kphbanyuwangibarat – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 28 Apr 2017 02:04:39 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png kphbanyuwangibarat – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Pemuda Karo Adventure Songgon Ramai-ramai Tanam Pakis https://stg.eppid.perhutani.id/pemuda-karo-adventure-songgon-ramai-ramai-tanam-pakis/ Fri, 28 Apr 2017 02:04:39 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=46568 MERDEKA.COM (27/04/2017) | Memperingati hari bumi internasional, para pemuda pengelola wisata rafting Kaki Raong (Karo) Adventure, Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi melakukan aksi tanam sayur Pakis di kawasan KPH Banyuwangi Barat. Aksi tanam Pakis ini dilakukan oleh lintas generasi di Songgon, mulai dari anak-anak, masyarakat umum dan Forpimka Banyuwangi.
Baim Saputra, salah satu tim Karo Adventure mengatakan aksi tanam Pakis ini dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat. Semua warga Desa Sumberbulu diperbolehkan mencari Pakis jika sudah memasuki masa panen.

Upaya tanam Pakis sudah dilakukan sejak awal tahun 2016. Saat ini sudah ada 5,5 hektare kawasan perhutani yang sudah ditanami Pakis. Baim dan teman-temannya menargetkan bisa menambah lagi 10 hektare untuk penanaman Pakis.

Bukan tanpa alasan, para pemuda Karo Adventure ini ingin masyarakat tidak lagi menambang pasir dan batu di sungai yang menjadi kawasan wisata rafting. “Awalnya prioritas bagi pencari batu dan pasir. Dengan Pakis ini, inginnya agar ada pilihan lain,” ujar Baim usai melakukan tanam Pakis, di kawasan wisata Karo Adventure, Rabu (26/4).

Selain itu, dia berharap agar masyarakat tidak lagi mencari rebung (tunas bambu), agar fungsi resapan air dari bambu bisa membuat debit air di sungai Karo stabil. Sehinga mendukung pariwisata rafting.

Pakis jenis kentang yang ditanam memiliki tekstur lebih lembut bila dimasak daripada Pakis jenis paku yang dijual di pasaran. Sementara harganya bisa sampai dua kali lipat. Pakis biasa satu ikat seharga Rp 1500-2000, sementara Pakis kentang bisa Rp 3500 sampai 4000 per ikatnya.

“Awalnya kami tracking, ketemu Pakis jenis kentang ini. Ada buahnya, seperti kentang yang kecil, itu bisa dimakan juga. Dan tingkat kelunakan pakisnya beda. Lebih enak,” katanya.

Baim dan teman-temannya, melakukan penanaman Pakis bekerjasama dengan masyarakat yang memiliki hak garap kawasan perhutani. Pakis ini, kemudian ditanam di bawah pohon naungan pinus dan dirawat oleh warga sendiri.

“Saat ini sudah ada 2.500 bibit yang kami siapkan. Sebagian dibantu oleh pihak Perhutani,” ujar Baim.

Saat memasuki masa panen, para pemuda Karo Adventure akan melakukan distribusi pemasaran pakis melalui koperasi yang dibangun. “Yang sudah bagi hasil ada 55 KK di Desa sumberbulu. Kemudian target 10 hektare, ada 27 KK yang sudah siap,” lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KKPH) Banyuwangi Barat, Aries Indra Suparta mendukung kegiatan konservasi yang dilakukan para pemuda Karo Adventure. Sebab dari 7 hektare kawasan wisata Karo Adventure, 6 hektare-nya merupakan kawasan KPH Banyuwangi Barat.

Pihak Perhutani, bersedia menyediakan lahannya untuk zona wisata, terutama yang bernilai edukasi. Dari luas 47.400 hektare luas KPH Banyuwangi Barat, yang memasuki wilayah Kecamatan Songgon, Kalipuro, Licin, Sempu, Glenmore dan Kalibaru, sudah ada 14 lokasi wisata bekerjasama dengan perhutani. Salah satunya Karo Adventure.

“Konsepnya Eko wisata. Dan tiap wisata temanya beda-beda. Di sini tanam pakis, kalau di atas (wisata hutan pinus) memberi penamaan jenis pohon. Kemudian perjanjiannya, salah-satunya harus menjaga kelestarian,” ujarnya.

Sumber: merdeka.com

Tanggal: 27 April 2017

]]>
Serunya Belajar di Tengah Hutan Pinus Songgon Banyuwangi https://stg.eppid.perhutani.id/serunya-belajar-tengah-hutan-pinus-songgon-banyuwangi/ Mon, 27 Feb 2017 04:12:26 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45499 5edd20f0-0ea4-4cab-aa3c-1ac730cc5559_169DETIK.COM (26/2/2017) | Bicara tentang belajar, tak harus melulu berada di ruang kelas berdinding tembok. Seperti di Banyuwangi, sejumlah siswa terlihat lebih asyik belajar Bahasa Inggris di kawasan hutan pinus.

Ya, inilah sekolah hutan pinus yang berada di Desa Sumber Buluh, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Setiap hari Minggu, sekolah yang berada di tengah-tengah belantara pohon pinus ini selalu ramai dikunjungi anak-anak desa setempat untuk belajar bahasa inggris.

Sekolah hutan pinus ini sengaja didirikan di kawasan hutan produksi pinus, Perhutani KPH Banyuwangi Barat bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Rimba Ayu, di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon. Sekelompok pemuda dari desa setempat yang tergabung dalam LMDH Rimba Ayu secara kompak menjadi pengajar bahasa inggris.

Bahasa inggris dipilih sebagai mata pelajaran utama lantaran penguasaan bahasa asing dinilai penting di era globalisasi seperti sekarang ini. Terlebih lagi, desa yang berada di bawah kaki Gunung Raung ini sektor pariwisata alam berbasis hutan sedang moncer dikunjungi wisatawan lokal dan asing.

Sekolah gratis ini terbuka bagi anak-anak desa sekitar yang ingin belajar dan menambah pengetahuan bahasa asing serta pengetahuan lainnya.

“Inisiatif untuk membuka sekolah hijau di hutan pinus ini satu sisi kita ingin memberikan pembelajaran dengan suasana beda, bersentuhan langsung dengan alam,” kata Hengky, salah satu relawan pengajar bahasa asing di Sekolah Hutan Pinus Songgon, Minggu (26/2/2017).

Tak hanya disulap sebagai tempat belajar, di areal seluas 4 hektar itu hutan produksi pinus juga dimanfaatkan sebagai tempat wisata kekinian yang lagi hits di Banyuwangi. Payung-payung merah yang menggelantung, jejeran ornamen yang kece juga di sediakan sebagai tempat seru untuk selfie.

Maka, tak heran jika siswa siswi sekolah hutan pinus terlihat lebih ceria dan bersemangat ketika belajar bahasa inggris di tengah hutan pinus tersebut. Situasi belajar yang asyik, udara yang sejuk dan ratusan pohon pinus yang tinggi menjulang menambah rindang pemandangan yang terpapar di kelas alam itu. Tak hanya belajar, para siswa juga bisa bermain di arena rumah pohon, area perkemahan dan berkuda di tengah hutan pinus.

“Enak disini, pemandangannya indah. Bisa belajar membaca dan menulis (bahasa inggris,” ucap Sekar usai kelas Bahasa Inggris berakhir.  (bdh/bdh)

Sumber: detik.com

Tanggal: 26 Februari 2017

]]>
Omah Pinus Songgon, Surga Wisata Hutan dari Banyuwangi https://stg.eppid.perhutani.id/omah-pinus-songgon-surga-wisata-hutan-banyuwangi/ Fri, 24 Feb 2017 07:19:15 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45511 brt363941028BERITAJATIM.COM (23/2/2017) | Kaki Gunung Raung memang menyimpan sejuta kenyamanan yang disuguhkan. Karya-karya alam mampu menjadi tambang yang indah untuk dimanfaatkan sebagai lokasi wisata.

Salah satunnya, Omah Pinus Songgon yang kini muncul melengkapi sejumlah destinasi wisata yang sudah ada. Berdiri di bawah tegakan hutan produksi pinus, Perhutani KPH Banyuwangi Barat mulai menggarap wisata itu bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Rimba Ayu, di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon.

Ciri khas pohon pinus yang keras dan tinggi menjulang nampaknya hanya terpikir, ini hanya akan menjadi hutan produksi. Namun, eksotika dibalik rimbunnya, jusru menumbuhkan rasa percaya hingga muncul sebagai lokasi wisata.

Payung warna-warni, bunga-bunga nan elok melayang dan melintang di bawah rerimbunan pohon pinus menambah eksotik view kala mata memandang.

Ditambah lagi adanya ornamen buatan semi permanen dari bilah-bilah papan yang tertempel rapi di atas pohon pinus membentuk rumah melayang, semakin menyentil indera mata memandang. Bahkan, tak jarang memancing hasrat para pemburu foto diri.

“Wisata pinus sudah berjalan enam bulan dengan mekanisme Perjanjian Kerja Sama (PKS) bersama masyarakat yang menjadi mitra kami. Hasilnya bisa dilihat sendiri,” jelas Bagian Komunikasi Perusahaan (Komper) Perhutani KPH Banyuwangi Barat, Adi Raharjo, Kamis (23/2/2107).

Serius menggarap lokasi ini, Perhutani awalnya menyetujui 4 Hektar hutannya disulap menjadi tempat wisata kekinian. Namun, setelah berbagai perundingan dan pengkajian internal, rencananya lokasi ini akan diperluas.

“Kita akan menyetujui untuk perluasan lahan di tempat itu. Tapi tetap dengan konsep semi permanen,” katanya.

Sejauh ini, Lanjut Adi, memang baru bersama LMDH yang dapat mengembangkan potensi wisata di wilayah hutan milik Perhutani ini. “Sebenarnya ada dari investor yang menawarkan tapi kita masih belum bisa menerima. Karena aturan kami tetap harus melibatkan LMDH di dalam susunannya,” tegasnya.

Sementara konsep yang sudah berjalan, pengelolaan wisata hutan diberikan sepenuhnya pada masyarakat. “Sistemnya sharing, 30 persen hasil diserahan kepada kami, 70 persen milik masyarakat yang telah dipotong untuk biaya operasional dan korporasi pada pemerintah. Dan asuransi jiwa sebesar Rp 350,” jelasnya.

Nampaknya, Perhutani mulai ketagihan dengan konsep pengelolaan hutan dengan pola wisata yang kini dirasakan. Dari 42 ribu Hektar yang dibagi menjadi dua antara 27 hutan lindung dan 25 hutan produksi kini mulai timbul perubahan.

“Dulu 60 persen hasil kita semua dari hutan produksi, tapi sekarang sudah mulai terbalik,” ucap Adi.

Belum lagi, dalam waktu dekat pihaknya juga akan segera merampungkan destinasi wisata baru di wilayah kerjanya. “Munculnya wisata pinus ini juga memicu beberapa mitra kami yang ingin mengembangkan lokasi hutan kami untuk menjadi wisata. Tapi kami tidak gegabah, karena perlu beberapa aspek yang harus ditempuh,” tutupnya. [rin/suf]

Sumber: beritajatim.com 

Tanggal: 23 Februari 2017

]]>