Owa Jawa – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Sat, 04 Nov 2017 07:17:03 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Owa Jawa – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Lima Owa Jawa Dilepasliarkan https://stg.eppid.perhutani.id/lima-owa-jawa-dilepasliarkan/ Sat, 04 Nov 2017 07:17:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50676 GATRA.COM (3/11/2017) | Lima individu Owa Jawa (Hylobates Maloch) dilepasliarkan ke hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat, Jumat (3/11). Satwa primata endemik di Pulau Jawa ini dilepas setelah melalui proses rehabilitasi selama lima hingga tujuh tahun di Javan Gibbon Center , Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Ketika populasi Owa di alam saat ini terancam karena perburuan dan perdagangan, pelepasan ini menjadi upaya nyata pada Hari Owa Internasional. Inisiatif ini dilakukan Yayasan Owa Jawa beserta mitra yakni Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP Subang asset 3 Subang Field.
Pelepasaliaran dilakukan pada dua keluarga Owa Jawa yaitu keluarga Wili-Sasa dan anaknya Jatna yang lahir di pusat rehabilitasi serta pasangan Asep-Dompu. Sebelum dilepasliarkan mereka menjalani proses habituasi selama dua bulan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar. Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan peliharaan. Pemerintah telah meminta kepada masyarakat yang memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa primata untuk dikembalikan secara sukarela melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Siapapun yang melakukannya berarti melanggar hukum UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Owa jawa merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi target sasaran strategis Ditjen KSDAE yang tertera pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno berharap agar kegiatan pelepasliaran ini dapat meningkatkan populasi Owa. Saat ini, tidak hanya populasi Owa Jawa beserta habitatnya di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, namun juga populasi kecil di Jawa Tengah seperti di Pegunungan Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah. “Selain pelepasliaran, perlu juga didorong pembentukan habitat baru guna menjamin keberlangsungan hidup mereka,” kata Wiratno melalui siaran pers yang diterima Gatra, Kamis (3/11).
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan bahwa beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat Owa Jawa. Tidak hanya di Jawa Barat namun juga di sebagian di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan Owa Jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah disekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan.
Selain perlindungan terhadap Owa Jawa, sebagai entitas bisnis, Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah lainnya juga telah dilakukan secara nyata. “Selain itu keberhasilan konservasi Owa Jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,”kata Denaldy.

Achmad Alfian Husein, selaku Exploration & New Discovery Project Director, PT. Pertamina EP mengatakan sebagai komitmen Pertamina mendukung kegiatan pelestarian alam, telah dilakukan kerjasama dengan Yayasan Owa Jawa sejak 2013. Dukungan yang dilakukan seperti pendanaan untuk program reintroduksi Owa Jawa dan penyadartahuan konservasi Owa Jawa.
Sementara itu Vice President Conservation International (CI) Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan Owa Jawa merupakan spesies karismatik yang memiliki peran penting dalam merestorasi hutan secara alami. Spesies ini menyebarkan benih yang membantu menjaga kesehatan hutan yang penting sebagai penyedia makanan, air bersih, obat-obatan, mata pencaharian dan ketahanan iklim bagi masyarakat.
“Agar konservasi berhasil dilakukan, kita harus mengedukasi masyarakat luas mengenai kekayaan alam yang dimiliki dan membangun pengelolaannya. Kami di CI sangat senang dapat berkontribusi untuk kesuksesan dalam kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dan semua mitra di program konservasi Owa Jawa dan bentang alam,” ujar Ketut
Pelepasliaran ini adalah yang kelima kalinya dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa. Sebelumnya 14 individu sudah dilepasliarkan sejak tahun 2013. Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani mengatakan upaya pengembalian Owa Jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. “Hasil positif pasca Owa Jawa dilepasliarkan, ditandai adanya peristiwa kelahiran Owa Jawa di alam pada tanggal 14 januari 2017 lalu di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.”tuturnya.

Sumber : gatra.com
Tanggal : 3 November 2017

]]>
Menjaga Simbol Kelestarian Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/menjaga-simbol-kelestarian-hutan/ Wed, 13 May 2015 05:36:17 +0000 http://perhutani.co.id/?p=21082 BUMN Insight, Konservasi owa jawa merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung karena bisa dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga.
SELAIN laut, negeri ini juga kaya dengan rimbunnya hutan yang menjadi paru-paru Tanah Air, bahkan bagi dunia. Alhasil, berbagai langkah strategis pun ditempuh guna menyelamatkan keberadaan kekayaan hayati ini. Tak kalah pentingnya adalah turut menyelamatkan satwa yang dilindungi yang turut menjaga kualitas hutan.
Salah satu momen pelestarian hutan juga dilakukan bertepatan dengan peringatan ke-60 KTT Asia Afrika lalu di Bandung. Hal ini ditandai oleh Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang berkesempatan melakukan pelepasliaran owa jawa, serta disaksikan beberapa delegasi peserta KTT. Pelepasliaran owa jawa tersebut menggambarkan semangat gotong royong negara-negara Asia Afrika untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan, peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan penghargaan terhadap keanekaragaman hayati sebagai penyokong kehidupan. Keberhasilan Indonesia melakukan konservasi owa jawa di pulau yang terpadat penduduknya di negeri ini pun merupakan komitmen kuat Indonesia dalam menjalankan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, konservasi owa jawa ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung karena owa jawa bisa dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. “Sebelumnya, 15 Juni 2013 telah dilepasliarkan sepasang owa jawa bernama Kiki dan Sadewa, pada 27 Maret 2014 dilepasliarkan satu keluarga owa jawa, Bombom (betina), Jowo (jantan), anak mereka—Yani (betina) dan Yudi (jantan), serta ketiga kalinya hari ini (24 April 2015) dilepasliarkan lagi paV sangan Robin-Moni dan Moli-Nancy di tempat yang sama,” jelas Iskandar.
Iskandar menambahkan, beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani juga merupakan habitat owa jawa. Oleh karenanya, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Selain itu, keberhasilan upaya konservasi owa jawa sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat.
Masih Diburu
Robin-Moni dan Moli-Nancy merupakan dua pasang owa jawa yang telah menjalani proses rehabilitasi selama 7-11 tahun di Javan Gibbon Center (JGC), Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Sebelum dilepasliarkan, owa jawa telah menjalani proses habituasi lebih kurang 2,5 bulan di lokasi pelepasharan Gunung Puntang.
Seiring berkurangnya hutan tropis di Jawa, telah menyebabkan keberadaan owa jawa semakin terancam. Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan satwa peliharaan. Tak pelak, mengembalikan owa jawa ke hutan dalam keadaan sehat dan bebas penyakit menjadi salah satu upaya untuk memastikan keberlanjutan spesies ini.
Owa jawa (Hylobates moloch) sendiri merupakan satwa primata endemik pulau Jawa yang sebagian besarnya mendiami hutan-hutan dataran rendah dan tinggi di Jawa bagian barat, dan hanya sebagian kecil’ditemukan di Jawa bagian tengah. Survei terakhir pada tahun 2010 mencatat 2.140-5.310 individu owa jawa yang hidup terisolasi di hutan konservasi dan hutan lindung, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak, Ujung Kulon, serta Cagar . Alam Gunung Simpang dan Gunung Tilu. Sebagai primate arboreal yang melakukan seluruh aktivitas hidupnya di pohon, kelangsungan hidup owa jawa di alam sangat bergantung pada tegakan pohon dengan tajuk menyambung. Dengan demikian, kehadiran owa jawa dapat dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. Selain itu, sebagai satwa pemencar biji, owa jawa berperan penting menjaga siklus dan regenerasi ekosistem hutan.
Selain menjadi simbol kelestarian hutan, owa jawa juga menjadi model sistem sosial yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan gotong-royong. Berbeda dengan sebagian besar primata, owa jawa menganut sistem perkawinan monogami dan hidup dalam unit keluarga yang erat.
Meskipun owa jawa telah dilindungi oleh undang-undang, populasinya di alam terus menyusut. Selain kerusakan habitat, owa jawa di habitat alaminya juga terancam oleh aktivitas perburuan dan perdagangan untuk menjadikannya satwa peliharaan. Dalam Daftar Merah World Conservation Union (The IUCN Red List of Threatened Species) owa jawa dikategorikan sebagai satwa terancam punah (Endangered species) dan termasuk dalam daftar Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Sumber    : BUMN Insight, hal.90-91
Tanggal    : 13 Mei 2015

]]>
Perhutani Kembali Lepas-liarkan Owa Jawa di Hutan Lindung Gunung Malabar https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-kembali-lepas-liarkan-owa-jawa-di-hutan-lindung-gunung-malabar/ Tue, 21 Apr 2015 10:17:55 +0000 http://perhutani.co.id/?p=20138 Kom-PHT/Kanpus  @2015

Kom-PHT/Kanpus @2015

JAKARTA, PERHUTANI (21/4) | Perum Perhutani bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan dan Yayasan Owa Jawa akan melepasliarkan dua pasang Owa Jawa (empat individu) untuk ke tiga kalinya ke habitat alami di Gunung Puntang kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Hari Jumat, 24 April 2015 bertepatan dengan penutupan Konfrensi Asia Afrika. Selasa.

Owa Jawa yang akan dilepasliarkan kali ini adalah pasangan bernama Robin (jantan) dan Moni (betina) dan pasangan Moli (jantan) dan Nancy (betina). Sebelumnya, Owa tersebut dijadikan satwa peliharaan masyarakat.

Kedua pasang Owa Jawa tersebut telah menjalani proses rehabilitasi selama 7-11 tahun di Javan Gibbon Center (JGC), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Mulai dari pemeriksaan dan perawatan kesehatan (karantina), sosialisasi hingga tahap akhir proses rehabilitasi, sehingga dianggap cukup layak untuk dilepasliarkan.

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar mengatakan (21/4) bahwa konservasi Owa Jawa ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung Perum Perhutani karena owa jawa dapat dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. “Sebelumnya, pada 15 Juni 2013 telah dilepasliarkan sepasang Owa Jawa bernama Kiki dan Sadewa, pada 27 Maret 2014 dilepasliarkan lagi satu keluarga Owa jawa, Bombom (betina), Jowo (jantan) dan kedua anak mereka Yani (betina) dan Yudi (jantan) dan pada 24 April 2015 ini akan dilepasliarkan ke tiga kalinya dua pasang Owa Jawa, yaitu pasangan pertama Robin (jantan) dan Moni (betina) dan pasangan kedua Moli (jantan) dan Nancy (betina) di tempat yang sama. Kondisi Owa yang telah dilepasliarkan saat ini semakin menunjukkan kemampuan beradaptasi yang sangat baik, artinya kondisi hutan Perhutani di Gunung Malabar juga membaik.” Demikian Mustoha Iskandar menambahkan.

Moli, owa jawa jantan dewasa diperkirakan lahir tahun 2002, dan pasangannya Nancy, owa jawa betina dewasa diperkirakan lahir tahun 1998. Owa ini mulai dipasangkan sejak 2012. Keduanya menjalani proses rehabilitasi di JGC sejak 2004. Sebelumnya, Moli merupakan satwa peliharaan masyarakat di Bogor, sedangkan Nancy satwa peliharaan masyarakat di Depok.

Pasangan Robin (jantan) dan Moni (betina), diperkirakan berumur 12 tahun dan 10 tahun, memulai proses penjodohan mereka tahun 2012. Moni diterima di JGC pada tahun 2005, sedangkan Robin pada tahun 2008. Sebelumnya, Robin adalah satwa yang dipelihara masyarakat di Bogor, sedangkan Moni dipelihara masyarakat di Banten.

Kedua pasang owa jawa tersebut telah menjalani masa adaptasi di kandang habituasi dan dipantau perkembangannya selama lebih kurang 2,5 bulan dan siap untuk dilepasliarkan.

Owa Jawa (Hylobates moioch) tergolong salah satu primata yang paling terancam kepunahan terutama dari hiiangnya habitat akibat pembukaan hutan untuk berbagai keperluan. Selain itu, Owa Jawa kerapkali ditangkap masyarakat untuk diperjual-belikan. Organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan Owa Jawa ke dalam kategori species terancam (kepunahan) (EN, endangered species), dengan peluang sebesar 50%, hewan ini akan dapat punah dalam satu dekade mendatang.

Perum Perhutani bekerjasama dengan Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center/JGC) yang dikelola oleh Yayasan Owa Jawa (YOJ) sejak tahun 2012. Sejak 2003 JGC telah menerima 30 Owa Jawa dari masyarakat.

Kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar dipilih sebagai tempat pelepasliaran setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon pakan dan keamanan. Melalui program pelepas-liaran ini, Perhutani selaku BUMN yang memiliki mandat untuk mengelola Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Pulau Jawa berkomitmen untuk menjadikan pelepasliaran Owa jawa sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan misi usahanya. Program ini juga merupakan contoh public-private partnership dalam pembangunan berkelaniutan. (Kom-PHT/Kanpus).

]]>
Satu Keluarga Owa Jawa Dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Malabar https://stg.eppid.perhutani.id/satu-keluarga-owa-jawa-dilepasliarkan-di-hutan-lindung-gunung-malabar/ Thu, 27 Mar 2014 21:01:18 +0000 http://perhutani.co.id/?p=12144 KBRN, Bandung : Satu keluarga Owa Jawa (Hylobates moloch) yang terdiri dari sepasang induk jantan betina dan dua anaknya, Kamis (27/3/2014), dilepasliarkan ke habitat alami kawasan hutan Perhutani di Gunung Puntang Hutan Lindung Gunung Malabar, petak 31b RPH Logawa BKPH Banjaran KPH Bandung Selatan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pelepasliaran satu keluarga Owa Jawa itu diprakarsai oleh Perhutani dan Yayasan Owa Jawa, didukung oleh Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Ini adalah kali kedua Perhutani dan Yayasan Owa Jawa melepasliarkan Owa Jawa, setelah pada tahun lalu, tepatnya pada 15 Juni 2013, sepasang Owa Jawa yang diberinama Kiki dan Sadewa dilepasliarkan di lokasi hutan yang sama.
Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto menyatakan konservasi Owa Jawa ini merupakan bagian dari upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung melalui pengembangan spesies liar. Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga keseimbangan ekosistem sumberdaya hutan.
“Kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar dipilih sebagai tempat pelepasliaran setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon pakan dan keamanan.”
“Program ini merupakan contoh public-private partnership yang dipercaya menjadi dasar pembangunan hutan berkelanjutan,” jelas Bambang, dalam keterangan tertulisnya yang diterima RRI, Kamis (27/3/2014).
Dengan adanya keluarga Owa Jawa ini, lanjut Bambang, hutan lindung Gunung Malabar dapat dikembangkan sebagai salah satu kawasan wisata minat khusus yang mendatangkan manfaat langsung bagi masyarakat di sekitarnya.
Bambang Sukmananto menekankan pentingnya keterlibatan sektor bisnis dalam upaya perlindungan satwa dan lingkungan.
“Konservasi owa jawa di Hutan Lindung Malabar wilayah Perhutani merupakan salah satu bentuk tanggungjawab Perum Perhutani dalam melestarikan satwa kebanggaan Indonesia melalui pengelolaan hutan lestarI,” jelas Bambang.
Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani, menuturkan, upaya konservasi owa jawa di tengah tekanan pembangunan ekonomi Pulau Jawa bukan perkara mudah.
“Dukungan semua pihak untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan sangat diperlukan. Program konservasi ini dapat menjadi contoh kemitraan yang kuat antara penggiat konservasi dengan sektor bisnis, pemerintah daerah dan masyarakat.” tuturnya.
Pelepasliaran sekeluarga Owa Jawa yang masing-masing diberinama Bombom (betina), Jowo (jantan), dan kedua anak mereka Yani (betina) dan Yudi (jantan), merupakan kegiatan belum pernah dilakukan dimanapun sebelumnya untuk satu keluarga Owa Jawa.
Pasangan Bombom dan Jowo berasal dari hewan peliharaan yang diserahkan oleh masyarakat dan telah direhabilitasi selama enam tahun di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa di Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Selama masa rehabilitasi Bombom dan Jowo, telah lahir dua individu Owa Jawa dari pasangan tersebut pada tahun 2010 dan 2013.
Pada acara pelepasliaran satu keluarga Owa Jawa itu, Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Dedi Kusnadi Thamim menandatangani perjanjian kerjasama pengamanan habitat dan Satwa di hutan lindung gunung Malabar khusus satwa Owa Jawa di kawasan hutan Gunung Puntang Perhutani KPH Bandung Selatan, sekaligus pelantikan Gibbon Patrol Unit (GPU), yaitu tim patrol gabungan dari Perhutani, Yayasan Owa Jawa dan Masyarakat sekitar.
Owa Jawa (Hylobates moloch) termasuk salah satu primata yang paling terancam kepunahan terutama dari hilangnya habitat akibat  pembukaan hutan untuk berbagai keperluan.  Owa Jawa juga kerapkali ditangkap  untuk  diperjual belikan masyarakat.
Organisasi konservasi  dunia  IUCN  memasukkan  Owa Jawa ke dalam kategori species terancam  (kepunahan) (EN, endangered species), dengan peluang sebesar 50%.
Hewan ini akan dapat punah  dalam  satu dekade mendatang.    (DS/rilis/BCS)
Sumber   : www.rri.co.id
Tanggal  :  27 Maret 2014

]]>
Primata Owa Jawa Dilepasliarkan di Gunung Malabar https://stg.eppid.perhutani.id/primata-owa-jawa-dilepasliarkan-di-gunung-malabar/ Thu, 27 Mar 2014 20:57:33 +0000 http://perhutani.co.id/?p=12141 INILAH.COM, Bandung – Hewan primata Owa Liar akhirnya dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Malabar, Kabupaten Bandung, Kamis (27/3/2014). Pelepasliaran tersebut mendapat sambutan baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Wawan Ridwan yang hadir dalam pelepasan tersebut memberikan apresiasi pelepasliaran hewan primata tersebut. Owa yang dilepasliarkan satu keluarga bernama Bom-Bom, Jowo, Yani, dan Yudi.
“Pelepasliaran Owa Jawa ini menjadi salah satu bukti adanya kesadaran dan langkah nyata bagi kita semua dalam upaya rehabilitasi dan konservasi fauna. Selain itu sebagai momentum dari wujud tanggung jawab kita dalam pelestarian keanekaragaman hayati khususnya di Jawa Barat,” tutur Wawan.
Owa Jawa merupakan jenis primata yang tidak berekor dari keluarga Owa (Famili Hylobatidae) yang ditemukan di Pulau Jawa dan terancam punah. Hutan hujan tropis Pulau Jawa yang menjadi tempat hidupnya semakin berkurang drastis di bawah tekanan pembangunan dan pertumbuhan populasi manusia yang semakin meningkat.
Maka dari itu, kawasan hutan lindung Gunung Malabar dipilih sebagai tempat pelepasliaran Owa Jawa setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon pakan dan keamanannya. Kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani tersebut diharapkan dapat menjadi rumah yang aman bagi Owa Jawa di tengah maraknya ancaman perburuan dan kerusakan di Pulau Jawa saat ini.
Wawan berharap upaya pelestarian terhadap ancaman populasi dan habitatnya karena Owa jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa yang penyebarannya sangat terbatas.
“Harus ada proses penyadaran bagi masyarakat untuk tidak memperdagangkan, memburu, dan memelihara Owa Jawa,” tutupnya. [rni
Sumber  :   www.inilahkoran.com
Tanggal  :   27 Maret 2014

]]>
Sekda Jabar Pimpin Pelepasliaran Owa Jawa https://stg.eppid.perhutani.id/sekda-jabar-pimpin-pelepasliaran-owa-jawa/ Thu, 27 Mar 2014 20:45:54 +0000 http://perhutani.co.id/?p=12133 Antarajawabarat.com,27/3 – Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Wawan Ridwan menyambut baik dan menyampaikan apresiasi kepada semua pihak pada Pelepasliaran Satu Keluarga Owa Jawa yang bernama Bom-Bom, Jowo, Yani dan Yudi, dilaksanakan di Hutan Lindung Gunung Malabar Kabupaten Bandung, Kamis.
“Melalui acara pelepasliaran Owa Jawa ini menjadi salah satu bukti adanya kesadaran dan langkah nyata bagi kita semua dalam upaya rehabilitasi dan konservasi konservasi fauna,” kata Wawan Ridwan.
Selain itu, lanjut dia, pelepasliaran Owa Jawa tersebut juga sebagai momentum dari wujud tanggung jawab kita dalam pelestarian keanekaragaman hayati khususnya di Jawa Barat.
Pihaknya mengharapkan adanya upaya pelestarian terhadap ancaman populasi dan habitatnya karena Owa Jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa yang penyebarannya juga sangat terbatas.
“Harus adanya proses penyadaran bagi masyarakat untuk tidak memperdagangkan, memburu dan memelihara Owa Jawa,” ujar Wawan.
Sementara itu, Pangdam III Siliwangi Mayjen Jend Dedi Kustiwa Tamim menuturkan pentingnya menjaga dan melestarikan alam khususnya hutan karena berperan dalam latihan bagi para prajurit.
“Kami berharap kepada penduduk sekitar dapat ikutserta membantu menjaga dan melestarikan daerah sekitar guna hewan-hewan yang dilindungi dapat berkembang biak,” kata dia.
Owa Jawa merupakan jenis primata yang tidak berekor dari keluarga Owa (Famili Hylobatidae) yang ditemukan di Pulau Jawa dan terancam punah.
Hutan hujan tropis pulau Jawa yang menjadi tempat hidupnya semakin berkurang drastis dibawah tekanan pembangunan dan pertumbuhan populasi manusia yang semakin meningkat.
Oleh karena itu kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar dipilih sebagai tempat Pelepasliaran Owa Jawa setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon pakan dan keamanannya.
Kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani tersebut diharapkan dapat menjadi rumah yang aman bagi Owa Jawa ditengah maraknya ancaman perburuan dan kerusakan di Pulau Jawa saat ini.
Direktur Utama Perum Perhutani DR. Bambang Sukmananto menekankan pentingnya keterlibatan sektor bisnis dalam upaya perlindungan satwa dan lingkungan.
Menurut dia, konservasi Owa Jawa di Hutan Lindung malabar wilayah Perhutani merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Perum Perhutani dalam melestarikan satwa kebanggaan Indonesia melaui pengelolaan hutan lestari.
“Dengan adanya Owa Jawa, hutan lindung Gunung Malabar dapat dikembangkan sebagai salah satu kawasan wisata minat khusus yang mendatangkan manfaat langsung bagi masyarakat di sekitarnya,” katanya.
Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa DR Noviar Andayani menambahkan bahwa upaya konservasi Owa Jawa di tengah pembangunan ekonomi pulau Jawa bukan perkara mudah.
“Diperlukan dukungan semua pihak untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. Program konservasi ini diharapkan dapat menjadi contoh kemitraan yang kuat antara penggiat konservasi dengan sektor bisnis, pemerintah dan masyarakat” ujarnya.***3***
Sumber  : www.antarajawabarat.com
Tanggal  :  27 Maret 2014

]]>
Perhutani untuk kedua kali melepasliarkan Owa Jawa di Hutan Lindung Gunung Malabar Jawa Barat https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-untuk-kedua-kali-melepasliarkan-owa-jawa-di-hutan-lindung-gunung-malabar-jawa-barat/ Thu, 27 Mar 2014 20:27:36 +0000 http://perhutani.co.id/?p=12124 0-Owa2

Dok. PR/Kanpus@2014

BANDUNG, PERHUTANI (27/3) | Perhutani dan Yayasan Owa Jawa didukung oleh Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, hari ini Kamis 27 Maret 2014 tepat pukul 10.30, untuk ke dua kalinya melepasliarkan satu keluarga Owa Jawa (Hylobates moloch) terdiri dari sepasang induk jantan betina dan dua anaknya ke habitat alami kawasan hutan Perhutani di Gunung Puntang Hutan Lindung Gunung Malabar, petak 31b RPH Logawa BKPH Banjaran KPH Bandung Selatan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.  

Setahun lalu, pada 15 Juni 2013, sepasang Owa Jawa Kiki dan Sadewa telah dilepasliarkan lebih dahulu di lokasi hutan yang sama oleh Perhutani.

Perhutani bekerjasama dengan Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center/JGC) yang dikelola Yayasan Owa Jawa (YOJ) sejak tahun 2012. JGC telah menerima 30 owa Jawa yang berasal dari masyarakat tahun 2003. Owa Jawa tersebut kemudian menjalani proses rehabilitasi cukup panjang untuk pemulihan kesehatan dan mengembalikan perilaku alaminya pasca dipelihara manusia dalam kandang. Sebagian besar owa jawa bahkan tidak mampu mengeluarkan nyanyian  panjang  (morning call) pada saat pertama kali tiba di JGC, padahal kemampuan tersebut sangat diperlukan  untuk menandai daerah tempat tinggalnya di alam. Di JGC kemampuan bersuara,  bergerak di atas pohon, dan bersosialisasi dengan owa lain merupakan keahlian perilaku yang diaktifkan kembali setelah hilang di bawah pemeliharaan  masyarakat. Proses rehabilitasi Owa Jawa diperlukan agar saat  dikembalikan ke habitat alaminya dapat menyesuaikan dengan keadaan habitatnya.

Pelepasliaran sekeluarga Owa Jawa ini merupakan kegiatan belum pernah dilakukan dimanapun sebelumnya untuk satu keluarga owa jawa bernama Bombom (betina), Jowo (jantan), dan kedua anak mereka Yani (betina) dan Yudi (jantan). Pasangan Bombom dan Jowo berasal dari hewan peliharaan yang diserahkan oleh masyarakat dan telah direhabilitasi selama enam tahun di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Owa Jawa di Resort Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.  Selama masa rehabilitasi Bombom dan Jowo, telah lahir dua individu Owa Jawa dari pasangan tersebut pada tahun 2010 dan 2013.

Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto menyatakan bahwa konservasi Owa Jawa ini merupakaan bagian dari upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung melalui pengembangan spesies liar.  Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga keseimbangan ekosistem sumberdayahutan. Kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar dipilih sebagai tempat pelepasliaran setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon pakan dan keamanan. Program ini juga merupakan contoh public-private partnership yang dipercaya menjadi dasar pembangunan hutan berkelanjutan. Bambang Sukmananto menekankan pentingnya keterlibatan sektor bisnis dalam upaya perlindungan satwa dan lingkungan. Konservasi owa jawa di Hutan Lindung Malabar wilayah Perhutani merupakan salah satu bentuk tanggungjawab Perum Perhutani dalam melestarikan satwa kebanggaan Indonesia melalui pengelolaan hutan lestari. Dengan adanya keluarga Owa Jawa ini, hutan lindung Gunung Malabar dapat dikembangkan sebagai salah satu kawasan wisata minat khusus yang mendatangkan manfaat langsung bagi masyarakat di sekitarnya.

Menurut Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa Noviar Andayani, upaya konservasi owa jawa di tengah tekanan pembangunan ekonomi Pulau Jawa bukan perkara mudah. Dukungan semua pihak untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan sangat diperlukan. Program konservasi ini dapat menjadi contoh kemitraan yang kuat antara penggiat konservasi dengan sektor bisnis, pemerintah daerah dan masyarakat.

Owa Jawa (Hylobates moloch) termasuk salah satu primata yang paling terancam kepunahan terutama dari hilangnya habitat akibat  pembukaan hutan untuk berbagai keperluan.  Sebab lain Owa Jawa kerapkali ditangkap  untuk  diperjual-belikan masyarakat. Organisasi konservasi  dunia  IUCN  memasukkan  Owa Jawa ke dalam kategori species terancam  (kepunahan) (EN, endangered species), dengan peluang sebesar 50%. Hewan ini akan dapat punah  dalam  satu decade mendatang.

Pada acara tersebut, Kepala Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Dedi Kusnadi Thamim menandatangani perjanjian kerjasama pengamanan habitat dan Satwa di hutan lindung gunung Malabar khusus satwa Owa Jawa di kawasan hutan Gunung Puntang Perhutani KPH Bandung Selatan, sekaligus pelantikan Gibbon Patrol Unit (GPU), yaitu tim patrol gabungan dari Perhutani, Yayasan Owa Jawa dan Masyarakat sekitar.@PR. Kanpus

]]>