pabrikgula – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 10 Mar 2017 02:56:42 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png pabrikgula – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Target Baru, Pabrik BUMN Ditata Ulang https://stg.eppid.perhutani.id/target-baru-pabrik-bumn-ditata-ulang/ Fri, 10 Mar 2017 02:56:42 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=45800 MEDIA INDONESIA (10/3/2017) | Setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp 13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin, dan mengembangkan lahan kebun.

Pemerintah mematok target produksi gula BUMN pada 2017 mencapai 1,6 juta ton. Target produksi itu berarti mengalami peningkatan hingga 33% dari realisasi 1,2 juta ton pada 2016.

Deputi Bidang Usaha Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menyatakan, untuk merealisasi target tersebut, akan dilakukan penataan ulang pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) di Pulau Jawa periode 2016-2020.

“Kontribusi pabrik gula BUMN terhadap kebutuhan nasional masih sangat kecil. Perlu upaya yang terstruktur dan berkesinambungan antara pengembangan atau membangun pabrik gula baru dengan kepastian ketersediaan bahan baku tebu terhadap kapasitas pabrik gula,” kata dia, di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, kondisi pabrik gula BUMN saat ini cukup memprihatinkan karena di bawah skala ekonomi. Dari 45 pabrik gula, hanya 25% yang memiliki kapasitas produksi di atas 4.000 ton tebu per hari (TCD) dan 78% pabrik gula di Jawa berusia di atas 100 tahun sehingga tidak kompetitif.

Guna meningkatkan kinerja pabrik gula BUMN, Wahyu menyatakan penataan ulang akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama peningkatan kapasitas produksi, kedua optimalisasi kapasitas dan produktivitas, ketiga penutupan pabrik gula yang kapasitas produksinya di bawah 2.000 TCD.

Ditambahkan, peningkatan produksi pabrik gula dilakukan pada sisi on farm (kebun tebu) dan off farm (pabrik gula) yang dijalankan secara paralel untuk menciptakan efisiensi.

Untuk itu, tambahnya, dalam mengembangkan pabrik gula BUMN, setidaknya dibutuhkan investasi hingga sekitar Rp 13,61 triliun dalam lima tahun ke depan yang digunakan untuk membangun pabrik baru, meningkatkan kapasitas produksi mesin, dan mengembangkan lahan kebun.

“Kami juga akan menutup pabrik gula yang tidak produktif sehingga jumlah pabrik gula saat sebanyak 45 pabrik gula akan berkurang menjadi hanya 22 pabrik gula,” ujarnya.

Meski begitu, disebutkan Wahyu, pengembangan dan penataan pabrik gula membutuhkan sinergi semua pihak, terutama dalam hal ketersediaan lahan tebu, pembangunan infrastruktur di daerah dan sentra penghasil tebu, pengembangan hilirisasi, dan pengembangan bisnis ekonomi kreatif berbasis agrowisata heritage.

Induk gula

Direktur Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Erwan Pelawi mengatakan PTPN III sebagai induk (holding) BUMN Perkebunan membawahkan empat PTPN yang memiliki usaha pabrik gula, yaitu PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII.

Dia menambahkan PTPN IX akan menata lima unit pabrik gula dengan investasi sekitar Rp2,51 triliun, PTPN X membutuhkan dana secara bertahap (2017-2018) sebesar Rp4,25 triliun untuk pengembangan tujuh unit pabrik gula, PTPN XI sebesar Rp4,04 triliun untuk menata ulang pabrik gula dari 16 unit menjadi hanya 8 pabrik gula, sedangkan PTPN XII mengalokasikan dana sekitar Rpl,7 triliun.

Selain itu, Holding PTPN III berupaya menambah pasokan tebu melalui sinergi dengan Perum Perhutani yang akan menyediakan lahan untuk dijadikan perkebunan tebu. (Ant/E-4)

Sumber: Media Indonesia, hal. 17

Tanggal: 10 Maret 2017

]]>
Segala Cara Efisienkan Pabrik Gula https://stg.eppid.perhutani.id/segala-cara-efisienkan-pabrik-gula/ Tue, 03 Jan 2017 08:49:47 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=44120 bisnisindonesia3janBISNIS INDONESIA (3/1/2017) | Sekarang ini, negara dengan biaya produksi gula termurah adalah India, Iebih murah dari harga rata-rata gula dunia. Di sana, pemerintahnya amat mendukung pembangunan pabrik gula terintegrasi sehingga industri gula yang lahir adalah perusahaan-perusahaan besar, mapan, dan multiproduk.
Untuk dapat menekan harga gula, industri turut memproduksi bioethanol, biogas, dan listrik yang dapat dipasarkan dengan harga menggiurkan. Gula justru menjadi produk sampingan sehingga dapat dijual dengan harga lebih murah. Harga gula di Negeri Bollywood tidak sampai Rp 5.000 per kilogram.
Di Indonesia, kebutuhan gula konsumsi dipenuhi hampir seluruhnya oleh PG BUMN yang sudah terlanjur single product, sehingga harganya cukup tinggi saat sampai di konsumen. Sulit mencari upaya menekan harga karena memang mesin-mesinnya sudah cukup tua.
Kalangan pengamat pergulaan kerap menyebut pabrik gula milik BUMN yang sudah tua tersebut tidak akan efisien jika hanya direvitalisasi. Perlu ada investasi pabrik baru dengan rata-rata kebutuhan dana Rp 1.5 triliun – Rp2 triliun jika memang ingin mencapai efisiensi.
Kementerian BUMN tengah melakukan studi untuk regrouping pabrik gula. Pabrik ditata kembali sehingga tidak ada yang kapasitasnya di bawah 4.000 TCD dengan target biaya produksi mencapai Rp 6.500 per kilogram.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro menyampaikan rencana efisiensi pabrik gula dilakukan terutama dengan menata ulang beberapa pabrik gula yang lokasinya berdekatan.
“Kapasitas PG akan kami arahkan ke minimal 4.000 TCD dan prinsipnya pabrik-pabrik yang berdekatan, radius 50-100 km, yang kecukupan bahan bakunya rendah, dan biaya produksinya tinggi, sena kapasitasnya rendah, akan dianalisis untuk penataan ulang”, jelas Wahyu pada Bisnis.
BEBAN BIAYA
Kementerian BUMN menilai pabrik-pabrik yang lokasinya berdekatan, jika dioperasikan semua, justru akan membebani biaya produksi sehingga harus ada yang dimaksimalkan kapasitasnya dan harus ada yang operasionalnya dihentikan.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, saat ini 17% dari total pabrik gula BUMN berkapasitas produksi di bawah 2.000 TCD. Sebanyak 58% berkapasitas 2.000-1.000 TCD, sedangkan hanya 25% yang kapasitas produksi gula konsumsinya di atas 4.000 TCD.
Direktur Utama PTPN ID Elia Massa Manik dalam paparannya mengenai kinerja perusahaan awal bulan ini menyebut studi soal PG tutup masih dilakukan dan ditargetkan dapat selesai pada awal 2017.
“Kalau kita lihat, produksi dari on farm kita memang masih kurang, arealnya berkurang. Efisiensi pabrik juga jelek sehingga perlu ada regrouping ini. Ini masih kami pelajari. Kami harap Februari atau Maret sudah selesai studinya,” kata Elia.
Secara agregat, PTPN III Holding masih mencatatkan kerugian pada tahun ini yaitu sebesar Rp226 miliar.
Nilai ini lebih rendah dari kerugian tahun lalu yang mencapai Rp 613 miliar. Adapun, sektor gula merupakan penyumbang revenue terbesar kedua setelah kelapa sawit yaitu Rp7.8 miliar.
Berbagai upaya telah dilakukan PTPN untuk mendongkrak produksi gula yang tahun ini hanya mencapai 22 juta ton. Bisnis mencatat pada semester pertama tahun ini, PTPN melakukan konversi 30.000 ha lahan komoditas lain yang tidak produktif, menjadi lahan tanam tebu.
Selain itu, Direktur Keuangan PTPN III Holding Erwan Pelawi mengatakan pihaknya pun tengah menjajaki kerjasama Lahan dengan Perhutani, untuk memperluas areal tanam tebu yang pabriknya berada tidak jauh dari area hutan yang dikuasai oleh Perhutani.
Erwan mengaku tidak ingat rincian lahan yang dapat dikerjasamakan dengan Perhutani, namun luasannya lebih dari 6.000 ha.
“Dengan Perhutani, kami sudah diskusi dan sudah susun MoU-nya. Tinggal sekarang kami lihat lahannya yang mana, kita studi di situ. Sekarang ini masih menunggu studi regrouping dulu, nanti kita lihat apa yang terbaik yang dapat dilakukan,” ungkap Erwan pada Bisnis.
Sumber: Bisnis Indonesia, hal. 10
Tanggal: 3 Januari 2017
]]>