KPH Malang – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 17 Sep 2018 14:11:41 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png KPH Malang – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani Buka Wahana Baru https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-buka-wahana-baru/ https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-buka-wahana-baru/#respond Mon, 17 Sep 2018 14:11:41 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=65321 MALANG–POST.COM (17/09/2018) | Upaya Perhutani KPH Malang mengelola tempat wisata Coban Jahe memang sangat serius. Salah satunya, adalah melengkapi tempat wisata ini dengan wahana baru yaitu wahana rusa. Kepala Perhutani KPH Malang, Errik Alberto, mengatakan di wahana baru itu berisi 10 ekor rusa tutul.

Delapan ekor betina dan dua ekor siswanya adalah jantan. Errik mengatakan, dengan adanya wahana baru ini, masyarakat atau pengunjung Coban Jahe tak sekadar menikmati keindahan alam. Terutama untuk anak-anak, mereka akan mendapatkan wawasan tentang rusa.

Apalagi menurut Erik, disitu pihaknya juga akan menambahkan keterangan terkait dengan rusa. Mulai dari nama latin, asal, usia, serta daerah mereka dapat ditemukan. Ia menyebutkan, jika 10 ekor koleksi rusa yang dimiliki Perhutani ini berasal dari Kebun Raya Bogor.

Dia tidak menjelaskan detail bagaimana proses perolehan rusa tersebut. Tapi yang jelas, begitu datang, pihaknya langsung menempatkannya di Coban Jahe. ”Alasan kami menempatkan di Coban Jahe, karena alamnya sangat bersahabat,’’ tuturnya.

Di Coban Jahe, rusa-rusa ini menempati kandang seluas 1 hektar. Di kandang, rusak juga ada bangunan semi permanen yang dijadikan rusa berteduh dari terik matahari ataupun hujan yang mengguyur.

Sumber : malang-post.com

Tanggal : 17 September 2018

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-buka-wahana-baru/feed/ 0
Gandeng Perhutani, KKN UMM Tanam Bibit Kesambih di Desa Argosari https://stg.eppid.perhutani.id/gandeng-perhutani-kkn-umm-tanam-bibit-kesambih-di-desa-argosari/ https://stg.eppid.perhutani.id/gandeng-perhutani-kkn-umm-tanam-bibit-kesambih-di-desa-argosari/#respond Mon, 30 Jul 2018 05:56:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=63063 MALANGTODAY.NET (29/07/2018) | Mahasiswa KKN UMM kelompok 5 bekerjasama dengan Perhutani untuk mengadakan gerakan 100 pohon di Desa Argosari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Kegiatan ini dilakukan pada Sabtu, 28 Juli 2018 di Desa Argosari. Kegiatan ini bertujuan untuk penghijauan alam Desa Argosari.

Lingkungan yang sehat berasal dari pepohonan sekitar. Selain menampilkan kesan rindang dan sejuk, adanya pepohonan juga memiliki nilai estetika dan energi positif bagi kesehatan. Oleh karena itu, peran aktif masyarakat dalam hal penghijauan sangat penting ditengah arus globalisasi.

Kegiatan penanaman bibit pohon ini berlangsung lancar. Penghijauan ini sangat penting dilakukan karena kondisi lingkungan pada era sekarang sudah susah ditemukan tempat dengan suasana yang asri. Kesan dan suasana yang asri pastinya diimpikan oleh semua orang, dan kami membantu mewujudkan impian tersebut.
Dampak dari penghijauan ini memang tidak langsung dirasakan. Hasilnya akan terasa 3-5 tahun kedepan dengan harapan semua bibit pohon kesambih tumbuh subur dan memberi manfaat bagi masyarakat.

Mahasiswa KKN Kelompok 5 berharap dengan adanya kegiatan penanaman pohon ini bisa membawa dampak bagi masyarakat luas karena langkah penghijauan ini dapat menyelamatkan dari ancaman globalisasi.

Budaya menanam harus dibangun, digerakkan dan ditumbuhkan dalam rangka membangun kesadaran mahasiswa dan masyarakat untuk keseimbangan ekosistem lingkungan.

Sumber : malangtoday.net

Tanggal : 29 Juli 2018

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/gandeng-perhutani-kkn-umm-tanam-bibit-kesambih-di-desa-argosari/feed/ 0
Perhutani Terus Awasi Pengelola Hutan Sosial di Kabupaten Malang https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-terus-awasi-pengelola-hutan-sosial-di-kabupaten-malang/ Thu, 12 Jul 2018 01:48:43 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=62354 MALANGTIMES.COM (11/07/2018) | Masyarakat yang telah memiliki Surat Keputusan (SK) tentang Izin pemanfaatan hutan perhutanan sosial (IPHPS) di Kabupaten Malang, baik untuk diolah sebagai lahan pertanian maupun pariwisata, tetap akan diawasi oleh Perhutani.

Pengawasan pihak Perhutani bagi masyarakat pengelola hutan sosial dengan luas lahan yang telah dilepaskan sekitar 5.955 hektar (ha) yang terdiri dari 2 BKPH, yakni Sengguruh dan Sumbermanjing Wetan. Tetap akan dilaksanakan sesuai dengan aturan yang mengikat perhutani.

“Pengawasan dan tentunya pembinaan tetap dilakukan bagi pengelola hutan sosial. Ini bagian dari regulasi yang mengikat kita. Artinya, pengelola hutan sosial tetap wajib tunduk terhadap aturan yang ada dan sesuai dengan perencanaan Perhutani,” kata Achmad Padel Koordinator Keamanan Perhutani, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Malang, Rabu (11/7/2018).

Di luas lahan perhutani hutan sosial yang dibagi pengelolaannya kepada 7 Kelompok Tani Hutan (KTH) tersebut. Dengan batas waktu pengelolaan 35 tahun, Achmad berharap, program dari pusat tersebut mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Apalagi dengan skema pembagian hasil 70 persen untuk pengelola dan 30 persen untuk Perhutani, akan semakin membuat masyarakat disekitar hutan bisa merasakan manfaatnya.

“Intinya pengelola tetap mengikuti perencanaan Perhutani dan terbuka dalam proses perencanaannya. Sehingga kita juga bisa menyinkronisasikan program,” ujar Achmad.

Hal ini agar sisi pelestarian hutan tetap terjaga. “Kalau mereka dilepas sendiri penataan hutan tidak sinkron. Jadi semua harus selalu koordinasi. Di sinilah sisi pengawasan dan pembinaan dari Perhutani terhadap KTH,” imbuhnya.

Heri Purwanto Tim Kelompok Kerja Lingkungan Hidup Kehutanan (Pokja LHK) Jawa Timur (Jatim), dikesempatan berbeda mengatakan, proses pengawasan dan pembinaan oleh Perhutani sebagai bentuk untuk meminimalisir timbulnya penyimpangan.

“Hutan sosial adalah program pemerintah pusat. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka koordinasi dan pembinaan tetap menjadi hal penting,” ujar Heri yang menegaskan melalui penataan pengelolaan hutan sosial diharapkan mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

Sumber : malangtimes.com

Tanggal : 11 Juli 2018

]]>
Perhutani Malang Benahi 20 Titik Wisata Air dan Pantai https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-malang-benahi-20-titik-wisata-air-dan-pantai/ Tue, 10 Jul 2018 01:19:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=62322 BERITAJATIM.COM (09/07/2018) | Meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata, Perum Perhutani KPH Malang melakukan pembenahan seluruh coban atau air terjun maupun pantai yang mencakup wilayah Malang Raya.

Pembenahan dilakukan untuk mendongkrak pendapatan perusahaan negara dibawah pengelolaan Meneg BUMN Ini.

Sugeng Siswantoro, junior Manager Bisnis Perum Perhutani KPH Malang, menjelaskan, saat ini pihaknya mengelola 20 titik coban dan 26 pantai. Namun dari jumlah tersebut, beberapa diantaranya belum dilengkapi wahana wisata.

“Untuk mendongkrak pendapatan disejumlah coban maupun pantai, kami coba optimalkan wahana wisata. Hal yang tak kalah penting juga insfratruktur dan juga akses masuk kawasan. Khusus untuk wilayah Malang Selatan kami harus menunggu hingga pembangunan Jalan Lintas Selatan (JLS) selesai,” terang Sugeng, Senin (9/7/2018).

Salah satunya, Goa Djepang di Coban Talun. Di mana Goa ini sudah ada dan diketahui oleh penduduk sekitar sejak puluhan tahun lalu.

Diperkirakan menjadi tempat persembunyian pada zaman perang. Namun itu hanya dibiarkan saja oleh warga, tidak ada yang berani mengelola ataupun merawat goa ini.

“Melihat potensi wisata, maka masyarakat desa wisata itu mengelola dan menjadikannya wahana wisata. Didalam Goa itu memiliki luas sekitar 10 meter persegi dan tinggi 2 meter. Bahkan langit-langitnya jika disentuh masih sangat dingin, hawa di dalam goa juga dingin. Tanahnya pun masih bisa mengeluarkan sumber mata air,” bebernya.

Masih kata Sugeng, Coban Talun ini ada beberapa wahana wisata, seperti Pagupon, Apache, Terjun, Ayunan, hingga Berkuda. Ada juga Coban Jahe di wilayah Kecamatan Tumpang. Derasnya debit air yang meluncur dari ketinggian tidak kurang dari 45 meter menyentilkan percikan air yang mengenai berbagai benda yang terdapat dibawahnya.

“Untuk coban Tundo di wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan, sementara waktu kami tutup. Karena disitu sering terjadi kecelakaan,” pungkas Sugeng.

Sumber : beritajatim.com

Tanggal : 9 Juli 2018

]]>
Wisata Desa Berbasis Masyarakat, Karena Warga Bukan Penonton https://stg.eppid.perhutani.id/wisata-desa-berbasis-masyarakat-karena-warga-bukan-penonton/ Fri, 11 May 2018 01:50:35 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=55010 MALANG-POST.COM (10/5/2018) | Pengambangan potensi wisata desa berbasis masyarakat di Kota Batu terus tumbuh dan berkembang. Masyarakat tidak hanya menjadi penonton keramaian wisatawan yang datang ke Kota Batu, tapi masyarakat juga sebagai pelaku wisata yang dapat meningkatkan perekonomian warga.

Saat ini sektor pariwisata sangat potensial untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Beberapa wisata alam berbasis masyarakat yang tengah dikembangkan antara lain, Coban Talun, Coban Putri dan Gunung Banyak.Wisata tersebut dikelola melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) bersama Perhutani.

Koordinator Wisata Coban Talun, Samsul Huda mengatakan, wisata alam Coban Talun yang berada di Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini mulai dkembangkan masyarakat dibawah LMDH Wonolestari Sejah sejak tahun 2017 lalu.

“Pengembangan wisata berbasis masyarakat di Coban Talun memang baru satu tahun ini. Namun pengembangan wisata dikhususkan yang berbasis masyarakat dengan tujuan peningkatan ekonomi warga desa. Sehingga investor tidak diperbolehkan masuk,” ujar Samsul kepada Malang Post.

Ia menjelaskan, di kawasan Coban Talun memiliki delapan wahana wisata yang dikelola masyarakat, diantaranya wisata 1000 Oyot, Ayunan, Omah Pagupon, Alas Pinus, Omah Terbalik, Kebun Bunga dan Gua Jepang. Sementara untuk Omah Apache dikelola pihak ketiga.

Misalnya objek Wisata Coban Talun (Oyot), menjadi salah satu wahana wisata yang dikelola lebih dari 100 kepala Keluarga. Itu diungkapkan oleh pengelola Oyot, Suhari yang mengatakan bahwa Oyot menjadi satu-satunya objek wisata yang dikelola oleh warga, atau berbasis masyarakat.

“Dibawah LMDH Wonolestari Sejahterah, Oyot salah satu objek yang merupakan usaha masyarakat RW 15, Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo. Dengan pembangunan selama enam bulan sejak Mei dan mulai dibuka tanggal 13 Desember 2017 lalu,” ungkap Hari.

Objek wisata alam seluas 1 hektar ini, dalam pembangunannya diperoleh dari swadaya masyarakat.

“Sehingga tidak ada pihak lainnya atau investor yang masuk. Itu karena kami tidak ingin hanya menjadi penonton di desa kami sendiri,” ungkapnya.

Ia menerangkan, jika pengembangan Oyot masih terkendala. Itu karena semua SDM masih belajar dan semua pegawai dari warga RW 15. 166 saham terdiri dari 90-100 orang KK yang ikut bergabung dengan ivestasi tiap saham senilai Rp 5 juta.

“Untuk warga RW 15 yang mau ikut berinvestasi kita tidak memaksa. Tercatat dari 167 KK sekitar 100 orang yang ikut. Perlu diketahui juga satu saham bisa dibagi dua sampai tiga orang,” imbuhnya.

Sedangkan untuk pembagian hasilnya, Hari mengatakan, hingga jangka waktu dua tahun kedepan pihaknya masih melakukan pengembangan.

“Untuk bagi hasil belum ada sampai dua tahun nanti. Karena hasil dari penjualan tiket masuk dan beberapa wahana yang ada digunakan untuk pengembangan Oyot,” bebernya.

Untuk pembagian hasil dari tiket masuk sebesar Rp 5 ribu tiap bulannya mendapat 64 persen. Sedang untuk pajak 10 persen, PHT KPH Malang 20 persen, TPU 2 persen, Desa 2 persen dan Kopkar 2 persen.

Begitu juga dengan wisata alam Coban Putri di Dusun Tlekung, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu yang dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Wonoasri, Coban Putri. Sama seperti seperti Coban Talun, pengembangan dan peresmian baru berjalan satu tahun ini.

Sumber : malang-post.com

Tanggal : 10 Mei 2018

]]>
Berburu Pelangi Abadi di Lereng Semeru https://stg.eppid.perhutani.id/berburu-pelangi-abadi-di-lereng-semeru/ Tue, 08 May 2018 01:46:17 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54956 KORAN-SINDO.COM (7/5/2018) | Jalan menembus hutan, menyusuri jalan tanah berliku. Jalur jalan kaki berpayung rimbun hutan lereng barat Gunung Semeru menjadi jalur pembuka menuju ke Coban Pelangi.

Jalur perjalanan sering memberikan kejutan tanjakan dan turunan curam. Berkelok aliran sungai di tepi jurang menjadi penghias setiap pejalanan kaki yang menyusuri jalan tanah liat. Air bening tampak mengalir membelah hijaunya hutan tropis. Liukan alirannya layaknya ular panjang yang menggeliat di atas permadani hijau. Gemercik air sungai yang alirannya membentur batuan hitam samar-samar terdengar dari kejauhan, beradu dengan kicau burung dan suara candaan gerombolan kera.

Selepas dari puluhan kelokan dan turunan curam, sebuah jembatan bambu khas pegunungan menyambut kaki yang mulai lunglai menghadapi jalan setapak. Jembatan bambu melintang di atas aliran Sungai Amprong. Airnya begitu jernih dan indah. Hijaunya pepohonan semakin membuat teduh jembatan bambu tersebut. Sesekali air membuih seputih kapas saat harus membentur bebatuan di tengah aliran sungai. Segarnya air membuat langkah kaki yang mulai gontai diterjang jalan setapak berliku dan menurun, terhenti. Jalan setapak di sisi jembatan me nun – tun langkah kaki-kaki lelah un – tuk mencebur ke alirannya, men cari kesegaran sesaat, sebe – lum melanjutkan perjalanan menuju pelangi abadi.

Airnya begitu jernih dan dingin. Bukan hanya kaki yang terjebur di dalam aliran derasnya. Tetapi, wajah dan tangan tidak ingin ketinggalan untuk terbasuh kesegaran dan kemurnian air pegunungan tersebut. Segarnya air di lereng barat Gunung Semeru yang dipercaya masyarakat kuno sebagai gunung suci ini, seolah menjadi semangat baru dan menghapus seluruh kelelahan untuk melanjutkan perjalanan menuju Coban Pelangi. Selepas jembatan bambu dan menghabiskan lelah dengan segar air sungai nan jernih, tampak Coban Pelangi menghujam deras dari ujung tebing. Air terjun di celah bukit setinggi 50 meter tersebut menghadirkan pelangi abadi. Pelangi yang lahir dari butiran air saat terpapar sinar mentari.

Sepasang mata Muhammad Topan, 14, seolah tidak ingin berkedip saat menyaksikan deburan air jernis meluncur deras di antara celah bukit. “Wah luar biasa indah. Tidak rugi datang ke sini,” ujar remaja yang masih duduk di bangku SMP itu kepada temantemannya. Belasan remaja itu langsung berlarian menuju ke aliran air di sekitar air terjun. Mereka tidak sabar menikmati segarnya aliran air dari deburan air terjun. Derasnya air yang jatuh memaksa mereka tidak bisa mendekat ke air terjun dan lebih memilih menikmati segarnya air di alirannya, sambil menikmati selimut kabut dari butiran air yang menghadirkan warna pelangi. Air terjun Coban Pelangi menawarkan keabadian warna pelangi.

Sayangnya, saat KORAN SINDO berkunjung, belum lama ini, pelangi tidak tampak karena sudah terlalu sore sehingga pncaran sinar surya mulai redup. Air terjun ini berada di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena berada di lereng Gunung Semeru dan hutannya yang masih lebat, membuat udara di kawasan itu bisa mencapai 19 derajat Celsius. Kedamaian abadi yang juga hadir di antara masyarakat desa. Air terjun ini berada di Desa Gubukklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Lokasinya, berada di jalur pendakian menuju ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Desa Gubugklakah berada di sebelah timur Kota Malang.

Berjarak sekitar 32 kilometer (km). Banyak angkutan umum yang bisa mengantarkan para pengunjung datang ke tempat wisata alam ini. Bahkan, saat ini hampir setiap hari kawasan air terjun selalu ramai wisatawan. Ramainya wisatawan di Coban Pelangi ini diakui oleh Harini, 50, pedagang makanan yang berjualan di sepanjang jalur menuju ke air terjun. “Kalau dahulu ramainya hanya di hari Sabtu dan Minggu. Sekarang, hampir setiap hari ramai. Utamanya saat pagi hari,” ujarnya. Ramainya pengunjung di air terjun yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Malang tersebut lebih disebabkan banyaknya paket wisata ke Gunung Semeru dan Gunung Bromo yang menjadikan Coban Pelangi sebagai salah satu bagian dari paket perjalanan wisata. Coban Pelangi sepertinya sudah menjadi magnet untuk dikunjungi.

Menawarkan keabadian dan kesucian di Gunung Mahameru yang suci. Pelanginya selalu abadi, mewarnai dan menghidupi segala mahluk. Wilayah Kabupaten Malang tidak habisnya menawarkan keindahan alam. Wilayah pegunungan, pantai, dan desadesanya menghadirkan keindahan, layaknya pecahan surga yang diturunkan ke bumi untuk segala mahluk menikmati kedamaiannya. Bupati Malang Rendra Kresna menyebutkan, wisata di wilayah Kabupaten Malang sangat lengkap. “Tidak cukup satu hari untuk menikmati keindahan Kabupaten Malang. Para wisatawan harus menginap di sini beberapa hari agar bisa berwisata sampai puas,” ungkapnya.

Potensi alam yang luar biasa membuat Kabupaten Malang selalu menjadi maghnet bagi siapapun untuk mengunjunginya. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya jutaan wisatawan setiap tahunnya. Pada 2017 silam, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 5,5 juta orang. Tahun ini, Rendra sangat optimistis jumlahnya akan mengalami kenaikan signifikan.

Sumber : koran-sindo.com

Tanggal : 7 Mei 2018

]]>
Serunya Berburu Pelangi Abadi di Lereng Gunung Semeru https://stg.eppid.perhutani.id/serunya-berburu-pelangi-abadi-di-lereng-gunung-semeru/ Sat, 05 May 2018 02:25:58 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54871 SINDONEWS.COM (4/5/2018) | Jalan menembus hutan. Menyurusi jalan tanah berliku. Jalur jalan kaki, berpayung rimbun hutan lereng barat Gunung Semeru, menjadi jalur pembuka menuju ke Coban Pelangi. Jalur perjalanan sering memberikan kejutan tanjakan, dan turunan curam.

Berkelok aliran sungai di tepi jurang, menjadi penghias setiap pejalanan kaki yang menyusuri jalan tanah liat. Air bening mengalir membelah hijaunya hutan tropis. Liukan alirannya, layaknya ular panjang yang menggeliat di atas permadani hijau.

Gemercik air sungai yang alirannya membentur batuan hitam, samar-samar terdengar dari kejauhan, beradu dengan kicau burung, dan suara candaan gerombolan kera. Selepas dari puluhan kelokan, dan turunan curam, sebuah jembatan bambu khas pegunungan, akan menyambut kaki yang mulai lunglai menghadapi jalan setapak.

Jembatan bambu yang melintang di atas aliran Sungai Amprong. Airnya begitu jernih, dan indah. Hijaunya pepohonan, semakin membuat teduh jembatan bambu tersebut. Sesekali air membuih seputih kapas, saat harus membentur bebatuan di tengah aliran sungai.

Segarnya air, membuat langkah kaki yang mulai gontai diterjang jalan setapak berliku dan menurun, terhenti. Jalan setapak di sisi jembatan, menuntun langkah kaki-kaki lelah, untuk mencebur ke alirannya, mencari kesegaran sesaat, sebelum melanjutkan perjalanan menuju pelangi abadi.

Airnya begitu jernih, dan dingin. Bukan hanya kaki yang terjebur di dalam aliran derasnya. Tetapi, wajah dan tangan tidak ingin ketinggalan untuk terbasuh kesegaran dan kemurnian air pegunungan tersebut.

Segarnya air di lereng barat Gunung Semeru, yang dipercaya masyarakat kuno, sebagai gunung suci ini. Seolah menjadi semangat baru dan menghapus seluruh kelelahan untuk melanjutkan perjalanan menuju Coban Pelangi.

Selepas jembatan bambu dan menghabiskan lelah dengan segar air sungai nan jernih, nampak Coban Pelangi menghujam deras dari ujung tebing. Air terjun di celah bukit setinggi 50 meter tersebut, menghadirkan pelangi abadi. Pelangi yang lahir dari butiran air, saat terpapar sinar mentari.

Sepasang mata Muhammad Topan, 14, seolah tidak ingin berkedip. Saat menyaksikan deburan air jernih, meluncur deras di antara celah bukit. “Wah, luar biasa indah. Tidak rugi datang ke sini,” ujar remaja yang masih duduk di bangku SMP itu kepada teman-temannya.

Belasan remaja itu, langsung berlarian menuju ke aliran air di sekitar air terjun. Mereka tidak sabar menikmati segarnya aliran air dari deburan air terjun. Derasnya air yang jatuh, memaksa mereka tidak bisa mendekat ke air terjun, dan lebih memilih menikmati segarnya air di alirannya, sambil menikmati selimut kabut dari butiran air yang menghadirkan warna pelangi.

Air terjun Coban Pelangi menawarkan keabadian warna pelangi. Air terjun ini, berada di ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl). Karena berada di lereng Gunung Semeru dan hutannya yang masih lebat membuat udara di kawasan itu bisa mencapai 19 derajat Celsius.

Kedamaian abadi, yang juga hadir di antara masyarakat desa. Air terjun ini berada di Desa Gubukklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Lokasinya berada di jalur pendakian menuju ke kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Desa Gubugklakah, berada di sebelah timur Kota Malang. Berjarak sekitar 32 kilometer (km). Banyak angkutan umum, yang bisa mengantarkan para pengunjung datang ke tempat wisata alam ini. Bahkan, saat ini hampir setiap hari kawasan air terjun selalu ramai wisatawan.

Ramainya wisatawan di Coban Pelangi ini, diakui oleh Harini, 50, pedagang makanan yang berjualan di sepanjang jalur menuju ke air terjun. “Kalau dahulu ramainya hanya di hari Sabtu, dan Minggu. Sekarang, hampir setiap hari ramai. Utamanya saat pagi hari,” ujarnya.

Ramainya pengunjung di air terjun yang dikelola oleh Perum Perhutani KPH Malang tersebut karena banyaknya paket wisata ke Gunung Semeru dan Gunung Bromo yang menjadikan Coban Pelangi sebagai salah satu bagian dari paket perjalanan wisata.

Coban Pelangi sepertinya sudah menjadi magnet untuk dikunjungi. Tempat ini seolah menawarkan keabadian, dan kesucian di Gunung Mahameru, yang suci. Pelanginya selalu abadi, mewarnai dan menghidupi segala makhluk.

Wilayah Kabupaten Malang tidak habisnya menawarkan keindahan alam. Wilayah pegunungan, pantai, dan desa-desanya hadirkan keindahan, layaknya pecahan surga yang diturunkan ke bumi untuk segala makhluk menikmati kedamaiannya.

Bupati Malang, Rendra Kresna menyebutkan, wisata di wilayah Kabupaten Malang, sangat lengkap. “Tidak cukup satu hari untuk menikmati keindahan Kabupaten Malang. Para wisatawan harus menginap di sini beberapa hari, agar bisa berwisata sampai puas,” papar dia.

Potensi alam yang luar biasa membuat Kabupaten Malang selalu menjadi maghnet bagi siapapun untuk mengunjunginya. Hal ini dibuktikan dengan hadirnya jutaan wisatawan setiap tahunnya. Pada tahun 2017 silam, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 5,5 juta orang. Tahun ini, Rendra sangat optimistis jumlahnya akan mengalami kenaikan yang signifikan.

Sumber : sindonews.com

Tanggal : 4 Mei 2018

]]>
Siswa Tazkia IIBS Diajari Menjaga Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/siswa-tazkia-iibs-diajari-menjaga-hutan/ Fri, 04 May 2018 06:04:54 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54877 RADARMALANG.ID (3/5/2018) | Kemarin (2/5) siswa-siswi SMP Tazkia International Islamic Boarding School (IIBS) mendapat pengalaman baru. Biasanya, mereka diajar para gurunya. Tapi, bersamaan perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh kemarin (2/5), mereka diajar Administratur (Adm) Perhutani KPH Malang Errik Alberto.

Di hadapan para siswa, Errik menyampaikan pentingnya hutan bagi masyarakat di masa depan. ”Materinya tentang bagaimana pengelolaan hutan, pentingnya hutan bagi masa depan. Yang dikaitkan juga dengan materi leadership,” ujarnya.

Dalam acara bos BUMN-BUMD mengajar yang digelar Jawa Pos Radar Malang itu, Errik berharap generasi muda menjaga lingkungan.

”Kesadaran menjaga lingkungan hidup dengan baik yang semakin tinggi itu penting. Semoga ke depan, mereka lebih aware dengan lingkungannya,” katanya.

”Menjadi bos di bidang apa pun tetap harus peduli terhadap lingkungan,” tambah Errik.

Sumber : radarmalang.id

Tanggal : 28 April 2018

]]>
Kelola Wisata Pantai Selatan, Perhutani Target Pendapatan 44 Miliar https://stg.eppid.perhutani.id/kelola-wisata-pantai-selatan-perhutani-target-pendapatan-44-miliar/ Thu, 25 Jan 2018 09:37:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=52543 DETIK.COM (25/1/2018) | Semua destinasi wisata pantai di selatan Kabupaten Malang milik dan dikelola Perhutani. Dengan melibatkan masyarakat, Perhutani menarget hasil pengelolaan mencapai Rp 44 miliar untuk tahun ini.

Supervisor Wisata Perhutani KPH Malang, Nanang Wahadi mengatakan, penataan sedang dilakukan secara berkala. Seperti sarana prasarana yang sangat dibutuhkan pengunjung.

“Sarana prasarana terus kita tingkatkan. Tentunya bertahap, karena kami Perhutani. Tahun ini target hasil pengelolaan sebesar Rp 44 miliar,” kata Nanang kepada detikcom, Kamis (25/1/2018).

Target hasil pengelolaan wisata pantai tersebut meningkat bila dibandingkan dengan tahun lalu, sebesar Rp 20 miliar. Nanang menyebut, tahun kemarin (2017), pendapatan sebesar Rp 20 miliar melampui dari target awal.

“Tetapi itu kotor, target Rp 44 miliar, tahun kemarin sampai Rp 20 miliar yang bisa kami dapatkan,” bebernya.

Dia mencatat ada 28 titik pantai di pesisir selatan Kabupaten Malang. Pemkab Malang hanya mendapatkan dari hasil retribusi (porporasi) pajak tiket masuk sebesar 20 persen. “Pemkab Malang, dapatkan porporasi pajak tiket masuk, lainnya semua Perhutani,” ujarnya.

Minimnya dukungan modal, diakui Nanang, membuat lamban peningkatan infrastruktur menuju dan di wisata pantai itu sendiri. Perhutani butuh waktu, kata dia, untuk melakukan penataan.

“Kalau infrastruktur seperti jalan, memang kita perbaiki secara bertahap. Karena Perhutani tak memiliki dukungan lebih untuk menata semua dengan cepat dan baik,” paparnya.

Memang fakta di lapangan, infrastruktur wisata pantai di Malang selatan cukup memprihatinkan. Jalan dibuat seadanya, bagi masyarakat yang akan berkunjung. Padahal tiket masuk per orang sudah cukup besar, yakni sebesar Rp 10 ribu, belum lagi membayar biaya parkir kendaraan dengan nilai yang sama.

“Untuk parkir, memang dikelola oleh masyarakat melalui LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan),” terang Nanang.

Sumber : detik.com

Tanggal : 25 Januari 2018

]]>
Coban Rais Makin Hijau dengan Rebosiasi 1.000 Cemara Gunung https://stg.eppid.perhutani.id/coban-rais-makin-hijau-dengan-rebosiasi-1-000-cemara-gunung/ Sat, 09 Dec 2017 02:19:23 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=51328 JATIMTIMES.COM (07/12/2017) | Kawasan Coban Rais, Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, semakin hijau saja. Hari ini sejumlah 1.000 pohon cemara gunung ditanam di area itu.

Penanaman ini dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia (HPMI) dan Bulan Menanam Nasional (BMN) sekaligus upaya penanaman kembali hutan yang tandus dan gundul.

Hanya, kali ini Perum Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) bersama TNI, Polri, musyawarah pimpinan kecamatan (muspika), dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan jumlah 200 orang menyasar penanamam pohon di area hutan yang terdapat tempat wisatanya. “Jadi, kami merebosiasi daerah hutan yang ada wisatanya bersama TNI, Polri, muspika, dan LMDH. Kami gotong royong menanam pohon. Kebetulan yang kami pilih adalah cemara gunung,” ungkap Administratur Perum Perhutani KPH Malang Arief Herlambang, Kamis (7/12/2017).

Cemara gunung yang ditanam ukurannya kurang lebih 70 hingga 100 sentimeter. Kegiatan ini merupakan bentuk perhatian agar nantinya hutan yang dikelilingi pohon pinus tersebut terus terjaga dan tidak ada bencana alam.

“Penanaman pohon ini adalah program tahunan kami. Selain digunakan untuk wisata, tidak meninggalkan atau memperhatikan alamnya supaya tetap asri dan alamnya terus terjaga,” imbuh Arief saat ditemui di Machate Cafe Coban Rais.

Cemara gunung dipilih karena pohonnya lebih tahan dibandingkan dengan lainnya. Lalu tanaman jenis perdu ini mampu tumbuh menjulang tinggi di dataran rendah hingga dataran tinggi hingga ketinggian 120 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Selain itu, cemara gunung memiliki akar yang kuat. Pohon ini jug bisa tumbuh hingga 30 meter. Selain itu, area Coban Rais dipilih sebagai lokasi rebosiasi karena saat ini kawasan wisata tersebut sedang naik daun sehingga perlu adanya perhatian lebih.

Selain di Coban Rais, penanaman bibit pohon juga akan dilakukan di Coban Talun, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, dan Coban Putri, Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo. “Selain di coban-coban yang kami tanami, juga di area Malang Selatan. Cuma, kalau di sana kita tanami cemara udang,” jelasnya kepada BatuTIMES.

Menurut Arief, menanam merupakan hal termudah. Yang terpenting adalah merawat yang sudah ditanam dengan subur. Ya, usai menanam, Perhutani akan melakukan perawatan yang intensif dengan pemberian pupuk.

Sementara itu, perwira penghubung Kodim 0818 Batu-Malang Mayor Budi Santoso menjelaskan, dalam kegiatan ini, TNI membantu melaksanakan program penanaman satu miliar pohon. Sekaligus memotivasi masyarakat untuk ikut memelihara kawasan hutan wisata yang disinggahi.

“Kalau Perum Perhutani KPH Malang punya fasilitasnya, kami punya tenaga manusianya. Jadi, saling bekerja sama untuk menyukseskan penanaman ini,” ujar Budi di sela-sela kegiatan tanam pohon.

Sumber : jatimtimes.com

Tanggal : 7 Desember 2017

]]>