#kphmajalengka – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 05 May 2017 02:52:02 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #kphmajalengka – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Upaya Tingkatkan Produksi Kedelai, Ciptakan PAT https://stg.eppid.perhutani.id/upaya-tingkatkan-produksi-kedelai-ciptakan-pat/ Fri, 05 May 2017 02:52:02 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=46698 INDOFAKTA.COM (4/5/2017) | Gerakan Perluasan Areal Tanam (PAT) di Kabupaten Majalengka dalam upaya pemerintah memenuhi pasokan produksi kedelai saat Sarasehan dan Temu Wicara Tanam Perdana di Petak 41 RPH Sahbandar BKPH Cibenda KPH Majalengka, Desa Syahbandar, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Kamis, (04/05/2017)

Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui Direktur Aneka Kacang dan Umbi, yang disampaikan Arif Mulyana Kasi Ekstensifikasi mengatakan, gerakan tanam kedelai ini upaya untuk menargetkan produksi kedelai 1,2 juta ton yaitu dengan Perluasan Areal Tanam (PAT) sesuai dari data yang tercatat mencapai 210 ribu hektar untuk nasional, untuk di Provinsi Jawa Barat tercatat seluas 22 ribu hektar, dan untuk di Kabupaten Majalengka seluas 600 hektar.”

“Ini upaya dari produksi kedelai yang mengalami defisit di tahun 2016 hingga 10,94 persen atau 105 ton, dari itu hanya mampu memenuhi 37,29 persen dari rata-rata kebutuhan nasional di 2,3 juta ton dan 62,71 persen lainnya dipasok dari impor.”
Untuk mencapai target itu Arif menjelaskan, pemerintah akan memfasilitasi sarana produksi memberikan bantuan melalui benih kedelai bersubsidi yang dapat dibeli dengan harga murah.

“Kementan akan menjamin pasar bagi petani kedelai. Untuk harga diatur dalam Permendag nomor 63/M-DAG/PER/9/2016, yakni HPP kedelai diingkat petani Rp8.500/kg dan ditingkat pengrajin atau konsumen Rp9.200/kg,” katanya.
Kepala Perum Perhutani Regional Jabar dan Banten, H Andi Purwadi menerangkan, Perhutani akan menanam di 22 Kabupaten/Kota, 95 Kecamatan, 186 Desa, serta membentuk 416 pokja.

“Tanah milik perhutani di desa ini silahkan dipakai tanam palawija sebelum semuanya ditanami kedelai, perlu diketahui menanam kedelai baru terasa untungnya apabila menanamnya minimal satu hektar.” terangnya.

Sumber : indofakta.com

Tanggal : 4 Mei 2017

]]>
Menengok Jejak Legenda Sangkuriang https://stg.eppid.perhutani.id/menengok-jejak-legenda-sangkuriang/ Fri, 27 Jan 2017 02:22:39 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44824 kecilJURNALINDONESIA.NET (26/1/2017) | Legenda cerita Sangkuriang yang terkenal di tatar Sunda, ternyata tidak melulu tempat kejadiannya di sekitar Bandung. Dusun Pancurendang Kelurahan Babakan Jawa menjadi salah satu tempat yang konon erat kaitannya dengan legenda tersebut.

Sangkuriang ditugaskan membendung sungai dalam waktu semalam sebagai syarat dari Dayang Sumbi untuk menikahinya. Dengan bantuan bala tentara mahluk halus dikumpulkannya batuan besar untuk membendung sungai, namun akhirnya bendungan yang rencananya untuk berlayar bersama perahu tidak bisa diwujudkan.

Aki Sama (72), juru kunci makam Syech Abdul Azis dan Syech Abdul Malik mengatakan, sisa batuan besar untuk membendung sungai itu masih ada sampai sekarang. Tepatnya di blok Tegal Batu dan Blok Legok Kondang. Tumpukan batuan itu mirip stone garden.

“Bila diteliti secara seksama, kondisi alam blok Legok Kondang menyerupai sebuah bendungan yang kering. Kemudian membentuk lembah yang di tengah-tengahnya mengalir sungai Cilutung yang bermuara ke bendungan Jatigede Sumedang,” kata Aki Sama seperti dikutip Radar Majalengka.

Menurut Sama, ada sebuah batu berukuran raksasa seperti batok kura-kura. Dengan bentuk pahatan pada batu itu seperti sengaja dibentuk manusia.

Batu itu dikenal dengan nama batu timbangan. Dari cerita turun temurun, batu itu ternyata berfungsi sebagai penahan luapan sungai Cilutung, sehingga kampung di sekitarnya tidak terkena banjir.

“Masih di sekitar sini juga terdapat gua yakni Gua Karang yang cukup besar. Namun karena belum banyak terjamah manusia dan kondisinya gelap, maka hanya sedikit orang yang pernah masuk. Itu pun dengan menggunakan bantuan penanda tali, agar tidak tersesat dan bisa keluar lagi,” ujarnya.

Sementara Yayat Sumantri dari KPH Perhutani Majalengka mengungkapkan, sebagai salah satu destinasi wisata potensial Taman Batu Gunung Karang yang masuk supervisi Perhutani akan segera dikembangkan.

Pihaknya bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab Majalengka beberapa kali melakukan survei kelayakan.

“Disebut gunung dan gua karang karena banyak ditemukan batu-batu karang yang sangat besar, terkait dengan legenda Sangkuriang. Jadi potensi di sini selain menjual keindahan alam yang masih perawan, juga ada sisi budaya yang kental dengan cerita masyarakat sunda,” ucapnya.

Selain itu ada batu batu besar yang terhampar tunggal di bibir tebing yang tinggi. Sehingga seperti menjadi menara dengan sudut pandang alam dengan hutan hijau dan lembah di bawahnya. “Dari catatan sejarah, pada zaman revolusi Gua Karang adalah tempat persembunyian dan benteng pertahanan pasukan pejuang,” imnuh Yayat.

Dari posisi ini dapat melihat lembah dan sungai Cilutung wilayah Kecamatan Jatinunggal Sumedang. Di sebelah selatan ada hutan pinus dan terlihat wilayah Majalengka kota di sebelah utara, serta hutan pinus lainnya disebelah timur.

“Dari survei yang telah kami lakukan, kedepannya akan dipilih objek wisata mana yang bisa dinikmati secara aman dan menyenangkan. Ada juga masukan yang bagus, bila disini dibuat bumi perkemahan. Tapi semua masih kita inventarisir lagi,” pungkasnya. (sak)

Sumber: jurnalindonesia.net

Tanggal: 26 Januari 2017

]]>
Objek Wisata Taman Batu Gunung Karang, Jejak Legenda Sangkuriang https://stg.eppid.perhutani.id/objek-wisata-taman-batu-gunung-karang-jejak-legenda-sangkuriang/ Mon, 23 Jan 2017 04:00:02 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44713 sangkuriangRADARCIREBON.COM (22/1/2017) | Legenda cerita Sangkuriang yang terkenal di tatar Sunda, ternyata tidak melulu tempat kejadiannya di sekitar Bandung. Dusun Pancurendang Kelurahan Babakan Jawa menjadi salah satu tempat yang konon erat kaitannya dengan legenda tersebut.

Sangkuriang ditugaskan membendung sungai dalam waktu semalam sebagai syarat dari Dayang Sumbi untuk menikahinya. Dengan bantuan bala tentara mahluk halus dikumpulkannya batuan besar untuk membendung sungai, namun akhirnya bendungan yang rencananya untuk berlayar bersama perahu tidak bisa diwujudkan.

Aki Sama (72), juru kunci makam Syech Abdul Azis dan Syech Abdul Malik mengatakan, sisa batuan besar untuk membendung sungai itu masih ada sampai sekarang. Tepatnya di blok Tegal Batu dan Blok Legok Kondang. Tumpukan batuan itu mirip stone garden.

“Bila diteliti secara seksama, kondisi alam blok Legok Kondang menyerupai sebuah bendungan yang kering. Kemudian membentuk lembah yang di tengah-tengahnya mengalir sungai Cilutung yang bermuara ke bendungan Jatigede Sumedang,” kata Aki Sama kepada Radar Majalengka.

Menurut Sama, ada sebuah batu berukuran raksasa seperti batok kura-kura. Dengan bentuk pahatan pada batu itu seperti sengaja dibentuk manusia.

Batu itu dikenal dengan nama batu timbangan. Dari cerita turun temurun, batu itu ternyata berfungsi sebagai penahan luapan sungai Cilutung, sehingga kampung di sekitarnya tidak terkena banjir.

“Masih di sekitar sini juga terdapat gua yakni Gua Karang yang cukup besar. Namun karena belum banyak terjamah manusia dan kondisinya gelap, maka hanya sedikit orang yang pernah masuk. Itu pun dengan menggunakan bantuan penanda tali, agar tidak tersesat dan bisa keluar lagi,” ujarnya.

Sementara Yayat Sumantri dari KPH Perhutani Majalengka mengungkapkan, sebagai salah satu destinasi wisata potensial Taman Batu Gunung Karang yang masuk supervisi Perhutani akan segera dikembangkan.
Pihaknya bersama Dinas Pariwisata dan kebudayaan (sebelumnya Disporabudpar) Majalengka beberapa kali melakukan survei kelayakan.

“Disebut gunung dan gua karang karena banyak ditemukan batu-batu karang yang sangat besar, terkait dengan legenda Sangkuriang. Jadi potensi di sini selain menjual keindahan alam yang masih perawan, juga ada sisi budaya yang kental dengan cerita masyarakat sunda. Dari catatan sejarah, pada zaman revolusi Gua Karang adalah tempat persembunyian dan benteng pertahanan pasukan pejuang,” ucapnya.

Selain itu ada batu batu besar yang terhampar tunggal di bibir tebing yang tinggi. Sehingga seperti menjadi menara dengan sudut pandang alam dengan hutan hijau dan lembah di bawahnya.

Dari posisi ini dapat melihat lembah dan sungai Cilutung wilayah Kecamatan Jatinunggal Sumedang. Di sebelah selatan ada hutan pinus dan terlihat wilayah Majalengka kota di sebelah utara. Kadipaten di bisa dilihat di barat dan hutan pinus lainnya disebelah timur.

“Dari survei yang telah kami lakukan, kedepannya akan dipilih objek wisata mana yang bisa dinikmati secara aman dan menyenangkan. Ada juga masukan yang bagus, bila disini dibuat bumi perkemahan. Tapi semua masih kita inventarisir lagi,” pungkasnya. (gus)

Sumber: radarcirebon.com

Tanggal: 22 Januari 2017

]]>
Dari Bukit Cadas Gantung, Majalengka Terlihat Makin Keren https://stg.eppid.perhutani.id/bukit-cadas-gantung-majalengka-terlihat-makin-keren/ Sun, 08 May 2016 03:25:04 +0000 http://perhutani.co.id/?p=36810 POJOKJABAR.COM MAJALENGKA (7/5) | Ingin tempat wisata ala pegunungan yang menyajikan pemandangan yang keren di Majalengka? Mungkin Anda harus mencoba objek wisata bukit Cadas Gantung di Desa Mirat Kecamatan Leuwimunding.
Sejak hari pertama libur panjang akhir pekan hingga Sabtu (7/6/2016), Bukit Cadas Gantung ramai dikunjungi ratusan wisatawan dalam dan luar daerah, seperti sekitar Ciayumajakuning bahkan luar Ciayumajakuning, Jakarta, Bekasi dan Bogor, memadati lokasi itu.
Nurkhopipah (25), wisatawan asal Bekasi mengatakan, meski harus menempuh jalan yang ektrem, Nur dan teman-temannya merasa puasa setelah menikmati pemandangan di lokasi tersebut.
“Pokoknya asyik, apalagi bukan hanya suasananya yang sejuk melainkan dari tempat ini separuh wilayah Kabupaten Majalengka terlihat dan saya sangat puas,” ungkapnya.
Meski fasilitas dan keamanan di sekitar objaek wisata tersebut masih minim, namun pengunjung tetap membanjiri objek wisata di lahan milik Perhutani tersebut. Untuk membuat pengunjung nyaman, lokasi tersebut akan ditata kembali dan fasilitas lainnya akan ditambah.
“Diantaranya kami ingin ada fasilitas air bersih, karena saat ini di puncak Cadas Gantung tidak ada air. Bukit ini cadas, air melimpah di tempat parkir tapi di atas sini sulit. Kalau sudah ada fasilitas itu, pengunjung bias cuci muka di atas,” ungkap Eswanda, salah seorang pengelola.
Agar bisa mencapai Cadas Gantung menurutnya memang tidak mudah. Jika para wisatawan ingin mendatangi lokasi tersebut, patokannya Mapolsek Leuwimunding. Bila datang dari arah Prapatan Sumberjaya, belok kiri sebelum mapolsek tersebut. Jika dari arah Rajagaluh, setelah mapolsek belok kanan.
Selanjutnya perjalanan bisa ditempuh sekitar 10 menit ke blok Cirabak. Motor dan mobil harus diparkir karena tidak bisa sampai ke puncak. Selanjutnya pengunjung harus berjalan kaki untuk sampai ke bukit berbatu selama kurang lebih 15 menit.
“Cukup melelahkan memang, namun itu sepadan dengan pemandangan indah di puncak cadas Gantung. Hampir tidak terlihat bangunan tinggi seperti kota-kota besar, tetapi cukup mengasyikan karena memang berada di ketinggian kurang lebih 300 meter dan bisa melihat secara leluasa,” pungkasnya.
(izo/pojokjabar)
Tanggal  : 7 Mei 2016
Sumber  : jabar.pojoksatu.id

]]>