KPH Majalengka – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 10 Jul 2018 08:47:38 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png KPH Majalengka – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Situs Batu Panjang Ditemukan di Perkebunan Pinus https://stg.eppid.perhutani.id/situs-batu-panjang-ditemukan-di-perkebunan-pinus/ Tue, 10 Jul 2018 08:47:38 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=62328 KABAR-CIREBON.COM (09/07/2018) | Situs Batu Panjang ditemukan di Perkebunan Pinus, Blok Jahim, KPH Majalengka, perbatasan antara Kecamatan Cingambul, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Ciamis, tepatnya di Patok 7, Ciapu, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Ciamis.

Situs Batu Panjang ini belum banyak diketahui oleh warga apalagi mungkin dilakukan penelitian secara khusus oleh para ahli, padahal kabarnya situs ini lebih tua dibanding dengan situs Gunung Padang, Cianjur.

Plang atau papan nama keberadaan situs tersebut pun, menurut Kuncen Situs Batu Panjang Hasidin (50 tahun), warga Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, baru dipasang belakangan ini oleh Perhutani setelah ada beberapa warga yang penasaran dengan keberadaan situs tersebut.

Untuk menjangkau Situs Batu Panjang cukup mudah, pengunjung bisa berhenti di rest area letaknya sekitar beberapa meter setelah tugu perbatasan Majalengka-Ciamis, beberapa meter dari jalan raya akan ditemukan batu berukuran panjang sekitar 3 m dengan diameter 40 cm dan bentuk persegi lima di bagian ujungnya sedikit runcing tergeletak di tanah.

Naik ke bagian atas ditemukan batu-batu terserak di sejumlah tempat.

Batu-batu di situs Batu Panjang ini bentuknya hampir mirip dengan batu-batu yang ada di situs Gunung Padang, Lampegan, Cianjur. Usia batuannya mungkin juga sama atau mungkin lebih tua dari batuan yang ada di Gunung Padang.

Batu jantan

Selain itu, ada batu lingga seperti yang ada di Asatangede Kawali yang disebut sanghyang Lingga Bhingba, atau batu jantan yang berdiri tegak dengan tinggi sekitar 190 cm.

Ada batu yang semacam dengan batu palangkaan atau batu tempat melantik perjabat, batu panyandaan atau nyarande (bersandar), batu singa tikus (seruti), dewa yang dipercaya orang Myanmar dan ada juga batu tapak kaki.

Situs ini terserak, menurut Hasidin, berada di cakupan sekitar 100 m2 (menurut Perhutani 0,100 Ha). Namun, tampaknya akan lebih luas lagi kalau menelusuri hutan disekitar situs tersebut. Karena pada bagian lain yang agak jauh ditemukan beberapa batu yang sama dengan yang ada di situs tersebut.

Di sana ditemukan juga batu berkuran panjang antar 2 hingga 3 meteran lokasinya agak datar dan terbuka. Dari lokasi tersebut naik ke arah kanan ditemukan undakan yang cukup tinggi sekitar 10 meteran, namun tempat tersebut tertutup semak belukar dan pohon-pohon besar.

Berjarak beberapa meter dari situ ada bentuk batu yang posisinya berbeda, ada yang bersilangan, ada meja, ada kursi dan ada batu bergelombang. Cukup banyak batu berserakan di daerah ini, dengan hamparan 20 x 70 meteran.

Ada satu batu berdiri cukup lebar di bagian sampingnya terdapat gambar lima jari yang bagian ujungnya terdapat lekukan ke dalam. Ada pula batu yang berdiri miring namun di ujung atas kedua batu posisinya beradu.

Warga setempat menduga, tampaknya tempat ini merupakan tempat pemujaan manusia purba. Karena ada tempat dengan batu tegak berlingkar serta di tengahnya ada batu meja seperti untuk meletakkan sesuatu.

Posisinya hampir sama dengan Gunung Padang namun karena belum dieskapasi atau dibuka, maka belum tampak bentuk sesungguhnya.

Menurut masyarakat setempat, Sahid serta budayawan Rachmat Iskandar, di wilayah Majalengka-Kawali-Panjalu memang banyak ditemukan bekas peninggalan peninggalan masa lalu.

Tak begitu jauh dari situ Batu Panjang ini terdapat peninggalan abad 13-an Raden Sutryadewata, pendiri kabataraan Gunung Bitung yang menjadi cikal bakal Kerajaan Talaga.

Begitu pula hanya 5 km dari situs ini ada Situ Lengkong dengan Pulau Nusalarangnya, dalam prasasti Astanagede disebutkan bahwa Prabu Surawisesa membuat parigi (sungai) di sekitar keraton Surawisesa. Ada hubungannya dengan Kabataraan Galunggung, sang Batara Tresnajati.

Hasidin dan Kuran penyadap pinus menyebutkan terkadang ada beberapa warga yang datang ke loasi tersebut untuk bersemedi. Hasidin biasa mengantar sejumlah tamu yang datang ke lokasi terebut.

“Yang datang ada beberapa tidak banyak, hanya kalau penelitian rasanya belum ada. Sebab saya sejak kecil sudah berada di sini,” ungkap Hasidin.

Sumber : kabar-cirebon.com

Tanggal : 9 Juli 2018

]]>
Situ Batu Panjang Menyamai Gunung Padang? https://stg.eppid.perhutani.id/situ-batu-panjang-menyamai-gunung-padang/ Mon, 09 Jul 2018 02:32:10 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=62338 PIKIRAN RAKYAT (09/07/2018) | Situs Batu Panjang ditemukan di Perkebunan Pinus, Blok Jahim, KPH Majalengka, perbatasasn anatara Kecamatan Cingambul, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Ciamis, tepatnya di Patok 7, Ciapu, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Ciamis.

Situs Batu Panjang ini belum banyak diketahui oleh warga apalagi mungkin dilakukan penelitian secara khusus oleh para ahli. Padahal kabarnya situs ini lebih tua dibandingkan dengan situs Gunung Padang, Cianjur.

Plang atau papan nama keberadaan situs tersebut pun menurut kuncen Situs Batu Panjang Hasidin (50), Warga Desa Cibeureum, Kecamtan Sukamantri, baru dipasang belakangan ini oleh Perhutani setelah ada beberapa warga yang penasaran dengan keberadaan situs tersebut.

Untuk menjangkau situs Batu Panjang cukup mudah, pengun jung bisa berhenti di rest area letaknya beberapa meter setelah tugu perbatasan Majalengka-Ciamis, beberapa meter dari jalan raya akan ditemukan batu berukuran panjang sekitar 3 meter dengan diameter 40 cm dan bentuk persegi lima di bagian ujungnya sedikit runcing tergeletak di tanah. Naik ke bagian atas ditemukan batu-batu terserak di sejumlah tempat.

Batu-batu di situs Batu Panjang ini bentuknya hampir mirip dengan batu-batu yang ada di situs Gunung Padang, Lampegan, Cianjur. Usia batuannya mungkin juga  sama atau mungkin lebih tua dari batuan yang ada di Gunung Padang.

Situs ini terserak, menurut Hasidin, berada di cakuoan sekitar 100 meter persegi. Namun, tampaknya kan lebih luas lagi kalau menelusuri hutan di sekitar situs tersebut. Karena pada bagian lain yang agak jauh ditemukan beberapa batu yang sama dengan yang ada di situs tersebut.

Warga setempat menduga tampaknya tempat ini merupakan tempat pemujaan manusia purba. Karena ada  tempat dengan batu tegak berlingkar serta di tengahnya ada batu meja seperti untuk meletakan sesuatu. Posisinya hampir sama dengan Gunung Padang tetapi karena belum dibuka, maka belum tampak bentuk sesungguhnya.

Sumber : Pikiran Rakyat, hal. 6

Tanggal : 9 Juli 2018

]]>
Situs Batu Panjang Ditemukan di Majalengka, Diprediksi Lebih Tua dari Situs Gunung Padang https://stg.eppid.perhutani.id/situs-batu-panjang-ditemukan-di-majalengka-diprediksi-lebih-tua-dari-situs-gunung-padang/ Sun, 08 Jul 2018 08:57:14 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=62313 PIKIRAN-RAKYAT.COM (08/07/2018) | Situs Batu Panjang ditemukan di Perkebunan Pinus, Blok Jahim, KPH Majalengka, di perbatasan antara Kecamatan Cingambul, Kabupaten Majalengka dengan Kabupaten Ciamis. Lokasinya berada di Patok 7, Ciapu, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Ciamis.

Situs Bantu Panjang belum banyak diketahui warga dan belum tersentuh penelitian secara khusus. Diprediksi, usia situs ini lebih tua dibanding situs Gunung Padang di Cianjur.

Papan nama keberadaan situs tersebut, menurut kuncen situs Batu Panjang Hasidin (50), baru dipasang belakangan ini oleh Perhutani setelah ada beberapa warga yang penasaran dengan keberadaan situs tersebut.

Untuk menjangkau Batu Panjang mudah, pengunjung bisa berhenti di rest area yang letaknya beberapa meter setelah tugu perbatasan Majalengka-Ciamis. Berjarak beberapa meter dari jalan raya, akan ditemukan batu berukuran panjang sekitar 3 meter dengan diameter 40 cm dan bentuk persegi lima. Di bagian ujungnya sedikit runcing dan tergeletak di tanah. ketika naik ke bagian atas, akan ditemukan batu-batu terserak di sejumlah tempat.

Bentuk batu-batu di situs Batu Panjang hampir mirip dengan batu-batu di situs Gunung Padang, Cianjur. Usia batuannya diprediksi sama atau lebih tua dari batuan yang ada di Gunung Padang.

Hanya, bentuk batuan di situs Batu Panjang sedikit berbeda. Jika di Gunung Padang semua batu berukuran sama, berukuran 60 cm dan tebal 20 cm serta bentuknya yang persegi. Di situs Batu Panjang, batuan ada yang berbentuknya persegi lima. Panjang serta besarnya berbeda satu sama lain.

Panjangnya bervariasi mulai dari 60 cm, 80, cm, sampai 270 cm. Ketebalannya juga bervariasi. Ada batuan yang ketebalan ujung bawahnya 40-50 cm dengan ujung atas 20 cm. Namun, ada juga yang ketebalan ujung bawahnya 30 cm dan ujung atasnya 20 cm, bergantung panjang dan pendeknya.

Ada pula batu menhir dan dolmen yang oleh masyarakat setempat disebut batu meja. Batu tersebut punya permukaan datar dengan ukuran kira kita 80 X 50 cm.

Situs Batu Panjang, menurut Hasidin, berada di cakupan sekitar 100 meter persegi (menurut Perhutani 0,100 ha). Namun, tampaknya area cakupannya lebih luas jika hutan disekitar situs tersebut ditelusuri.

Menurut budayawan setempat, Rachmat Iskandar, di wilayah Majalengka, Kawali, dan Panjalu memang banyak ditemukan bekas peninggalan bersejarah.

Sumber : pikiran-rakyat.com

Tanggal : 8 Juli 2018

]]>
Panen Perdana Kedelai Refocusing di Majalengka https://stg.eppid.perhutani.id/panen-perdana-kedelai-refocusing-di-majalengka/ Mon, 05 Mar 2018 12:30:27 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=53555 JABARNEWS.COM (5/3/2018) | Kepala Staf Kodim 0617/Majalengka Mayor Arh Subandi menghadiri panen perdana kedelai refocusing tahun 2017 dan penanaman perdana kedelai tahun 2018, di RT.01 RW.07 Blok Huludayeuh, kawasan hutan petak 4, Ds. Karayunan Kec. Cigasong, Kab. Majalengka, Senin (5/3/2018).

Kepala Staf Kodim 0617/Majalengka, Mayor Arh Subandi, mengatakan, komoditas kedelai merupakan salah satu komoditas yang memiliki posisi penting dan strategis dalam perekonomian nasional, sebagai bahan baku pembutan tahu dan tempe.

“Pemerintah menetapkan komoditas kedelai sebagai salah satu komoditas prioritas untuk dikembangkan, di samping padi dan jagung,” kata Subandi.

Kegiatan tersebut diikuti sekitar 150 orang peserta dan antara lain dihadiri oleh Dirjen tanaman pangan Sumarjo Gatot Irianto, Kadistan Majalengka Wawan Suwandi, Kasat Binmas Akp Kustadi, Kepala Dinas Tanaman Pangan Jabar, Kepala Perum Perhutani Jabar, Kadis Pangan Kab. Majalengka, Administratur KPH Majalengka, dan Camat Cigasong Dedi Supriadi.

Sumber : jabarnews.com

Tanggal : 5 Maret 2018

]]>
Pasir Oleole Hamparan Surga di Atas Awan Jadi Daya Tarik Wisatawan Asing https://stg.eppid.perhutani.id/pasir-oleole-hamparan-surga-di-atas-awan-jadi-daya-tarik-wisatawan-asing/ Sun, 24 Sep 2017 02:31:40 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=49700 RADARCIREBON.COM (23/9/2017) | Tak perlu jauh untuk menemukan sebuah hamparan padang rumput dan padang pasir. Di Kabupaten Majalengka ada kawasan wisata yang memperlihatkan luasnya padang rumput dan padang pasir. Objek wisata tersebut adala Pasir Oleole yang terletak di kawasan Hutan Pinus Dusun Cipicung, Desa Gununglarang, Kecamatan Bantarujeg.

Masyarakat Majalengka menyebutnya dengan objek wisata Pasir Awan. Hal itu memang beralasan. Sebab, di objek wisata tersebut, pengunjung bisa melihat padang pasir dan padang rumput luas dari ketinggian.

Pasir Awan sedang trendi saat ini. Banyak orang penasaran ingin berkunjung. Wisata alam tersebut menawarkan sejuta pesona pemandangan alam dengan udara sejuk. Di sana juga bisa merasakan nuansa kehidupan masyarakat pedesaan yang sangat kental.

Untuk bisa sampai ke puncak Pasir Oleole, harus dengan perjuangan. Caranya, pengunjung harus mendaki puluhan anak tangga. Tapi rasa lelah pengunjung bisa terbayarkan dengan indahnya pemandangan alam di atas awan.

Selain itu, pengunjung bisa melihat bentangan aliran sungai, hamparan persawahan, hingga kawasan Kabupaten Sumedang. Hal itu karena Pasir Oleole berada di kawasan Perum Perhutani.

Yang lebih fantastis, jumlah pengunjung mencapai seribu orang per hari. Saat liburan sekolah atau weekend, banyak pengunjung dari berbagai daerah seperti Sumedang, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Indramayu dan Cirebon. Di sana juga jadi tempat berkumpulnya komunitas dalam rombongan besar.

Di sekitar kawasan objek wisata Pasir Oleole bisa berswafoto di beberapa spot. Menurut Ketua Karang Taruna Desa Gununglarang, Asep Hendra, Pasir Oleole mulai dibuka menjadi tempat wisata atas inisiatif para pemuda Dusun Cipicung. Kondisi sebelumnya, lokasi tersebut hanya sebuah perbukitan biasa dan sama sekali tidak dilirik orang.

“Setelah kami berupaya melakukan penataan, banyak yang tertarik,” ujarnya didampingi Kepala Desa Gununglarang, Koko Rudianto SE.

Di sana ada bazeebo, rumah pohon, jembatan gantung, dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. “Alhamdulillah, upaya kami membuahkan hasil dengan bumingnya Pasir Oleole. Banyak orang yang berkesan setelah datang ke Pasir Oleole,” ungkap Asep Hendra.

Sumber : radarcirebon.com

Tanggal : 23 September 2017

]]>
Objek Wisata Situ Nyai Mas Cincin Perlu Penataan https://stg.eppid.perhutani.id/objek-wisata-situ-nyai-mas-cincin-perlu-penataan/ Sat, 15 Jul 2017 01:40:50 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48211 RADARCIREBON.COM (14/7/2017) | Objek wisata alam Situ Nyai Mas Cincin di Desa Cintaasih, Kecamatan Cingambul, Kabupaten Majalengka sebelumnya kurang dikenal. Setelah ditata meski belum optimal, namun mampu menarik perhatian masyarakat datang ke lokasi tersebut.

Situ Nyai Mas Cincin di atas bukit itu banyak ditumbuhi pohon pinus dengan hawa udara sejuk pegunungan, dipadu pemandangan yang luar biasa menjadi daya tarik sendiri para pengunjung. Pengunjung tidak hanya dari Kabupaten Majalengka, tetapi masyarakat Kuningan, Cirebon, Indramayu, Ciamis, Banjar, Tasikmalaya, dan Garut.

Jika melintasi jalur Jahim Cintaasih, masyarakat akan berhenti sejenak sambil melepas lelah dan menikmati pemandangan di sekitar Situ Nyai Mas Cincin. Bahkan, para pengunjung bisa menikmati kuliner di warung-warung di sepanjang jalan blok Jahim.

Camat Cingambul Sahrudin menuturkan, selama libur Lebaran, objek wisata Situ Nyai Mas Cincin setiap hari dikunjungi masyarakat dari sejumlah kota di Jawa Barat. Termasuk warga Jakarta yang tengah berlibur di kampung halaman di wilayah Kabupaten Majalengka, Kuningan dan Ciamis.

Objek wisata alam yang berada dalam pengelolaan RPH Jahim BKPH Talaga KPH Majalengka itu, membutuhkan sentuhan dan penataan lebih optimal. Bahkan kabarnya pemkab Majalengka berencana mengembangkan objek wisata tersebut bekerja sama dengan Perhutani.

“Bupati menaruh perhatian besar terhadap objek wisata Situ Nyai Mas Cincin itu. Jika dikembangkan, selain menambah pendapatan pemerintah juga membuka peluang usaha masyarakat di sekitar objek wisata Situ Nyai Mas Cincin,” pungkasnya.

Sumber : radarcirebon.com

Tanggal : 14 Juli 2017

]]>
62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu-3/ Fri, 04 Nov 2016 04:58:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41692 JURNALASIA.COM (4/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu. Pada tahap awal, sekira lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry.
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi daya lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan.
Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari. “Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini. Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare.
Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 4 November 2016
Sumber : jurnalasia.com

]]>
62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu-2/ Thu, 03 Nov 2016 04:18:00 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41611 OKEZONE.COM (3/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu. Pada tahap awal, sekira lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu. Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry .
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi daya lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan. Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari.
“Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini.
Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare. Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 3 November 2016
Sumber : okezone.com

]]>
62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu/ Thu, 03 Nov 2016 02:40:27 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41598 KORAN-SINDO.COM (3/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu.
Pada tahap awal, sekitar lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu. Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry .
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi dayalahankawasanhutanuntuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan. Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari.
“Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini.
Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare. Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 3 November 2016
Sumber : koran-sindo.com

]]>
Cara Perhutani Mengangkat Produk Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/cara-perhutani-mengangkat-produk-tebu/ Tue, 01 Nov 2016 04:19:21 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41509 MARKEETERS.COM (1/11/2016) | Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia sepakat bekerjasama untuk budidaya tanaman tebu di kawasan hutan dengan dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Ruang lingkup kerja sama adalah penyediaan lahan kawasan hutan untuk budidaya tanaman tebu dengan pola agroforestry. Mulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, hingga pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Agroforestry merupakan suatu sistem pola budidaya atau pengelolaan lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitarnya.
Sinergi Enam BUMN ini pun bertujuan mendukung program ketahanan pangan nasional khususnya gula yang ditetapkan Pemerintah RI melalui optimalisasi lahan kawasan hutan.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna mengatakan, ke depannya, dengan pola agroforestry Perhutani akan lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu, tanaman hutan, dan ternak (silvopasture) atau dengan ikan (silvofishery).
“Dengan kawasan hutan seluas 2,4 juta ha, ke depan kami akan lebih fokus ke pola agroforestry dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari. Saat ini kita menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9, artinya dari setiap hektar yang ditebang kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumberdaya hutan,” ujar Denaldy dalam keterangan resminya, beberapa waktu lalu.
Selama ini untuk mendukung ketahanan pangan, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, porang, dan lainnya sesuai kaidah kehutanan. Tidak kurang dari 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya tahun 2016 semester pertama.
Untuk kerjasama budidaya tebu ini, Perum Perhutani mengalokasikan 62 ribu ha lahan kawasan hutan di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, sebagian wilayah Perhutani Jawa Timur dan wilayah anak perusahaan Perhutani di Lampung. Proses survei lapangan untuk pemilihan lokasi tanaman tebu saat ini tengah berjalan.
Direktur PT RNI B. Didiek Prasetyo mengatakan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20 ribu ha.
“Kami berharap kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerjasama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” kata Didik.
 
Tanggal : 1 November 2016
Sumber : markeeters.com

]]>