KPH Kedu Utara – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Sat, 17 Nov 2018 03:21:32 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png KPH Kedu Utara – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 KPH Kedu Utara Kembangkan Wisata Pendakian https://stg.eppid.perhutani.id/kph-kedu-utara-kembangkan-wisata-pendakian/ https://stg.eppid.perhutani.id/kph-kedu-utara-kembangkan-wisata-pendakian/#respond Sat, 17 Nov 2018 03:21:32 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=69106 WARTANASIONAL.COM (16/11/2018) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara, Jawa Tengah, bekerja sama dengan lembaga masyarakat desa hutan mengembangkan wisata pendakian.

Supervisor Wisata dan Aset Perum Perhutani, KPH Kedu Utara Herman Sutrisno di Magelang, Jumat, mengatakan bahwa pendakian merupakan andalan dalam pengembangan wisata alam.

“Pendakian tetap menjadi andalan, karena kalau pembuatan lokasi selfie (swafoto) dalam satu, dua tahun peminatnya sudah turun, sedangkan pendakian pemintanya tetap stabil,” katanya.

Ia menyebutkan lokasi pendakian, antara lain di Gunung Prahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Andong, Telomoyo, Ungaran, Seroja, dan Pakuwojo.

Ia menuturkan saat ini terdapat 53 pengelola base camp pendakian di sejumlah gunung tersebut.

Harga tiket pendakian rata-rata Rp10.000 per orang, tetapi juga ada yang masih Rp5.000 atau Rp6.000 per orang untuk pengenalan di basecamp yang baru dirintis masyarakat.

“Nantinya harga tiket akan dibuat standar, namun tidak mengubah begitu saja harga tiket, kami harus berkoordinasi dengan base camp. Apa pun penetapan harga tiket Perhutani tidak bisa, kami tidak bisa menaikkan kalau tidak ada kesepakatan dengan base camp,” katanya.

Ia menyampaikan mereka yang mengusulkan, seperti di Gunung Perahu ada usulan naik menjadi Rp15.000 per orang.

“Kami lebih mengedepankan peran teman-teman basecamp karena memang tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat, kalau sejahtera nanti hutannya juga lestari,” katanya.

Herman menuturkan guna menyatukan persepsi di antara pengelola basecamp, beberapa waktu lalu diselenggarakan jambore basecamp di Jumprit, Temanggung.

Dalam jambore tersebut, katanya juga dilakukan pelatihan tentang keamanan dalam pendakian dengan mengundang Basarnas.

Sumber : wartanasional.com

Tanggal : 16 November 2018

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/kph-kedu-utara-kembangkan-wisata-pendakian/feed/ 0
Sekolah Kopi Dongkrak Kunjungan Wisatawan Wana Wisata Jumprit https://stg.eppid.perhutani.id/sekolah-kopi-dongkrak-kunjungan-wisatawan-wana-wisata-jumprit/ https://stg.eppid.perhutani.id/sekolah-kopi-dongkrak-kunjungan-wisatawan-wana-wisata-jumprit/#respond Mon, 01 Oct 2018 07:58:17 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=66355 SEMARANGPOS.COM (01/10/2018) | Pengelola Wana Wisata Jumprit Temanggung (Wapitt), Jawa Tengah memperkenalkan kopi—dari awal proses tanam hingga pengolahan pascapanen—kepada para pengunjung melalui program Sekolah Kopi.

Pengelola Wapitt Irawan Prasetyadi mengatakan dalam kegiatan tersebut pihaknya bekerja sama dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara. Mantan wakil bupati Temanggung ini menuturkan gagasan tersebut muncul karena potensi kopi Temanggung luar biasa, namun belum digarap secara maksimal.

Ia mengatakan di kawasan wana wisata tersebut terdapat 40 ha lahan Perhutani, 35 ha di antaranya ditanami kopi di sela tanaman pinus, sedangkan sisanya ditanami khusus kopi. Ia menyampaikan jenis kopi yang dibudidayakan di kawasan wana wisata ini adalah kopi arabika.

Menurut dia, Sekolah Kopi sudah berlangsung dalam setahun terakhir. Sejak ada program ini, jumlah pengunjung Wapitt rata-rata 5.000 orang setiap pekan. Sebelum ada Sekolah Kopi, katanya rata-rata pengunjung di bawah 1.000 orang setiap pekan.

“Bagi pengunjung yang tidak mau belajar kopi, bisa jalan-jalan sambil melihat kebun kopi atau menikmati kopi di gunung sembari menikmati pertunjukan musik dan out bond,” katanya di Temanggung, Jateng, Minggu (30/9/2018).

Ia menyebutkan peminat sekolah kopi datang dari berbagai kota, antara lain Medan, Jogja, Jakarta, dan Bali. Paling sering datang untuk belajar kopi adalah siswa SMA di Temanggung. Mereka datang setiap pekan setelah belajar.

“Bagi kelompok tani yang mau belajar ke sini difasilitasi gratis. Bahkan saya siap mencarikan `buyer` dan membantu pemasaran kopi yang dihasilkan petani Temanggung,” katanya.

Ia mengatakan dalam menyambut Hari Kopi Internasional pada 1 Oktober, hari ini Wapitt menyajikan 4.000 cup kopi gratis pada pengunjung.

Sumber : semarangpos.com

Tanggal : 1 Oktober 2018

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/sekolah-kopi-dongkrak-kunjungan-wisatawan-wana-wisata-jumprit/feed/ 0
Air Berkah Waisak Diambil dari Wana Wisata Umbul Jumprit Temanggung https://stg.eppid.perhutani.id/air-berkah-waisak-diambil-dari-wana-wisata-umbul-jumprit-temanggung/ Thu, 31 May 2018 01:56:35 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=55511 TRIBUNNEWS.COM (30/05/2018) | Biksu Wong Sin Labhiko Mahathera, Rohaniawan Buddha yang juga Ketua Widyakasaba Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), menjelaskan, air yang disemayamankan diambil dari sumber mata air Umbul Jumprit, pegunungan Sumbing, Kabupaten Temanggung.

Air merupakan sarana puja bakti umat yang memilik makna keberkahan. Air menghilangkan haus, membersihkan batin menjadi bersih, dan menghilangkan hal-hal yang buruk pada manusia.

“Air disemayamkan di Mendut selanjutnya akan dipercikan di kepala atau tubuh umat sehingga mereka dapat sinar cinta kasih Sang Buddha,” jelas Wong Sin, di sela-sela ritual, Senin (28/5/2018).

Sebelum air berkah disemayamkan di dalam candi, umat bersama para biksu melakukan doa bersama di pelataran Candi Mendut.

Selanjutnya mereka melakukan pradaksina atau mengelilingi candi sebanyak 3 kali. Sejumlah biksu membawa periuk berisi air berkah.

Sp Komunikasi Perusahaan Perhutani KPH Kedu Utara, Anton Kuswoyo mengatakan saat Waisak pengambilan air suci di Jumprit RPH Kwadungan BKH Temanggung rutin tiap tahun dilakukan.

“Wana Wisata Umbul Jumprit dibuka untuk umum. Beberapa aktivitas masyarakat juga digunakan untuk ritual,” ujarnya ke Tribunjateng.com, Rabu (30/5/2018).

Gerbang candi berarsitektur kuno menyambut setiap tamu yang hendak memasuki sendang dan petilasan Jumprit. Beberapa monyet ekor panjang berkeliaran bebas, suasana rindang dan sejuk.

Sendang Jumprit ini dikenal tak pernah kering, termasuk saat musim kemarau. Airnya jernih dan dingin.

Lokasi sendang dan petilasan hanya berjarak sekitar 50 meter dari loket pintu masuk dan tempat parkir.

Anton mengatakan air sendang Jumprit berasal dari mata air dan tetesan dari rembesan tebing yang ada di atasnya.

“Tepat di samping sendang, terdapat petilasan yang di dalamnya berisi dua buah patung dan beberapa dupa dan bunga sebagai persembahan,” ujarnya.

Wana wisata Jumprit terletak di lereng Gunung Sindoro, tepatnya di Dukuh Jumprit, Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.

Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 1.300 meter di atas permukaan laut (DPL). Berjarak sekitar 5,3 Km dari pusat Kecamatan Ngadirejo, atau 25 Km dari pusat Kabupaten Temanggung.

Dalam pengelolaannya berada di Perum Perhutani KPH Kedu Utara, yakni masuk dalam petak 8A RPH Kwadungan BKPH Temanggung dengan luas 1,6 Ha.

Suasananya tenang. Sendang ini lebih dikenal sebagai tempat bersemedi maupun kungkum. Biasanya dilakukan setelah lewat tengah malam. Namun, bukan berarti datang ke sini khusus untuk melakukan kegiatan ritual.

Pesona alam hutan yang masih hijau menjadi alas an untuk menepi sejenak dari keriuhan hidup di perkotaan.

Masuk ke wana wisata Jumprit, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 10 ribu.

“Disarankan untuk tidak membawa kantong plastik yang berisi makanan, karena akan mengundang kera-kera yang tinggal di sekitar sana untuk merebutnya,” tambah Suyoko.

Menggunakan kendaraan pribadi lebih efisien jika ingin menuju ke lokasi ini, dikarenakan aksesnya yang tidak dilalui angkutan umum.

Kawasan Jumprit berada di jalur strategis, yaitu jalur wisata Borobudur-Dieng, Semarang-Bandungan-Dieng, serta dari berbagai arah dengan kemudahan aksesibilitas, baik dari Wonosobo, Kendal, maupun Yogyakarta.

Jalur yang dilalui jika dari pusat Kecamatan Ngadirejo sudah di aspal halus, namun masih ada beberapa lubang.

Legenda

Dalam kisah legenda, sendang dan tempat petilasan Jumprit digunakan oleh Pangeran Singonegoro asal kerajaan Majapahit.

Cerita singkatnya, saat Majapahit berperang melawan Kerajaan Demak dan akhirnya harus kalah dengan Demak, pangeran Singonegoro beserta istri dan kedua pengawalnya diajak untuk bertapa di petilasan Jumprit.

Tidak jauh dari petilasan, terdapat makam sang pangeran dan istrinya yang sampai sekarang masih dikeramatkan.

Di kawasan petilasan dan sendang ini, terdapat ratusan monyet ekor panjang, yang dipercaya sebagai keturunan dari Ki Dipo, yakni monyet peliharaan Pangeran Singonegoro yang bisa berbahasa manusia.

Setiap tahun, mata air Umbul Jumprit menjadi tempat mengambil air untuk keperluan Waisak di Candi Borobudur. Airnya dinilai memiliki kualitas spiritual yang baik.

Biasanya, tiga hari sebelum perayaan Waisak di Candi Borobudur, Sangha mengambil air dari Umbul jumprit untuk digunakan dalam ritual.

2. Nyadran dan bersih desa

Dilaksanakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar mata air Jumprit, setelah panen Tembakau.

3. Malam Selasa atau Jumat Kliwon

Dilaksanakan oleh tamu yang datang dengan cara mandi kungkum.

4. Peringatan satu Syuro

Dilakukan oleh warga sekitar dan tamu dari luar kota untuk selamatan, mandi kungkum, dan ritual mengelilingi mata air Jumprit.

5. Tasyakuran Sabtu Pahing

Disemayamkan di Candi Mendut

Umat dan tokoh Buddha melakukan ritual pradaksian sebelum menyemayamkan air berkah di dalam Candi Mendut Magelan, Jawa Tengah, Senin (28/5/2018). Ritual ini merupakan bagian kegiatan memperingati Tri Suci Waisak 2572BE/2018

Umat Buddha dari berbagai sangha melakukan ritual penyemayaman air berkah di Candi Mendut, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (28/5/2018).

Ritual ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Tri Suci Waisak2562BE/2018 yang akan dipusatkan di Candi Borobudur, Selasa (29/5/2018).

Sehari sebelumnya, umat Buddha telah menyemayamkan api dharma di candi tersebut. Dua sarana puja bakti tersebut kini bersanding.

Sedangkan api dharma yang sudah disemayamkan sebelumnya memiliki makna sinar terang, yang memberikan kehangatan, sama dengan ajaran Buddha yang memberikan kebijaksanaan dan terang dalam pemikiran.

“Sang Buddha mengajarkan cinta kasih, kedamaian, kebersihan. Barang siapa yang melakukan ajaran Buddha akan membawa kedamaian mereka sendiri dan lingkungan,” tuturnya.

Wong Sin menyebutkan, prosesi penyemayaman ini diikuti oleh ratusan umat Buddha dan tokoh Buddha dari berbagai daerah di Indonesia, dan luar negeri seperti Thailand, Vietnam, Nepal, Singapura dan lainnya.

Pada kesempatan ini, Wongsin menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia yang belakangan ini diterpa persoalan intoleransi dan radikalisme.

Wongsin berujar, setiap manusia hendaknya memberikan cinta kasih kepada semua makhluk sehingga tidak ada lagi persoalan yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.

“Senantiasa kita memberikan cinta kasih kepada semua makhluk tanpa pamrih, kita semua bersaudara. Momentum Waisak ini kita berdoa melenyapkan kondisi buruk menjadi lebih baik,” imbuhnya.

Api dharma dan air berkah selanjutnya akan diarak bersama sarana puja bakti lainnya oleh umat Buddha dari Candi Mendut ke Candi Borobudur, Selasa (29/5/2018).

Rangkaian Waisak akan ditutup dengan seremonial di pelataran Candi Borobudur dan pelepasan ribuan lampion Waisak.

Sumber : tribunnews.com

Tanggal : 30 Mei 2018

]]>
Perhutani Dukung Pengembangan Kopi di Kawasan Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-dukung-pengembangan-kopi-di-kawasan-hutan/ Sun, 11 Feb 2018 02:10:26 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=52991 ANTARANEWS.COM (10/2/2018) | Nama kopi Temanggung makin dikenal di kancah nasional maupun internasional setelah memenangi berbagai kontes kopi di dalam negeri maupun mancanegara.

Berbagai prestasi kopi Temanggung tersebut, antara lain, memenangi kontes kopi Specialty Indonesia IX, pada bulan Oktober 2017, untuk kategori robusta dan arabika yang bersaing dengan 89 kopi robusta dan 123 kopi arabika dari seluruh Indonesia.

Sebelumnya, di tingkat internasional mengikuti perhelatan SCAA (Speciality Coffee Association of America Expo) di Atlanta Amerika Serikat pada bulan April 2016. “Event” ini membuat nama kopi Temanggung makin terkenal. Apalagi, dalam kontes kopi yang dikuti negara-negara penghasil kopi di dunia tersebut, kopi Temanggung menyabet juara kedua.

Suatu keniscayaan jika permintaan kopi Temanggung pada masa yang akan datang mengalami peningkatan dengan makin dikenalnya kopi tersebut di kancah nasional maupun internasional.

Dengan meningkatnya permintaan tersebut, butuh ketersediaan bahan baku kopi yang lebih banyak lagi. Ketersediaan lahan yang makin terbatas menjadi salah satu kendala dalam pengembangan tanaman kopi.

Oleh karena itu, Perum Perhutani menyambut baik kerja sama yang ditawarkan oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung untuk mengembangkan tanaman kopi di dalam kawasan hutan dengan pola kemitraan bersama masyarakat desa hutan.

Kesepakatan bersama antara Perum perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara dan Pemkab Temanggung dalam pengelolaan hutan di wilayah KPH Kedu Utara Kabupaten Temanggung ini merupakan langkah awal guna mewujudkan kerja sama dalam pengelolaan hutan.

Administratur KPH Kedu Utara Erwin mengatakan bahwa wujud sinergi Perum Perhutani KPH Kedu Utara dengan Pemkab Temanggung untuk mengembangkan kopi telah diinventarisasi lokasi yang layak dalam kerja sama penanaman kopi di kawasan hutan.

Berdasarkan hasil inventarisasi terdapat seluas 399,7 hektare yang dapat dikerjasamakan dengan rencana pengembangan jesnis kopi arabika seluas 369,2 hektare dan jenis robusta seluas 30,5 hektare.

Rencana pengembangan tersebut tersebar di 10 kecamatan meliputi 19 desa di Kabupaten Temanggung, yakni di Kecamatan Wonoboyo meliputi tiga desa seluas 33 hektare, Kecamatan Candiroto (dua desa seluas 33 hektare), Kledung (empat desa seluas 195,9 hektare), Tembarak (satu desa seluas 25,2 hektare).

Kecamatan Selopampang (dua desa seluas 15,1 hektare), Tretep (satu desa seluas 5 hektare), Bejen (dua desa seluas 9,4 hektare), Gemawang (satu desa seluas 5,6 hektare), dan Kecamatan kandangan (dua desa seluas 10,5 hektare).

Skema pengelolaan dan kerja sama serta hal-hal teknis dalam pengembangan kopi ini akan dituangkan lebih lanjut dalam perjanjian kerja sama antara Perum Perhutani KPH Kedu Utara, Pemkab Temanggung, dan lembaga masyarakat desa hutan pada 19 desa yang telah teridentifikasi tersebut, katanya.

Dalam pengelolaan hutan, kata dia, senantiasa mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku sesuai dengan fungsi kawasan hutan.

Upaya penyelamatan lingkungan, rehabilitasi hutan dan lahan melalui konservasi tanah dan air serta reboisasi dan penghijauan tidak dapat ditunda lagi.

Bumi saat ini tengah menghadapi beberapa ancaman global yang serius, seperti banjir, erosi, tanah longsor, kekeringan, pemanasan global, rusaknya lingkungan alam, kepunahan dan hilangnya beberapa jenis flora dan fauna, kebakaran lahan dan hutan, dan ledakan penduduk.

Hutan yang terpelihara dengan baik dan lahan yang ditumbuhi pepohonan dengan cukup akan berfungsi lindung bagi lahan di sekitarnya, katanya.

Dengan demikian, lahan akan berfungsi dengan baik dalam menata air, menyerap dan menyimpan air, lahan menjadi subur, kelembapan tanah, udara, dan iklim dapat terjaga keseimbangannya.

Keterlibatan beberapa pihak dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan dengan pemahaman yang sama akan pentingnya hutan bagi masyarakat. Menurut dia, yang lebih penting lagi bagi generasi yang akan datang dapat menumbuhkan rasa memiliki sehingga bersama-sama terus memelihara dan menjaga hutan.

Asper Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Temanggung Yudi Noviar mengatakan bahwa kawasan pengembangan tanaman kopi tersebut berada di empat resor pemangku hutan (RPH), yakni Kecepit, Kwadungan, Kemloko, dan Jumprit.

Tanaman kopi tersebut nantinya dikelola oleh lembaga masyarakat desa hutan (LMDH).

Menurut dia, tanaman kopi tidak akan merusak tanaman hutan yang ada karena ditanam di sela-sela tanaman yang sudah ada dan tanaman kopi juga butuh tanaman naungan.

Dengan adanya tanaman kopi ini justru memperkaya jenis tanaman yang sudah ada, katanya.

Selama ini, BKBH Temanggung telah bekerja sama dengan LMDH untuk mengelola sekitar 295 hektare lahan hutan dengan tanaman kopi.

Kawasan hutan yang ditanami kopi tersebut, yakni di RPH Kecepit seluas 13 hektare, RPH Kwadungan 69 hektare, dan RPH Jumprit seluas 213 hektare.

“Kerja sama yang kami lakukan selama ini menggunakan sistem bagi hasil dengan perbandingan 70 persen untuk LMDH dan 30 persen untuk Perhutani,” katanya.

Melalui kerja sama ini, menurut Bupati Temanggung Bambang Sukarno, dapat menambah lahan kopi di Kabupaten Temanggung.

Dalam waktu sekitar 3 hingga 4 tahun setelah tanam, sudah panen yang akan menguntungkan kedua pihak, baik perhutani maupun masyarakat.

Namun, yang lebih penting adalah menambah hasil panen kopi, karena permintaan kopi Temanggung terus meningkat.

Kerja sama dengan LMDH dalam budi daya tanaman kopi itu saling menguntungkan karena fungsi konservasinya bisa berjalan dan masyarakat mendapatkan hasil dari kopi tersebut sehingga perekonomian mereka akan meningkat.

Sumber : antaranews.com

Tanggal : 10 Februari 2018

]]>
BKPH Siapkan Lahan Untuk Pengembangan Kopi https://stg.eppid.perhutani.id/bkph-siapkan-lahan-untuk-pengembangan-kopi/ Mon, 27 Nov 2017 02:14:23 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50995 LEGALERAINDONESIA.COM (27/11/2017) | Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanggung, Jawa Tengah, menyiapkan lahan 400 hingga 500 hektare di kawasan hutan untuk pengembangan tanaman kopi.

“Kami menyambut baik usulan Bupati Temanggung yang akan mengembangkan tanaman kopi di kawasan lahan hutan,” kata Asisten Perhutani (Asper) Temanggung, Yudi Noviar, di Temanggung, Senin.

Ia mengatakan kawasan pengembangan tanaman kopi tersebut berada di empat resor pemangku hutan (RPH), yakni Kecepit, Kwadungan, Kemloko, dan Jumprit.

Yudi menuturkan tanaman kopi yang dikembangkan jenis arabika, karena kawasan hutan tersebut berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut.

Ia mengatakan tanaman kopi tersebut nantinya dikelola oleh lembaga masyarakat desa hutan (LMDH).

Dia Mengatakan tanaman kopi tidak akan merusak tanaman hutan yang ada

“Tanaman Kopi itu dapat memperkaya jenis tanaman yang sudah ada”, katanya

Ia mengatakan selama ini BKBH Temanggung telah bekerja sama dengan LMDH untuk mengelola sekitar 295 hektare lahan hutan dengan tanaman kopi.

Yudi menyebutkan kawasan hutan yang ditanami kopi tersebut, yakni di RPH Kecepit seluas 13 hektare, RPH Kwadungan 69 hektare, dan RPH Jumprit seluas 213 hektare.

Sumber : legaleraindonesia.com

Tanggal : 27 November 2017

]]>
295 Ha Lahan Perhutani Ditanami Kopi oleh Warga https://stg.eppid.perhutani.id/295-ha-lahan-perhutani-ditanami-kopi-oleh-warga/ Fri, 24 Nov 2017 09:17:44 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50987 RADARSEMARANG.COM (23/11/2017) | Lahan seluas 295 hektare di kawasan hutan milik Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Temanggung, akan ditanami pohon kopi oleh warga sekitar hutan. Rencana tersebut akan direalisasi pada 2018. Asisten Perhutani (Asper) Temanggung Yudi Noviar menyampaikan, budi daya tanaman kopi di kawasan hutan, pihaknya bekerja sama dengan lembaga masyarakat desa hutan (LMDH).

Yudi melanjutkan, tanah seluas 295 hektare (ha) milik Perhutani akan digarap 1.200 petani. “Untuk hasil panen, menggunakan sistem bagi hasil. Persentasinya, 70 persen untuk LMDH dan 30 persen untuk Perhutani.” Tanaman kopi yang dibudidayakan berjenis Arabika. Itu karena kawasan hutan Perhutani di Temanggung berketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan air laut (mdpl).

Sumber : radarsemarang.com

Tanggal : 23 November 2017

]]>
Perhutani Temanggung Kelola 12 Objek Wisata, Favorit di Akhir Pekan https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-temanggung-kelola-12-objek-wisata-favorit-di-akhir-pekan/ Fri, 24 Nov 2017 09:11:52 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50983 BISNIS.COM (23/11/2017) | Perum Perhutani, Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Temanggung bekerja sama dengan lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) saat ini mengelola 12 jalur pendakian dan objek wisata.

Asisten Perhutani BKPH Temanggung Yudi Noviar di Temanggung, Kamis (23/11/2017), mengatakan objek wisata yang dikelola adalah objek wisata alam.

Sejumlah objek wisata yang dikelola yakni pendakian Gunung Sumbing melalui Banaran, Pagergunung, Jambu, objek wisata Sidengkeng, Sedadap, Sindumoyo, Sidempul, Wana Wisata Jumprit, Umbul Jumprit, Puncak Sigandul dan pedakian Sindoro melalui Kledung.

Ia menuturkan untuk wisata pendakian paling ramai pada hari Sabtu dan Minggu, namun pada musim hujan ini cenderung berkurang.

Sedangkan pada libur Natal dan Tahun Baru biasanya wisata pendakian ramai karena banyak yang ingin menyambut tahun baru di atas gunung.

“Kami akan pantau kondisi, jika cuaca ekstrem dan tidak memungkinkan untuk pendakian jalur akan ditutup, karena bagaimanapun kami tetap mengutamakan keselamatan para pendaki,” katanya.

Ia menuturkan jalur pendakian paling ramai yakni pendakian Gunung Sindoro melalui Kledung, karena lokasinya strategis berada di pinggir jalan raya Temanggung-Wonosobo.

“Kondisi tersebut memudahkan bagi pendaki dari luar kota, mereka bisa naik bus turun di Kledung bisa langsung naik gunung,” katanya.

Ia menuturkan pengelolaan objek wisata bersama LMDH tersebut dengan sistem bagi hasil, 75 persen untuk LMDH dan 25 persen untuk Perhutani.

“Dari 25 persen bagian untuk perhutani, kami masih menanggung ongkos cetak tiket dan asuransi bagi pengunjung,” katanya.

Sumber : bisnis.com

Tanggal : 23 November 2017

]]>
Perum Perhutani Kedu Utara Kembangkan Objek Wisata https://stg.eppid.perhutani.id/perum-perhutani-kedu-utara-kembangkan-objek-wisata/ Fri, 17 Nov 2017 01:24:57 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50857 ANTARANEWS.COM (16/11/2017) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Kedu Utara, Jawa Tengah, terus mengembangkan objek wisata alam di kawasan hutan bersama lembaga masyarakat desa hutan.

“Hingga sekarang sudah ada 59 objek wisata di kawasan hutan di wilayah KPH Kedu Utara,” kata Kepala Urusan Komunikasi KPH Kedu Utara Herman Sutrisno di Magelang, Kamis.

Ia menyebutkan sejumlah objek wisata tersebut tersebar di Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Magelang, dan Kabupaten Semarang.

Menurut dia dari sejumlah objek wisata tersebut, terdiri atas enam wanawisata dan 53 lainnya berupa objek wisata rintisan.

Ia mengatakan untuk wanawisata, dua diantaranya dikelola oleh Perhutani sendiri yakni Umbul Jumprit dan Wanaprasta Gedong Sanga, sedangkan empat lainnya dikelola bersama LMDH.

Ia menuturkan dalam pengelolaan bersama LMDH dengan sistem bagi hasil, yakni 75 persen pendapatan untuk LMDH dan 25 persen untuk Perhutani.

“Dari bagi hasil tersebut, Perhutani memiliki kewajiban mencetak tiket masuk dan membayar premi asuransi bagi pengunjung,” katanya.

Menurut dia dari sejumlah objek wisata tersebut saat ini yang menjadi primadona dan paling banyak pengunjungnya, yakni Sikunir, Gunung Prahu, dan Gunung Andong.

“Rata-rata pengunjung di objek wisata tersebut setiap hari 100 orang, namun untuk akhir pekan, Sabtu dan Minggu pengunjung bisa mencapai 400 hingga 500 orang.

Sumber : antaranews.com

Tanggal : 16 November 2017

]]>
Gandeng Perhutani, Warga Diberi 30.000 Bibit Teh https://stg.eppid.perhutani.id/gandeng-perhutani-warga-diberi-30-000-bibit-teh/ Fri, 20 Oct 2017 02:22:48 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50327 RADARSEMARANG.COM (19/10/2017) | PT Tambi Wonosobo tengah berupaya menjalin kerja sama sinergis dengan Perum Perhutani dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Yakni, dengan memanfaatkan 102 hektare lahan milik Perhutani di 6 lokasi kawasan KPH Kedu Utara.

SKEMA kerja sama yang diinisiasi, menurut Direktur Utama PT Tambi, Agus Wibowo, dengan menggandeng LMDH untuk membudidayakan tanaman teh di lahan milik Perhutani. Teh dipilih, karena menurut Agus, merupakan jenis tanaman keras yang memiliki usia hidup panjang. Juga tepat untuk tujuan konservasi kawasan lindung. Selain itu, secara teknis perawatan, teh lebih mudah dan murah. Serta, memiliki siklus panen lebih cepat, yaitu 1,5 sampai 2 bulan, setelah usia produksi tercapai.

“Tujuan kerja sama ini untuk peningkatan fungsi kawasan, menumbuhkan rasa introspeksi, dan kepedulian masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan hidup. Juga, memacu semangat bersama, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah untuk secara aktif menyadari problematika lingkungan, serta meningkatkan pendapatan petani di sekitar hutan, melalui budidaya teh,” urai Direktur Utama PT Tambi, Agus Wibowo di depan Bupati Wonosobo Agus Purnomo dan Adm KPH Kedu Utara dalam acara Tea Morning di Agrowisata Tambi Kejajar, Selasa (17/10) lalu.

Adapun lahan Perhutani yang akan ditanami teh di Pulosaren Kepil, Argo Mulyo Tambi Kejajar, Sojopuro Mojotengah, Damarkasiyan Kertek, Tlogojati Wonosobo, dan Giri Tirto Sembungan, Kejajar. Dengan kerja sama PT Tambi, Perum Perhutani dan LMDH, kebutuhan pucuk teh PT Tambi akan dapat terpenuhi. Juga, secara otomatis akan mengangkat perekonomian petani.

PT Tambi berperan sebagai pembina teknis budidaya, sekaligus pembeli hasil panen pucuk teh milik petani penggarap. “PT Tambi juga akan memberikan pelatihan budidaya teh kepada petani penggarap, serta memberikan bantuan bibit gratis 30.000 batang untuk program demplot percontohan di 6 titik lokasi seluas 6 hektare,” bebernya.

Menanggapi hal itu, Administratur KPH Kedu Utara, Erwin menyatakan sangat apresiatif. “Kami tentu akan berkoordinasi dengan Perhutani Divre Jawa Tengah untuk kepastiannya. Namun demikian, kita berusaha berpikir positif ajakan kerja sama ini akan mendapat sambutan yang baik, karena tujuannya sangat bagus,” ujar Erwin. Sementara Bupati Wonosobo Eko Purnomo mendukung upaya kerja sama tersebut.

Sumber : radarsemarang.com

Tanggal : 19 Oktober 2017

]]>
102 Hektare Lahan Perhutani Diusulkan Ditanami Teh https://stg.eppid.perhutani.id/102-hektare-lahan-perhutani-diusulkan-ditanami-teh/ Fri, 20 Oct 2017 01:04:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50322 SUARAMERDEKA.COM (19/10/2017) | Perseroan Terbatas (PT) Tambi Wonosobo menyiapkan lahan 102 hektare di enam lokasi milik Perusahaan Umum (Perum) Perhutani yang diproyeksikan dapat ditanami tanaman teh. Hal itu dilakukan guna menunjang pemenuhan kebutuhan pucuk teh. Saat ini PT Tambi sudah membeli pucuk teh rakyat dari luar kota Wonosobo guna mencukupi kebutuhan rata-rata 3 ton per hari.

Direktur PT Tambi Wonosobo, Agus Wibowo mengemukakan lahan 102 hektare ada di enam lokasi milik Perhutani, meliputi Desa Pulosaren (Kecamatan Kepil), Argo Mulyo Desa Tambi (Kejajar), Desa Sojopuro (Mojotengah), Desa Damarkasiyan (Kertek), Desa Tlogojati (Wonosobo), dan Desa Giri Tirto Sembungan (Kejajar). Demi memenuhi kebutuhan pucuk teh, pihaknya berupaya menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Melalui kerja sama, selain kebutuhan pucuk teh terpenuhi, secara otomatis juga akan mengangkat perekonomian petani. Skema kerjasama yang bakal dijalin, melibatkan tiga pihak.

Perhutani sebagai penyedia lahan, LMDH sebagai wadah petani penggarap dan PTTambi sebagai pembeli hasil panen pucuk teh petani. Terjalinnya kerja sama juga akan memberikan banyak manfaat, selain tujuan meningkatkan luasan lahan tanam dan kuantitas produksi teh.

Disebutkan, tujuan kerjasama ada empat poin, meliputi peningkatan fungsi kawasan, menumbuhkan rasa introspeksi dan kepedulian masyarakat terhadap upaya perbaikan lingkungan hidup, memicu semangat bersama, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah untuk secara aktif menyadari problematika lingkungan.

Selian itu, meningkatkan pendapatan petani di sekitar hutan, melalui budi daya teh. “Tanaman memiliki siklus panen lebih cepat, yakni 1,5-2 bulan, setelah usia produksi tercapai. Mungkin banyak yang belum tahu, saat ini PT Tambi sudah membeli pucuk teh rakyat dari luar kota Wonosobo, rata-rata 3 ton per hari.

Kami akan memberikan pelatihan budi daya teh kepada para petani penggarap, serta memberikan bantuan bibit gratis sebanyak 30.000 batang kepada petani penggarap untuk program demplot percontohan di enam titik lokasi seluas enam hektare,” bebernya. Sementara itu, Administratur KPH Kedu Utara, Erwin sangat mengapresiasi usulan tersebut.

Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah untuk kepastiannya, namun demikian pihaknya berusaha berpikir positif ajakan kerja sama ini akan mendapat sambutan yang baik, karena tujuannya sangat bagus. Pemkab Wonosobo mendukung penuh upaya untuk meningkatkan fungsi kawasan lindung, termasuk untuk ditanami tanaman teh dengan skema kerjasama sinergis, PT Tambi, Perhutani dan LMDH.

Sumber : suaramerdeka.com

Tanggal : 19 Oktober 2017

]]>