#kphsurakarta – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Thu, 22 Sep 2016 16:03:42 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #kphsurakarta – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Produksi Empon-empon Melimpah https://stg.eppid.perhutani.id/produksi-empon-empon-melimpah/ Thu, 22 Sep 2016 16:03:42 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=40324 SUARAMERDEKA.COM, WONOGIRI, (21/9/2016) | Produksi empon-empon di Kabupaten Wonogiri kini melimpah. Dalam satu hektare lahan, petani mampu menghasilkan berbagai jenis empon- empon sekitar 25 ton setiap musim panen.Empon-empon yang dihasilkan, antara lain kunir, jahe gajah, jahe emprit, temu lawak, daun sembung hingga daun saga manis.

Produsen empon-empon di kabupaten tersebut, antara lain di Kecamatan Kismantoro, Karangtengah, dan Tirtomoyo. Seperti yang dialami petani empon- empon di Kecamatan Karangtengah, produksi yang tinggi itu ikut meningkatkan penghasilan mereka. Camat Kismantoro, Joko Purwidyatmo mengatakan, setiap musim panen atau enam bulan sekali, petani mampu menghasilkan berbagai jenis empon-empon sekitar 25 ton per hektare. Mereka tidak kesulitan memasarkan karena telah bekerja sama dengan sejumlah pabrik jamu yang bersedia menampung produk empon-empon kecamatan tersebut.

Dicontohkan, luas areal tanaman empon-empon di Desa Pucung sekitar 100 hektare. ”Petani Desa Pucung telah menjalin kerja sama dengan perusahaan untuk menampung empon-empon,” katanya, baru-baru ini. Sebagian besar empon-empon ditanam di antara tegakan pohon wilayah hutan milik Perhutani. Menurutnya, pihak Perhutani memperbolehkan warga menanam empon-empon di antara tegakan pohon.

Harga Bervariasi

Adapun harga komoditi tersebut bervariasi sesuai jenis dan kualitasnya. Harga jahe kering beberapa pekan lalu telah menyentuh Rp 25.000-Rp 35.000 per kilogram. Harga kunir kering berkisar Rp 12.000-Rp 20.000 per kilogram. Adapun harga daun sembung sekitar Rp 15.000 per kilogram dan daun saga manis sekitar Rp 30.000 per kilogram. Selain empon-empon, cabai jamu juga diproduksi di beberapa kecamatan di kabupaten tersebut, antara lain di Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, dan Giritontro.

Heri Sutopo, Kepala Desa Gendayakan, Kecamatan Paranggupito, mengungkapkan, harga cabai jamu yang masih basah berkisar Rp 18.000 per kilogram. Adapun harga cabai jamu kering mencapai Rp 85.000 per kilogram. Cabai jamu juga dikirim ke beberapa pabrik jamu di Wonogiri, Solo, dan Semarang. (J11-85)

Tanggal : 21 September 2016
Sumber : Suaramerdeka.com

]]>
Perhutani Ajak Siswa Tanam Pohon Dalam BUMN Mengajar 2016 https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-ajak-siswa-tanam-pohon-bumn-mengajar-2016-3/ Fri, 29 Jul 2016 02:14:12 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39020 BERITATERKINI.ID, SURAKARTA (29/7/2016)| Bertempat di Aula SMA Negeri 3 Surakarta, Perhutani melaksanakan program BUMN Mengajar 2016 dengan tema “Peran BUMN Sebagai Agen Pembangunan”, pada Kamis pagi di Surakarta (27/7).

Kepala Divisi Regional (Kadivre) Perhutani Jawa Tengah, Bambang Wuryanto sebelum memulai acara mengajak para siswa menanam bibit pohon Matoa di lingkungan sekolah sekaligus memberikan 40 plances bibit pohon kayu putih secara simbolis yang ditanam oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta, Drs. H. Makmur Sugeng, Mpd.

Lebih kurang 330 siswa SMA Negeri 3 Surakarta perwakilan masing-masing kelas antusias mengikuti kegiatan tersebut dan bertanya tentang pengelolaan pariwisata di kawasan hutan, peran Perhutani dalam mengelola hutan mangrove, dan pertanyaan lainnya.

Menurut Bambang Wuryanto, selain memberikan informasi dan motivasi kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi siswa untuk mencintai alam dan lingkungannya.

Andriyana Prameswari Sidarta, siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Surakarta mengaku sangat senang dengan adanya kegiatan BUMN Mengajar tersebut.

“Kami mungkin tidak bisa mendapat informasi sebanyak ini apabila hanya dari internet. Tapi, dengan acara seperti ini dengan pembicara langsung dari Perhutani, kita bisa mendapatkan informasi yang lengkap dengan tanya jawab. Saya sangat senang dan merasa beruntung mengikuti acara ini di sekolah karena dapat belajar lebih tentang peran BUMN terutama Perhutani. Semoga untuk ke depan bisa diperbanyak acara seperti ini”, ungkapnya.

Sementara itu, Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 3 Surakarta, Larja, Spd. menyatakan bahwa kehadiran BUMN Mengajar 2016 di sekolah dengan memberikan materi seputar BUMN sangat penting.

“BUMN Mengajar 2016 merupakan bagian dari kegiatan BUMN Hadir Untuk Negeri inisiasi Kementerian BUMN. Pada tahun ini Perum Perhutani mendapat penugasan di Provinsi Papua bersama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Khusus untuk BUMN Mengajar 2016 Perum Perhutani memilih kegiatan pengajaran di enam sekolah di Pulau Jawa dan Madura, termasuk SMA Negeri 3 Surakarta ini”, demikian disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi Perusahaan, Susetiyaningsih, di sela persiapan acara untuk Provinsi Papua.

Tanggal : 29 Juli 2016
Sumber : Beritaterkini.id

]]>
Target Pengunjung WKO Tercapai 99% https://stg.eppid.perhutani.id/target-pengunjung-wko-tercapai-99/ Sat, 16 Jul 2016 02:12:16 +0000 http://perhutani.co.id/?p=38692 SOLOPOS.COM, BOYOLALI (15/7/2016) | Jumlah pengunjung objek wisata Waduk Kedung Ombo (WKO) Boyolali selama sepekan Lebaran mencapai 99% dari target 12.500 orang. Jumlah pengunjung ini menjadi kebanggan tersendiri bagi pengelola lantaran baru kali ini dikelola mandiri tanpa melibatkan pihak ketiga.

Manajer Wisata WKO, Lastri, mengatakan capaian 99% pengunjung selama Lebaran kali ini patut disyukuri. Sebab, untuk kali pertama objek wisata WKO dikelola secara mandiri oleh Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Dulu-dulu kan dikelola oleh pihak ketiga dari luar Boyolali. Nah, mulai tahun ini sampai ke depannya nanti, akan dikelola mandiri,” ujanya kepada Solopos.com, Kamis (14/7/2016).

Menurut Lastri, tantangan menggerakkan sektor wisata di WKO sangat berat. Salah satunya ialah akses menuju lokasi WKO yang sulit dengan medan yang rusak. Ditambah minimnya fasilitas, praktis objek wisata WKO sulit dikenal secara luas.

“Setiap tahun, jumlah pengunjung turun karena akses jalan rusak. Khususnya kendaraan roda empat,” sahut Pujianto, pengelola objek wisata WKO lainnya.

Lastri mengaku akan terus menambah fasilitas objek baru di WKO. Saat ini, sejumlah fasilitas yang tengah dibangun ialah panggung di tengah hutan dan Kedung Cinta. Fasilitas tersebut untuk melengkapi sejumlah fasilitas yang telah ada, yakni warung makan apung, jetsky, speedboot, bebek air, naik kuda, serta playground kid.

Ditanya soal konsep wisata WKO ke depannya, Lastri belum bersedia membeberkannya. Dia berjanji akan melengkapi fasilitas dulu, menata prasarana jalan yang layak, sembari menyiapkan sumber daya manusia yang matang.

“Nanti saja, kalau sudah resmi akan kami launching,” paparnya.
Seperti diketahui, wisata WKO rata-rata dipenuhi pengunjung yang mengendarai motor beroda dua. Tiket masuk WKO selama Lebaran seharga Rp10.000 dan tiket parkir motor Rp3.000.
Salah satu fasilitas baru yang tengah digandrungi ialah Kedung Cinta.

Sejumlah pengunjung dari kalangan muda-mudi banyak memanfaatkan momen spesial mereka dengan berfoto selfie di Kedung Cinta, sebuah taman dengan panorama alam serta hamparan air dari ketinggian di tepi WKO. Di situlah, pengunjung Taman Cinta bisa menikmati pemandangan waduk serta semilir angin. Disebut Taman Cinta lantaran ada simbol hati (love) warna merah berukuran cukup besar.

“Ke depannya, fasilitas Kedung Cinta akan kami lengkapi dengan kegiatan panah asmara, dan gembok cinta. Jadi mirip di Paris gitu,” jelas Lastri.

Tanggal : 15 Juli 2016
Sumber : Solopos.com

]]>