KPH Gundih – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Thu, 13 Sep 2018 01:42:23 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png KPH Gundih – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Temukan Sumber Air Warga Gelar Tasyakuran Di Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/temukan-sumber-air-warga-gelar-tasyakuran-di-hutan/ https://stg.eppid.perhutani.id/temukan-sumber-air-warga-gelar-tasyakuran-di-hutan/#respond Thu, 13 Sep 2018 01:42:23 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=65052 SUARAMERDEKA.COM (12/09/2018) | Segenap warga Desa Jambangan, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa Tengah menggelar selamatan di hutan jati milik perum Perhutani Gundih, Senin (10/9). Acara syukuran itu dilakukan setelah warga dan pemuda sekitar berhasil menemukan sumber mata air di sana.

Kegembiraaan yang kemudian dituangkan melalui acara syukuran itu memang berdasar. Pasalnya, daerah tersebut sudah lama dilanda kekurangan air bersih buntut adanya musim kemarau dan sumber mata air yang baru saja ditemukan memiliki debit air cukup besar.

“Inilah salah satu bentuk rasa syukur kami kepada Tuhan bahwa warga desa yang pada saat musim kemarau kesulitan air bersih. Kini kami sudah merasa lega atas temuan sumber mata air yang nantinya diharapkan bisa jadi sumber penghidupan di desa kami,” ungkap kepala desa Jambangan Karyadi, Senin (10/9).

Karyadi mengungkap, sumber mata air ditemukan di bawah areal bebatuan di sekitar tanaman jati. Upaya pencarian sedianya warga lakukan, lantaran mereka sudah cukup menderita dengan hujan yang tak kunjung turun.

Kebetulan, Desa Jambangan sendiri lokasinya berada di pinggir kawasan hutan BKPH Kuncen KPH Gundih. Upaya pencarian sumber mata air yang melibatkan pawang air ini juga sudah mendapat izin dari pihak bersangkutan.

Penggalian awalnya tak langsung membuahkan hasil, akan tetapi jerih payah warga terbayar setelah tanah bebatuan digali sedalam satu meter. Semakin digali, debit air yang awalnya kecil pun semakin besar.

“Lokasi penemuan sumber air baru ini berada pada petak 72 RPH Genengsari, BKPH Kuncen, KPH Gundih. Saat ini, proses penggalian sumber air masih dilakukan,” ungkap Asisten Perhutani KPH Gundih BKPH, Kuncen Karya.

Karya menerangkan, petak lokasi ditemukannya air tersebut sebelumnya sudah ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) yang salah satunya adalah perlindungan sumber air. Akan tetapi, pihaknya tak mempermasalahkan apabila sumber air nantinya bisa dimanfaatkan oleh warga.

Di sisi lain, Administratur Perhutani KPH Gundih Sudaryana mengatakan, meski lahan berbukit banyak bebatuan namun dapat kemungkinan adanya sumber air memang cukup besar. Pohon-pohon berukuran besar yang tumbuh di sana, bisa jadi merupakan tanda-tandanya.

“Adanya pohon inilah yang jadi pelindung sumber air di bawah tanah. Untuk itu, kami berharap pada warga agar ikut melestarikan kawasan hutan karena manfaatnya sangat besar,” jelasnya.

Seperti diketahui, Kabupaten Grobogan menjadi salah satu daerah terparah yang dilanda masalah kekeringan. Dimana menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat beberapa waktu lalu, ada puluhan desa dan belasan kecamatan di sana yang warganya terdampak kekeringan air bersih buntut dari kemarau panjang.

Sumber : suaramerdeka.com

Tanggal : 12 September 2018

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/temukan-sumber-air-warga-gelar-tasyakuran-di-hutan/feed/ 0
Temukan Sumber Mata Air Baru, Warga Grobogan Syukuran di Hutan Jati https://stg.eppid.perhutani.id/temukan-sumber-mata-air-baru-warga-grobogan-syukuran-di-hutan-jati/ https://stg.eppid.perhutani.id/temukan-sumber-mata-air-baru-warga-grobogan-syukuran-di-hutan-jati/#respond Tue, 11 Sep 2018 03:32:41 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=65046 JAWAPOS.COM (10/09/2018) | Segenap warga Desa Jambangan, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa Tengah menggelar selamatan di hutan jati milik perum Perhutani Gundih, Senin (10/9). Acara syukuran itu dilakukan setelah warga dan pemuda sekitar berhasil menemukan sumber mata air di sana.

Kegembiraaan yang kemudian dituangkan melalui acara syukuran itu memang berdasar. Pasalnya, daerah tersebut sudah lama dilanda kekurangan air bersih buntut adanya musim kemarau dan sumber mata air yang baru saja ditemukan memiliki debit air cukup besar.

“Inilah salah satu bentuk rasa syukur kami kepada Tuhan bahwa warga desa yang pada saat musim kemarau kesulitan air bersih. Kini kami sudah merasa lega atas temuan sumber mata air yang nantinya diharapkan bisa jadi sumber penghidupan di desa kami,” ungkap kepala desa Jambangan Karyadi, Senin (10/9).

Karyadi mengungkap, sumber mata air ditemukan di bawah areal bebatuan di sekitar tanaman jati. Upaya pencarian sedianya warga lakukan, lantaran mereka sudah cukup menderita dengan hujan yang tak kunjung turun.

Kebetulan, Desa Jambangan sendiri lokasinya berada di pinggir kawasan hutan BKPH Kuncen KPH Gundih. Upaya pencarian sumber mata air yang melibatkan pawang air ini juga sudah mendapat izin dari pihak bersangkutan.

Penggalian awalnya tak langsung membuahkan hasil, akan tetapi jerih payah warga terbayar setelah tanah bebatuan digali sedalam satu meter. Semakin digali, debit air yang awalnya kecil pun semakin besar.

“Lokasi penemuan sumber air baru ini berada pada petak 72 RPH Genengsari, BKPH Kuncen, KPH Gundih. Saat ini, proses penggalian sumber air masih dilakukan,” ungkap Asisten Perhutani KPH Gundih BKPH, Kuncen Karya.

Karya menerangkan, petak lokasi ditemukannya air tersebut sebelumnya sudah ditetapkan sebagai Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) yang salah satunya adalah perlindungan sumber air. Akan tetapi, pihaknya tak mempermasalahkan apabila sumber air nantinya bisa dimanfaatkan oleh warga.

Di sisi lain, Administratur Perhutani KPH Gundih Sudaryana mengatakan, meski lahan berbukit banyak bebatuan namun dapat kemungkinan adanya sumber air memang cukup besar. Pohon-pohon berukuran besar yang tumbuh di sana, bisa jadi merupakan tanda-tandanya.

“Adanya pohon inilah yang jadi pelindung sumber air di bawah tanah. Untuk itu, kami berharap pada warga agar ikut melestarikan kawasan hutan karena manfaatnya sangat besar,” jelasnya.

Seperti diketahui, Kabupaten Grobogan menjadi salah satu daerah terparah yang dilanda masalah kekeringan. Dimana menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat beberapa waktu lalu, ada puluhan desa dan belasan kecamatan di sana yang warganya terdampak kekeringan air bersih buntut dari kemarau panjang.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 10 September 2018

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/temukan-sumber-mata-air-baru-warga-grobogan-syukuran-di-hutan-jati/feed/ 0
Wow, Sepekan Pasca Diresmikan, Cindhelaras Diserbu Ribuan Pengunjung https://stg.eppid.perhutani.id/wow-sepekan-pasca-diresmikan-cindhelaras-diserbu-ribuan-pengunjung/ Thu, 19 Apr 2018 02:33:26 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54538 JAWAPOS.COM (19/4/2018) | Kabupaten Grobogan punya tambahan destinasi wisata alam. Yakni wisata Cindhelaras. Lokasi wisata berada di Desa Bandungharjo, Toroh, ini, baru diresmikan akhir pekan lalu. Meski baru, namun kini sudah ada sekitar 4 ribu pengunjung yang datang.

Kawasan wisata alam seluas 3,5 hektare di lahan miliki Perhutani KPH Gundih ini, sebenarnya telah lama ada. Namun sempat terbengkalai. Kemudian, kini dikelola dengan baik oleh PT Cindhelaras, Perhutani KPH Gundih, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), dan Pemerintah Desa Bandungharjo.

Cindhelaras sendiri identik dengan legenda Kerajaan Jenggala, Jawa Timur. Di lokasi wisata itu, memang ada petilasan Pangeran Cindhelaras yang menjadi wisata religi. Selain itu, ada peninggalan sendang Panguripan dan sendang Teleng.

”Lokasi wisata tersebut semakin ditonjolkan. Bahkan ada spot foto di berbagai sudut. Termasuk ditambah dengan fasilitas outbound untuk pengunjung dewasa maupun anak-anak. Selain itu, juga ada flying fox, camping ground, permainan tradisional, hingga treetop foodcourt yang menjadi pusat dari tempat wisata tersebut,” jelas Administratur KPH Gundih Sudaryana kepada Jawa Pos Radar Kudus kemarin.

Terpisah, Manager PT Cindhelaras Jumadi mengatakan, fasilitas yang ada baru sebatas itu. Namun, seiring berjalannya waktu, pihaknya akan terus menambah fasilitas secara bertahap. ”Mudah-mudahan yang ada ini sudah mampu mengundang daya tarik pengunjung. Tarif masuknya juga hanya Rp 3 ribu. Sedangkan outbond hanya Rp 25 ribu per orang,” ujarnya.

Pihaknya juga melakukan kerja sama dengan sekolah-sekolah yang berada di sekitar. Hal itu sekaligus untuk mengenalkan wisata alam yang ada di daerah mereka.

Untuk semakin membuat suasana sejuk, ke depan pihaknya akan mengadakan penanaman 7 juta bibit tanaman kayu putih. ”Kami juga akan membuat wisata agro dengan menyediakan buah-buahan,” imbuhnya.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 19 April 2018

]]>
Hijaukan Lahan Gundul, Perhutani Ajak Siswa SD Tanam 13.000 Pohon Jati https://stg.eppid.perhutani.id/hijaukan-lahan-gundul-perhutani-ajak-siswa-sd-tanam-13-000-pohon-jati/ Mon, 04 Dec 2017 06:10:41 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=51107 KOMPAS.COM (3/12/2017) | Sebanyak 13.000 bibit pohon jati ditanam oleh Perhutani KPH Gundih, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah di petak 15 wilayah hutan RPH Kalitengah tepatnya di Dusun Krajan, Desa Rejosari, Kecamatan Kradenan, Grobogan, Sabtu (2/12/2017).

Langkah penghijauan lahan gundul seluas 11,6 hektar tersebut digagas KPH Gundih dengan berupaya melibatkan siswa-siswi SDN 1 Rejosari. Dalam kegiatan reboisasi itu, digandeng pula pihak TNI, kepolisian dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Gerakan positif ini disambut gembira oleh sekitar 50 murid yang didampingi beberapa gurunya.

Selain diajarkan cara menanam bibit pohon, anak-anak perwakilan kelas 4 hingga kelas 6 itu sekaligus dicekoki pengetahuan tentang kelestarian lingkungan hidup, terutama arti pentingnya fungsi hutan itu sendiri.

Tika, siswi kelas 5 SDN 1 Rejosari mengaku senang bisa ikut berpartisipasi dalam aktivitas penghijauan kawasan hutan.

Bocah mungil ini berujar akan rutin mengajak teman-teman sebangkunya untuk menjaga dan merawat bibit pohon jati yang mereka tanam.

“Rumah kami dekat dengan hutan ini. Akan kami lindungi pohon yang kami tanam hingga tumbuh besar,” kata Tika.

Penghijauan kembali lahan gundul akan terus diupayakan secara bertahap di kawasan hutan KPH Gundih.

Hingga saat ini KPH Gundih masih melakukan pendataan di lokasi hutan yang tercatat lahan kosong tidak tertanami.

“Hari ini ada 13.000 bibit jati yang kita tanam. Sebanyak 500 bibit diantaranya ditanam oleh anak SD beserta Guru dan100 bibit jati juga kita berikan ke SD Negeri1 Rejosari upaya ditanam di sekitar sekolah,” jelas Administatur KPH Sudaryana, usai memimpin kegiatan reboisasi.

Sudaryana mengaku sengaja mengajak siswa-siswi SD dalam penanaman massal tersebut. Tujuannya untuk menanamkan rasa kecintaan terhadap lingkungan sejak dini.

“Dengan menanam pohon maka udara yang dihirup tetap bersih dan ketersediaan air tanah tetap terjaga. Hutan yang sehat dapat menjaga dari ancaman bencana banjir dan tanah longsor,” kata Sudaryana.

Menurut Sudaryana, pada tahun ini KPH Gundih sudah menghijaukan lahan lahan kosong seluas 158,4 hektar dari target penanaman sekitar 79 hektar.

“Ditambah lagi dengan penanaman swadaya yang dilakukan warga di masing masing wilayah di KPH Gundih seluas 88 hektar. Penanaman pohon tahun ini sudah melampaui target,” pungkas Sudaryana.

Sumber : kompas.com

Tanggal : 3 Desember 2017

]]>
Surga Tersembunyi di Tengah Hutan, Layak Jadi Ikon Wisata Grobogan https://stg.eppid.perhutani.id/surga-tersembunyi-di-tengah-hutan-layak-jadi-ikon-wisata-grobogan/ Wed, 01 Nov 2017 01:14:25 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50493 KOMPAS.COM (31/10/2017) | Sebagian besar kondisi geografis wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, disesaki oleh kawasan hutan yang lebat. Sejatinya, jamak keindahan alam yang tersimpan di balik menjulangnya pepohonan nan rindang di daerah ini.

Seperti halnya di kawasan hutan Desa Bandungharjo, Kecamatan Toroh, Grobogan. Siang itu, sejumlah seniman barongan terlihat begitu fasih meliuk-liukan tubuhnya dengan diiringi bunyi gamelan, Senin (30/10/2017). Di kawasan hutan milik Perhutani KPH Gundih itu tarian barongan apik tersaji.

Instrumental gambang, gendang dan gong yang dimainkan begitu selaras dan nyaring menggema. Tepukan riuh pengunjung undangan yang mayoritas rombongan pelajar SD dan guru itu pun tak terelakkan.

Pergelaran kesenian khas Jawa yang digagas oleh Perhutani KPH Gundih dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) itu, sengaja digelar untuk menarik simpati masyarakat supaya tak enggan berkunjung ke kawasan hutan Cindelaras.

Ya… warga setempat menyebutnya sebagai hutan Cindelaras. Tersemat mitologi turun temurun bagi warga setempat mengenai asal-usul hutan Cindelaras.

Cindelaras adalah putra Raja Janggala, Panji Asmara Bangun dan istrinya Galuh Candrakirana. Suatu ketika karena terbakar emosi, Panji Asmara Bangun atau Raden Putra mengusir Galuh Candrakirana keluar dari kerajaan. Hal itu setelah merebak fitnah jika Galuh Candrakirana telah meracuni istri muda Panji Asmara Bangun.

Istri muda Panji Asmara Bangun berniat buruk hendak menyingkirkan Galuh Candrakirana. Istri muda Panji Asmara Bangun yang sudah bekerja sama dengan dukun berpura-pura sakit.

Nah dari situlah drama mulai berlangsung. Sang dukun yang dipanggil untuk menyembuhkan penyakit istri muda Panji Asmara Bangun berbohong jika penyebab sakit itu karena racun dari Galuh Candrakirana.

“Galuh Candrakirana yang dalam posisi mengandung Cindelaras diusir dari kerajaan Janggala. Perkembangannya Galuh Candrakirana kemudian melahirkan Cindelaras di hutan ini. Sejak lahir hingga remaja, Cindelaras hidup di hutan ini. Seluruh hewan penghuni hutan adalah temannya,” kata Juru Kunci Hutan Cindelaras, Mbah Rusmin.

Beranjak remaja, Cindelaras memiliki ayam jago aduan yang tiada tanding. Kesohoran ini kemudian terdengar oleh Panji Asmara Bangun. Panji Asmara Bangun kemudian mengundang Cindelaras ke istana. Sang Raja Jenggala menantang Cindelaras untuk sabung ayam.

Panji Asmara Bangun bertaruh bahwa jika ayamnya kalah maka ia akan menyerahkan seluruh harta kekayaannya. Akan tetapi, jika ayam Cindelaras yang kalah maka Cindelaras harus rela kepalanya dipenggal.

“Ayam Raden Putra kalah. Setelah itu mendadak ayam Cindelaras berteriak jika Cindelaras adalah anak Raden Putra. Cindelaras yang sudah diberitahu ibundanya pun mengamini. Di situlah Cindelaras dipertemukan dengan ayahnya. Raden Putra kemudian mengajak Cindelaras beserta ibunya untuk kembali ke kerajaan setelah mengetahui apa yang terjadi adalah fitnah. Ia menyesal dan meminta maaf. Istri mudanya serta dukun itu kemudian dihukum,” kata Mbah Rusmin.

Hutan Cindelaras seluas 33 hektar itu semula di tahun 1979 disulap oleh KPH Gundih menjadi obyek wisata alam dan religi. Namun karena minimnya dana untuk pengelolaan, obyek wisata Cindelaras menjadi terbengkalai.

Sungguh di luar perkiraan, kesunyian obyek wisata Cindelaras ternyata menyuguhkan keindahan alam yang luar biasa. Ibarat sebagai surga yang tersembunyi di tengah rimbunnya kawasan hutan.

Memasuki gerbang Cindelaras, rasa sejuk mulai terasa hingga merasuk tulang. Di obyek wisata Cindelaras, pohon-pohon tinggi besar berjenis mahoni, johar, akasia dan kayu putih meredam panasnya sinar matahari menyengat tubuh.
Melangkah sekitar 20 meter menuju jalan yang menurun, mata kita dimanjakan oleh waduk tadah hujan dengan airnya yang mengalir menuju ke lahan pertanian warga sekitar.

Di sini para pengunjung bisa melepas penat dengan duduk di gazebo yang tersedia. Sayangnya, gazebo itu telah usang dan nampak kotor.

Dari spot ini kita kemudian diarahkan berjalan melewati jembatan kecil yang di bawahnya ada derasnya arus air nan jernih yang merupakan aliran air dari waduk.

Setelah itu kita diharuskan mendaki perbukitan yang dikelilingi semak-semak daun pandan serta pepohonan rindang. Kaki kita dibawa menanjak melalui anak tangga yang terbuat dari semen sejauh sekitar 60 meter.

Pengunjung akan menyaksikan sebuah sendang kecil peninggalan Galuh Candrakirana dan Cindelaras. Air di sendang itu diyakini bertuah, bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Banyak warga dari berbagai daerah sering berkunjung ke sendang ini untuk sekadar membasuh muka, minum maupun mandi air sendang.

Turun dari lokasi sendang, pengunjung diarahkan berjalan melewati bukit kembali dengan jalur lain.

Di sinilah lokasi puncak bukit di mana terdapat sebuah bangunan seperti gubuk kecil. Di dalam gubuk itu dipercaya sebagai tempat Cindelaras bertapa atau istilahnya petilasan Cindelaras.

Di lokasi ini pengunjung bisa bersantai, duduk berpayung teduh pepohonan dengan menikmati pemandangan alam hutan, sawah dan pedesaan dari atas perbukitan.

“Lokasi ini paling saya suka. Karena bisa melihat pemandangan alam dari atas. Kebetulan saya juga pertama kali ke sini. Benar, ini adalah surga di tengah hutan. Harusnya bisa jadi ikon Grobogan. Sayangnya tidak ada perawatan, jadinya mangkrak. Dari Purwodadi saja, saya tanya kesana kemari tak ada yang tahu wisata Cindelaras. Seandainya saja bisa dikelola dengan baik, pasti banyak pengunjung, karena ada cerita rakyatnya juga,” kata Agus Setiawan Wibisono (38), warga Purwodadi.

Wakil Kepala Administratur KPH Gundih, Kuspriyadi, menyampaikan, pihaknya berharap ada sentuhan dari investor yang berkenan mengembangkan obyek wisata Cindelaras. Karena sejauh ini pihaknya mengaku kesulitan anggaran untuk mempercantik obyek wisata Cindelaras.

Praktis secara perlahan obyek wisata yang seharusnya bisa digarap menjadi andalan Kabupaten Grobogan ini kondisinya semakin tak terurus.

“Dulu banyak pengunjung dan ada tarif tiket masuk. Per hari bisa ratusan orang. Bahkan sering dipakai untuk kegiatan perkemahan Pramuka. Tapi perlahan pengunjung mulai hilang, karena minim dana untuk perawatan. Sosialisasi juga tak ada. Kami berharap ada investor yang mau mengembangkan obyek wisata di atas lahan perhutani ini,” kata Kuspriyadi.

“Lihat saja keindahan serta nilai sejarahnya. Tak kalah dengan obyek wisata lain. Saat ini kami hanya bisa menggelar kegiatan seni yang berpesan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian Hutan Cindelaras. Asal-usul Cindelaras di sini bukan bualan, bahkan kerabat Keraton Surakarta Hadiningrat sering berkunjung ke sini. Warga juga banyak yang menggelar ritual ngalap berkah di sini,” kata Kuspriyadi.

Sumber : kompas.com

Tanggal : 31 Oktober 2017

]]>
Dukung Swasembada, Areal Tanam Kedelai di Grobogan Diperluas Hingga 100 Ribu Hektare https://stg.eppid.perhutani.id/dukung-swasembada-areal-tanam-kedelai-di-grobogan-diperluas-hingga-100-ribu-hektare/ Fri, 13 Oct 2017 01:46:55 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50192 MURIANEWS.COM (12/10/2017) | Luas areal kedelai di Grobogan bakal mengalami peningkatan signifikan. Soalnya, pada tahun ini areal tanam kedelai diperluas hingga mencapai 100 ribu hektare. Sebelumnya, areal kedelai di Grobogan hanya berkisar 20 ribu hektare saja.

“Tahun ini, kita perluas areal tanaman kedelai sampai 100 ribu hektare. Ini merupakan perintah dari Menteri Pertanian dalam rangka mendukung target swasembada kedelai tahun 2018,” ungkap Kepala Dinas Pertanian Grobogan Edhie Sudaryanto, saat melangsungkan acara konsolidasi tanam kedelai 100 ribu hektare, Kamis (12/10/2017).

Acara konsolidasi juga dihadiri Dandim 0717 Purwodadi Letkol Jan Piter Gurning, Asisten II Pemkab Grobogan Ahmadi Widodo, perwakilan Bulog 104 Purwodadi, Perhutani KPH Purwodadi, KPH Gundih, dan Telawa. Dalam kesempatan itu, dilangsungkan pula ikrar bersama untuk mendukung program tanam kedelai 100 ribu hektare yang dipimpin Edhie Sudaryanto.
Menurut Edhie, penambahan areal tanam kedelai akan dilakukan dibeberapa lokasi. Yakni, di lahan hutan milik Perhutani, dan areal sawah teknis irigasi. Pada beberapa lahan, penanaman kedelai akan dilakukan dengan model tumpang sari dengan tanaman jagung.

“Lahan perluasan tanam kedelai sudah kita siapkan. Untuk itu, kita juga mengundang berbagai instansi terkait lainnya yang akan mendukung perluasan tanam 100 ribu hektare tersebut,” cetus Edhie.

Komoditas yang ditaman adalah kedelai lokal varietas Grobogan. Varietas asli Grobogan ini sudah mendapat sertifikat nasional. Saat ini, kedelai varietas Grobogan sudah dikembangkan petani di berbagai daerah.

Sejauh ini, kedelai varietas Grobogan punya banyak keunggulan. Seperti umurnya relatif pendek, hasil panennya tinggi dan biji kedelai yang dihasilnya ukurannya cukup besar.

Selain itu, satu keunggulan lainnya adalah tingginya kandungan protein kedelai varietas Grobogan yang mencapai 43 persen. Kandungan protein ini lebih tinggi dari jenis kedelai lainnya, termasuk kedelai impor yang hanya berkisar 34 persen.

Dengan perluasan tanam 100 hektare diprediksi akan bisa menghasilkan panen hingga 200 ribu ton. Asumsinya, tiap satu hektare bisa panen sekitar 2 ton.

Edhie menambahkan, program tanam kedelai 100 ribu hektare juga mendapat dukungan dari pihak Bulog. Nantinya, hasil panen akan dibeli Bulog dan saat ini sudah disiapkan tempat penampungan seluas 4 hektare di Desa Mayahan, Kecamatan Tawangharjo.

“Program ini memang harus didukung berbagai pihak. Mulai hilir sampai hulu harus terlibat bersama,” tegasnya.

Sumber : murianews.com

Tanggal : 12 Oktober 2017

]]>
Pemerintah Percepat Target Swasembada Kedelai di 2018, Begini Langkah Kementan https://stg.eppid.perhutani.id/pemerintah-percepat-target-swasembada-kedelai-di-2018-begini-langkah-kementan/ Sat, 07 Oct 2017 08:13:04 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50099 MURIANEWS.COM (7/10/2017) | Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan swasembada kedelai pada tahun 2018. Target ini lebih cepat dari rencana swasembada kedelai semula yang ditetapkan pada tahun 2020.

Hal itu disampaikan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumarjo Gatot Irianto saat melangsungkan pencanangan tanam kedelai serentak di kawasan hutan KPH Gundih di Desa Kalangbancar, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jumat (6/10/2017).

”Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan pangan, termasuk kedelai melalui peningkatan produksi dalam negeri demi terwujudnya swasembada dan kemandirian pangan. Hal ini sesuai cita-cita Nawacita dan amanat undang-undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan,” ungkap Gatot.

Pencanangan tanam serentak kedelai juga dihadiri Bupati Grobogan Sri Sumarni dan pimpinan FKPD setempat. Hadir pula, pejabat dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Kodam IV Diponegoro, Perhutani, pengurus LMDH dan HKTI.

Menurut Gatot, upaya percepatan swasembada kedelai diawali dengan tanam serentak di 20 provinsi dengan total lahan seluas 500.000 hektare. Yakni, di wilayah Sumatera seluas 153.000 hektare, Jawa 130.000 hektare, Kalimantan 27.000 hektare, Sulawesi 110.000 hektare, dan Nusa Tenggara 80.000 hektare.

“Kegiatan tanam kedelai dengan dana APBN Perubahan tahun 2017 dilakukan dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang selama ini belum digarap maksimal. Seperti lahan bekas ambang, lahan perkebunan, lahan kering, lahan bera, lahan tidur, lahan pasang surut serta lahan bekas perluasan areal tanam jagung,” jelasnya.

Gatot menjelaskan, tanam serentak dilakukan dalam rangka menyosialisasikan upaya pemerintah menuju swasembada kedelai tahun 2018. Tujuan lainnya untuk memberikan keyakinan kepada masyarakat khususnya petani kalau komoditas kedelai bisa ditanam di seluruh daerah pada berbagai tipologi lahan. Dengan demikian, petani di wilayah masing-masing nantinya termotivasi untuk ikut serta menyukseskan swasembada kedelai 2018.

“Target semula, swasembada kedelai ditetapkan tahun 2020. Dengan tanam serentak yang dicanangkan di Grobogan ini, target swasembada kedelai kita ajukan jadi tahun 2018,” jelasnya.

Upaya pencapaian swasembada kedelai, lanjut Gatot, membutuhkan komitmen dan kontribusi dari semua pihak yang terkait mulai dari hulu sampai hilir. Untuk itu, dalam melaksanakan kegiatan kedelai APBNP 2017 ini, Kementerian Pertanian melibatkan berbagai stakeholders terkait. Seperti Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, BULOG, Perhutani/Inhutani, Perguruan Tinggi, TNI, BPKP, Gakoptindo dan instansi terkait lainnya.

Selain itu, dalam melaksanakan kegiatan Kedelai APBN-P Tahun 2017, Kementerian Pertanian juga menerjunkan 5.000 penyuluh dan 5.000 mahasiswa/alumni Perguruan Tinggi untuk mendampingi kelompok tani. Pendampingan dimulai dari penyiapan lahan sampai panen dan pasca panen kedelai.

Gatot menambahkan, pemerintah juga berupaya untuk mengatasi anjloknya harga kedelai yang sering dikeluhkan petani. Untuk memberikan jaminan pasar bagi petani, pemerintah berupaya mengatur tata niaga impor kedelai, mengupayakan pelaksanaan regulasi Harga Pembelian Pemerintah mengacu pada Permendag 27/M-DAG/PER/5/2017 sebesar Rp 8.500 per kg. Pemerintah akan mendorong Bulog untuk menyerap hasil kedelai ditingkat petani serta bekerjasama dengan Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo).

“Sejak tahun lalu, pemerintah sudah berhasil untuk tidak impor padi dan jagung. Kedepan, targetnya tidak lagi impor kedelai dengan memberdayakan kedelai lokal,” imbuhnya.

Sumber : murianews.com

Tanggal : 6 Oktober 2017

]]>
Perhutani Tanam 20 Ribu Bibit Pohon Di Gundih https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-tanam-20-ribu-bibit-pohon-gundih/ Tue, 06 Dec 2016 06:15:33 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=43261 sr1GUNDIH, PERHUTANI (6/12/2016) | Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih Gunawan Catur, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sido Mulyo dan beberapa instansi setempat melakukan penanaman 20 ribu bibit pohon di kawasan hutan alam sekunder seluas 18,5 hektar di Petak 155C, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Salak, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kragilan, Gundih pada Kamis (1/12).

Jenis bibit pohon yang ditanam yaitu  Kersen (Muntingia calabura L), Kayu Putih (Melaleuca leucadendra), Mengkudu (Morinda citrifolia) dan  jenis rimba lainnya.

Gunawan Catur mengatakan penanaman tersebut untuk keseimbangan ekosistem, agar sumber air dan oksigen tersedia. Selain itu, penghijauan juga memberi perlindungan satwa Merak Hijau (Pavo muticus), Kera (Hylobates lar) dan Ular (Calloselasma rhodostoma).

“Selain BKPH Kragilan, penanaman areal Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) juga dilakukan di Petak 10, RPH Kayen, BKPH Jambon seluas tiga  hektar bersama para pemangkukepentingan di wilayah Gundih.  Tujuannya untuk menyelamatkan sempadan sungai dan mata air yang ada di kawasan hutan serta mencegah terjadinya tanah longsor,” kata Gunawan. (Kom-PHT/Gdh)

Editor: soe
Copyright©2016

]]>
Berprestasi, Mandor Hutan Umrah Gratis https://stg.eppid.perhutani.id/berprestasi-mandor-hutan-umrah-gratis/ Sat, 09 Jan 2016 05:01:46 +0000 http://perhutani.co.id/?p=32192 Suara Merdeka – GROBOGAN Berkat prestasi atas kerja kerasnya, seorang mandor tebang di BKBH Madoh Perum Perhutani KPH Gundih, Prih Haryanta berangkat umrah gratis. Hal itu diberikan perusahaannya berkat prestasi yang dicapainya hingga memenuhi target perusahaan. Selain itu, dirinya juga diangkat menjadi Kepala Resort Pemangku Hutan (RPH). Prih Haryanta menjadi Kepala RPH di BKPH Madoh per Desember 2015 lalu. Ia mengaku tidak menduga mendapat apresiasi tersebut.

“Saya tidak menyangka perusahaan memberikan hadiah yang begitu istimewa ini. Selain naik pangkat, 28 Desember lalu saya diberangkatkan umrah dan baru pulang Kamis (7/1),” katanya, kemarin. KPH Gundih, Gunawan Catur melalui Wakil administratur KPH Gundih Budi Soertomo mengatakan, pemberian hadiah itu merupakan hak atas prestasi Prih.

Menaikkan jabatan petugas lapangan sudah sesuai dengan aturan. Di samping itu, Prih Haryanta merupakan mandor tebang produksi yang memiliki prestasi juara 1 tingkat Divisi Regional Jawa Tengah.

Bentuk Kepedulian “Tak hanya itu, Prih juga sudah pernah menempuh Diklat Ganis PHPLBINHUT(Pelatihan dan pendidikan Tenaga Teknik pengelolaan hutan Produksi) dan Diklat KPI Teknik Kehutanan (Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan 1).

Jadi berkat keuletan dan prestasinya itu sudah layak diangkat jabatannya menjadi KRPH,” kata Budi. Sementara itu, Kepala Biro Produksi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa tengah, Dwi Witjahjono, beberapa waktu lalu bertemu langsung dengan Prih Haryanta. Dengan didampingi Administratur KPH Gundih Gunawan Catur, di pertemuan itu dia memberikan ucapan selamat atas prestasi yang diperoleh Prih Haryanta.

“Ini merupakan bentuk kepedulian perusahaan kepada petugas lapangan yang memang mau berkerja keras. Sekecil apapun prestasi tetap akan kami hargai sesuai apa yang dikerjakan. Perlu diketahui, Prih Haryanta adalah salah seorang mandor tebang produksi terbaik tingkat satu Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah dan diberikan imbalan berupa Umrah Ke Tanah Suci,” ucapnya. (zul-74)

Sumber : Suara Merdeka, hal. 25
Tanggal : 9 Januari 2016

]]>
Dishut Grobogan Sosialisasikan Masyarakat Mitra Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id/dishut-grobogan-sosialisasikan-mmp-bantu-cegah-illegal-loging/ Tue, 22 Dec 2015 14:45:09 +0000 http://perhutani.co.id/?p=32504 GUNDIH, PERHUTANI (21/12) Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih mengadakan sosialisasi Permenhut Nomor P.56/Menhut-II/2015 tentang Masyarakat Mitra Polhut (MPP) dan pembetukan MMP di desa Toroh Kecamatan Toroh Grobogan Jawa Tengah. Baru baru ini.

Kepala Bidang Perlindungan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan Kabupaten Grobogan, Hery Cp menyatakan bahwa,” MMP merupakan kelompok masyarakat sekitar hutan yang membantu Polisi hutan dalam pelaksanaan perlindungan hutan di bawah koordinasi,Pembinaan, dan pengawasan instansi kehutanan pusat dan daerah yang membidangi perlindungan hutan.

MMP sendiri harus membentuk dan mempunyai struktur jelas yakni Pembina, Ketua, Sekretaris dan Anggota. Selain itu syarat keanggotaan antara lain tinggal di sekitar kawasan hutan,anggota MMP wajib melakukan patroli bersama Polhut di kawasan hutan pada wilayahnya, melaporkan indikasi gangguan keamanan terhadap hutan, kawasan hutan,

Wakil administratur KKPH Gundih, Budi Soetomo menyambut baik langkah Dinas Kehutanan dengan terbentuknya MMP ini,keamanan wilayah hutan bukan hanya menjadi tanggungjawab petugas saja, namun melibatkan masyarakat sekitar hutan wajib mengamankan hutan. “Kehadiran MMP untuk membantu mengatasi kerusakan hutan memang sangat di perlukan,ini merupakan perwujudan pelaksanaan undang undang 41 tentang kehutanan pasal 69 ayat 1 masyarakat berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan”, tegasnya. (Kom-Pht/Gdh/Totok)

Editor : Dadang K Rizal
Copyright ©2015

]]>