut memang cukup tinggi,” katanya.

Bupati Temanggung, Bambang Sukarno menambahkan, untuk mencukupi tingginya permintaan sekaligus menaikkan pamor kopi Temanggung, pemerintah akan memperluas lahan tanam kopi, termasuk menjalin kerjasama dengan Perhutani setempat.

“Alam yang dimiliki Temanggung sangat menunjang untuk menggelorakan produksi kopi berkualitas tinggi,” harapnya.

Sumber: merdeka.com

Tanggal: 5 Februari 2017

]]>
Kopi Arabika Hutan Perhutani Kedu Utara https://stg.eppid.perhutani.id/kopi-arabika-hutan-perhutani-kedu-utara/ Fri, 13 Jan 2017 03:44:38 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44382 biji-kopi-arabikaPERHUTANI-FOTO (13/1/2017) | Kopi Arabica banyak diminati para peminum kopi.  Selain rendah kafein, daya jual lebih tinggi dibanding kopi lainnya.

Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara mengembangkan tanaman kopi arabika di hutan lindung bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat. Tanaman kopi diharapkan menjaga kelestarian hutan lindung sekaligus menambah pendapatan masyarakat sekitar hutan.

]]> Kembangkan Kopi, Pemkab Temanggung Gandeng Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id/kembangkan-kopi-pemkab-temanggung-gandeng-perhutani/ Wed, 23 Nov 2016 01:05:55 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=42681 var-www-html-kbr-id-layouts-uploads-thumb-festival-kopi-nusantara_740x450-396x241SUARAMERDEKA.COM (23/11/2016) | Untuk mengembangkan tanaman kopi di lereng Gunung Sumbing dan Sindoro yang memiliki kualitas baik, Pemerintah Kabupaten Temanggung berencana menggandeng Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara. Langkah itu diharapkan dapat membuahkan hasil positif bagi perekonomian rakyat.
Bupati Bambang Sukarno, mengatakan, upaya itu sebagai salah satu cara pengembangan budidaya tanaman kopi. Dalam kerjasama ini terutama diarahkan untuk jenis arabika yang bisa ditanam di atas ketinggian lebih dari 1.200 meter di atas permukaan laut.
“Dalam kerja sama tersebut nantinya petani tidak perlu menyewa lahan, petani hanya memanfaatkan lahan Perhutani untuk tanaman kopi dan tanaman keras lainnya seperti pohon damar. Sistemnya bagi hasil, petani tidak perlu mengeluarkan uang untuk menyewa lahan, tetapi hasilnya harus ada sharing atau bagi hasil,”ujarnya, Selasa (22/11)
Dikatakan akan banyak manfaat dari pola ini sebab dii sebelah tanaman kopi, bisa juga ditanami pohon damar untuk naungan. Selain itu pohon damar juga bisa diambil getahnya sebagai bahan baku kemenyan, sehingga secara ekonomi sangat menguntungkan karena bisa menambah income.
Menurut dia, jika kreatif petani juga bisa menanam rumput kolojono di sekitar tanaman kopi dan pohon damar. Rumput ini nantinya bisa dijadikan sebagai pakan ternak seperti kambing atau sapi. Dengan demikian dalam satu lahan ada banyak manfaatnya.
“Nanti akan saya usahakan ada bantuan hewan ternak, jadi tidak hanya merawat kopi saja, dari hasil ternak ini petani juga bisa menambah penghasilan. Untuk lahan contohnya di Desa Kwadungan Gunung lereng Gunung Sindoro, ada lahan milik Perhutani seluas 36 hektare belum dimanfaatkan untuk tanaman kopi, maka lahan ini bisa dimanfaatkan,” katanya.
Pengembangan tanaman kopi sendiri sebagai salah satu langkah untuk memenuhi permintaan kopi jenis arabika yang semakin melonjak. Apalagi setelah Bambang membawa kopi arabika Temanggung ke Atlanta beberapa waktu lalu, sehingga semakin dikenal dan diminati konsumen luar negeri.
Pedagang kopi di Desa Kwadungan Gunung, Kecamatan Kledung, Zaenal Arifin (36) menuturkan, pada masa panen raya tahun ini permintaan kopi arabika dari lereng gunung Sindoro cukup tinggi. Namun sayangnya persediaan kopi arabika di tingkat petani masih terbatas, sehingga belum bisa memenuhi kebutuhan pasar.
“Saat ini belum semua petani di wilayah Kecamatan Kledung membudidayakan tanam kopi, jadi produksinya masih sedikit. Kalau saya setiap bulan baru mengirim biji kopi antara 50 kilogram hingga satu kuintal ke sejumlah daerah seperti, Jakarta, Surabaya, Cilacap, dan Tanggerang,” terangnya.
 
Sumber : suaramerdeka.com
Tanggal : 23 November 2016

]]>