MDH – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 22 Jun 2016 07:49:14 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png MDH – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Koperasi di Kab Bandung Ekspor Kopi ke Maroko https://stg.eppid.perhutani.id/koperasi-kab-bandung-ekspor-kopi-maroko/ Wed, 22 Jun 2016 07:49:14 +0000 http://perhutani.co.id/?p=37976 INILAHKORAN.COM, SOREANG (21/6/2016) | Koperasi Puntang Insan Sejahtera di Desa Pasirhuni Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung, melakukan ekspor perdana 19,2 ton biji kopi (green bean) ke Maroko Afrika Utara.
Ekspor perdana tersebut, merupakan hasil produksi kopi dari 10 kelompok tani anggota koperasi, dan direncanakan akan berjalan rutin setiap bulan dengan volume yang sama.
Ketua Koperasi Puntang Insan Sejahtera, Iwan Pursada sakti mengatakan, biji kopi yang berhasil diekspor ke Maroko tersebut adalah hasil pertanian dari kelompok tani yang menggarap lahan hutan produksi milik Perhutani melalui program Pengendalian Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Setiap orang petani dari 10 kelompok tani ini rata-rata menggarap 1 hingga 2 hektare lahan kopi.
“Kopi yang kami ekspor ke Maroko ini jenis Arabika dan Robusta yang ditanam di Gunung Puntang dan dari Gunung Tilu. Rencananya, ekspor ke Maroko ini akan rutin kami lakukan bersama mitra kami yakni PT Nusa Amandhiya, dan pembeli di Marokonya adalah Home Trading SARL,”kata Iwan, Selasa (21/6/16).
Dikatakan Iwan, dengan dimulainya ekspor tersebut, diharapkan bisa membuka peluang ekspor komoditi sejenis, khususnya dari daerah Puntang maupun dari Kabupaten Bandung dan Jawa Barat (Jabar).
Karena, kata dia, kopi asal Bandung Selatan dan Jabar pada umumnya memiliki kualitas yang diakui dunia. Ini merupakan peluang besar bagi para petani, untuk bisa lebih maju dengan berorientasi ekspor.
Apalagi, saat ini, pihak koperasi bersama mitra kerjanya menargetkan ekspor kopi bisa mencapai 1000 ton pertahun.
“Saat ini lahan pertanian yang dikelola oleh anggota koperasi kami luasnya kurang lebih 20 hektare, dengan usia tanaman rata-rata 7 tahun. Memang lahan yang dikelola oleh para petani anggota koperasi kami ini belum begitu luas, tapi kan yang penting adalah efektifitas dari pengelolaannya, sehingga bisa mengasilkan biji kopi terbaik kualitas ekspor,”ujarnya.
Iwan melanjutkan, para petani ini memang sebagian besar mengembangkan kopi jenis Arabika. Karena memang kopi jenis ini lebih cocok dikembangkan di dataran dengan ketinggian di atas 1000 mdpl.
Namun demikian, kata dia, para petani di Bandung Selatan saat ini mulai merintis budidaya tanaman kopi jenis Robusta. Karena sebenarnya ada jenis Robusta yang ditanam di daerah dataran tinggi.
“Para petani di Gunung Puntang dan Gunung Tilu, saat ini juga mulai merintis dan bahkan mulai berproduksi kopi jenis Robustanya. Nah ini juga yang ingin kami perkenalkan, yakni kopi Robusta dari Jabar. Karena kan yang selama ini terkenal adalah kopi Arabikanya saja,”ujarnya. [ito]
Tanggal  : 21 Juni 2016
Sumber  : inilahkoran.com

]]>
Berharap Dilibatkan MoU https://stg.eppid.perhutani.id/berharap-dilibatkan-mou/ Fri, 24 Jan 2014 01:58:11 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11367 Radar Banyuwangi, Pesanggaran – Kepala Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Murwanto, berharap MoU antara Pemkab Banyuwangi dan Perhutani Banyuwangi Selatan dalam pengelolaan Wisata Pantai Pulau Merah juga ikut mencantumkan peran pemerintah desa setempat. Sehingga pengelolaan Wisata Pantai Pulau Merah bisa memberikan manfaat nyata kepada masyarakat setempat.

Hal ini disampaikan Murwanto menanggapi rencana pemkab yang akan segera merealisasikan MoU dengan para pihak terkait dalam hal pengelolaan potensi wisata termasuk dengan Perhutani Banyuwangi Selatan. Menurut Murwanto, saat ini masyarakat Desa Sumberagung menunggu realisasi MoU antara pemkab dan Perhutani Banyuwangi Selatan tersebut.

Sehingga sambil menunggu realisasi MoU tersebut, warga Desa Sumberagung, juga bisa menerima jika saat ini pengelolaan Wisata Pantai Pulau Merah dilakukan oleh Pokja Wisata Perhutani Banyuwangi Selatan. “Jadi sambil menunggu MoU, nggak masalah kalau masih dikelola oleh Pokja Wisata Perhutani,” katanya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin.

Murwanto berharap jika MoU tersebut nantinya sudah terealisasi dan di dalamnya juga melibatkan Pemerintah Desa Sumberagung, maka Pokja Wisata Perhutani juga harus mematuhi. Bagaimana jika ternyata dalam MoU tidak menyebutkan pelibatan pemerintah desa? Murwanto akan melakukan protes. “Saya berharap harus dilibatkan, karena kalau tidak dilibatkan nanti ramai lagi,” ujarnya.

Sementara itu, pasca unjuk rasa warga yang memprotes Pokja Wisata Perhutani Banyuwangi Selatan, suasana di Pantai Pulau Merah tetap seperti biasa, (azi/aif)

Radar Banyuwangi | 24 Januari 2014 | Hal. 37

]]>
Rombongan Kera Serbu Rumah Warga https://stg.eppid.perhutani.id/rombongan-kera-serbu-rumah-warga/ Thu, 16 Jan 2014 01:16:39 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11179 Radar Solo, WONOGIRI – Warga Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo dibuat pusing hadirnya koloni kera di kampung mereka. Keberadaan kera-kera tersebut sejak beberapa pekan terakhir sering menjarah tanaman pangan dan kehidupan warga setempat.

Pengaduan warga ini disampaikan kepada Bupati Wonogiri Danar Rahmanto ketika mengunjungi Desa Ngancar beberapa hari lalu. Danar mengaku heran.

Sebab, aksi kawanan kera itu lain dari kebiasaan yang pernah terjadi. ”Biasanya, kera itu turun gunung saat musim kemarau karena di gunung tidak ada air dan sulit makanan. Tapi, ini kok musim hujan malah monyetnya turun gunung,” katanya.

Yang lebih aneh, monyet tersebut seperti sudah mengalami kemajuan dalam cara berpikir. Contohnya, monyet mampu membuka magic jar untuk mengambil nasi di dalamnya. Contoh lainnya, kawanan kera itu mampu menghidupkan lampu untuk menerangi rumah yang mereka masuki. Menyikapi hal ini, Danar mengatakan akan minta jajarannya di bagian pemerintah desa, dinas kehutanan dan perkebunan untuk berkoordinasi dengan perhutani.

Danar ingin segera ada penjelasan mengapa kawanan monyet itu sampai turun untuk mencari makanan di musim penghujan seperti saat ini. Sebab, logikanya, di saat seperti ini, banyak makanan yang ada di atas gunung yang merupakan habitat kera. Kepala Desa Ngancar Didik Purwanto mengatakan, saat turun gunung, kawanan kera itu jumlahnya ratusan. Mereka kemudian menjarah tanaman pangan di lahan pertanian yang berada tak jauh dari kaki gunung.

Celakanya lagi, di saat lain, kawanan primata itu turun ke perkampungan. Bahkan, sampai masuk rumah. ”Monyet-monyet ini datang untuk mencari makanan. Ada laporan ke saya kalau monyet ini bisa membuka magic-jar dan menjarah nasi di dalamnya. Juga ada yang menyalakan lampu listrik. Yang paling sering ditamui kawanan kera ini adalah di Dusun Ngancar dan Karangasem,” katanya.

Selain menjarah makanan dari dalam rumah dan tanah-tanah pertanian, kadang kawanan kera itu juga betingkah lebih. Di antaranya adalah menyerang ternak peliharaan penduduk serta merusak genting kala mereka gagal mendapatkan makanan atau diusir. Warga mengaku waswas ketika mencoba menghalau kawanan tersebut. Jumlah kera yang banyak membuat warga khawatir kawanan itu akan berbalik dan menyerang.

Karena kondisi itu, Didik berharap ada tindakan atau saran dari pemerintah agar kera-kera itu tak lagi turun ke tanah pertanian dan pemukiman penduduk. Sementara, menurut data, serangan kera di Ngancar itu merupakan hal yang baru. Sebelumnya, tidak pernah ada laporan serangan primata di desa tersebut. (aw/bun)

Radar Solo | 16 Januari 2014 | Hal. 10

]]>
Kera Ngamuk Serbu Perdesaan https://stg.eppid.perhutani.id/kera-ngamuk-serbu-perdesaan/ Thu, 16 Jan 2014 01:13:10 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11177 Media Indonesia, Wonogiri – PARA petani di Desa Ngancar, Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, resah. Sudah beberapa bulan terakhir, ratusan kera masuk kampung, mengamuk, merusak ladang, dan mencuri barang berharga di dalam rumah.

“Mereka seperti manusia, bisa menyalakan listrik, menguras nasi pemilik rumah yang ada di penghangat nasi. Saat berkelompok, mereka berani melawan warga yang bermaksud mengusir,” papar Bupati Wonogiri Danar Rahmanto, ketika mengunjungi warga, kemarin.

Ia mengaku sudah meminta bantuan Perum Perhutani untuk mengatasi amukan kera hutan itu. Ngancar merupakan desa yang paling dekat dengan kawasan hutan Pegunungan Seribu.

Media Indonesia | 16 Januari 2014 | Hal. 11

]]>
Jalan yang Dilalui Lebih Bagus https://stg.eppid.perhutani.id/jalan-yang-dilalui-lebih-bagus/ Mon, 30 Dec 2013 01:18:10 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10488 Radar Banyuwangi, SONGGON – Ribuan peserta mengikuti kegiatan napak tilas menyusuri jalan sepanjang jalur perang Puputan Bayu, mulai Lapangan Desa Sragi menuju Rowo Bayu, kemarin pagi. Peserta menempuh jarak 7 kilometer.

Dua kilometer jalan aspal dan lima kilometer jalan setapak di tengah hutan Perhutani Banyuwangi Barat. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang pagi itu hadir bersama jajaran Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) dan jajaran pejabat Pemkab Banyuwangi juga ikut jalan kaki membaur bersama warga. Seolah tak mau melewatkan momentum bersejarah ini, seluruh warga desa yang dilalui peserta napak tilas dengan sukarela menyediakan makanan dan minuman di tepi-tepi jalan. Warga juga menyalakan berbagai musik untuk makin menyemarakkan suasana.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengapresiasi peran serta seluruh peserta yang berasal dari berbagai elemen, mulai dari dinas/instansi, pelajar, mahasiswa dan umum. ”Kita bisa memaknai napak tilas ini sebagai upaya meningkatkan semangat dan jiwa patriotisme dengan cara yang lain,’’ ujar Anas. Sementara itu, kegiatan napak tilas perang puputan Bayu ternyata menimbulkan kesan tersendiri bagi peserta.

Salah satunya diakui Anang yang sudah lima kali ikut memeriahkan acara ini. ”Napak tilas dalam rangka memperingati Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba) yang ke-242 kali ini jalurnya lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tapi jalan yang dilalui sudah jauh lebih baik, kalau dulu kan rusak parah,” ujar lelaki yang membawa serta 13 rekannya dalam kegiatan ini. Tak hanya Anang, peserta lain juga tampak all out mempersiapkan event yang berlangsung setahun sekali ini. Ada regu yang sengaja berpakaian Bhinneka Tunggal Ika dan mengecat wajahnya dengan cat berwarna gelap serta memodifikasi kostumnya dengan botol minuman. (azi/aif)

Radar Banyuwangi | 30 Desember 2013 | Hal. 25&35

]]>
Pemerintah Fokus Aktifkan 3.589 KUD https://stg.eppid.perhutani.id/pemerintah-fokus-aktifkan-3-589-kud/ Tue, 17 Dec 2013 01:17:02 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10337 Bisnis Indonesia, JAKARTA — Kementerian Koperasi dan UKM akan mengaktifkan kembali 3.589 koperasi unit desa yang terdaftar tetapi tidak mempunyai aktivitas melalui program revitalisasi.

Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo mengungkapkan ada 13.677 KUD yang terdaftar pada instansi itu. Dari jumlah itu, sebanyak 7.088 unit dalam kondisi aktif sedangkan 3.589 masih dalam tahap pengaktifan kembali melalui berbagai pendekatan.

“Konsentrasi pemerintah saat ini adalah agar 3.589 KUD bisa aktif kembali. Banyak metode yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu agar koperasi itu kembali aktif,” ujarnya, Senin (16/12).

Salah satu di antaranya adalah memberi fasilitas bisnis, seperti memasok alat-alat pertanian dan pupuk, melalui kerja sama dengan Perhutani.

”Upaya atau fasilitasi yang kami laksanakan merupakan bagian dari kesepakatan untuk menumbuhkembangkan KUD melalui peningkatan kualitas kelembagaan dan usaha.” (Bisnis/mgm)

Bisnis Indonesia | 17 Desember 2013 | Hal. 4

]]>
Pertaruhkan Nyawa demi Sebuah Tungku https://stg.eppid.perhutani.id/pertaruhkan-nyawa-demi-sebuah-tungku/ Thu, 12 Dec 2013 01:20:07 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10277 Suara Merdeka, Banjarnegara – PERKEMBANGAN zaman yang semakin modern, tidak membuat puluhan perajin tungku atau yang biasa disebut pawon di Desa Salamerta, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara menjadi patah arang.

Berbekal alat seadanya berupa martil dan betel, perajin tungku harus menggali bukit hingga puluhan meter. Nyawa pun menjadi taruhan, karena dapat saja sewaktu-waktu bukit yang sedang atau sudah digali runtuh.

Beberapa perajin tungku mengaku, risiko membuat sebuah tungku memang tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Namun, karena tidak ada pekerjaan lain pertaruhan nyawa pun tetap mereka jalani.

Mudakir, salah seorang perajin, mengatakan pekerjaan itu sudah turun temurun dilakukan oleh warga di desanya. Ada kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat, lokasi yang biasa diambil batunya merupakan sumber kehidupan yang tidak akan habis. Mereka meyakini bebatuan akan tumbuh meski terus diambil.

‘’Setelah lubang yang digali dalam, perajin akan pindah mencari lokasi lain. Lubang tersebut ditutup dengan tanah. Setelah beberapa tahun kemudian, bekas lubang tersebut sudah dipenuhi dengan batu semua,’’ kata dia.

Selain itu, selama bukit digali hingga kini belum pernah ada kejadian tanah longsor yang mengakibatkan korban jiwa. Sebagai rasa syukur, setiap bulan Sura warga melakukan ritual selamatan ruwat bumi.

Keahlian Khusus

Lebih jauh ia menjelaskan, untuk membuat tungku jelas tidak mudah dan membutuhkan keahlian dan keberanian khusus. Setelah menggali bukit hingga mendapati batu yang bisa dibuat tungku, dibuat balokan-balokan sebelum dibentuk tungku.

Selanjutnya, tungku-tungku yang masih kasar kemudian diangkat untuk dihaluskan terlebih dulu sebelum dijual. Pada proses itu dibutuhkan ketekunan dan ketelitian tingkat tinggi agar tidak pecah.

Dalam satu gua, biasanya terdiri atas tiga hingga empat orang yang memiliki tugas masing-masing. Ada yang khusus membuat balokan, mencetak balokan menjadi tungku, dan menghaluskan.

Perjuangan perajin tungku ternyata belum berakhir sampai di proses itu. Mereka harus membawa tungku sampai ke pengepul dengan menempuh jalan setapak hingga tiga kilometer dengan naik turun bukit. Setiap tungku dijual dengan harga berkisar Rp 25.000-Rp 50.000.

Perajin lain, Kadirun, mengatakan di Desa Salamerta, terutama Dusun Kaligintung areal lahan yang diambil batunya merupakan lahan milik Perhutani seluas sekitar empat hektare. Jumlah perajin yang aktif mencapai 50 orang. Jumlah itu menurun dibandingkan dengan belasan tahun lalu yang dapat mencapai tiga kali lipat.

Menurutnya, dalam sehari para perajin tungku dapat memproduksi sekitar 100 buah. Namun jumlah tersebut tergantung dengan cuaca dan kebutuhan.

Selain dijual ke pengepul, tungku yang sudah jadi tersebut juga dijual ke sejumlah warung atau toko yang ada di desa atau dijual langsung ke konsumen.(17,15)

Jurnalis : Bahar Ibnu H.
Suara Merdeka | 11 Desember 2013 | Hal. 26

]]>
Hutan Panawaren Direhabilitasi https://stg.eppid.perhutani.id/hutan-panawaren-direhabilitasi/ Sat, 20 Jul 2013 02:53:40 +0000 http://perhutani.co.id/?p=8428 SEMARANG – Perum Perhutani Unit I Jateng siap merehabilitasi kawasan hutan Pinus, Damar, dan Mahoni di Desa Panawaren, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara yang rusak akibat penjarahan.
Rehabilitasi kawasan hutan gundul ini dilakukan setelah proses rekonstruksi dan pengukuran kembali batas hutan yang semula diklaim aktivis Forum Masyarakat Panawaren (Formap) sebagai tanah milik rakyat.
Adapun, rekonstruksi hutan Perhutani seluas 221 hektare ini berlangsung mulai Jumat-Senin (12-15/7). Kepala Perum Perhutani Unit I Jateng, Teguh Hadi Siswanto menyatakan, rehabilitasi ini untuk mengembalikan kawasan hutan sesuai fungsinya sebagai pelindung alam dan lingkungan. ”Hasil opname tunggak (bekas tebangan pohon-red), kami menemukan setidaknya 46 ribu tunggak dari pohon bekas penjarahan. Kerugian akibat penjarahan kayu di kawasan hutan Panawaren ini berkisar Rp 3,6 miliar,’’ katanya.
Fungsi hutan menjadi terganggu sehingga Perhutani secara bertahap akan mengembalikan sekurang-kurangnya 46 ribu pohon di kawasan setempat. Hasil laporan petugas Perhutani, pohon Damar dengan diameter satu meter yang ditanam sejak 1959 turut menjadi sasaran penjarahan.
Dengan rekonstruksi tersebut, Teguh akan mengajak masyarakat bekerja sama membuka lahan hutan. Kepala Biro Perlindungan dan Sumber Daya Hutan, Perum Perhutani Unit I Jateng Imam Fuji R menyatakan, rekonstruksi ulang pal batas hutan berakhir Senin (15/7). Selama rekonstruksi tersebut, petugas juga menghitung tunggak di hutan Panawaren. (J17,H68-90)
(/)
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/07/20/231557/Hutan-Panawaren-Direhabilitasi
Sabtu, 20 Juli 2013 | 08.30 WIB

]]>
Manfaatkan Lahan, Perhutani Gandeng Dua Kelinci https://stg.eppid.perhutani.id/manfaatkan-lahan-perhutani-gandeng-dua-kelinci/ Tue, 09 Jul 2013 01:39:47 +0000 http://perhutani.co.id/?p=8163 JAKARTA. Perum Perhutani gandeng perusahaan produsen camilan kacang PT Dua Kelinci untuk memanfaatkan lahan eks kayu jati ditanami kacang. Meski baru menandatangani kesepakatan kerjasama atawa memorandum of understanding (MOU), PT Dua Kelinci siap menampung hasil panenan petani kacang yang di tanam di lahan Perhutani.
Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perum Perhutani mengatakan selain kerjasama antara pemilik lahan dan penampung panenan, kedua perusahaan ini juga sepakat untuk berpatungan memodali dan membina para petani. “Detailnya belum dibicarakan, yang penting tenaga kerjanya ada yang bisa mengelola lahan dengan baik,” kata Bambang saat dihubungi KONTAN, Senin (8/7).
Dengan kerjasama ini, selain petani sudah mendapatkan modal dan lahan, petani juga mendapatkan jaminan pasar untuk hasilnya. Selama ini, masyarakat seringkali menjual ke tengkulak atau mengijonkan hasil panennya, sehingga keuntungan lebih banyak dinikmati pedagang.
“Kami sudah mengundang banyak perusahaan, sejauh ini hanya Dua Kelinci yang berminat,” katanya.
Perhutani akan memanfaatkan lahan di Purwakarta dengan cara tumpang sari. Meski belum merinci detailnya, Bambang memperkirakan sekitar 1000 sampai 2000 hektare lahan yang dapat ditanami kacang tanah. “Sistemnya bagi hasil, petani akan mendapatkan 60%,” katanya.
Purwakarta jadi lahan percobaan perdana karena Perhutani dan Dua Kelinci mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat. Selain itu, “Daerahnya lahan datar dan beriklim cocok untuk kacang,” kata Bambang.
Selain Purwakarta, Bambang juga menyebut Jawa Timur dan daerah lain di Jawa Tengah yang dapat dijajaki untuk bertanam kacang jika hasilnya memuaskan.
Perhutani, memiliki potensi lahan seluas 55.000 ha yang bisa dimanfaatkan untuk bertanam palawija di pulau Jawa. Menurut Bambang, dari luas areal lahan tersebut, paling potensial ditanami adalah padi seluas 15.000 ha. Kemudian lahan milik Perhutani juga bisa ditanami oleh kedelai seluas 15.000 ha. “Sisanya seperti jagung dan kacang,” katanya.
Djuli Murtadho, Direktur Produksi PT Dua Kelinci mengatakan pihaknya akan membeli kacang petani di level Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per kilogram (kg). Harga ini diakuinya sudah sesuai dengan harga pasar. “Kami siap menyerap kacang milik petani,” katanya. Maria Elga Ratri Ayudi
Jurnalis : Maria Elga Ayudi
Media : Kontan, 09 Juli 2013

]]>
Umbi Porang Jadi Tanaman Unggulan di Madiun https://stg.eppid.perhutani.id/umbi-porang-jadi-tanaman-unggulan-di-madiun/ Tue, 07 May 2013 00:47:36 +0000 http://perhutani.co.id/?p=7115 Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengembangkan tanaman umbi porang (iles-iles) sebagai komoditas unggulan yang bernilai ekonomi tinggi. Hal itu untuk meningkatkan kesejahteraan petaninya.

Bupati Madiun Muhtarom di Madiun, pekan lalu, menuturkan, produksi umbi porang di Madiun mencapai rata-rata 8.100 ton per tahun. Tanaman ini dibudidayakan warga yang tinggal di tepian hutan produksi yang dikelola Perum Perhutani Unit II Jatim. Luas area tanam mencapai sekitar 1.380 hektar.

”Umbi porang menjadi sumber mata pencaharian baru bagi warga tepian hutan di Madiun. Mereka menanamnya di bawah tanaman milik Perhutani sehingga tidak merusak fungsi hutan,” ujar Bupati Madiun.Hampir semua hasil umbi porang di Madiun diekspor sebagai bahan baku ramen atau mi tradisional Jepang serta untuk bahan konyaku dan kosmetik. Namun, petani di Madiun menjual dalam bentuk umbi basah sehingga harganya rendah, sekitar Rp 2.500 per kilogram (kg). Setiap 1 hektar tanaman porang menghasilkan umbi basah hingga 16 ton, atau mendatangkan penghasilan sekitar Rp 40 juta.

Pendapatan yang diterima petani lebih besar bila bisa memberikan nilai tambah pada umbi porang. Caranya dengan mengolah jadi chips (irisan tipis) atau tepung. Chips porang dihargai hingga Rp 27.000 per kg dan tepung porang dihargai hingga Rp 600.000 per kg. Petani porang di Madiun pun menerima bantuan tiga alat pengolah porang jadi chips dari pemerintah pusat. Petani Wonolestari, Parno, mengakui, porang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Kopi arabika

Dari Nusa Tenggara Timur dilaporkan, Kabupaten Ngada, Flores, tahun ini mengembangkan 400 hektar kopi arabika di tiga kecamatan lagi. Harga kopi arabika kualitas ekspor bisa mencapai Rp 50.000 per kg.

Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Ngada Korsin Wea di Bajawa, pekan lalu, menjelaskan, luasan kopi arabika di Ngada kini 5.675 hektar. Hasilnya untuk ekspor.

Jurnalis : Nik
Kompas, 07 Mei 2013 hal. 22

]]>