KPH Kediri – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Thu, 09 Aug 2018 08:05:32 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png KPH Kediri – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Gandeng Perhutani, BPJS Ketenagakerjaan Gelar Sosialisasi kepada LMDH https://stg.eppid.perhutani.id/gandeng-perhutani-bpjs-ketenagakerjaan-gelar-sosialisasi-kepada-lmdh/ https://stg.eppid.perhutani.id/gandeng-perhutani-bpjs-ketenagakerjaan-gelar-sosialisasi-kepada-lmdh/#respond Thu, 09 Aug 2018 08:05:32 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=63632 JAWAPOS.COM (09/08/2018) | Sebagian besar wilayah Trenggalek berupa pegunungan dan di bawah kewenangan Perhutani, memiliki jumlah tenaga kerja lapangan yang besar.

Ratusan ribu warga Trenggalek tergabung dalam lembaga masyarakat desa hutan (LMDH). Besarnya risiko pekerjaan yang mereka hadapi, menuntut kesadaran memproteksi diri dengan turut aktif sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Untuk terus menggugah kesadaran anggota LMDH ini, BPJS Ketenagakerjaan KC Blitar dan BPJS Ketenagakerjaan KCP Trenggalek bersama Perhutani KPH Kediri Selatan, menyelenggarakan Sosialisasi Program BPJS Ketenagakerjaan kepada Perkumpulan LMDH, Selasa (7/8).

Kegiatan di Hotel Jaas ini diikuti pengurus dari 122 LMDH se-Kabupaten Trenggalek.

Membuka sosialisasi kemarin, turut hadir Kepala BPJS Ketenagakerjaan Cabang Blitar Arie Fianto Syofyan, Administratur Perhutani KPH Kediri Ratmanto Tri Marhono, Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Trenggalek drh Nanang Budiarto yang mewakili Bupati Trenggalek Dr Emil Elestianto Dardak, serta Wakapolres Trenggalek Kompol Agung Setyono, SS.

Dalam sambutan, Arie Fianto Syofyan mengatakan, melalui sosialisasi kemarin pihaknya berkolaborasi dengan Perhutani untuk bisa lebih memberikan proteksi kepada para pekerja yang bernaung di bawah LMDH.

“Nanti akan disampaikan sejelas-jelasnya tentang empat produk di BPJS Ketenagakerjaan. Ini sebagai upaya peningkatan kesejahteraan para peladang, petani, dan tenaga lapangan di hutan, dengan perlindungan sosial sebagai proteksi pekerja sekaligus keluarganya, jika terjadi kecelakaan kerja,” jelas Ari.

Administratur Perhutani KPH Kediri juga menyambut baik sosialiasi ini. Ratmanto menjelaskan, para penyadap sudah mendapatkan perlindungan dari internal Perhutani.

Meski demikian, adanya tambahan asuransi yang menjadi program wajib dari pemerintah ini akan lebih baik lagi jika mendapatkan proteksi lebih.

“Dari empat produk di BPJS Ketenagakerjaan, kami sifatnya mengimbau para mitra. Minimal mengikutkan anggotanya dua produk, yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian,” ucap Ratmanto.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Trenggalek membacakan sambutan Bupati Emil. Besar harapan dari bupati agar para pengurus LMDH mengikutsertakan para anggota, sesuai dengan kemampuan setiap LMDH atau anggota.

“Kami berharap kondisi ketenagakerjaan di Trenggalek kondusif dari waktu ke waktu dan mendapatkan perlindungan dari BPJS Ketenagakerjaan,” ucap Nanang.

Selanjutnya, sosialisasi tentang empat produk BPJS Ketenagakerjaan berupa Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Pensiun, dan Jaminan Hari Tua disampaikan oleh Kepala BPJS Ketenagakerjaan KCP Trenggalek Sunarto.

Dibuka juga forum tanya jawab yang dimanfaatkan oleh para peserta untuk menanyakan seluk-beluk program dan mekanisme klaim jaminan ketika terjadi kecelakaan kerja maupun kematian.

Ketua LMDH Kabupaten Trenggalek Supangat menyampaikan, pihaknya menyambut baik kegiatan sosialisasi kemarin. Banyak manfaat yang didapatkan dengan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

“Sangat setuju (menjadi peserta BPJS), karena ada pekerjaan yang sangat rawan yang dikerjakan anggota kami seperti memanjat cengkih, menyadap getah, dan sebagainya. Dan keuntungannya setelah adanya sosialisasi tadi, kami mulai dari berangkat sampai pulang ada jaminan.

Sehingga sangat dibutuhkan. Tapi kendalanya nanti, sangat dibutuhkan sosialisasi kepada anggota sebagai tindak lanjutnya,” ujar Supangat.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 9 Agustus 2018

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/gandeng-perhutani-bpjs-ketenagakerjaan-gelar-sosialisasi-kepada-lmdh/feed/ 0
Pemkab Trenggalek Tanam Kedelai di Hutan Kejar Taget Swasembada https://stg.eppid.perhutani.id/pemkab-trenggalek-tanam-kedelai-di-hutan-kejar-taget-swasembada/ Tue, 20 Feb 2018 10:39:49 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=53313 DETIK.COM (20/2/2018) | Pemkab Trenggalek, Perhutani dan TNI menjalin kerjasama untuk menggenjot produksi kedelai lokal dengan melakukan penanaman di kawasan hutan.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek Joko Surono mengatakan, salah satu lokasi tersebut berada di kawasan hutan di wilayah Desa Dermosari, Kecamatan Tugu.

“Perluasan Area Tanam (PAT) pada awal tahun ini seluas 1.200 haktare, ini adalah sisa dari program 2017, dari 3.000 yang sudah kami tanam. Sehingga diharapkan akan memenuhi target kemarin,” kata Joko Surono di lokasi, Selasa (20/2/2018).

Menurutnya perluasan area tanam kedalai di kawasan hutan tersebut dinilai cukup membantu untuk meningkatkan produksi kedelai lokal. Mengingat kawasan lahan pertanian di Trenggalek cukup tebatas.

Untuk menjalankan program dari pemerintah pusat tersebut masing-masing warga yang melakukan pengolahan lahan mendapat bantuan berupa bibit kedelai unggulan serta bantuan pupuk dari pemerintah pusat.

Joko mengaku, pada tahun 2018 ini pihaknya juga mendapatkan jatah Perluasan Area Tanam Baru (PATB) kedelai seluas 10.000 hektare. Namun pihaknya mengaku tidak bisa memenuhi target tersebut, karena lahan yang tersedia untuk kedelai tahun ini hanya 2.000 hektare.

Pihaknya masih melakukan konsultasi dengan instansi terkait, untuk merevisi terget itu. Sebab, jumlahnya dinilai terlalu besar, di sisi lain tidak diperbolehkan menggunakan kawasan lahan yang tahun sebelumnya telah ditanami.

Ditambahkan, saat ini produksi kedelai lokal di Trenggalek masih mengalami devisit dan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dari catatan Dinas Pertanian dan Pangan, jumlah produksi Kedelai dalam kurun waktu setahun rata-rata 15.500 ton, sedangkan kebutuhan masyarakat mencapai 18 ribu ton.

“Jadi Trenggalek ini memang masigh devisit, kami berterimakasih sekali, karena Perhutani sudah mengizinkan untuk PAT di kawasan hutan. Tapi ini tidak merusak tanaman hutan, sudah ada strateginya,” jelasnya.

Sementara itu Administratur Perhutani KPH Kediri, Ratmanto Trimahono mengaku mendukung penuh program perluasan area tanam kedelai untuk menunjang terget swasembada dari Kementerian Pertanian.

“Untuk di Perhutani Kediri sendiri tahun ini yang kami kerjasamakan untuk area tanam kedelai seluas 1200 hektare, terdiri dari 200 hektare di wilayah Kabupaten Tulungagung dan 1.000 hektare di Kabupaten Trenggalek. Ini yang melaksanakan dari LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan),” ujarnya.

Pihaknya memastikan sistem kerjasama tanam kedelai tidak akan menganggu tanaman utama hutan, karena bisa dilakukan dengan sistem tumpang sari atau ditanam dibawah tegakan utama. Selain itu pihaknya juga memanfaatkan beberapa kawasan lahan hutan yang baru dilakukan penebangan.

“Jadi kawasan hutan itu pasti akan ada penebangan tanaman secara berkala, nah saat itulah kedelai ini juga bisa ditanam di sana atau disebut dengan kawasan pratanam. Kemudian juga bisa di kawasan hutan yang tegakannya usia satu sampai tiga tahun,” ujarnya.

Ratmanto menjelaskan, sebaran kawasan hutan yang kini di menjadi lokasi penanaman kedelai berada di BKPH Trenggalek, Karangan serta BKPH Dongko.

Dikonfirmasi terpisah, Dandim 0806 Trenggalek Dodik Novianto mengatakan, pihaknya siap melakukan pendampingan untuk menyukseskan perluasan tanam kedelai guna mendukung target swasembada di tingkat kabupten maupun nasional.

“Seluruh jajaran kami hingga Babinsa akan mengawal program ketahanan pangan ini. Kami berharap khususnya untuk Trenggalek bisa swasembada kedelai dan umumnya Indonesia,” ujarnya.

Sumber : detik.com

Tanggal : 20 Februari 2018

]]>
Ini Lho Wanawisata Banyu Nget yang Asri dan Tak Membosankan https://stg.eppid.perhutani.id/ini-lho-wanawisata-banyu-nget-yang-asri-dan-tak-membosankan/ Fri, 03 Nov 2017 05:53:43 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50599 DETIK.COM (3/11/2017) | Bosan dengan panasnya perkotaan atau lelah dengan setumpuk aktivitas pekerjaan? Mungkin Anda waktunya menyegarkan pikiran dan hati menghabiskan waktu akhir pekan dengan berwisata. Salah satu destinasi yang layak dicoba adalah Wanawisata Banyu Nget Trenggalek.

Wisata alam yang baru dikembangkan di Perhutani tersebut berada di kawasan hutan Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo. Dengan luas area mencapai 7 haktare, Banyu Nget memiliki aneka wahana yang siap memanjakan pengunjung.

Begitu memasuki lokasi, suasana adem dan segar langsung terasa, rerimbunan hutan yang masih asri serta penataan kawasan yang begitu apik dijamin akan membuat tidak sabar untuk menikmati spot-spot yang ada di dalamnya.

Administratur Perhutani KPH Kediri, Ratmanto Trimahono mengatakan, di area Banyu Nget terdapat beberapa wahana yang menjadi andalan. Di antaranya lokasi air hangat, air terjun Urang Kambu, Bayu Payung, Goa Grojok, Hammock dan beberapa waahana lainnya.

“Untuk air hangatnya itu tidak seperti pemandian air hangat di lereng gunung berapi, namun air itu muncul di salah satu sudut bebatuan. Tapi jangan khawatir, ketika ke sini tidak hanya satu destinasi yang didapatkan namun banyak,” kata Ratmanto di lokasi, Jumat (3/11/2017).

Menurutnya, lokasi wisata yang sedang dalam proses pengembangan ini, berada di tengah kawasan hutan, sehingga cukup asri dan masih terjaga kelestiannya. Suara cuitan burung serta aneka satwa lain juga masih nyaring terdengar, seolah menyambut wisatawan yang datang.

Untuk menyusuri seluruh destinasi yang ada, disediakan akses jalan yang cukup representatif, lengkap dengan rambu-rambu penunjuk arah. Selain itu pihak pengelola juga menerapkan pengawasan ketat kepada setiap pengunjung yang datang, agar tidak membuang sampah sembarangan.

Salah satu titik yang menjadi favorit utama pengunjung adalah air terjun Urang Kambu. Deraian air yang jatuh dari tebing setinggi 20 meter dijamin langsung memikat setiap pengunjung yang datang.

Air terjun yang berasal dari mata air di tengah hutan masih benar-benar jernih dan bersih. Di tempat ini juga terdapat kubangan air yang dimanfaatkan untuk mandi sembari menikmati derasnya air terjun.

“Alam yang masih lestari inilah yang kami tawarkan kepada pengujung wisata Banyu Nget, kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga agar tetap alami seperti ini. Selain itu kami juga menyediakan beberapa wisata buatan untuk mendukungnya,” ujar Ratmanto.

Salah seorang pengunjung, Atmono, mengaku puas berada di kawasan wisata Bangu Nget, salah satu lokasi yang paling terkesan adalah air terjunnya, karena benar-benar alami dan segar. “Luar biasa, serius ini, tadi saya coba berenang di situ nikmat banget rasanya,” katanya.

Setelah puas memanjakan diri di kawasan air terjun Urang Kambu, wisatawan yang datang bisa langsung bergeser ke wahana Hammock yang berada di area camping ground. Wisatawan yang datang bisa menikmati sensasi bersantai berada di kantong bertingkat yang tergantung diantara dua pohon.

“Inilah yang menarik, selain wisata alamnya, kita juga bisa mencoba hal yang baru dengan naik hammock, menantang juga karena hammcoknya dipasang di lokasi tang tinggi. Tapi tidak perlu khawatir karena ada pengaman yang lengkap,” ujar pengunjung lain, Rahmad Budi Sulistya.

Sejumlah wisatawan berharap, nuansa alam yang asri bisa tetap terjaga, karena yang menjadi nilai lebih dibanding wisata alam lainnya adalah kelestarian hutan dan lingkungannya.

“Ketika ini nanti sudah terkenal, pengunjung tidak hanya menikmati tapi juga harus bersama-sama ikut menjaga. Alam ini disediakan Tuhan untuk kita, berarti harus kita jaga,” ujar wisatawan asal Kediri, Nurhayati.

Destinasi wanawisata Banyu Nget berada di Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo Trenggalek atau berjarak sekitar 35 Km dari pusat kota Trenggalek maupun Tulungagung. Akses menuju lokasi cukup mudah dan berada satu jalur dengan wisata Gua Lawa, Pantai Prigi, Pantai Pasir Putih maupun ekowisata mangrove.

Sumber : detik.com

Tanggal : 3 November 2017

]]>
Trenggalek Segera Bangun Infrastruktur di Kawasan Wisata Via Ferrata https://stg.eppid.perhutani.id/trenggalek-segera-bangun-infrastruktur-di-kawasan-wisata-via-ferrata/ Wed, 04 Oct 2017 01:46:40 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=49984 KOMPAS.COM (3/10/2017) | Pemerintah Kabupaten Trenggalek membangun infrastruktur untuk mengembangkan destinasi wisata baru di Kabupaten Trenggalek yakni panjat tebing Via Ferrata Gunung Sepikul.

Selama ini, kondisi jalan menuju lokasi Via Ferrata di Gunung Sepikul memang rusak parah, Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Trenggalek berencana membangun jalan yang bakal memudahkan akses wisatawan.

“Kewajiban kami adalah lebih mendukung terhadap kekurangannya, yaitu membangun jalan menuju lokasi yang kondisinya memang rusak parah. Bila jalannya bagu, maka wisatawan akan dengan mudah mencapai lokasi,” kata Kepala Dinas Pariwisata Trenggalek Joko Irianto, Senin (2/10/2017).

Via Ferrata di tebing Gunung Sepikul, yang dikenal dengan Sepikul Via Ferrata atau disingkat Sparta, merupakan wisata minat khusus bagi masyarakat yang gemar petualangan. Via Ferrata di Trenggalek merupakan yang kedua di Indonesia. Wisata Via Ferrata pertama ada di Tebing Parang, Purwakarta, Jawa Barat.

Istilah Via Ferrata sendiri berasal dari bahasa Italia yang artinya jalur besi. Jalur besi ini dipasang meniti ketinggian tebing, dan biasanya dipasang pada tebing yang benar-benar vertikal.

Lokasi panjat tebing tersebut berada di tebing Gunung Sepikul, Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Pengelola Sparta Topan Eko mengatakan, kawasan wisata itu akan dilengkapi dengan wahana flying fox dan sepeda udara.

Pemerintah juga akan mendorong kawasan wisata ini agar lebih dikenal masyarakat luas dengan adanya media promosi. Sebab, tanpa promosi yang tepat, potensi wisata yang paling bagus pun tak akan banyak diketahui masyarakat.

Menurut Joko, pemerintah akan membantu mempromosikan wisata Via Ferrata seperti destinasi wisata yang ada di Trenggalek yang sudah ada sebelumnya.

“Kami berharap, wisata minat khusus ini bisa dijadikan satu paket dengan wisata Gua Lawa, Pantai Prigi, serta Kampung Wisata Durian. Apalagi, Via Ferrata Sepikul masih satu jalur dan masih satu kecamatan (Watulimo) dengan destinasi wisata tersebut, ” ujarnya.

Wisatawan Via Ferrata bisa menikmati keindahan alam yang terpampang dari ketinggian Gunung Sepikul. Maka dari itu, pemerintah juga akan membangun sejumlah fasilitas di sekitar kawasan Gunung Sepikul.

“Fasilitas lain yang perlu dibangun, seperti kamar mandi dan tempat relaksasi bagi pengunjung. Sebab, butuh tenaga ekstra untuk menikmati wisata ini,” kata Joko.

Destinasi wisata baru Sparta merupakan hasil kreativitas komunitas pecinta panjat tebing Gunung Sepikul. Saat ini, wisata minat khusus tersebut dikelola Indo Via Ferrata, Perhutani, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat.

Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak mengatakan, Pemerintah Kabupaten Trenggalek segera membangun akses jalan ke Sparta.

Perhutani juga mendukung adanya destinasi wisata minat khusus tersebut. Destinasi wisata baru itu diharapkan bakal menambah peningkatan perekonomian warga sekitar.

“Kami sangat mendukung Via Ferrata di Gunung Sepikul. Kami berharap, para warga akan berwirausaha dengan cara berjualan maupun membuat penginapan di sekitar lokasi wisata,” kata Administratur Kesatuan Pengeloaan Hutan (ADM KPH) Kediri Ratmanto Trimahono.

Gunung Sepikul merupakan tebing tertinggi yang ada di Jawa timur. Tebing Gunung Sepikul mulai dikenal pada 1980. Dua dekade kemudian, lokasi panjat tebing itu telah dikenal oleh pemanjat nasional maupun internasional.

Gunung Sepikul memiliki tebing batuan andesit serta tingkat kesulitan yang menantang. Oleh karena itu, Gunung Sepikul cukup populer di kalangan pecinta panjat tebing nasional maupun Internasional.

Memanjat tebing Via Ferrata Gunung Sepikul di Kabupaten Trenggalek memang memiliki sensasi luar biasa.

Perjalanan meniti jalur besi bukanlah hal mudah bagi wisatawan yang belum pernah memanjat tebing. Namun, perjuangan itu terbayar ketika wisatawan bisa menikmati pemandangan dari ketinggian.

“Saya masih baru pertama kali ini memanjat Via Ferrata. Sensasinya sangat luar biasa, menyenangkan, dan pemandangan dari atas tebing sangat indah sekali,” ungkap wisatawan dari Magelang Petrus Widiyatno, Senin (2/10/2017).

Sumber : kompas.com

Tanggal : 3 Oktober 2017

]]>
Kedung Lesung Obyek Wisata Baru Di Kecamatan Munjungan https://stg.eppid.perhutani.id/kedung-lesung-obyek-wisata-baru-di-kecamatan-munjungan/ Sat, 23 Sep 2017 02:55:44 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=49682 JATIMTIMES.COM (22/9/2017) | Wahana wisata pemandian Kedung Lesung, mungkin nama tersebut masih sangat asing ditelinga masyarakat awam, tetapi tidak bagi mereka para pecinta wisata alam, khususnya yang suka berwisata air.

Kedung Lesung merupakan salah satu ikon wisata yang menyajikan keindahan alam yang masih alami dan asri yang berada dipinggir kawasan hutan.

Awal mula dikenalnya wisata Kedung Lesung ini hanya karena banyaknya anak-anak dan juga remaja yang sering mandi disebuah sungai dan sekedar menikmati keindahan alam.

Melihat hal tersebut kemudian Perhutani KPH Kediri bersama sama dengan LMDH dibantu dengan Pemerintah desa tawing, yang sekaligus bekerjasama dengan pemuda Ikatan Remaket Club (IRC) berinisiatif untuk mendongkrak perekonomian warga sekitar Kedung Lesung itu dengan membuka wahana pemandian.

Dengan dibukanya wahana pemandian Kedung Lesung tersebut menambah jumlah daftar tempat wisata di kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek.

Seiring berjalannya waktu kedung lesung yang berada di wilayah Rt 29/Rw 06 Dusun Gabahan Desa Tawing Kecamatan Munjungan Tersebut terlihat lebih indah dan rapi.

“Kami berharap semoga dengan adanya wahana wisata baru ini bisa memberi efek positif kepada kami, dan tempat ini ramai sehingga ekonomi kita bagus,” ujar Deny Salah seorang warga.

Samikir, Ketua pengelola wahana Kedung Lesung berharap pemerintah juga segera membenahi akses jalan untuk menuju ke tempat wisata tersebut agar para pengunjung merasa nyaman untuk sampai ke obyek wisata tersebut.

Sumber : jatimtimes.com

Tanggal : 22 September 2017

]]>
Sebulan Pantai Gemah Meraup Rp 152 Juta https://stg.eppid.perhutani.id/sebulan-pantai-gemah-meraup-rp-152-juta/ Thu, 10 Aug 2017 02:08:13 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48821 JAWAPOS.COM (9/8/2017) | Sumber pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor bidang pariwisata, mulai membuahkan hasil. Meski pada Juni lalu Pemkab Tulungagung baru menandatangani memorandum of understanding (MoU) dengan pihak Perum Perhutani KPH Kediri, terkait pengelolaan Pantai Gemah, di Desa/Kecamatan Besuki.

Kabid Pengembangan Wisata Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Heru Juniarto menyatakan, keberadaan Pantai Gemah berpotensi menjadi salah satu sumber pariwisata yang mampu menggenjot PAD.

Dari satu bulan terakhir dari bagi hasil perjanjian kerja sama (PKS) pengelolaan Pantai Gemah yang disepakati pada 12 Juni lalu, antara Perum Perhutani KPH Kediri, Pemkab Tulungagung melalui disbudpar, dan pemerintah desa yang diwakili Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), ternyata pemerintah daerah mendapatkan dua profit sharing. Yakni, 20 persen dari parkir dan 25 persen dari tiket masuk.

“ Melihat kawasan lahan itu, sebelum cemara milik Perhutani, sedangkan cemara sampai laut milik pemkab. Jadi ada dua sharing yang disetujui dengan pembagian dari tiket parkir 30 persen Perhutani, 20 persen pemda, 50 persen pemdes sedangkan tiket masuk 15 persen Perhutani, 25 persen pemda dan 50 persen pemdes,” katanya.

Dan hasilnya satu bulan pendapatan daerah sekitar Rp 152 juta. Dengan begitu pendapatan tersebut lebih besar dibadingkan lima wisata yang dikelola dari PKS sebelumnya, seperti Pantai Kedung Tumpang, Pantai Sanggar, Gunung Budeg, Air Terjun Jurang Senggani dan Lawean.“ Yang kami setorkan sejumlah itu. Lumayan hasilnya. Tapi itukan terdukung karena Lebaran bareng liburan sekolah. Jadi pengunjungnya membeludak,” katanya.

Heru sapaan akrab Heru Juniarto ini mengakui, meski bisa meraup hasil lumayan, namun masih belum menentukan berapa target PAD yang harus disetorkan ke daerah. Sebab, harus melihat bagaimana antusias perkembangan wisata tersebut selanjutnya, apakah stabil atau menurun.

“Sebenarnya kami sudah diminta badan pendapatan daerah untuk menargetkan PAD yang disetor dari sektor pariwisata. Lantaran masih uji coba, maka kami belum menargetkan besar. Hanya memberikan informasi di bawah Rp 100 juta. Lima wisata lain di bawah Rp 7 juta,” katanya.

Melihat perkembangan itu, kewajiban pemkab menambah fasilitas yang ada di beberapa wisata tersebut misalkan toilet, dan lainnya. Di Pantai Gemah direncanakan akan menambah daya tarik dengan menambah wahana flying fox, seperti yang ada di Pantai Pacitan dan Trawas.

“ Kami mengusulkan pada perubahan anggaran keuangan 2017 ini, dengan menambah wahana baru seperti flying fox dengan bentang panjang lebih dari 650 meter karena lokasinya mendukung,” pungkasnya.

Sumber : jawapos.com

 Tanggal : 9 Agustus 2017

]]>
Ini Lho View 138, Destinasi Wisata Keren di Kediri https://stg.eppid.perhutani.id/ini-lho-view-138-destinasi-wisata-keren-di-kediri/ Thu, 13 Jul 2017 06:40:12 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48181 DETIK.COM (12/7/2017) | Wisata menikmati panorama kota dan alam yang hijau dari ketinggian di Kediri, bisa mampir ke View 138. Objek wisata ini baru diresmikan pada Lebaran kemarin.

Masyarakat Kediri boleh berbangga karena memiliki destinasi wisata baru. Destinasi wisata baru ini menyuguhkan panorama alam hutan serta pemandangan Kota Kediri yang bisa dilihat secara langsung dari ketinggian puncak Gunung Wilis dari sisi selatan.

Objek wisata rintisan ini diberi nama View 138. Pemilihan nama View 138 karena lokasinya berada di Petak 138 wilayah dari Perum Perhutani KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Kediri.

Menurut keterangan Administrator KPH Kediri, Maman Rosmantika melalui bagian Kehumasan Agung Budiyono, pihaknya sudah menyiapkan tiket dengan harga Rp 5.000, bagi mereka yang berkunjung ke lokasi Wisata View 138.

“View 138 Wisata di puncak gunung, sisi selatan. Di sini pengunjung bisa menikmati panorama alam pemandangan Kota Kediri dari atas,” terang Agung Budiyono kepada detikTravel, Rabu (12/07/2017).

Lokasi Wisata ini sudah dipersiapkan sejak bulan Febuari silam dan di-launcing pada Hari Raya Idul Fitri kemarin. Jam operasional buka, mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.

Sekadar diketahui, letak View 138 berdekatan dengan objek wisata Gua Selomangleng. Ini bisa menjadi referensi bagi masyarakat dalam menentukan pilihan tempat wisata mana yang menarik untuk dikunjungi.

Bahkan, keduanya bisa dijadikan pilihan sekaligus, karena harga tiket masuk yang dibandrol murah.

Sumber : detik.com

Tanggal : 12 Juli 2017

]]>
Perhutani Konsolidasi Penatakelolaan 12 Objek Wisata Kerja Sama https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-konsolidasi-penatakelolaan-12-objek-wisata-kerja-sama/ Thu, 08 Jun 2017 04:38:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47480 ANTARANEWS.COM (7/6/2017) | Perum Perhutani KPH Kediri, Rabu menggelar rapat konsolidasi dengan sejumlah mitra pengelolaan 12 objek wisata unggulan di empat daerah yang telah dikerjasamakan dengan berbagai pihak, termasuk sembilan objek wisata rintisan.
Kegiatan digelar di aula KPH Kediri dan dipimpin langsung oleh Administratur Perum Perhutani KPH Kediri Maman Rosmantika didampingi sejumlah pejabat perhutani dan dihadiri puluhan mitra dari unsur pemerintah daerah, LMDH maupun swasta.
“Melalui rapat koordinasi ini kami ingin mengingatkan seluruh mitra yang mengelola objek wisata di dalam wilayah kawasan perhutani untuk meningkatkan mutu layanan, terutama dalam mengantisipasi potensi lonjakan pengunjung saat libur Lebaran,” kata Maman Rosmantika saat membuka rapat koordinasi.
Maman tak hanya berpesan soal pentingnya peningkatan kualitas layanan yang baik serta kebersihan yang menjadi ciri pengelolaan kawasan wanawisata termasuk objek pantai/pesisir.
Ia secara khusus juga mengingatkan tentang pentingnya aspek legal dalam memberlakukan kebijakan tiketing maupun retribusi lain yang sah, guna menghindari potensi pungutan liar.
“Itu semua penting diperhatikan, bahkan dipatuhi demi menghindari persepsi negatif di masyarakat, khususnya para pengunjung yang datang,” ujarnya.
Maman berharap, terutama menyangkut kebersihan dan fungsi konservasi tidak berubah dengan adanya pengembangan kawasan wisata di 12 titik objek yang telah dikerjasamakan oleh perhutani, baik di wilayah Kabupaten Nganjuk, Kediri, Tulungagung, maupun Trenggalek.
“Apa yang menjadi ‘value’ (potensi unggulan) di setiap objek kami berharap terus dipertahankan dengan memperhatikan kebersihan, kelestarian, sekaligus aspek legalnya,” kata Maman.
Usai memberi sambutan, rapat koordinasi dilanjutkan oleh Wakil Adm Kediri Utara didampingi Humas Perum Perhutani KPH Kediri yang barusan dilantik, Iwan Budi Prasetia.
Kesempatan lalu diisi Iwan Budi dengan mengingatkan kembali pentingnya Sapta Pesona dalam pengelolaan objek wisata di dalam kawasan hutan negara tersebut, yakni meliputi aspek keamanan, ketertiban, kebersihanb, kesejukan, keindahan, ramah tamah dan kenangan.
Beberapa hal yang banyak menjadi catatan perhutani untuk dibenahi atau perbaiki oleh masing-masing mitra usaha kelola wisata antara lain masalah peningakatan atau penambahan SDM atau tenaga pemandu, penataan parkir, kerjasama keamanan dan layanan kesehatan.
Berdasar data Perum Perhutani KPH Kediri, 12 objek wisata unggulan yang telah dikerjasamakan dengan pemerintah daerah, LMDH maupun swasta itu antara lain Air terjun Sedudo dan Roto Kuning di Nganjuk; air terjun Sumberpadang, air terjun Prenggolo dan bukit Ongakan di Kediri; air terjun Jurang Senggani dan wanawisata Ranugumbolo di Tulungagung; Pantai Pelang, Karanggongso, Cengkrong, Damas dan Goa Lowo di Trenggalek, serta sejumlah objek wisata rintisan yang tersebar di sembilan titik di Trenggalek, Tulungagung dan Kediri.
Menurut keterangan Sekretaris Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Trenggalek Hari Andiko yang ikut rapat koordinasi, potensi kunjungan wisata saat libur Lebaran biasanya memang meningkat tajam, namun tidak setinggi saat libur Natal dan tahun baru.
“Kalau saat tahun baru rata-rata kunjungan di Pantai Karanggongso saja bisa mencapai 10 ribu orang setiap hari, saat libur Lebaran nanti mungkin di kisaran 7-8 ribu orang per hari,” ujarnya.
Soal persiapan pengelolaan menjelang musim libur Lebaran, Andiko memastikan telah siap. ia hanya mengeluhkan sulitnya mengendalikan pedagang dadakan yang biasanya menjual dagangan melebhi batas angka wajar sehingga merugikan pengunjung.

Sumber : antaranews.com

Tanggal : 7 Juni 2017

]]>
Perhutani Gelar Sosialisasi Penataan Wanawisata Cengkrong https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-gelar-sosialisasi-penataan-wanawisata-cengkrong/ Thu, 20 Oct 2016 02:05:16 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=40968 ANTARAJATIM.COM, TRENGGALEK (19/10/2016) | Perum Perhutani KPH Kediri menggelar sosialisasi penataan kawasan wanawisata Pantai Cengkrong, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Rabu, agar objek wisata itu tetap lestari dan memberikan nilai tambah secara ekonomi kepada masyarakat.
Paparan rencana serta konsep penataan kawasan wisata mangrove di Pantai Cengkrong itu dipimpin langsung oleh Administratur Perhutani KPH Kediri Maman Rosmantika, bertempat di balai pertemuan rumah joglo, Pantai Damas, Desa Karanggandu.
Acara sosialisasi yang dihadiri unsur Muspika Watulimo, pihak ketiga CV Pandu Alam, serta jajaran Perhutani KPH Kediri tersebut dihadiri sedikitnya 105 pedagang yang membuka usaha di kawasan wisata mangrove Pantai Cengkrong.
“Penataan ini bertujuan agar fungsi hutan di kawasan Pantai Cengkrong tetap terjaga, namun di sisi lain manfaat ekonomi bagi masyarakat juga meningkat,” kata Maman saat memulai paparan sosialisasinya di hadapan para pedagang warung wisata.
Menurutnya, kondisi kawasan wanawisata Pantai Cengkrong saat ini sudah sangat semrawut dan cenderung kumuh.
Sebab, kata Maman, warung-warung berdiri secara liar di sepanjang sepadan jalan calon JLS (Jalur Lintas Selatan), di dalam area kawasan wisata mangrove, hingga sepadan Pantai Cengkrong.
Perkembangan warung wisata secara ilegal yang sebagiannya berbentuk bangunan permanen itu menyebabkan kualitas resapan air di lahan yang masih kategori kawasan hutan negara itu jauh menurun, katanya.
Selain itu, pemandangan hutan mangrove menjadi tidak sebagus dua-tiga tahun sebelumnya akibat warung-warung yang menumpuk di sepanjang jalan sehingga menutupi pandangan pengunjung/wisatawan.
“Imbasnya jumlah pengunjung terus menurun. Tren negatif ini jika terus dibiarkan juga berdampak tidak menguntungkan bagi bapak/ibu pedagang di Cengkrong,” katanya.
Karena itu, lanjut Maman, Perhutani mengajak para pedagang yang ada untuk proaktif dan bersinergi dalam penataan kawasan Wanawisata Cengkrong, dengan konsep pembebasan seluruh lahan di sepadan pantai dari warung “encok” liar, relokasi warung wisata dari tepi sepadan JLS, pemindahan rumah ibadah masjid ke zona parkir kendaraan, serta pengembangan kawasan wisata setempat bersama pihak ketiga.
“Kami dibatasi aturan bahwa luasan area di luar fungsi hutan yang bisa dimanfaatkan adalah 10 persen dari total luas kawasan. Jadi kalau di Cengkrong total luasnya adalah 25 hektare, maka yang bisa dikembangkan untuk zona ekonomi, area parkir kendaraan dan bangunan pendukung maksimal sebesar 2,5 hektare,” jelasnya.
Dengan asumsi luas non-zona hijau sekitar 2,5 hektare itu, Maman mengaku tim yang dibentuk Perhutani KPH Kediri sudah menemukan rumusan jumlah warung wisata sebanyak 70-an unit dengan alternatif ukuran masing-masing 3 x 4 meter.
“Tentu tidak semua pedagang yang ada sekarang bisa kami wadahi. Perhutani akan memprioritaskan pedagang yang ber-KTP Desa Karanggandu karena Pantai Cengkrong ada di Desa Karanggandu, dan kedua mereka yang secara ekonomi masuk kategori kurang mampu,” kata Maman.
Terkait penggunaan bangunan warung wisata baru yang rencananya didesain ramah lingkungan, Maman menawarkan konsep kerjasama dengan prinsip ekonomi syariah, dimana pembayaran sewa unit warung wisata dilakukan dengan metode bagi hasil keuntungan usaha sesuai kesepakatan dengan pihak pengembang.
Lebih lanjut Maman menegaskan, penataan kawasan Wanawisata Cengkrong dilakukan langsung oleh tim Perhutani dan dipimpin oleh Wakil Administratur Kediri Selatan, Andi Iswindarto, sementara CV Pandu Alam selaku rekanan Perhutani hanya berperan sebagai pendukung pengembangan kawasan menyangkut investasi.
Sempat muncul beberapa pertanyaan dari pedagang, namun secara keseluruhan mereka menyatakan setuju.
Kapolsek Watulimo AKP Saiful Rohman dalam kesempatan sosialisasi juga mempertegas beberapa poin penjelasan Adm Perhutani KPH Kediri Maman Rosmantika bahwa rencana penataan ulang kawasan akan terus diinformasikan kepada masyarakat pedagang.
Hal itu dimaksudkan supaya pemilik warung berkesempatan untuk mengevakuasi barang serta membongkar sendiri warung-warung wisatanya tanpa ada paksaan dari Perhutani.
“Perhutani sudah menegaskan bahwa konsekuensi dari pembongkaran yang ada tidak ada ganti-rugi. Kenapa begitu, ya karena bangunan yang ada saat ini tidak ada izin. Perhutani tidak pernah mengizinkan pendirian warung apalagi dengan konsep bangunan permanen seperti yang ada,” ujarnya.
Di akhir paparannya, setelah sesi tanya jawab, Maman menyampaikan bahwa penataan ulang kawasan Wanawisata Cengkrong ditarget rampung dalam tempo dua bulan, atau sebelum akhir tahun 2016 sehingga saat libur tahun baru wisatawan bisa menikmati keindahan kawasan konservasi mangrove itu dengan nyaman.
 
Tanggal : 19 Oktober 2016
Sumber : antarajatim.com

]]>
Jurnalis Bersama Perhutani Kediri Tanam 1.500 Bibit Tanaman https://stg.eppid.perhutani.id/jurnalis-bersama-perhutani-kediri-tanam-1-500-bibit-tanaman/ Tue, 22 Mar 2016 08:43:16 +0000 http://perhutani.co.id/?p=35036 beritajatim.com – Kediri (beritajatim.com) – Dalam rangka hari air dunia, para kuli tinta yang tergabung dalam Jurnalis Gowes Kediri (JGK) bersama Perhutani Kediri melakukan penghijauan di kawasan perbukitan Desa Tarokan Kabupaten Kediri, Selasa (22/3/2016) pagi. Menariknya, lokasi penghijauan yang ada diperbukitan ditempuh dengan menaiki sepeda angin.

Para jurnalis dibantu anggota TNI langsung melakukan penanaman 1500 bibit berbagai macam jenis tanaman. “Selain menanjak, ada beberapa jalan yang belum beraspal,” ujar Andhimas, kontributor kompas tv.

Kepala Pemangku Hutan (KPH) Kediri Maman Rusmantika mengatakan, penghijauan ini dilakukan dalam rangka memperingati hari air sedunia. Sebab, ada beberapa titik mata air yang rusak, karena kurangnya tanaman.

“Ada dua titik mata air yang rusak, makanya untuk melestarikan, kami mengajak jurnalis gowe kediri untuk bersama-sama menanam pohon,” ujarnya.

Sebanyak 1.500 bibit yang disediakan dan akan ditanam dihutan wilayah KPH Kediri. Untuk tanaman lahan produktif akan ditanami buah mangga, Alpokat dan Durian. Sementara untuk hutan lindung ada tanaman jenis trembesi, jati dan karet serta bambu untuk menghidupkan mata air.

Guna mendukung penghijauan ini, pihak Kodim 0809 Kediri mengerahkan 150 personil untuk menanam diperbukitan. Kegiatan tersebut juga diikuti oleh Wakil Bupati Kediri Masykuri Ikhsan. (nng/kun)

Sumber : beritajatim.com
Tanggal : 22 Maret 2016

]]>