#kphmalang – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Thu, 08 Jun 2017 16:04:48 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #kphmalang – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Dirut Perhutani Bertemu 5 LMDH Siapkan Perhutanan Sosial Di Malang https://stg.eppid.perhutani.id/dirut-perhutani-bertemu-5-lmdh-siapkan-perhutanan-sosial-di-malang/ Thu, 08 Jun 2017 16:04:48 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47487

Dok.Kom-PHT/ Kanpus ©2017

JAKARTA, PERHUTANI (8/6/2017) | Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna bertemu dan berdialog dengan pengurus dari 5 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di petak 83c, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pujon Selatan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pujon, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang, dalam rangka persiapan implementasi Perhutanan Sosial, Rabu (7/6).

Menurut Denaldy, pilot project Perhutanan Sosial 2017 di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang luasnya 56.074,7 ha dengan luas terverifikasi 30.472,7 ha. Khusus BKPH Pujon, luasnya 3.757,1 ha, dengan luas verifikasinya 2.996,3 ha.

“Dengan perhutanan sosial, Perhutani akan terus meningkatkan kerjasama dengan LMDH dalam pengelolaan hutan melalui pemberdayaan dan tetap berpedoman pada aspek kelestarian. Ini menjadi prioritas menuju hutan lestari yang menyejahterakan masyarakat”, kata Denaldy.

Pengurus yang hadir pada dialog tersebut berasal dari LMDH Wono Asri, LMDH Wono Lestari Sejahtera, LMDH Cahaya Alam Lestari, LMDH Wono Lestari, dan LMDH Kedung Sumber Rejeki wilayah Pujon Malang.

Untuk petak 83c seluas 63,2 Ha di Pujon Selatan, menurut pengurus LMDH nantinya akan mereka tanami komoditi pakan ternak rumput gajah, kopi arabika, dan tanaman buah serta palawija selain tanaman pokok kehutanan.

“Rencananya kami buat agroforestry dengan tanaman jenis jeruk, apel, alpukat, dan lain-lain. Selain peningkatan ekonomi, masyarakat yang terlibat juga bisa menjaga kelestarian lingkungan”, ungkap Suwandi Ketua LMDH Wono Asri

Perhutani tengah mengembangkan bisnis agroforestry melalui Perhutanan Sosial yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Melalui program BUMN Hadir Untuk Negeri, beberapa BUMN bersinergi menindaklanjuti penerapan UU No. 1 Tahun 1999 pasal 68, jo PP No 3 Tahun 2008 pasal 83, 84, 99 dan Permen LHK No P.83 Tahun 2016 tentang program Perhutanan Sosial tersebut. (Kom-PHT/PR/2017-VI-25)

]]>
Coban Rondo Bakal Dilengkapi dengan Cottage https://stg.eppid.perhutani.id/coban-rondo-bakal-dilengkapi-dengan-cottage/ Sat, 27 May 2017 03:10:01 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47240 RADARMALANG.ID (26/5/2017) | Pengembangan wisata berbasis alam terus digalakkan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang. Salah satu lokasi yang tengah bersolek dan fasilitasinya terus ditambah adalah kawasan wisata Coban Rondo, di Desa Pandesari Kecamatan Pujon.

Art Director Wana Wisata Perum Perhutani KPH Malang Bambang Hariyanto menyatakan, pengembangan di kawasan Kafe Daun Coklat saat ini masih menjadi fokusnya. ”Sebelumnya kami sudah me-launching tempat khusus untuk pertunjukan,” terang dia. Menghabiskan dana kurang lebih Rp 150 juta, tempat tersebut ditujukan untuk mewadahi bakat-bakat pemuda di seputar daerah Pujon. Tak berhenti disitu, kawasan kafe dengan luas dua hektare juga bakal dilengkapi lagi dengan wahana lain. ”Kami rencananya akan membangun cottage juga,” sambung Bambang.

Tak ada target kapan rencana itu akan direalisasikan. Yang jelas, sambung Bambang, pihaknya saat ini masih terus mengumpulkan modal untuk membangun cottage tersebut. ”Ya semoga bisa secepatnya,” terangnya. Tepat berada di sebelah Kafe Daun Coklat, memang terdapat sebuah bukit. Dari lokasi itu, landscape wilayah Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kota Malang terlihat dengan jelas. Pengunjung yang datang ke lokasi itu hanya perlu merogoh kocek Rp 5 ribu per orang. Selain tempat pertunjukkan, sejumlah wahana lain juga sudah tersedia di Kafe Daun Coklat. Mulai dari panggung untuk ayunan, hammock, hingga lokasi selfie dengan background hutan pinus.

Sumber: radarmalang.id

Tanggal: 26 Mei 2017

]]>
Ada Teluk Asmara di Dekat Gua Cina https://stg.eppid.perhutani.id/ada-teluk-asmara-dekat-gua-cina/ Sat, 04 Mar 2017 02:34:51 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45662 040317-panorama-teluk-asmarMALANGPOST.NET (4/3/2017) | Malang Raya memiliki tempat-tempat indah yang masih tersembunyi di tengah hutan belantara. Tepat sekitar 1.850 meter dari Jalur Lintas Selatan (JLS), sebuah potensi alam pantai cantik nan indah bernama Teluk Asmara siap diperkenalkan pada masyarakat luas.

Kaur Humas Perum Perhutani KPH Malang, Gatot Sulis Wardoyo menyampaikan, 29 maret mendatang, pihaknya akan mengumumkan secara resmi wana wisata baru, Teluk Asmara tersebut kepada dunia.

“Teluk Asmara namanya. Dinamakan begitu karena tempat ini merupakan teluk yang memiliki pantai-pantai lainnya yang jika dilihat dari sisi tertentu membentuk seperti jantung atau simbol asmara,” ungkap Gatot saat ditemui Malang Post, Jumat (3/3).

Lebih lanjut Gatot menerangkan, terdapat dua pantai yang berada di kawasan Teluk Asmara tersebut. Yaitu Pantai Sumenggung dan Pantai Bangsong. Teluk Asmara dengan dua pantainya ini tergolong pantai yang tidak berisiko tinggi. Arus ombak yang ada di kawasan Teluk Asmara tidak membahayakan, karena secara alami Teluk Asmara memiliki pemecah gelombang.

“Pemecah gelombang alami itu adalah sebuah batu besar menyerupai pulau kecil yang berada di tengah,” jelas Gatot.

Arus ombak yang datang akan terpecah oleh batu besar tersebut sehingga meminimalisir ombak yang datang menuju bibir pantai. Teluk Asmara ini pun memiliki kejernihan air yang sangat indah dipandang. Jika dilihat dari kejauhan, warna air Teluk ini berwarna biru muda dan biru laut secara bersamaan.

Gatot meneruskan, Teluk Asmara tidak hanya akan menawarkan keindahan panorama dan pantai saja. Saat tim Perhutani menelisik lebih jauh, Teluk Asmara memiliki potensi sebagai tempat konservasi penyu.

“Ternyata warga sekitar sudah membuat kolam-kolam sendiri secara ilegal. Yang dibuat dan didagangkan sebagai kolam pancing. Kita tidak serta merta langsung menghalau kegiatan ini karena tidak berizin, tapi akan kami berdayakan dengan hal lain,” tutur mantan anggota Tim SAR ini.

Kolam pancing buatan warga sekitar yang tidak memiliki izin tersebut akan diubah sebagai tempat konservasi penyu. Pengolah kolam pancing akan dijadikan pengolah kolam konservasi penyu tersebut, dalam perkembangannya.

Sumber: malangpost.net

Tanggal: 4 Maret 2017

]]>
101 Lokasi Wisata Milik Perhutani Hasilkan Rp 9,4 Miliar https://stg.eppid.perhutani.id/101-lokasi-wisata-milik-perhutani-hasilkan-rp-94-miliar/ Wed, 15 Feb 2017 01:09:56 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45325 6-a-coban-jahe-ben-1-ok-dspRADARMALANG.CO.ID (14/2/2017) | Banyaknya tempat wisata alam baru di Kabupaten Malang memberi sumbangsih pendapatan signifikan. Selain ke kas daerah, peningkatan pemasukan juga dirasakan Perum Perhutani KPH Malang. Dari total 101 lokasi wisata yang dikelola, tahun 2016 mampu menghasilkan pemasukan Rp 9,4 miliar.

”Tahun 2016 naiknya hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya,” terang Kaur Humas Perhutani KPH Malang, Gatot Sulis Wardoyo. Dari hasil rekapitulasi pendapatan kotor bidang usaha wisata perhutani, di tahun 2016 menembus angka Rp 9,4 miliar. Angka itu meningkat dibandingkan tahun 2015 yang mencatat pendapatan kotor Rp 4,8 miliar. ”Itu data pemasukan dari 101 tempat wisata yang kami kelola,” tambah Gatot.

Ia menjelaskan, ada beberapa lokasi wisata yang sumbangan pendapatan signifikan. Yang tertinggi adalah Pantai Regent di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur yang tahun lalu menyumbang pendapatan kotor Rp 3,1 miliar. Jumlah itu melampaui pemasukan pantai-pantai lainnya. Selain itu, destinasi wisata air terjun atau yang kerap disebut coban juga menyumbang pendapatan yang lumayan. Coban Jahe di Desa Pandansari Lor, Kecamatan Jabung misalnya. Tahun lalu sukses menyumbang pendapatan senilai Rp 71 juta. Angka itu naik dibandingkan 2015 lalu yang hanya mendapat Rp 25 juta. (by/nay)

Sumber: radarmalang.co.id

Tanggal: 14 Februari 2017

]]>
Wahana Ini Bikin Kamu Serasa Terbang https://stg.eppid.perhutani.id/wahana-bikin-kamu-serasa-terbang/ Mon, 16 Jan 2017 01:26:10 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44448 1-a-paralayang-bersayap-2-jpg-onlineRADARMALANG.CO.ID (15/1/2017) | Bagi Anda yang ingin berfoto seolah terbang di udara sembari mengepakkan sayap, datanglah ke Wana Wisata Paralayang Gunung Banyak. Sebab, objek wisata yang dikelola Perum Perhutani ini, menyuguhkan lokasi selfie Sayap Malaikat.

Ketinggiannya hanya 2,56 meter dengan lebar 3,60 meter. Dengan demikian, risiko wisatawan jatuh sangat kecil. Selain itu, juga menjadi solusi bagi wisatawan yang takut ketinggian. ”Yang gak berani terbang, cukup berimajinasi di sini (Sayap Malaikat),” ujar Art Director Wana Wisata Perusahaan Umum (Perum) Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang Bambang Hariyanto, kemarin (14/1).

Wahana Sayap Malaikat dibangun sejak 22 Desember lalu. Wahana ini sengaja ditambah untuk menyambut wisatawan saat long weekend pergantian tahun. ”Mereka (wisatawan) bisa memiliki sayap tanpa harus terbang,” ujar bapak dua anak tersebut.

Hadirnya lokasi selfie itu karena Perum Perhutani ingin menghadirkan wisata yang unik dan kekinian. Terlebih, lanjut Bambang, wana wisata paralayang kerap dikunjungi wisatawan yang didominasi pasangan muda-mudi.

Sumber: radarmalang.co.id

Tanggal: 15 Januari 2017

]]>
Mau Selfie Serasa Terbang di Atas Pegunungan https://stg.eppid.perhutani.id/mau-selfie-serasa-terbang-pegunungan/ Sun, 15 Jan 2017 01:02:53 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44460 mau-selfie-serasa-terbang-di-atas-pegunungan-datang-saja-ke-sini_m_102447JAWAPOS.COM (15/1/2017) | Bagi Anda yang ingin berfoto seolah terbang di udara sembari mengepakkan sayap, datanglah ke Wana Wisata Paralayang Gunung Banyak, Kota Batu – Malang. Sebab, objek wisata yang dikelola Perum Perhutani itu menyuguhkan spot selfie Sayap Malaikat.

Tinggi model itu hanya 2,56 meter dengan lebar 3,60 meter. Dengan demikian, risiko wisatawan jatuh sangat kecil. Juga menjadi solusi bagi wisatawan yang takut ketinggian. ”Yang gak berani terbang, cukup berimaginasi di sini (spot selfie Sayap Malaikat),” ujar Bambang Hariyanto, Art Director Wana Wisata Perum Perhutani KPH Malang, seperti dikutip Jawa Pos Radar Batu, Minggu (15/1).

Wahana Sayap Malaikat itu dibangun sejak 22 Desember lalu. Penambahan wahana itu sengaja dilakukan untuk menyambut wisatawan saat long weekend akhir tahun. “Mereka (wisatawan) bisa memiliki sayap tanpa harus terbang,” ujar bapak dua anak itu.

Hadirnya spot selfie ini karena perum perhutani ingin menghadirkan wisata yang unik dan kekinian. Terlebih, kata Bambang, wana wisata paralayang kerap dikunjungi wisatawan yang didominasi pasangan muda-mudi.

Kedepannya, Bambang akan menambah satu unit wahana baru lagi. Konsepnya tidak sayap malaikat. Tapi ingin menyuguhkan sesuatu yang berbeda. “Kami terus berbenah supaya wisata di sini semakin bagus,” pungkas pria yang juga merangkap sebagai Kepala Wana Wisata Gunung Banyak Paralayang itu.(zya/dan)

Sumber: jawapos.com

Tanggal: 15 Januari 2017

]]>
Sensasi Pagupon di Tengah Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/sensasi-pagupon-tengah-hutan/ Wed, 04 Jan 2017 04:26:15 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44195 pagupon-coban-talun-660RADARMALANG.CO.ID (4/1/2017) | Anda ingin merasakan sensasi menginap di rumah pagupon atau kandang burung merpati di tengah-tengah hutan? Penginapan itu barangkali hanya Anda temukan di Wana Wisata Coban Talun, Kota Batu. Dinamakan pagupon karena bentuk bangunannya mirip kandang burung merpati. Hanya saja, ukurannya lebih besar dengan lebar 3 meter, tinggi 2,5 meter, dan panjang 4 meter. Lima unit pagupon sudah siap huni.
Di dalam pagupon ’raksasa’ yang dikelola Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Malang tersebut, ada satu kasur kecil plus meja. Sehingga, pagupon ini hanya cukup untuk menampung empat orang dewasa.
Administratur Perum Perhutani KPH Malang Arif Herlambang menyatakan, wisatawan yang menginap di Pagupon Camp, bisa merasakan sensasi berbeda. Sebab, wisatawan bisa menikmati suasana yang benar-benar alami. Desain Pagupon Camp memang dibuat seakan-akan menyatu dengan alam. Suasana itu tidak banyak ditemukan di tempat lain. Apalagi, sebagian besar material tembok pagupon berbahan kayu dan beratap seng. Udara malamnya juga sejuk sekitar 18 derajat Celcius. ”Pagupon Camp memberikan suasana baru bagi wisatawan,” ungkap Arif.
Pagupon Camp yang baru diresmikan pada 27 Desember 2016 lalu ini, tak hanya menyediakan penginapan, tapi juga ada tempat pertemuan. Bahkan, rencananya akan dibangun wahana kolam pancing, panahan, dan panjat gunung. Di samping itu, ke depan, sebanyak 10 rumah pagupon akan dibangun. (zya/c4/abm)
 
Sumber: radarmalang.co.id
Tanggal: 4 Januari 2017

]]>
Lima Rumah Kayu Sambut Wisatawan https://stg.eppid.perhutani.id/lima-rumah-kayu-sambut-wisatawan/ Tue, 27 Dec 2016 07:24:15 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=43887 6-c-launching-wisata-baru-perhutani-for-radar-kanjuruhan-5__1482810492_120-188-93-123RADARMALANG.CO.ID (27/12/2016) | Destinasi wisata di Kabupaten Malang yang layak masuk dalam daftar tunggu, bertambah. Sebab, Perhutani KPH Malang me-launching persinggahan baru di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, kemarin (26/12). Namanya, Gunungsari Sunset (GSS).
Administratur Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Malang Arif Herlambang, menjelaskan, tempat tersebut memang khusus untuk disinggahi para wisatawan. ”Khususnya yang hendak ke Gunung Bromo,” terang dia.
Oleh karena itu, fasilitas di sana terjadi cukup lengkap, mulai dari kafe, homestay hingga jalur hiking.
Dengan mengusung tema homestay dan resto, Perhutani membebaskan biaya tiket masuk. Jadi, bagi Anda yang ingin foto-foto dengan view pemandangan alam, lokasi ini patut menjadi salah satu jujukan. Sementara itu, bagi yang ingin bermalam, harap bersabar sejenak. Pasalnya, Perhutani KPH Malang belum menentukan tarif homestay-nya. ”Untuk tarif, memang masih dirembuk,” sambung Arif.
Saat ini, lanjutnya, telah tersedia lima rumah kayu. Ke depan, pengelola juga berhasrat untuk menambah rumah-rumah kayu di sana. Berdasarkan penataan beberapa fasilitas, GSS cukup direkomendasikan untuk destinasi wisata keluarga. Sebab, kafe yang disediakan bakal menyediakan beberapa kebutuhan, mulai dari varian makanan ringan hingga minuman. Secara khusus, Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Poncokusumo juga hadir dalam launching GSS, kemarin. (by/c4/nen)
 
Sumber : radarmalang.co.id
Tanggal : 27 Desember 2016

]]>
Pemkot Batu Tekad Kembangkan Wisata https://stg.eppid.perhutani.id/pemkot-batu-tekad-kembangkan-wisata/ Mon, 26 Dec 2016 12:00:49 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=43838 coban-talun-1__1482742893_120-188-35-27RADARMALANG.CO.ID (26/12/2016) | Wali Kota Batu Eddy Rumpoko sepertinya ingin menghabiskan seluruh wilayahnya untuk objek wisata. Setelah rumah-rumah penduduk banyak yang diubah menjadi homestay dan vila, hutan pun akan disulap menjadi tempat wisata.
Keinginan ini tergambar dari rencana ER, panggilan akrab Eddy Rumpoko, untuk mengubah Wana Wisata Coban Talun menjadi Creative Forest Coban Talun. ”Pak ER bilang ke saya, agar mengembangkan ekowisata di hutan Batu,” ujar Art Director Wana Wisata Perum Perhutani KPH Malang Bambang Hariyanto, kemarin (25/12/2016).
Dia menjelaskan, kawasan Coban Talun bakal dibagi empat zona keilmuan. Di antaranya silvopasture (peternakan dalam hutan), agroforesty (rekayasa 4 strata tumbuhan hutan), silvofishery (perikanan dalam hutan), dan ekowisata.
Wahana-wahana baru juga akan segera bermunculan. Misalnya, Taman Sungai, Jembatan Gantung, River Resto, Glamour Camping, Taman Serangga, Java Animal Seven Save, Taman Buru, Waterfall Deck, dan lainnya.
”Rumah Pagupon dan Apache Camp itu salah dua konsep glamour camping,” kata Bambang.
Bambang mengaku sudah merampungkan master plan Creative Forest Coban Talun. Pengerjaannya melibatkan empat pihak, yakni LMDH (lembaga masyarakat desa hutan), Perum Perhutani, Pemerintah Kota Batu (Pemkot) Batu, dan investor.
Apakah ini bagian dari alih fungsi lahan? Bambang menegaskan, ekowisata tidak termasuk kategori alih fungsi. Sebab, tetap mengedepankan aspek legal dalam pemeliharaan hutan. ”Kami cari cara paling arif menurut standar ilmu kehutanan,” ujarnya.
Sementara itu, Administratur Kawasan Penguasaan Hutan (KPH) Malang Arif Herlambang menyatakan, sudah menjadi prinsip Perum Perhutani untuk mendukung ekowisata di Kota Batu. ”Kami akan membuat ekowisata maju. Tapi, hutan tetap lestari,” kata dia. (zya/c4/dan)
 
Sumber : radarmalang.co.id
Tanggal : 26 Desember 2016

]]>
Terlena dalam Pelukan Embun Coban Pelangi https://stg.eppid.perhutani.id/terlena-pelukan-embun-coban-pelangi/ Tue, 18 Oct 2016 04:48:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=40920 KOMPAS.COM, MALANG (16/10/2016) | RASANYA tidak ada habisnya menikmati pesona keindahan Malang Raya, Jawa Timur. Kawasan perbukitan tinggi yang dikelilingi beberapa gunung ini memiliki potensi air terjun atau coban yang luar biasa banyaknya. Setiap coban memiliki keindahannya masing-masing yang memancarkan pelangi saat matahari indah berseri.
Hari Senin (19/9/2016) tengah hari, rasa penat dan panas membawa sekelompok pengunjung asal Kota Malang rela menempuh jarak 35 kilometer menuju Coban Pelangi di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.
Angan-angan merasakan kesegaran tetes air yang membias dari air terjun, serta menghirup sehatnya udara pegunungan, membuat sekelompok orang ini semangat menempuh rute berkelok dan menanjak. Jalur ke Coban Pelangi sama dengan jalur menuju Gunung Bromo dari arah Malang.
Menuju Coban Pelangi memang tidak bisa ditempuh dengan angkutan umum. Pengunjung lebih baik menyewa kendaraan atau naik motor menuju lokasi.
Tiket masuk wisata Coban Pelangi tidak mahal, yaitu Rp 9.000 per orang untuk wisatawan domestik dan Rp 25.000 per orang untuk wisatawan mancanegara.
Air terjun Coban Pelangi berada di kaki Gunung Semeru dengan jalur tempuh berupa medan berbukit terjal naik dan turun. Seperti halnya pelangi, kita baru bisa menikmati keindahannya selepas hujan.
Begitu pula dengan tempat wisata yang satu ini. Turun dari kendaraan, pengunjung harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer (km) untuk bisa sampai pada lokasi. Rute menanjak dan sesekali licin merupakan tantangan tersendiri dari perjalanan kali ini.
Untuk menuju sumber air, pengunjung harus menembus hutan yang jalurnya sudah tertata. Sebenarnya tidak sulit asalkan pengunjung kuat berjalan kaki melintasi bumi perkemahan, warung bambu, jembatan Kali Amprong, hingga akhirnya menjumpai air terjun dengan tinggi sekitar 100 meter yang mengalir dengan deras.
Mendapati eloknya pancuran air raksasa itu membuat kekaguman menyeruak seketika. Tingginya air terjun menjadikan bias air terjun memeluk siapa saja yang mendekat. Rasa penat seusai berjalan kaki seperti lenyap seketika saat pelukan embun—dari bias air terjun—datang dengan segarnya.
Jika tidak puas meresapi keindahan air dari ketinggian bukit, pengunjung bisa turun mendekat ke kaki air terjun. Jangankan sampai menyentuh air secara langsung, mendekatinya saja tubuh sudah basah kuyup kedinginan.
Jika tidak tahan dengan hawa dingin dari air terjun, pengunjung bisa uduk di satu-dua bangku pantau yang tersedia tidak jauh dari air terjun.
Hal menarik lain untuk diketahui adalah dari sisi geologi. Gurat-gurat tebing berwarna hitam dan kecoklatan seakan kokoh menjaga air terjun agar tidak menghilang.
Menurut buku Warisan Geologi Bromo Mahameru (2015), dinding air terjun Coban Pelangi terbentuk dari endapan freatomagmatik (endapan dari hasil letusan yang tercipta saat magma bertemu air di dalam kawah Bromo Tengger Purba) dan piroklastik (hasil dari letusan eksplosif Gunung Bromo-Tengger Purba).
Endapan ini seperti ini juga terdapat di dinding kaldera bagian barat dan barat laut Gunung Bromo dan Pegunungan Tengger.
”Sebenarnya ingin melihat pelangi di sini. Namun, mungkin karena cuaca mendung, sinar matahari tidak bisa menembus masuk ke air terjun. Mungkin lain kali saya lebih beruntung dan bisa melihat indahnya pelangi di antara titik-titik air dari air terjun,” kata Ningrum, pengunjung Coban Pelangi.
Selain ramai wisatawan yang menikmati air terjun, Coban Pelangi juga memungkinkan untuk menampung kelompok orang yang ingin berkemah di sana. Terdapat lahan perkemahan yang bisa menampung 200-an orang. Lokasi ini cukup nyaman untuk berkemah karena dekat dengan sumber air.
Teh hangat
Dipeluk embun dan bermandi air, hanya sebagian kecil dari keindahan saat itu. Jika beruntung, pengunjung bisa menikmati rona pelangi di sekitar air terjun.
Keindahan lainnya adalah duduk santai di depan warung bambu, memandang lereng perbukitan, sambil menikmati teh hangat dan semangkuk mi. Mencecap sajian sederhana itu sambil melihat lalu lalang orang melintas, ngobrol dengan ibu pemilik warung, membuat suasana menjadi hangat.
Rasanya penat dan beban pikiran segera sirna hanya dengan meneguk secangkir teh panas di tengah dingin dan bersihnya udara pegunungan kala itu.
”Semakin hari, tempat ini semakin ramai pengunjung. Paling ramai saat akhir pekan. Pada pagi hari juga biasanya banyak bule ke sini setelah mereka turun dari Gunung Bromo,” kata Harini, ibu penjual gorengan dan teh di sana.
Pengelola tempat ini biasanya juga bekerja sama dengan pemandu wisata sehingga menjadikan lokasi air terjun tersebut sebagai paket wisata dengan Gunung Bromo.
Rute menuju Coban Pelangi memang merupakan jalur menuju Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo jika ditempuh lewat Malang. Sepanjang perjalanan menuju Bromo sebenarnya terdapat beberapa air terjun lain.
Namun, yang terkenal dua coban, yaitu Coban Pelangi dan Coban Trisula di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Coban Pelangi dikelola Perhutani, sementara Coban Trisula dikelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
”Biasanya coban ini menjadi salah satu dari paket wisata yang ditawarkan pengelola jip. Makanya, tempat ini ramai dikunjungi wisatawan mulai pukul enam pagi setelah mereka selesai melihat matahari terbit di Bromo,” kata Sateman, suami Harini, yang menjadi penjaga toilet di kawasan wisata tersebut.
Harini dan Sateman biasanya akan pulang saat matahari mulai condong ke barat sekitar pukul 16.00.
Katari, petugas pengelola Coban Pelangi dari Perhutani, mengatakan, pada hari biasa jumlah pengunjung di Coban Pelangi 40-50 orang. Saat hari libur atau akhir pekan bisa mencapai 150 orang.
”Jumlah ini tak sebanyak tahun 2014 sebelum ditemukan coban-coban lainnya. Di sepanjang Tumpang-Poncokusumo saja ada 60 coban. Belum di tempat lain. Makanya, jumlah wisatawan mulai terpecah,” kata Katari.
Ah, mungkin memang baiknya tempat ini tidak dijejali wisatawan, hingga membuat tidak nyaman. Biarkan embun Coban Pelangi dengan bebas memeluk siapa saja yang datang. Jangan halangi pelukan lembut sang embun, dengan jejalan orang-orang berdesakan. (Dahlia Irawati)
Tanggal : 16 Oktober 2016
Sumber  : Kompas.com

]]>