KPH Saradan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Sat, 07 Apr 2018 04:13:24 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png KPH Saradan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Iseng Cangkul Tanah, Tim Museum Trinil Temukan Fosil di Rumah Warga https://stg.eppid.perhutani.id/iseng-cangkul-tanah-tim-museum-trinil-temukan-fosil-di-rumah-warga/ Sat, 07 Apr 2018 04:13:24 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54288 DETIK.COM (6/4/2018) | Tanpa disengaja, tim pemelihara Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Trinil Ngawi menemukan sebuah tulang yang diduga adalah fosil. Temuan tulang kali ini berada di pekarangan rumah warga yang tak jauh dari lahan Perhutani.

Sejak hari Senin (2/4/2018), tim Museum Trinil ini ikut serta dalam meneliti fosil gajah purba yang ditemukan oleh petani di lahan milik Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Desa Rejuno Kecamatan Karangjati.

Namun hal menarik terjadi ketika tim ini bersiap untuk kembali ke Ngawi. “Kita temukan kemarin sepulang dari lahan lokasi temuan awal. Saat kita akan mengambil mobil yang kebetulan parkir di rumah warga itu, kita seperti kayak penasaran ingin iseng mencukil tanah. Kok ada benda keras, akhirnya kita keruk ada benda tulang,” jelas Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Trinil Hermawanto Alfin Cahyono kepada detikcom, Jumat (6/4/2018).

Temuan tulang tersebut, lanjut Alfin berlokasi di pekarangan rumah milik Kariyem (50), warga yang tinggal di Desa Rejuno tak jauh dari lahan Perhutani. Namun tim ini belum dapat memutuskan apa temuan tulang tersebut ada hubungannya dengan temuan di lahan Perhutani ataupun tidak.

“Untuk yang temuan terakhir ini kita belum bisa menyimpulkan apa termasuk fosil atau bukan. Kita masih teliti bersama tim arkeolog Museum Sangiran,” terang Alfin.

Alfin mengungkapkan, fosil tersebut berukuran panjang 40 cm dengan diameter antara 15-20 cm. Tulang tersebut dibawa dalam kondisi masih ada pasir yang menempel. Pasir ini sengaja tidak dibersihkan untuk melengkapi penelitian tulang yang diduga fosil tersebut.

Sementara itu, 297 Fosil atau potongan fosil gajah purba atau Stegodon yang ditemukan sebelumnya di lokasi yang berdekatan telah dipindahkan ke KPH Saradan, Madiun untuk alasan keamanan.

Sumber : detik.com

Tanggal : 6 April 2018

]]>
Perhutani Bawa Temuan Fosil Binatang di Ngawi ke Madiun https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bawa-temuan-fosil-binatang-di-ngawi-ke-madiun/ Fri, 06 Apr 2018 01:04:35 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54258 AKTUAL.COM (5/4/2018) | Pihak Perhutani KPH Saradan, membawa ratusan fragmen fosil binatang purba yang ditemukan petani hutan atau pesanggem di Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi ke kantor KPH setempat di Madiun untuk diamankan.

Administratur KPH Saradan Djohan Surjoputro, mengatakan pemindahan fosil ke kantor KPH Saradan yang berada di Jalan Rimba Karya, Kota Madiun tersebut bertujuan untuk segi keamanan ratusan fosil yang menjadi aset negara tersebut.

“Prinsip kami adalah pengamanan. Jadi semua fosil yang ditemukan di wilayah hutan Desa Rejuno akan dibawa ke kantor KPH Saradan di Madiun untuk alasan keamanan agar dapat diteliti dengan baik. Sebab, kalau dibiarkan di kantor BKPH Rejuno sangat rawan hilang atau lainnya,” ujar Djohan kepada wartawan, Rabu (4/4).

Selain memindahkan fosil dari kantor BKPH Rejuno di Ngawi ke kantor KPH Saradan di Madiun, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pimpinan di Surabaya dan pusat guna pengarahan lebih lanjut terkait temuan fosil tersebut.

Sementara, 300 lebih fragmen fosil yang awalnya ditemukan oleh pesanggem Ngawi bernama Sarno tersebut sedang diteliti oleh tim arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Sragen Jawa Tengah.

Tim tersebut berusaha mengidentifikasi dengan memberikan nomor serta label semua fragmen fosil yang ditemukan secara runtut dan teliti.

Tim dari BPSMP Sangiran Sragen juga mengambil sampel struktur dan lapisan tanah serta fragmen fosil untuk dikaji.

“Kalau melihat dari jenis tanahnya, fosil tersebut berada di lapisan tanah lempung berpasir,” kata salah satu anggota tim BPSMP Sangiran, Alberto Niko.

Adapun, temuan fosil terbesar di daerah tersebut adalah bagian kaki yang diduga kuat merupakan kaki gajah purba dengan panjang hampir satu meter dan diameter 20 sentimeter. Sisanya berupa pecahan atau fragmen dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Rata-rata fragmen tersebut berukuran panjang antara 3-15 sentimeter dengan diameter 3-5 sentimeter. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga menidentifikasi temuan fosil tersebut sebagai tanduk hewan dan gading.

Sumber : aktual.com

Tanggal : 5 April 2018

]]>
Perhutani Bawa Temuan Fosil Ngawi ke Madiun https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bawa-temuan-fosil-ngawi-ke-madiun/ Thu, 05 Apr 2018 06:15:37 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54251 BERITASATU.COM (4/4/2018) | Pihak Perhutani KPH Saradan membawa ratusan fragmen fosil binatang purba yang ditemukan petani hutan atau pesanggem di Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi ke kantor KPH setempat di Madiun untuk diamankan.

Administratur KPH Saradan Djohan Surjoputro, Rabu (4/4) mengatakan, pemindahan fosil ke kantor KPH Saradan yang berada di Jalan Rimba Karya, Kota Madiun tersebut bertujuan untuk segi keamanan ratusan fosil yang menjadi aset negara tersebut.

“Prinsip kami adalah pengamanan. Jadi semua fosil yang ditemukan di wilayah hutan Desa Rejuno akan dibawa ke kantor KPH Saradan di Madiun untuk alasan keamanan agar dapat diteliti dengan baik. Sebab, kalau dibiarkan di kantor BKPH Rejuno sangat rawan hilang atau lainnya,” ujar Djohan kepada wartawan.

Selain memindahkan fosil dari kantor BKPH Rejuno di Ngawi ke kantor KPH Saradan di Madiun, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pimpinan di Surabaya dan pusat guna pengarahan lebih lanjut terkait temuan fosil tersebut.

Sementara, 300 lebih fragmen fosil yang awalnya ditemukan oleh pesanggem Ngawi bernama Sarno tersebut sedang diteliti oleh tim arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Sragen Jawa Tengah.

Tim tersebut berusaha mengidentifikasi dengan memberikan nomor serta label semua fragmen fosil yang ditemukan secara runtut dan teliti.

Tim dari BPSMP Sangiran Sragen juga mengambil sampel struktur dan lapisan tanah serta fragmen fosil untuk dikaji.

“Kalau melihat dari jenis tanahnya, fosil tersebut berada di lapisan tanah lempung berpasir,” kata salah satu anggota tim BPSMP Sangiran, Alberto Niko.

Adapun, temuan fosil terbesar di daerah tersebut adalah bagian kaki yang diduga kuat merupakan kaki gajah purba dengan panjang hampir satu meter dan diameter 20 sentimeter. Sisanya berupa pecahan atau fragmen dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Rata-rata fragmen tersebut berukuran panjang antara 3-15 sentimeter dengan diameter 3-5 sentimeter. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga menidentifikasi temuan fosil tersebut sebagai tanduk hewan dan gading.

Sumber : beritasatu.com

Tanggal : 4 April 2018

]]>
Fosil Binatang Purba Temuan Petani Ngawi Dibawa ke Madiun https://stg.eppid.perhutani.id/fosil-binatang-purba-temuan-petani-ngawi-dibawa-ke-madiun/ Wed, 04 Apr 2018 11:05:41 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54245 REPUBLIKA.CO.ID (4/4/2018) | Pihak Perhutani KPH Saradan membawa temuan ratusan fragmen fosil binatang purba ke kantor KPH setempat di Madiun untuk diamankan. Fosil itu merupakan hasil temuan petani hutan atau pesanggem di Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi.

Administratur KPH Saradan Djohan Surjoputro, Rabu (4/4) mengatakan, pemindahan fosil ke kantor KPH Saradan yang berada di Jalan Rimba Karya, Kota Madiun tersebut bertujuan untuk segi keamanan ratusan fosil yang menjadi aset negara tersebut.

“Prinsip kami adalah pengamanan. Jadi semua fosil yang ditemukan di wilayah hutan Desa Rejuno akan dibawa ke kantor KPH Saradan di Madiun untuk alasan keamanan agar dapat diteliti dengan baik. Sebab, kalau dibiarkan di kantor BKPH Rejuno sangat rawan hilang atau lainnya,” ujar Djohan kepada wartawan.

Selain memindahkan fosil dari kantor BKPH Rejuno di Ngawi ke kantor KPH Saradan di Madiun, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pimpinan di Surabaya dan pusat guna pengarahan lebih lanjut terkait temuan fosil tersebut.

Sementara, 300 lebih fragmen fosil yang awalnya ditemukan oleh pesanggem Ngawi bernama Sarno tersebut sedang diteliti oleh tim arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Sragen Jawa Tengah.

Tim tersebut berusaha mengidentifikasi dengan memberikan nomor serta label semua fragmen fosil yang ditemukan secara runtut dan teliti.

Tim dari BPSMP Sangiran Sragen juga mengambil sampel struktur dan lapisan tanah serta fragmen fosil untuk dikaji.

“Kalau melihat dari jenis tanahnya, fosil tersebut berada di lapisan tanah lempung berpasir,” kata salah satu anggota tim BPSMP Sangiran, Alberto Niko.

Adapun, temuan fosil terbesar di daerah tersebut adalah bagian kaki yang diduga kuat merupakan kaki gajah purba dengan panjang hampir satu meter dan diameter 20 sentimeter. Sisanya berupa pecahan atau fragmen dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Rata-rata fragmen tersebut berukuran panjang antara 3-15 sentimeter dengan diameter 3-5 sentimeter. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga menidentifikasi temuan fosil tersebut sebagai tanduk hewan dan gading.

Sumber : republika.co.id

Tanggal : 4 April 2018

]]>
Fosil Temuan Petani Ngawi Dibawa Ke Madiun, Ini Alasannya https://stg.eppid.perhutani.id/fosil-temuan-petani-ngawi-dibawa-ke-madiun-ini-alasannya/ Wed, 04 Apr 2018 06:31:20 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54265 DETIK.COM (4/4/2018) | Sebanyak 297 fosil yang ditemukan di Karangjati, Ngawi dibawa ke kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan, Madiun. Fosil-fosil ini dibawa dalam 2 peti kayu.

Pemindahan fosil ke kantor KPH Saradan yang terletak di Jalan Rimba Karya, Kota Madiun ini bertujuan untuk memastikan keamanan ratusan fosil yang masih diteliti tersebut.

“Jadi langkah yang kita lakukan demi keamanan maka semua kita bawa ke kantor KPH Saradan di Kota Madiun. Karena di BKPH Rejuno kurang begitu aman soalnya ini barang yang dilindungi penerintah,” jelas kepala Administratur Perum Perhutani KPH Saradan, Djohan Surjo Putro kepada detikcom, Rabu (4/4/2018).

Selain membawa 297 fosil ke Madiun, Djohan mengaku pihaknya akan secepatnya melakukan pembahasan dengan Kementerian Kehutanan terkait mekanisme yang akan diambil jika fosil temuan warga di area lahan Perhutani dibawa ke Museum Trinil.

“Secepatnya kita akan bahas baik dengan perhutani yang di Surabaya ataupun di Jakarta, termasuk seperti apa penghargaan yang diberikan kepada penemu fosil ini,” terang Djoni.

Fosil-fosil yang sebelumnya disimpan di Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPB Desa Rejuno itu sedang diteliti oleh tim arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Sragen Jawa Tengah. Tim ini juga telah mengambil sampel tanah dan fragmen fosil untuk dikaji.

Saat ini 297 fosil yang ditemukan di Ngawi telah diberi label angka sesuai jumlahnya. Yang terbesar adalah bagian kaki gajah purba dengan panjang mencapai 90 cm dan diameter 20 cm. Sisanya berupa serpihan tulang yang rusak akibat terkena benda tajam saat penggalian.

Fosil-fosil tulang ini rata-rata berukuran panjang antara 3-15 cm dengan diameter 3-5 cm. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga menemukan fosil tanduk hewan banteng dengan panjang 43 cm dan diameter 27 cm.

Sumber : detik.com

Tanggal : 4 April 2018

]]>
Fosil Binatang Purba Kembali Ditemukan di Ngawi https://stg.eppid.perhutani.id/fosil-binatang-purba-kembali-ditemukan-di-ngawi/ Tue, 03 Apr 2018 04:33:35 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54170 BERITASATU.COM (3/4/2018) | Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, Sragen, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) ikut turun tangan dalam meneliti fosil-fosil gajah purba dan banteng purba yang ditemukan di dua titik yang ada di area tegalan masuk wilayah Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur (Jatim), Senin (2/4).

Dari hasil penggalian lanjutan, petani Sarno (45) kembali menemukan 297 serpihan fosil lagi dalam berbagai ukuran. Yang terbesar diduga bagian kaki gajah purba (Stegodon) dengan panjang mencapai 90 sentimeter (cm) dan diameter 20 cm.

Sisanya berupa serpihan tulang yang rusak akibat terkena benda tajam saat penggalian. Fosil-fosil tulang ini rata-rata berukuran panjang antara 3 cm sampai 15 cm dengan diameter 3 sampai 5 cm. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga membenarkan, di antara fosil gajah purba itu juga terdapat fosil tanduk banteng purba (Bibos paleosondaicus) dengan panjang 43 cm dan diameter 27 cm.

“Kami berempat, arkeolog BPSMP Sangiran, Sragen, dalam rangka membantu melakukan penelitian terkait temuan fosil kaki gajah purba dan banteng purba di Desa Rejuno, Ngawi,” ujar arkeolog Niko Albertus kepada wartawan di kantor BKPH Desa Rejuno Kecamatan Karangjati, Senin (2/4/2018).

Dengan didampingi perwakilan dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Ngawi serta Kepala Administratur Perum Perhutani KPH Saradan, Djohan Surjo Putro, Niko lebih lanjut menjelaskan, bahwa timnya melibatkan arkeolog biologi dan geologi sebagai pakar fosil. Untuk bahan penelitian, selanjutnya tim membawa satu fragmen fosil serta tanah yang ada di lokasi temuan.

Pada bagian lain Niko mengungkapkan, hasil penelitian terkait fosil yang berusia jutaan tahun itu diperkirakan baru bisa diungkap paling cepat dua hari ke depan. Setelah dilakukan penelitian, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak Perhutani Pusat guna keperluan membawa fosil-fosil tersebut ke Museum Trinil.

“Jika sebelumnya hanya ditemukan 94 serpihan fosil, kini bertambah menjadi 297 fosil. Demi keamanan fosil-fosil yang diduga masih berserakan di lokasi temuan, kini dipasangi police line (garis polisi),” ujar Kepala BKPH Rejuno, Budi Sulaksana menambahkan.

Jika fosil pertama ditemukan petani Sarno (45), Rabu (28/3) lalu maka pada temuan berikutnya dibantu rekannya, Sudarmaji (50) sama-sama berasal dari Dusun Grudo, Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, berhasil mengumpulkan 297 serpihan fosil dari dua titik yang berdekatan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada temuan pertama langsung diteliti tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Mojokerto Wilayah Kerja Provinsi Jatim dan memperkirakan fosil-fosil tersebut berumur sekitar 1,5 juta tahun.

Sumber : beritasatu.com

Tanggal : 3 April 2018

]]>
Arkeolog Sangiran Ikut Teliti Lokasi Temuan Fosil di Ngawi https://stg.eppid.perhutani.id/arkeolog-sangiran-ikut-teliti-lokasi-temuan-fosil-di-ngawi/ Tue, 03 Apr 2018 01:43:14 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54177 DETIK.COM (2/4/2018) | Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Sragen Jawa Tengah ikut turun tangan dalam meneliti fosil-fosil gajah purba yang ditemukan baru-baru ini di Ngawi.

Hari ini, Senin (2/4/2018), empat orang anggota tim dari BPSMP Sangiran mendatangi dua titik lokasi penemuan fosil tersebut, yang terletak di lahan milik Perhutani di Desa Rejuno Kecamatan Karangjati Ngawi.

“Kita ada empat dari arkeolog Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran Sragen Jawa Tengah. Tujuan kita untuk melakukan penelitian terkait temuan fosil kaki gajah yang ada di Rejuno sini,” jelas anggota tim arkeolog BPSMP Sangiran Niko Albertus kepada wartawan di Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Desa Rejuno Kecamatan Karangjati, Senin (2/4/2018).

Penelitian ini, lanjut Niko, digelar dengan melibatkan arkeolog biologi dan geologi sebagai pakar dalam hal fosil. Untuk bahan penelitian, selanjutnya tim membawa satu fragmen fosil serta tanah yang ada di lokasi temuan.

“Tim dari BPSMP Sangiran, ada arkeolog biologi dan geologi. Kita membawa satu fragmen fosil serta tanah yang ada di lokasi temuan,” ungkapnya.

Niko mengungkapkan, hasil penelitian terkait fosil yang berusia jutaan tahun itu diperkirakan baru bisa diungkap dalam kurun dua hari.

Pantauan detikcom di lapangan, keempat tim arkeolog BPSMP Sangiran saat berada di lokasi juga ditemani perwakilan dari Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dispora) Ngawi serta kepala Administratur Perum Perhutani KPH Saradan, Djohan Surjo Putro.

“Setelah ada penelitian kita akan berkoordibasi dengan perhutani pusat untuk mekanisme jika fosil dibawa ke Museum Trinil,” jelas Djohan saat melakukan pendampingan.

Saat ini total 297 fosil yang ditemukan di Ngawi dalam berbagai ukuran. Yang terbesar adalah bagian kaki gajah purba dengan panjang mencapai 90 cm dan diameter 20 cm. Sisanya berupa serpihan tulang yang rusak akibat terkena benda tajam saat penggalian.

Fosil-fosil tulang ini rata-rata berukuran panjang antara 3-15 cm dengan diameter 3-5 cm. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga menemukan fosil tanduk hewan banteng dengan panjang 43 cm dan diameter 27 cm.

Sumber : detik.com

Tanggal : 2 April 2018

]]>
Lagi, Petani di Ngawi Temukan 203 Fosil https://stg.eppid.perhutani.id/lagi-petani-di-ngawi-temukan-203-fosil/ Mon, 02 Apr 2018 09:37:20 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54174 DETIK.COM (2/4/2018) | Petani di Ngawi kembali menemukan 203 fosil di area perhutani Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Desa Rejuno Kecamatan Karangjati. Di lokasi yang sama sebelumnya juga ditemukan 94 tulang dan serpihan dari fosil jenis gajah purba atau Stegodon.

“Iya betul, memang yang kedua kalinya kita saat meninjau lokasi temuan, karena terlihat saat iseng petani dan petugas hanya menggali pakai tangan kok kelihatan. Maka kita amankan takutnya ada orang yang memanfaatkan,” jelas Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Rejuno Budi Sulaksana kepada detikcom, Senin (2/4/2018).

Sarno (45), petani yang menemukan fosil gajah purba sebelumnya kali ini juga berperan dalam penemuan fosil-fosil terbaru ini bersama rekannya sesama petani, Sudarmaji (50), yang sama-sama berasal dari Dusun Grudo, Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Ngawi.

Budi menambahkan, fosil-fosil baru itu ditemukan sekitar hari Rabu (28/3/2018) dan langsung dilakukan penelitian oleh tim BPCB Jawa Timur yang berkantor di Museum Trinil Ngawi.

Dari hasil pengamatan, lanjut Budi, fosil-fosil ini masih menjadi satu bagian dari temuan pertama. “Temuan baru langsung dilakukan pengamatan oleh Museum Trinil dan memang satu bagian dari temuan awal. Kini kita amankan jadi satu,” tutur Budi.

Budi mengatakan dengan temuan tersebut, kini total terkumpul 297 fosil dan serpihannya yang disimpan di kantor Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Desa Rejuno Kecamatan Karangjati.

Dari total 297 fosil yang ditemukan, yang terbesar adalah bagian kaki gajah purba. Panjangnya mencapai 90 cm dengan diameter 20 cm. Sisanya berupa serpihan tulang yang rusak akibat terkena benda tajam saat penggalian

Fosil-fosil tulang ini rata-rata berukuran panjang antara 3-15 cm dengan diameter 3-5 cm. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga menemukan fosil tanduk hewan banteng dengan panjang 43 cm dan diameter 27 cm.

Sumber : detik.com

Tanggal : 2 April 2018

]]>
Fosil Gajah Purba di Ngawi, Seberapa Mahal Bagi Kolektor? https://stg.eppid.perhutani.id/fosil-gajah-purba-di-ngawi-seberapa-mahal-bagi-kolektor/ Mon, 02 Apr 2018 03:56:13 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54123 DETIK.COM (2/4/2018) | Tulang-tulang yang ditemukan petani bernama Sarno (45), warga Ngawi, merupakan fosil hewan purba Stegodon atau gajah purba. Seberapa mahal harga fosil bagi kolektor?

“Kalau saya kurang tahu persisnya, kalau yang temuan baru di Ngawi kan kaki gajah dan bentuknya sebagian serpihan. Yang jelas sangat berharga bagi pecinta koleksi barang langka,” kata Juru Pelihara Museum Trinil Ngawi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) wilayah Kerja Provinsi Jawa Timur Agus Hadi saat dihubungi detikcom, Senin (2/4/2018).

Meski tidak menyebut angka pasti berapa nominal harga fosil temuan terbaru di Ngawi, Agus mengaku bagi kolektor yang paham fosil bisa dihargai ratusan juta bahkan miliaran. Sehingga, lanjut Agus, pihaknya menganggap hal wajar atas permintaan penghargaan oleh petani yang menemukan.

“Kalau harga, saya belum pernah menghargai fosil, karena saya hanya pemelihara saja. Tapi bagi kolektor yang saya dengar ada yang mengoleksi seharga ratusan juta bahkan miliaran rupiah,” ungkapnya.

Agus mengaku fosil termasuk benda cagar yang dilindungi oleh pemerintah. Sementara Museum Trinil Ngawi dijadwalkan bersama Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Dispora) Ngawi serta Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan akan menggelar rapat.

Petani penemu fosil gajah purba warga Dusun Grudo, Desa Rejuno, Kecamatan Karangjati, Ngawi, berharap ada uang ganti rugi atau uang lelah, jika tulang temuannya dibawa BPCB Trowulan Jawa Timur untuk menambah koleksi museum Trinil.

Sementara Bupati Ngawi Budi Sulistiyono berjanji akan memberikan penghargaan kepada petani penemu fosil tersebut. Ada 94 fosil yang ditemukan, namun yang terbesar adalah bagian kaki gajah purba. Panjangnya mencapai 90 cm dengan diameter 20 cm. Sisanya berupa serpihan tulang yang rusak akibat benda tajam saat penggalian.

Tulang yang sudah berbentuk serpihan itu, berukuran panjang antara 3-15 cm dengan diameter 3-5 cm. Selain fosil gajah purba, tim peneliti juga menemukan fosil tanduk hewan banteng dengan panjang 43 cm dan diameter 27 cm.

Serpihan-serpihan fosil gajah purba itu kini disimpan di kantor Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Rejuno Desa Rejuno Kecamatan Karangjati Ngawi.

Sumber : detik.com

Tanggal : 29 Maret 2018

]]>
Temukan Fosil Tulang Gajah Purba https://stg.eppid.perhutani.id/temukan-fosil-tulang-gajah-purba/ Thu, 29 Mar 2018 00:50:07 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=54105 JAWAPOS (28/3/2018) | Fosil yang diduga gajah purba ditemukan di Desa Rejuno, Karangan. Tepatnya di lahan Perhutani petak 132 RPH Teguhan.

Fosil itu berupa potongan tulang yang jumlahnya mencapai 94 buah. Tiga di antaranya berukuran panjang 1,5 meter dan diameter 20 sentimeter.

Sepertinya gajah karena ada tulang yang berbentuk seperti gading, kata Kepala Desa Rejuno Seno Budiarto kemarin (27/3).

Berdasar pantauan Radar Ngawi, fosil berukuran besar yang ditemukan terdiri atas tulang paha, tempurung lutut.dan gading. Puluhan fosil lainnya berbentuk silinder dan sebagian bulat seperti batu.

Karena ukurannya kecil, sulit mengetahui tulang bagian mana,” ujarnya.

Seno menuturkan, fosil tersebut bakal diserahkan ke pemkab. Saat ini fosil itu diamankan di kantor BKPH Rejuno.

“Yang penting diamankan dulu. Setelah itu, menunggu instruksi dinas terkait,” katanya.

Diperkirakan, di kawasan petak 132 RPH Teguhan masih banyak bagian tulang gajah purba lainnya yang terpendam di tanah.

Sementara ini, pihaknya sekadar menandai lokasi temuan dengan tali plastik.

“Upaya mengamankan lokasi kami titipkan ke penggarap lahan,” imbuh Asper KBKPH Rejuno Budi Sulaksana.

Penemuan fosil gajah purba tersebut berawal saat Samo dan beberapa rekannya hendak menanam kayu sengon di lahan Perhutani petak 132 RPH Teguhan. Saat menggali, Samo menemukan benda berukuran besartertanam sekitar 30 sentimeter di dalam tanah.

“Awalnya saya kira kayu. Setelah diangkat, ternyata tulang. Dilihat dari ukurannya, kemungkinan tulang gajah,” ujarnya.

Sumber : Koran Jawa Pos, hal. 10

Tanggal : 28 Maret 2018

]]>