#kphsemarang – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 08 Feb 2017 01:16:39 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #kphsemarang – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani Serahkan Bagi Hasil https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-serahkan-bagi-hasil/ Wed, 08 Feb 2017 01:16:39 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45187 logo-phtsmallSUARAMERDEKA.COM (8/2/2017) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Semarang menyerahkan dana bagi hasil kepada lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) sebesar Rp 351.781.776, baru-baru ini.

Dana bagi hasil itu diserahkan kepada LMDH Gedawang Makmur, Kelurahan Gedawang Kecamatan, Banyumanik, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan Lestari Makmur Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang.

Dana tersebut dari hasil kayu penanaman sengon kerja sama antara Perum Perhutani KPH Semarang dengan dua LMDH itu. LMDH Gedawang Makmur mendapatkan sharing sebesar Rp 187.727.832 dan untuk LMDH Lestari Makmur sebesar Rp 164. 053.944. Penyerahan bagi hasil diberikan oleh Administratur/KKPH Semarang Yudha Suswardhanto kepada Ketua LMDH Gedawang Makmur Suyoto dan Ketua LMDH Lestari Makmur Banuaji di Kantor BKPH Penggaron yang disaksikan oleh Wakil Adm/KSKPH Semarang Barat, Kasi Pengelolaan SDHL, Asper/KBKPH Penggaron, Lurah Gedawang dan Pudakpayung, baru-baru ini. (H3-22)

Sumber: suaramerdeka.com

Tanggal: 8 Februari 2017

]]>
Curug Lawe, 'Surga Tersembunyi' di Semarang https://stg.eppid.perhutani.id/curug-lawe-surga-tersembunyi-semarang/ Sun, 07 Aug 2016 15:22:58 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39286 METROTVNEWS.COM, SEMARANG (6/8/2016) | Surga tersembunyi adalah sebutan yang pas untuk sebuah curug yang terletak di Desa Kalisidi, Kota Semarang. Meski begitu, modernisasi telah membuat wajah air terjun bernama Curug Lawe kini dikenal masyarakat luas.

Dikelola langsung oleh masyarakat setempat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan Benowo Lawe Pesona (LMDH Bela Pesona), di bawah naungan Perhutani Kedu Utara, Curug Lawe menjadi destinasi kekinian di Kota Atlas.

Menikmati Keindahan Gunung Api Purba di Atas Embung Ngelanggeran9 Lokasi Pemandian Air Panas Favorit WisatawanWisata Umbul Manten Klaten

Ketua LMDH Bela Pesona, Muhajirin menjelaskan, nama Lawe berasal dari pancaran air di air terjun yang berjumlah kurang lebih 25 buah. Curug Lawe berbentuk separuh ember sehingga ke 25 pancaran air itu jatuh melingkar layaknya jaring-jaring tipis.

“Asli katanya Kemlawe atau menggantung. Cerita orang tua Curug Lawe adalah bekas sorbannya orang sakti di masa lalu,” katanya kepada Metrotvnews.com, Sabtu (6/8/2016).

Pada tahun 2000 awal, Curug Lawe tidak begitu dikenal seperti sekarang. Hanya warga lokal yang kadang datang berkunjung. Memang, akses pada masa itu terbilang jelek karena jalanan masih berupa jalan batu kerikil.

“Kemudian setelah tahun 2009 jalan sudah diperbaiki, makin banyak pengunjung yang datang,” ujarnya.

Namun, banyaknya pengunjung tidak dibarengi oleh kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Wajah Curug Lawe pun sempat menjadi sangat kotor, karena banyak sampah milik wisatawan yang dibuang sembarangan.

Hingga akhirnya, warga setempat mencoba untuk mengelola keberadaan Curug Lawe. Jalan menuju lokasi curug yang berupa saluran air rusak, diperbaiki dan diperbaharui. Kantung-kantung sampah ditempatkan di sepanjang jalan. Pun demikian dengan pos istirahat yang ditambah jumlahnya.

“Sekarang Curug Lawe punya banyak fasilitas. Termasuk juga petugas penjaga yang ada tiap beberapa ratus meter,” tuturnya.

Lokasi Curug Lawe berjarak kurang lebih dua kilometer dari basecamp awal, tempat parkir kendaraan bermotor. Pengunjung diharuskan berjalan melewati jalan setapak. Di tengah perjalanan, wisatawan juga akan melewati sebuah jembatan kayu, yang berdiri diatas jurang.

“Jembatan romantis namanya. Itu sudah puluhan tahun dan tidak pernah dipugar. Kami cuma mengecat ulang supaya terlihat menarik,” papar dia.

Tiap-tiap pos menyediakan camilan bagi pengunjung yang kelelahan. Jalanan terjal dan berbatu memang menguji mental untuk bisa menuju Curug Lawe. Namun, semua itu akan tertebus dengan pemandangan curug yang berada dalam celah sempit, di hutan Kalisidi.

Yang menarik, bermacam spanduk bertuliskan kata-kata lucu tapi memiliki banyak arti. Seperti contohnya “Selamatkan Generasi Muda Dari Bahaya Kekurangan Piknik”. Muhajirin mengaku, spanduk itu sengaja dipasang agar pengunjung tidak lelah ketika berjalan.

“Dan juga tagline kami, CLBK yang artinya Curug Lawe Benowo Kalisidi. Itu diplesetkan dari Cinta Lama Bersemi Kembali,” ucapnya terkekeh.

Kini, Curug Lawe telah berubah. Di akhir pekan, ratusan pengunjung hilir mudik datang ke air terjun ini. Muhajirin berharap, pemerintah setempat bisa ikut mengembangkan Curug Lawe menjadi destinasi tingkat nasional, lebih-lebih internasional.

Tanggal : 6 Agustus 2016
Sumber : Metrotvnews.com

]]>
Wana Wisata Penggaron Layak Jadi Destinasi Wisata Baru https://stg.eppid.perhutani.id/wana-wisata-penggaron-layak-jadi-destinasi-wisata-baru/ Fri, 05 Aug 2016 15:30:12 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39290 SUARAMERDEKA.COM, SEMARANG (4/8/2016) | Hasil studi yang dilakukan oleh Undip, kawasan Wana Wisata Penggaron layak dikembangkan sebagai destinasi pariwisata yang baru. Kepala Dinas Pariwisata Jawa Tengah Prasetyo Wibowo menyatakan, studi yang dilakukan oleh dosen Undip dengan asumsi 300 ribu wisatawan per tahun.

“Itu asumsi yang paling rendah, untuk Borobudur saja satu tahun 3,5 juta orang yang mengunjungi dari wisatawan domestik, itu tanpa destinasi tambahan. Sedangkan Jawa Tengah per tahunnya 11,6 juta wisatawan yang datang sehingga 300 ribu sangat visible,” kata Prasetyo saat ditemui di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Kamis (4/8).

Pengembangan Wana Wisata Penggaron menjadi destinasi pariwisata baru “Jateng Park” menurutnya, layak segera direalisasikan. Masalahnya masih kata dia, pada hal administrasi yaitu menata kerja sama antara PT SPJT sebagai kepanjangan tangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan PT Palawi sebagai wakil dari Perhutani.

“Mudah-mudahan dalam satu bulan ini pembentukan new company rampung. Terakhir, selanjutnya pemilihan pihak ketiga yang akan melakukan pengembangan Wana Wisata Penggaron,” tambahnya.

Begitu mendapat investor sambung Prasetyo, detail engineering design (DED), Amdal, Amdal lalu lintas dan koordinasi dengan pemerintah pusat mengenai interchange segera dilakukan. Mengenai interchange dengan Jalan Tol Semarang-Solo diakuinya masih perlu studi lebih lanjut. “FS (feasibility study, red) interchange kemungkinan akan dibuat oleh Dinas Bina Marga,” tutur Prasetyo. (Puthut Ami Luhur/CN38/SM Network)

Tanggal : 4 Agustus 2016
Sumber : Suaramerdeka.com

]]>
Pengembangan Pariwisata Butuh Sinergi Erat Antar Instansi https://stg.eppid.perhutani.id/pengembangan-pariwisata-butuh-sinergi-erat-antar-instansi/ Mon, 25 Jul 2016 04:53:25 +0000 http://perhutani.co.id/?p=38825 SUARAMERDEKA.COM, SEMARANG (23/7/2016) | Wakil Ketua Komisi X DPR RI A Fikri Faqih menghimbau adanya sinergi antar instansi guna mewujudkan destinasi pariwisata terbaik.

Sebagai negara yang memiliki potensi besar dalam dunia pariwisata, Fikri Faqih berpendapat bahwa Indonesia perlu memperbaiki koordinasi dan kerja sama dari tingkat bawah hingga pusat.

Hal tersebut disampaikan saat melakukan dialog mengenai pengelolaan Obyek Wisata Candi Gedong Songo dengan Bupati Kabupaten Semarang Mundjirin, serta perwakilan dari Kementerian Pariwisata, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, dan Anggota Komisi X lainnya, kemarin.

Menurut Fikri, hal tersebut diperlukan mengingat beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan sebuah destinasi bermuara pada hubungan antar instansi terkait.

“Ketika kita tanya kepada pemerintah daerah (pemda) setempat mengenai pengelolaan Candi Borobudur, pemda tak tahu menahu mengenai hal tersebut. Ternyata dalam pengelolaan candi tersebut, tidak ada sinergi antar instansi jadinya kurang optimal. Padahal itu obyek wisata besar,” terang anggota dewan dari Fraksi PKS DPR RI itu.

Lebih lanjut, Fikri mengatakan bahwa dalam peningkatan kualitas pariwisata, tidak hanya berbicara mengenai kondisi di sekitar objek wisata tersebut, akan tetapi juga mengenai hal-hal kompleks seperti infrastruktur menuju objek, masyarakat sekitar, kuliner dan lain sebagainya.

Dalam diskusi dengan Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata, Fikri mengingatkan bahwa sesuai UU 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya maka semua situs yang sudah ditetapkan menjadi bangunan cagar budaya dikelola oleh badan pengelola yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, provinsi, kabupaten – kota dan masyarakat, sebagaimana tertuang dalam pasal 97 UU itu.

Mestinya tahun 2012 sudah harus terbentuk Badan Pengelola cagar budaya di masing – masing lokasi. Fikri menemukan belum ada Badan Pengelola yang terbentuk sebagaimana yang diatur oleh UU 11 tahun 2010 tersebut.

“Karena tidak ada Badan Pengelola, jadinya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah bisa terlaksana. Bahkan pengembangan kawasan cagar budaya yang juga menjadi destinasi wisata tidak sinkron dengan Rencana Induk Kepariwisataan (RIK) pusat dan daerah,” Kata Fikri.

Perwakilan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah Tri Hartono menyampaikan bahwa perlu adanya sebuah komunikasi terikat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. Mengingat banyaknya candi yang ada di Jawa Tengah, setidaknya ada 200 candi yang memiliki potensi untuk dikelola sebagai destinasi wisata di Jateng.

“Di Semarang alhamdulillah, komunikasi antar instansi yang bersangkutan baik. Seperti di Gedong Songo ini, antara Perhutani yang memiliki area hutan, pemerintah Kabupaten Semarang selaku pimpinan daerah, Kementerian Pariwisata yang mempromosikan, dan warga masyarakat di sekitar komplek candi selaku penghuni dan pagar urip,” kata Tri.

Dalam Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI ke Semarang, selain mendatangi Gedong Songo, rombongan juga berkunjung ke Goa Kreo dan Waduk Jatibarang. Kemudian dilanjutkan kunjungan spesifik ke Masjid Agung Jawa Tengah, Kota Lama, dan Sam Poo Kong. (Linda Putri/ CN33/ SM Network)

Tanggal : 23 Juli 2016
Sumber : Suaramerdeka.com

]]>
Sinergikan Program Inovatif dengan Semua Pihak https://stg.eppid.perhutani.id/sinergikan-program-inovatif-pihak/ Thu, 23 Jun 2016 06:42:21 +0000 http://perhutani.co.id/?p=38268 SUARA MERDEKA, JAWA TENGAH (22/6/2016) | Program percepatan pe­nanggulangan kemiskinan di Blora dipaparkan Bupati Djoko Nugroho di hadapan Gubernur Ganjar Pranowo, Senin (6/6), dalam Rakor Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) tingkat Jateng di Semarang.
Didampingi Wakil Bupati (Wabup) Arief Rohman, Bupati menyampaikan masalah kemiskinan yang dihadapi Blora. “Kantong-kantong kemiskinan di Blora sebagian berada di desa-desa hutan. Wilayah Blora 49 persen adalahhutan yang di dalamnya terdapat 83 desa. Desa hutan inilah yang menjadi kantong kemiskinan, karena akses perekonomian, kesehatan, dan pendidikan mereka tertinggal,” kata Bupati.
Dia menilai ketertinggalan itu karena buruknya akses infrastruktur berupa jalan, jembatan, dan jaringan listrik. Setidaknya ada 211.000 jiwa yang ada di seluruh desa hutan se-Kabupaten Blora, dan merekabutuhperhatian ekstra. Komitmen Bersama
“Untuk menuju desahutan haras melewati jalan Perhutani yang sebagian besar rusak parah. Pem­kab mau memperbaiki jalan itu haras izin dulu kepusat dan proses-nya rumit. Memasang pal listrik di hutan saja izinnya bertele-tele, apalagi memperbaiki jalan. Saya harap Gubernur bisa membantu agar warga kami yang ada dipedesaan hutan bisa memiliki akses yang baik untuk pertumbuhan ekonomi sebagai wujud pengentasan kemiskinan,” kata mantan Komandan Kodim Rembang ini.
Dia menyakini kemiskinan desa hutan tidak hanya dialami Blora, tetapi juga daerah lain yang memiliki hutan. “Harus ada komitmen bersama dengan kepala daerah kabupaten lain yang senasib dengan Blora, agar masalah ini bisa dipecahkan bersama,” ungkapnya
Mendengar paparan Bupati, menurut Wabup Arief Rohman, Gubernur Ganjar Pranowo lang­sung memberikan tanggapan.
“Gubernur langsung menyikapi dengan akan mengumpulkansemua kepala daerah yang memiliki wilayan hutan untuk duduk bersama, menyatukan misi pengentasan kemiskinan desa hutan. Perhutani akan diajak rembukan agar pengentasan kemiskinan di desa hutan bisa mendapat dukungan,” ungkap Arief Rohman yang juga Ketua Tim Koordinasi Penanggu­langan Kemiskinan (TKPK) Blora Dia mencontohkan Grobogan, wilayah kabupaten tetangga Blora ini juga memiliki persoalan yang sama, yakni kemiskinan desa hutan. “Jadi, semua kepala daerah yang wilayahnya ada hutan, akan dikumpulkan Gubernur. Semoga ini signal baik agar pengentasan kemiskinan bisa berhasil,” tandasnya. (Abdul Muiz-37)
Tanggal  : 22 Juni 2016
Sumber  : Suara Merdeka

]]>