Madu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 27 Jan 2016 00:22:23 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Madu – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Produksi Madu Akan Naik Signifikan https://stg.eppid.perhutani.id/produksi-madu-naik-signifikan/ Wed, 27 Jan 2016 00:22:23 +0000 http://perhutani.co.id/?p=32894 Bisnis Indonesia – JAKARTA – Asosiasi Perlebahan Indonesia menargetkan produksi madu lokal dapat meningkat 300% pada 2020 dengan cara pembukaan lahan tanaman khusus pakan lebah seluas 18.000 hektare.

Ketua Umum API Mustoha Iskandar mengatakan, kendala utama dalam industri madu nasional adalah ketersediaan pakan untuk lebah. Padahal, dengan sembilan dari sebelas spesies lebah madu dunia hidup di Indonesia, negeri ini seharusnya bisa mencukupi kebutuhan sendiri.

“Bayangkan saja konsumsi madu per kapita kita baru 15 gram-20 gram. Di negara lain mencapai 100 gram. Dari jumlah kebutuhan itu pun 50%-nya dari impor,” katanya di sela-sela rapat kerja API. Selasa (26/1).

Selama kurun 2016-2020, Mustoha menuturkan, API akan menggenjot produksi madu de-ngan membuka lahan khusus tanaman pakan lebah seperti akasia dan kaliandra.

Asosiasi akan menggunakan lahan milik Perum Perhutani yang berlokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur seluas masing-masing 6.000 ha.

“Jadi ada tiga diister [gugus] khusus untuk tanaman pakan lebah. Tanaman-tanaman itu juga sekaligus kami siapkan untuk tanaman energi terbarukan,” kata Direktur Utama Perum Perhutani ini.

Berdasarkan data API, kebutuhan madu orang Indonesia mencapai 15.000 ton-150.000 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50% dari kebutuhan dipasok dari China.

Mustoha meyakini impor dapat dikikis dalam waktu 5 tahun karena tumbuhan pakan lebah yang ditanam bertipe tumbuh cepat (fast growing). “Target kami dalam 5 tahun produksi dalamnegeri bisa meningkat sampai tiga kali lipat (300%],” ujarnya.

Wakil Ketua Umum API James Hutagalung mengatakan, asosiasi akan langsung menggerakkan para peternak lebah di Uga provinsi untuk dapat mengakses lahan milik Perhutani. Di sisi lain, peternak akan diberikan penyuluhan mengenai akses modal dan pasar sehingga bisnis mereka bisa lebih berkembang. “Kami harapkan dengan cara ini, kebutuhan impor bisa dipangkas 20% tiap tahun.”

Saat ini, kata James, madu dikonsumsi sebagai makanan kesehatan harian dan digunakan dalam praktik pengobatan tradisional. Oleh sebab itu, dengan konsumsi per kapita yang rendah diharapkan dapat merangsang pertumbuhan usaha ternak madu lebih cepat.

Madu Indonesia dihasilkan dari lebah-lebah hutan maupun lebah budi daya. Pada sektor lebah hutan, API juga akan beru-paya menyosialisasikan langkah-langkah rehabilitasi dan restorasi lahan-lahan hutan yang menjadi habitat lebah.

Sementara pada usaha lebah budi daya, asosiasi itu akan melakukan perbaikan pakan lebah dan penyediaan suplemen-suplemen tambahan sehingga produktivitas bisa meningkat. Salah satu komponen vital usaha lebah budi daya adalah lebah ratu sebagai penghasil bibit unggul. “Kami juga akan mencoba mengendalikan hama penyakit.”

Direktur Jenderal Perhutanan Sosial Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hadi Daryanto mengatakan, habitat lebah hutan memang terancam karena perambahan hutan dan kooversi lahan pertanian. Namun, pemerintah telah menyiapkan lahan hutan seluas 12,7 juta ha yang akan dibagikan kepada rakyat.

Sumber : Bisnis Indonesia, hal. 28
Tanggal : 27 Januari 2016

]]>
Peternak Madu Bidik Ekspor https://stg.eppid.perhutani.id/peternak-madu-bidik-ekspor/ Tue, 08 Dec 2015 06:55:27 +0000 http://perhutani.co.id/?p=29997 Kelompok peternak madu membidik pasar ekspor, mengingat potensi produksi yang melimpah.

Asosiasi Perlebahan Indonesia mencatat Indonesia memiliki sembilan dari 11 spesies lebah terbaik di dunia. Namun, keinginan para peternak mengekspor madu lebah terkendala oleh minimnya pakan, padahal ketersediaan cukup memadai.

Ketua Asosiasi Perlebahan Indonesia Mustoha Iskandar berharap pemerintah membantu peternak madu untuk mengoptimalkan berbagai cara agar tersedia pakan yang cukup untuk lebah sehingga produksi madu bisa maksimal.

‘Apabila peternakan madu sudah optimal, maka tidak ada alasan lagi kita mengimpor madu. Tapi, justru kita yang mengekspor,” kata Mustoha yang juga Direktur Perum Perhutani, Minggu (6/12).

Menurutnya, pertumbuhan tanaman sebagai makanan lebah seperti nektar sebenar nya hanya membutuhkan dua tahun untuk tumbuh di mana kawasan hutan menjadi tempat yang paling memungkinkan untuk dijadikan tempat pengembangan pakan lebah.

Oleh karena itu, keluhan petani soal pakan lebah seharusnya tidak menjadi kendala apabila mereka memahami soal tata cara menyiapkan pakan.

“Kualitas madu lebah Indonesia sudah diakui di mancanegara, hanya belum serius penanganannya.
Dalam setahun, produksi madu lebah yang dibudidayakan Perhutani termasuk dengan warga sekitar hutan rata-rata 150 ton/tahun.

‘Apabila masalah pakan sudah tertangani dengan baik, angkanya bisa meningkat hingga 500 ton/ tahun,” katanya.

Saat ini, jumlah petani hutan lebah mencapai 5.300 LMDH di seluruh pulau Jawa dan Madura. Karena banyaknya petani tersebut, pihaknya merasa tidak kesulitan dalam memenuhi permintaan ekspor, kecuali masalah pakan.

Anggota Dewan Pakar Lebah Madu Indonesia JSA Linier kabel mengatakan, permasalahan petani lebah madu di kawasan Indonesia timur terletak pada kurangnya pakan.

“Masalah pakan lebah ini harus diperhatikan termasuk untuk pengembangannya di kawasan Indonesia timur,”ujarnya.

Pihaknya optimistis per-lebalian di Indonesia timur bisa berkembang pesat bila produksi pakan lebah benar -benar ditingkatkan sehingga target produksi yang diharapkan bisa tercapai.

Lies Baliunta selaku Karo Bisnis Wisata dan Agribisnis Perhutani menam bahkan, madu dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan Indonesia dalam menghadapi MEA.

Terlebih, madu sekarang telah menjadi bahan domestik yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga balikan sejak zaman Mesir kuno dan biasanya dihargai dengan sangat mahal.

Tanggal : 8 Desember 2015
Sumber : Bisnis Indonesia

]]>
Komoditi Potensial : Peternak Lebah Madu Ingin Pacu Ekspor https://stg.eppid.perhutani.id/komoditi-potensial-peternak-lebah-madu-ingin-pacu-ekspor/ Mon, 07 Dec 2015 06:52:11 +0000 http://perhutani.co.id/?p=29995 Keinginan para peternak mengekspor madu lebah terkendala oleh minimnya pakan, padahal potensinya sangat besar di mana Indonesia memiliki 9 jenis dari 11 spesies lebah terbaik di dunia. Ketua Asosiasi Perlebahan Indonesia (API) Mustoha Iskandar berharap pemerintah membantu peternak madu untuk mengoptimalkan berbagai cara agar tersedia pakan yang cukup untuk lebah sehingga produksi madu bisa maksimal.

“Apabila peternakan madu sudah optimal, maka tidak ada alasan lagi kita mengimpor madu. Tapi, justru kita yang mengekspor,” katanya yang juga Direktur Perum Perhutani, Minggu (6/12/2015). Menurutnya, pertumbuhan tanaman sebagai makanan lebah seperti nektar sebenarnya hanya membutuhkan 2 tahun untuk tumbuh di mana kawasan hutan menjadi tempat yang paling memungkinkan untuk dijadikan tempat pengembangan pakan lebah.

Oleh karena itu, keluhan petani soal pakan lebah seharusnya tidak menjadi kendala apabila mereka memahami soal tata cara menyiapkan pakan. “Kualitas madu lebah Indonesia sudah diakui di mancanegara, hanya belum serius penanganannya. Dalam setahun, produksi madu lebah yang dibudidayakan Perhutani termasuk dengan warga sekitar hutan rata-rata 150 ton/tahun.

“Apabila masalah pakan sudah tertangani dengan baik, angkanya bisa meningkat hingga 500 ton/tahun,” ungkapnya.

Saat ini, jumlah petani hutan lebah mencapai 5.300 LMDH di seluruh pulau Jawa dan Madura. Karena banyaknya petani tersebut, pihaknya merasa tidak kesulitan dalam memenuhi permintaan ekspor, kecuali masalah pakan.

Anggota Dewan Pakar Lebah Madu Indonesia, JSA Lamerkabel mengungkapkan permasalahan petani lebah madu di kawasan Indonesia timur terletak pada kurangnya pakan.

“Masalah pakan lebah ini harus diperhatikan termasuk untuk pengembangannya di kawasan Indonesia timur,” ujarnya.

Pihaknya optimistis perlebahan di Indonesia timur bisa berkembang pesat bila produksi pakan lebah benar-benar ditingkatkan sehingga target produksi yang diharapkan bisa tercapai.

Lies Bahunta selaku Karo Bisnis Wisata dan Agribisnis Perhutani menambahkan, madu dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan Indonesia dalam menghadapi MEA.

Terlebih, madu sekarang telah menjadi bahan domestik yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga bahkan sejak jaman Mesir kuno dan biasanya dihargai dengan sangat mahal.

Tanggal : 7 Desember 2015
Sumber : Bisnis.com

]]>
Budi Daya Lebah Madu di Lereng Muria https://stg.eppid.perhutani.id/budi-daya-lebah-madu-di-lereng-muria/ Sun, 12 Feb 2012 03:43:07 +0000 http://perhutani.co.id/?p=3467 Dibandingkan daerah lainnya, wilayah utara Kabupaten Pati tergolong lebih hijau Khususnya, wilayah Kecamatan Gembong dan Tlogowungu yang berlokasi di sekita lereng Pegunungan Muria. Di kedua kecamatan ini, masih banyak terdapat hutan lindung maupun hutan produksi, seperti jati randu, dan pohon karet. Selain itu, hamparan lahan pertanian juga masih cukup luas. Kondisi lingkungan alam seperti inilah yang mendorong warga setempat membudidayakan lebah madu. Usaha tersebut juga digiatkan pihak Perum Perhutani yang mengelola kawasan hutan di Desa Regaloh, Kecamatan Tlogowungu. Dipilihnya budidaya itu, karena bunga pohon jati dan randu, merupakan sumber madu bagi lebah. Sedang padi dan jagung merupakan sumber polen (serbuk sari bunga) bagi lebah.

Sugiarto (29), mandor Unit Pelaksana Pengembangan Perlebahan (UP3) Regaloh menjelaskan, pada bulan Mei hingga Juli, biasanya lebah mencari madu pada bunga randu. Setelah memasuki Agustus hingga Oktober, mencari madu pada bunga pohon karet. Lalu bagaimana pada periode bulan September – April? Kata Sugiarto, periode itu merupakan masa paceklik. Pasalnya, pohon randu dan karet yang ada di wilayah Tlogowungu dan Gembong sedang tidak berbunga. Sehingga, lebah tak punya sumber makanan lagi dari pepohonan tersebut.

Kini lebah madu atau apis mellifera yang dibudidayakan pihaknya hanya bisa mendapatkan polen dari tanaman padi dan jagung milik petani. ”Lebah biasanya mencari polen yang ada di tanaman jagung pada pagi hari sekitar pukul 07.00-08.00. Dan, kegiatan mencari polen pada padi, menjelang siang atau sekitar pukul 11.00,” terang Sugiarto.

Tak Cukup Hanya saja, polen tidak cukup memenuhi kebutuhan pakan lebah. Sebab, serbuk sari itu bukan merupakan pakan utama. Bila tidak mendapatkan asupan madu yang cukup, lebah tak akan mampu bertahan hidup. ”Kalau musim paceklik seperti ini, biasanya peternak akan memberi lebah-lebah mereka dengan air gula. Hal ini juga yang kami lakukan. Air gula itu merupakan pengganti madu. Jika tak diberi gula, lebah akan mati karena kekurangan makanan,”terangnya.

Dalam satu wilayah pembudidayaan umumnya terdapat 130 – 140 kotak sarang lebah. Di UP3 Regaloh masih memiliki 7 rit atau sekitar 130 hingga 140 kotak sarang. Di luar masa paceklik, kemampuan produksi madu rata-rata bisa mencapai sekitar 2 ton per rit. Sebenarnya target produksi madu dipatok hingga 6-7 ton per rit. Tetapi, untuk sementara target itu belum bisa terpenuhi. Tiap rit sarang lebah hanya bisa menghasilkan madu sekitar 2 ton. (79)

SUARA MERDEKA :: 12 Februari 2012, Hal. 17

]]>