KPH Indramayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 04 Nov 2016 04:58:34 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png KPH Indramayu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu-3/ Fri, 04 Nov 2016 04:58:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41692 JURNALASIA.COM (4/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu. Pada tahap awal, sekira lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry.
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi daya lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan.
Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari. “Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini. Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare.
Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 4 November 2016
Sumber : jurnalasia.com

]]>
62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu-2/ Thu, 03 Nov 2016 04:18:00 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41611 OKEZONE.COM (3/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu. Pada tahap awal, sekira lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu. Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry .
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi daya lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan. Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari.
“Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini.
Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare. Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 3 November 2016
Sumber : okezone.com

]]>
62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu/ Thu, 03 Nov 2016 02:40:27 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41598 KORAN-SINDO.COM (3/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu.
Pada tahap awal, sekitar lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu. Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry .
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi dayalahankawasanhutanuntuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan. Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari.
“Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini.
Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare. Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 3 November 2016
Sumber : koran-sindo.com

]]>
Cara Perhutani Mengangkat Produk Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/cara-perhutani-mengangkat-produk-tebu/ Tue, 01 Nov 2016 04:19:21 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41509 MARKEETERS.COM (1/11/2016) | Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia sepakat bekerjasama untuk budidaya tanaman tebu di kawasan hutan dengan dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Ruang lingkup kerja sama adalah penyediaan lahan kawasan hutan untuk budidaya tanaman tebu dengan pola agroforestry. Mulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, hingga pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Agroforestry merupakan suatu sistem pola budidaya atau pengelolaan lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitarnya.
Sinergi Enam BUMN ini pun bertujuan mendukung program ketahanan pangan nasional khususnya gula yang ditetapkan Pemerintah RI melalui optimalisasi lahan kawasan hutan.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna mengatakan, ke depannya, dengan pola agroforestry Perhutani akan lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu, tanaman hutan, dan ternak (silvopasture) atau dengan ikan (silvofishery).
“Dengan kawasan hutan seluas 2,4 juta ha, ke depan kami akan lebih fokus ke pola agroforestry dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari. Saat ini kita menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9, artinya dari setiap hektar yang ditebang kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumberdaya hutan,” ujar Denaldy dalam keterangan resminya, beberapa waktu lalu.
Selama ini untuk mendukung ketahanan pangan, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, porang, dan lainnya sesuai kaidah kehutanan. Tidak kurang dari 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya tahun 2016 semester pertama.
Untuk kerjasama budidaya tebu ini, Perum Perhutani mengalokasikan 62 ribu ha lahan kawasan hutan di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, sebagian wilayah Perhutani Jawa Timur dan wilayah anak perusahaan Perhutani di Lampung. Proses survei lapangan untuk pemilihan lokasi tanaman tebu saat ini tengah berjalan.
Direktur PT RNI B. Didiek Prasetyo mengatakan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20 ribu ha.
“Kami berharap kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerjasama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” kata Didik.
 
Tanggal : 1 November 2016
Sumber : markeeters.com

]]>
RNI Targetkan Kebun Tebu 78.000 Hektare https://stg.eppid.perhutani.id/rni-targetkan-kebun-tebu-78-000-hektare/ Fri, 28 Oct 2016 08:13:52 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41397 MEDANBISNISDAILY.COM, JAKARTA (26/10/2016) | PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) menargetkan, tahun 2020 mengelola lahan tebu seluas 78.000 hektare. Angka meningkat dibanding saat ini yang hanya berkisar 55.000 hektare.
“Peningkatan luas lahan tebu sejalan dengan program pencanangan target swasembada gula pada tahun 2019 dengan produksi sekitar tiga juta ton,” kata Direktur Utama RNI Didiek Prasetyo di sela penandatanganan nota kesepahaman “Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk Kegiatan Budidaya Tebu,” di Jakarta, Rabu (26/10).
Tiga BUMN yang melakukan sinergi dalam rangka peningkatan produksi gula BUMN yaitu RNI, PTPN III dan Perum Perhutani.
Menurut Didik, saat ini RNI memiliki tujuh pabrik gula dengan 55.000 hektare tanaman tebu, baik status hak guna usaha maupun tebu rakyat.
Dalam kerja sama itu, RNI akan menanami tebu pada lahan seluas 20.000 hektare yang disediakan Perhutani di KPH Indramayu, KPH Majalengka, serta KPH Semarang.
Dikatakannya, ruang lingkup kerja sama meliputi penyediaan lahan kawasan hutan untuk budidaya tanaman tebu dengan pola agroforestry mulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu.
Selanjutnya, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan tanaman tebu, penyediaan tenaga ahli budidaya tebu serta penyediaan dan pendanaan modal kerja untuk kegiatan kerja sama budidaya tanaman tebu dengan kredit sindikasi.
Sementara itu, Direktur Utama Perhutani Denaldy M Mauna mengatakan, ke depannya dengan pola agroforesty Perhutani akan lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu, tanaman hutan dan ternak (silvopasture) atau dengan ikan (silvofishery).
“Dengan kawasan hutan seluas 2,4 juta hektare, ke depan kita akan lebih fokus ke pola agroforestry dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari. Saat ini, kita menerapkan sistem tebang dengan komposisi 1:9, artinya dari setiap hektare yang ditebang kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumberdaya hutan,” tutur Denaldy.
Selama ini, kata dia, untuk mendukung ketahanan pangan, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, porong, dan lainnya sesuai kaidah kehutanan.
 
Tanggal : 27 Oktober 2016
Sumber : medanbisnisdaily.com

]]>
Wilayah Perhutani Lampung Dialokasikan untuk Tanam Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/wilayah-perhutani-lampung-dialokasikan-tanam-tebu/ Fri, 28 Oct 2016 05:05:43 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41385 RAGAMLAMPUNG.COM, JAKARTA (26/10/2016) | Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI), menyepakati kerja sama membudidayakan tanaman tebu di kawasan hutan.
Aksi korporasi ini menggunakan pendanaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Perum Perhutani untuk areal kerja sama budidaya ini mengalokasikan 62.000 hektar lahan kawasan hutan di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, sebagian wilayah Perhutani Jawa Timur, dan wilayah anak perusahaan Perhutani di Lampung.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna, Rabu (26/10/2016), mengatakan, kerja sama meliputi penyediaan lahan kawasan hutan untuk budidaya tanaman tebu dengan pola agroforestry.
“Mulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan tanaman tebu, penyediaan tenaga ahli budidaya tanaman tebu, jaminan pembelian (offtaker) atau pengolahan hasil budidaya tanaman tebu,” katanya.
Sinergi enam BUMN juga dapat menjaga ketahanan pangan nasional khususnya gula yang ditetapkan Pemerintah RI melalui optimalisasi lahan kawasan hutan.
Persero akan menggunakan pola agroforestry agar lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu, tanaman hutan dan ternak (silvopasture) atau dengan ikan (silvofishery).
“Dengan kawasan hutan seluas 2,4 juta hektar, kita akan lebih fokus ke pola agroforestry dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari. Saat ini kita menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9, artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan, ujarnya.
Selama ini untuk mendukung ketahanan pangan, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, porang dan lainnya sesuai kaidah kehutanan.
“Tidak kurang dari 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya tahun 2016 semester pertama,” ujar dia.
 
Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber : radarlampung.com

]]>
6 BUMN Sepakat Budidaya 2,4 Juta Hektar Tanaman Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/6-bumn-sepakat-budidaya-24-juta-hektar-tanaman-tebu/ Thu, 27 Oct 2016 09:38:40 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41332 MERDEKA.COM, JAKARTA (26/10/2016) | Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN III) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) (RNI) sepakat bekerja sama untuk membudidayakan tanaman tebu di kawasan hutan. Adapun aksi korporasi ini menggunakan pendanaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna, mengatakan kerja sama ini meliputi penyediaan lahan kawasan hutan untuk budidaya tanaman tebu dengan pola agroforestry.
“Mulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan tanaman tebu, penyediaan tenaga ahli budidaya tanaman tebu, jaminan pembelian (offtaker) atau pengolahan hasil budidaya tanaman tebu,” ujar Denaldy di kantornya, Jakarta, Rabu (26/10).
Menurutnya, sinergi enam BUMN juga dapat menjaga ketahanan pangan nasional khususnya gula yang ditetapkan Pemerintah RI melalui optimalisasi lahan kawasan hutan. Ke depan, persero akan menggunakan pola agroforestry agar lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu, tanaman hutan dan ternak (silvopasture) atau dengan ikan (silvofishery).
“Dengan kawasan hutan seluas 2,4 juta hektar, ke depan kita akan lebih fokus ke pola agroforestry dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari. Saat ini kita menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9, artinya dari setiap hektar yang ditebang kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan, tegas Denaldy
Selama ini untuk mendukung ketahanan pangan, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, porang dan lainnya sesuai kaidah kehutanan.
“Tidak kurang dari 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya tahun 2016 semester pertama,” jelasnya.
Untuk kerja sama budidaya ini, Perum Perhutani mengalokasikan 62.000 hektar lahan kawasan hutan di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, sebagian wilayah Perhutani Jawa Timur dan wilayah anak perusahaan Perhutani di Lampung.
 
Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber : merdeka.com

]]>
Tiga BUMN Duet Budidaya Tebu di Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/tiga-bumn-duet-budidaya-tebu-hutan/ Thu, 27 Oct 2016 08:34:14 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41322 IMQ21.COM, JAKARTA (26/10.2016) | Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara III (Persero), dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sepakat sinergi untuk melakukan budidaya tanaman tebu di kawasan hutan.
Sinergi ini ditandai dengan penandanganan MoU di kantor Perhutani di kantor pusat Perhutani, Jakarta, Rabu (26/10).
Adapun ruang lingkup kerjasama adalah penyediaan lahan kawasan hutan untuk budidaya tanaman tebu dengan pola agroforestry mulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan tanaman tebu, penyediaan tenaga ahli budidaya tebu serta penyediaan dan pendanaan modal kerja untuk kegiatan kerjasama budidaya tanaman tenu dengan kredit sindikasi.
Perhutani mensyaratkan kewajiban penanaman tebu dibanding tanaman kehutanan dengan rasio yang seimbang untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya hutan. Perhutani akan mengalokasikan 62.000 hektar lahan kawasan hutan di KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, sebagian wilayah Jawa Timur dan wilayah anak perusahaan di Lampung.
Proses survei di lapangan untuk pemilihan lokasi tanaman tebu saat ini tengah berjalan.
Asisten Deputi Usaha Industri Agro dan Farmasi I Kementerian Negara BUMN Dilza Vierson menyampaikan, sinergi ini untuk mendukung swasembada gula, sehingga dibutuhkan alternatif untuk mencari alternatif lahan penanaman tebu.
Direktur Utama Perhutani Denaldy M. Mauna menambahkan ke depannya dengan pola agroforesty Perhutani akan lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu, tanaman hutan dan ternak (silvopasture) atau dengan ikan (silvofishery).
“Dengan kawasan hutan seluas 2,4 juta hektar, ke depan kita akan lebih fokus ke pola agroforesty dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari. Saat ini, kita menerapkan sistem tebang dengan komposisi 1:9, artinya dari setiap hektar yang ditebang kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumberdaya hutan,” papar Denaldy.
Selama ini, untuk mendukung ketahanan pangan, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, porong, dan lainnya sesuai kaidah kehutanan.
Sementara Direktur Utama RNI Didiek Prasetyo menguraikan, saat ini, RNI punya tujuh pabrik gula dan 55.000 hektar tanaman tebu baik milik HGU maupun tebu rakyat.
“Pada 2020, pemerintah menargetkan lahan tebu sebanyak 78.000 hektar. Kerjasama ini diharapkan dapat merealisasikan target swasembada gula pada 2019 yang dicanangkan sebanyak 3 juta ton,” urai Didiek.
Ia melanjutkan, dari lahan yang disediakan Perhutani tersebut, RNI akan menanam tebu di KPH Indramayu, KPH Majalengka, serta KPH Semarang dengan luas sekitar 20.000 hektar. Adapun perkiraan produksi tebunya sekitar 1,4 juta TCD.
 
Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber : imq21.com

]]>
Perhutani Alokasikan 62.000 Hektare Budidaya Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-alokasikan-62-000-hektare-budidaya-tebu/ Thu, 27 Oct 2016 08:01:39 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41311 RAYAPOS.COM, JAKARTA (26/10/2016) | Perum Perhutani menyediakan 62.000 hektare lahan untuk budidaya tebu di sejumlah kawasan hutan Pulau Jawa dan Lampung.
“Masing-masing berada di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta di sebagian wilayah Perhutani Jawa Timur dan wilayah anak perusahaan Perhutani Lampung,” kata Dirut Perum Perhutani Denaldy M Mauna, di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta, Rabu.
Menurut Denaldy, penyediaan lahan tersebut sebagai bentuk kerja sama antara Perum Perhutani dengan PT Perkebunan Nusantara III, PT Rajawali Nusantara Indonesia, PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, dan PT Bank Rakyat Indonesia untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.
Denaldy menjelaskan bawa selama ini dukungan ketahanan pangan dari lahan hutan dimanfaatkan antara lain untuk tanaman jagung, padi, serta kacang kedelai.
“Tidak kurang dari 5.289 lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) terlibat di dalamnya atau di dalam sistem Pengelolaan Hutan bersama Masyarakat (PHBM),” ucap Denaldy.
Keterlibatan masyarakat tersebut sambungnya, mampu memproduksi 650 ton jagung dan tanaman lain selama semester pertama 2016.
“Pola agroforestry ini yang akan kami terapkan, sehingga Perhutani dapat mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan seperti tebu, tanaman hutan dengan ternak atau dengan ikan,” ujarnya.
Denaldy menjelaskan bahwa pola agroforestry itu merupakan suatu sistem budidaya atau pengelolaan lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
“Ke depan pola ini akan kami terapkan di 2,4 juta hektare kawasan hutan. Tentunya tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan,” ujarnya.
Denaldy juga mengatakan bahwa saat ini Perum Perhutani sedang menerapkan sistem tebang tanam dengan pola komposisi 1:9.
“Artinya, dari setiap hektar yang ditebang kami akan kami tanam kembali sebanyak sembilan kali lipat untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” tuturnya.
 
Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber : rayapos.com

]]>
Ditargetkan 100.000 Ton Jagung https://stg.eppid.perhutani.id/ditargetkan-100-000-ton-jagung/ Fri, 11 Dec 2015 04:12:22 +0000 http://perhutani.co.id/?p=30046 Pikiran Rakyat, Jawa Barat: Produksi diharapkan lancar, dari masa penanaman jagung yang kini dilakukan di sejumlah kabupaten di Jawa Barat, pada Desember 2015 ini.

Kepala Seksi Serealia Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, Poppy Farida, di Bandung, Kamis (10/12/2015) mengatakan, penanaman jagung sedang dilakukan terutama di Sumedang, Majalengka, Garut. Sukabumi, Bandung, Indramayu. dan Kuningan. Ini merupakan upaya pemenuhan pasokan jagung, teintama hibrida lokal, baik untuk keperluan industri pakan, makanan, dll, secara lokal Jawa Barat.

Disebutkan, penanaman jagung pada Desember ini, sekaligus menjawab bahwa selama ini ada anggapan lahan pembudidayaan tanaman jagung mulai sulit diperoleh. Penanaman jagung dilakukan secara kombinasi, baik pada lahan kering milik masyarakat maupun secara pengelolaan hutan bersama masyarakat di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Indramayu seluas 5.000 hektare.

Pembudidayaan jagung tersebut, sekaligus pula upaya mendukung penyediaan tiga komoditas pangan pokok di Indonesia, yaitu padi, jagung, dan kedelai (pajale). Produksinya diupayakan dihasilkan secara banyak, sebagai upaya meyakinkan penyediaan pasokan jagung lokal, sekaligus meningkatkan pendapatan petani.

Pengembangan areal tanaman jagung, katanya, diimbangi dengan penyuluhan cara penanaman yang lebih baik, penggunaan bibit unggul, dll. Diharapkan produktivitasnya rata-rata lebih baik dari 7,1 ton pipilan kering/hektare, sebagai upaya memacu semangat petani agar semaldn bergairah menanam komoditas jagung.

”Komoditas jagung kembali menjadi produk pertanian yang menarik diusahakan di Jawa Barat, apalagi hasil panennya sangat dicari para pengguna. Yang tinggal didorong adalah penyediaan produksi yang mampu memenuhi pemenuhan pasokan secara lokal sesuai kebutuhan,” kata Poppy.

Upaya tersebut, katanya, sekaligus sebagai salah satu langkah menghasilkan kedaulatan pangan dari komoditas jagung. Selain itu juga ditingkatkan kemampuan setelah panen berupa pengolahan pipilan kering sampai rata-rata memenuhi persyaratan pembeli.

Olahan sorgum

Sementara itu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, dikabarkan berhasil melakukan pengolahan sorgum menjadi tepung yang mampu menggantikan tepung terigu.

Pelaksana Harian Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Ridwan Rachmat di Bogor, dilansir Antara, Rabu (9/12/-2015), mengatakan sorgum merupakan komoditas pangan asli Indonesia, tetapi belum banyak dibudidayakan serta dijadikan bahan pangan oleh masyarakat.

”Kami sudah memiliki teknologi penepungan sorgum ini sehingga nantinya (tepung sorgum) bisa diperbanyak oleh masyarakat,” katanya di
sela-sela pengenalan Galery Inovasi Teknologi Pascapanen atau Gerai Pascapanen.

Menurut Ridwan Rachmat, sorgum memiliki kandungan glutenin lebih rendah dari gandum sehingga secara kesehatan lebih menyehatkan daripada tepung terigu. ”Keunggulan secara teknis, sorgum dapat ditanam pada lahan kurang optimal,” ujarnya.

Upaya pengembangan sorgum sebagai pengganti jagung di Jawa Barat pernah dilakukan di kawasan Perum Perhutani maupun oleh PT Bakti Usaha Menanam Nusantara Hijau lestari (BUMN HL) di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Hanya, kedua pengembangan tanaman sorgum tersebut tak berlanjut, karena latar belakang pemasaran maupun kebijakan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara.

Sejumlah personel Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten, menyebutkan, sorgum sempat dibudidayakan di Kesatuan Pemangkuan Hutan Indramayu. Namun panenan sorgum 2.000 hektare tersebut tak lalai ada yang beli, sehingga dijadikan pakan ternak.

Lain halnya agroforestry DAS Citarum tanaman sorgum yang pernah dibina PT BUMN HL tak dilanjutkan karena Meneteri BUMN saat itu, Dahlan Iskan, mengalihkan ke luar Pulau Jawa.

Tanggal : 11 Desember 2015
Sumber : Pikiran Rakyat

]]>