Pangan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 09 Jul 2013 01:39:47 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Pangan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Manfaatkan Lahan, Perhutani Gandeng Dua Kelinci https://stg.eppid.perhutani.id/manfaatkan-lahan-perhutani-gandeng-dua-kelinci/ Tue, 09 Jul 2013 01:39:47 +0000 http://perhutani.co.id/?p=8163 JAKARTA. Perum Perhutani gandeng perusahaan produsen camilan kacang PT Dua Kelinci untuk memanfaatkan lahan eks kayu jati ditanami kacang. Meski baru menandatangani kesepakatan kerjasama atawa memorandum of understanding (MOU), PT Dua Kelinci siap menampung hasil panenan petani kacang yang di tanam di lahan Perhutani.
Bambang Sukmananto, Direktur Utama Perum Perhutani mengatakan selain kerjasama antara pemilik lahan dan penampung panenan, kedua perusahaan ini juga sepakat untuk berpatungan memodali dan membina para petani. “Detailnya belum dibicarakan, yang penting tenaga kerjanya ada yang bisa mengelola lahan dengan baik,” kata Bambang saat dihubungi KONTAN, Senin (8/7).
Dengan kerjasama ini, selain petani sudah mendapatkan modal dan lahan, petani juga mendapatkan jaminan pasar untuk hasilnya. Selama ini, masyarakat seringkali menjual ke tengkulak atau mengijonkan hasil panennya, sehingga keuntungan lebih banyak dinikmati pedagang.
“Kami sudah mengundang banyak perusahaan, sejauh ini hanya Dua Kelinci yang berminat,” katanya.
Perhutani akan memanfaatkan lahan di Purwakarta dengan cara tumpang sari. Meski belum merinci detailnya, Bambang memperkirakan sekitar 1000 sampai 2000 hektare lahan yang dapat ditanami kacang tanah. “Sistemnya bagi hasil, petani akan mendapatkan 60%,” katanya.
Purwakarta jadi lahan percobaan perdana karena Perhutani dan Dua Kelinci mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat. Selain itu, “Daerahnya lahan datar dan beriklim cocok untuk kacang,” kata Bambang.
Selain Purwakarta, Bambang juga menyebut Jawa Timur dan daerah lain di Jawa Tengah yang dapat dijajaki untuk bertanam kacang jika hasilnya memuaskan.
Perhutani, memiliki potensi lahan seluas 55.000 ha yang bisa dimanfaatkan untuk bertanam palawija di pulau Jawa. Menurut Bambang, dari luas areal lahan tersebut, paling potensial ditanami adalah padi seluas 15.000 ha. Kemudian lahan milik Perhutani juga bisa ditanami oleh kedelai seluas 15.000 ha. “Sisanya seperti jagung dan kacang,” katanya.
Djuli Murtadho, Direktur Produksi PT Dua Kelinci mengatakan pihaknya akan membeli kacang petani di level Rp 4.500 hingga Rp 5.000 per kilogram (kg). Harga ini diakuinya sudah sesuai dengan harga pasar. “Kami siap menyerap kacang milik petani,” katanya. Maria Elga Ratri Ayudi
Jurnalis : Maria Elga Ayudi
Media : Kontan, 09 Juli 2013

]]>
Produksi Jagung Grobogan Tak Tertandingi https://stg.eppid.perhutani.id/produksi-jagung-grobogan-tak-tertandingi/ Tue, 26 Mar 2013 00:54:56 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6663 Riban, 39 tahun, kini bisa lebih banyak tersenyum. Petani jagung Karanggetas, Tawangharjo, Grobogan, ini bisa menikmati hasil dari jerih payahnya. “Panennya terus nambah,” ujar bapak seorang putri itu. Dari 2 hektar lahan jagungnya, kini tiap hektar bisa dihasilkan jagung sampai 4 ton. Angka ini naik dari panen sebelumnya 3,5 ton dan 2,5 ton.

Riban menanam jagung di lahan tegalan. Dalam setahun, ia menanam dua kali jagung dan sekali tanaman lain. Masa tanam jagung 165 hari. Angka panen Riban sebenarnya masih bisa dinaikkan lagi, mengingat rata-rata panen jagung Grobogan 5,7 ton perhektar. Harga jual jagung saat ini Rp 2.950 perkilogram.

Grobogan memang daerah produsen jagung terbesar di Jateng. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dipertan TPH) Kabupaten Grobogan mencatat produksi jagung kuning Grobogan tahun 2012 mencapai 565.000 ton. Sedangkan tahun sebelumnya 503.000 ton.

Dengan produksi jagung sebanyak itu, Grobogan mampu menyokong 16% dari total produksi jagung kuning Jateng. Produksi jagung sebanyak itu diperoleh dari luas areal panen yang mencapai 113.152 hektare. “Diharapkan tahun 2013 ini, produksi jagung kuning Grobogan bisa meningkat lagi,”kata Kepala Dipertan TPH Grobogan Edhy Sudaryanto.

Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jawa tengah Agus Eko Cahyono menjelaskan, sampai saat ini produksi jagung kuning Grobogan belum ada yang menandingi. “Selain tingkat produktivitasnya cukup tinggi, petani Grobogan juga sudah pandai memilih benih jagung hibrida yang berkualitas,” kata dia.

Apalagi, lanjut Agus, petani Grobogan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan setiap tahunnya mampu membuka lahan bekas tebang milik Perhutani tidak kurang dari 17.000 hektare. “Lahan bekas tebang pada umumnya sangat subur, sehingga mampu mendongkrak produksi jagung kuning Grobogan yang tingkat produksinya setiap hektar rata-rata mencapai 5,7 ton untuk tegalan, dan 7-8 ton untuk lahan sawah,” tambah Agus.

Pihak Pemkab Grobogan mengklaim terus melakukan penyuluhan kepada petani untuk tetap menerapkan teknologi tepat guna. Sehingga diharapkan tingkat produktivitas perhektarnya bisa lebih meningkat. “Seperti harus pandai memilih benih yang berkualitas, pencegahan dan pengendalian hama, perawatan tanaman serta masa tanam yang tepat,” kata Edhy. Permintaan adanya jagung putih juga akan ditindaklanjuti.

Langkah tersebut didukung perusahaan yang menjadikan Grobogan sebagai pasar benih jagung. Corporate Affairs Lead Monsanto Herry Kristanto menyatakan pihaknya telah menggelar DeKalb Learning Center (DKLC). Sarana pelatihan petani ini tersebar di 15 tempat senasional dan di Grobogan dibuka seluas 1,2 hektar. “Pengetahuan yang didapat di sini untuk meningkatkan hasil produksi,” ujarnya di DKLC, di Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan, Rabu (20/3).

Saat ini tidak kurang dari 15 jenis varietas jagung hibrida membanjiri Grobogan. Antara lain hibrida produk perusahaan Mosanto, yang dikenal varietas DeKalb (DK) 77, DK 85, DK 95 dan DK 979, serta akan meluncurkan produk baru DK 888. Harga benih rata-rata Rp60 ribu perkilogram (AKH)

Gatra Online / 26 Maret 2013 06:05

]]>
Lahan Hutan Tingkatkan Produksi Jagung https://stg.eppid.perhutani.id/lahan-hutan-tingkatkan-produksi-jagung/ Fri, 22 Mar 2013 00:35:09 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6647 Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinpertan TPH) Kabupaten Grobogan tak henti-hentinya melakukan penyuluhan kepada petani untuk tetap menerapkan teknologi tepat guna.

Teknologi tersebut untuk meningkatkan produktivitas per hektar lahan, sehingga predikat sebagai daerah penghasil jagung terbesar di Jateng tetap terjaga dan semakin meningkat.

’’Teknologi yang dikamsud antara lain harus pandai memilih benih yang berkualitas, pencegahan dan pengendalian hama, perawatan tanaman serta masa tanam yang tepat,’’kata Kepala Dinpertan TPH Grobogan, Ir Edhie Sudaryanto MM, Kamis (21/3).

Produksi jagung kuning Grobogan, lanjut Edhie, mampu menguasai pasar Jateng. Tahun 2012, produsi jagung mencapai 565.000 ton. Pada tahun sebelumnya hanya 503.000 ton.

Dengan produksi jagung sebanyak itu, Grobogan mampu menyokong 16 persen dari total produksi jagung kuning Jateng. ’’Produksi jagung sebanyak itu diperoleh dari luas areal panen yang mencapai 113.152 hektare. Diharapkan, tahun ini, produksi jagung kuning bisa meningkat,’’terangnya.

Membuka Lahan

Terpisah, Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Tengah Agus Eko Cahyono menjelaskan, sampai saat ini, produksi jagung kuning Grobogan belum ada yang menandingi.

’’Selain tingkat produktivitasnya tinggi, petani Grobogan juga sudah pandai memilih benih jagung hibrida yang berkualitas. Tidak kurang dari 15 jenis varietas jagung hibrida membanjiri Grobogan,’’katanya.

Ditambahkan Agus, petani Grobogan melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH) setiap tahunnya mampu membuka lahan bekas tebang milik Perhutani tidak kurang dari 17.000 hektare.

’’Lahan bekas tebang pada umumnya sangat subur, sehingga mampu mendongkrak produksi jagung kuning Grobogan. Tingkat produksi setiap hektarnya rata-rata mencapai 5,7 ton. Kalau lahan sawah bisa mencapai 7-8 ton per hektare,’’ulas Agus.

(K11-64)

Suara Merdeka Hal. 29 ::: 22 Maret 2013

]]>
UGM dan Perum Perhutani Panen Raya Padi Gogo https://stg.eppid.perhutani.id/ugm-dan-perum-perhutani-panen-raya-padi-gogo/ Tue, 05 Mar 2013 02:30:05 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6551 Universitas Gadjah Mada dan Perum Perhutani KPH Ngawi melakukan panen bersama padi Gogo di area hutan milik Perum Perhutani, Petak 63 C RPH Sidolaju KPH Kedunggalar, KPH Ngawi, Jawa Timur, Jum’at (1/3). Panen padi Gogo ini merupakan kelanjutan program kerjasama Ketahanan Pangan dan produktivitas Hutan Jati antara Fakultas Kehutanan UGM dan Perum Perhutani.

“Ini merupakan bentuk kerjasama yang sudah berkali-kali kita bangun, dengan Fakultas Kehutanan UGM untuk melakukan berbagai macam penelitian, baik penelitian berkaitan dengan pohon Jati maupun kombinasi tanaman Jati dengan tanaman-tanaman lain, termasuk tanaman pangan,” ujar Dr. Mustofa Iskandar, Direktur PSDH dan PUHR, KPH Ngawi.

Mustofa Iskandar berharap dari hasil penelitian dan panen bisa segera diputuskan model paling tepat untuk diterapkan di areal kerja Perum Perhutani. Sebab pola tersebut akan menjadi pegangan Perum perhutani dalam mendukung program ketahanan pangan dan produktivitas hutan Jati.“Saya berharap tidak terus menerus dalam bentuk penelitian. Khusus terkait padi, kita tahu bahwa ini adalah salah satu bentuk ikhtiar Perum Perhutani dalam mencari solusi baik, bagaimana tanaman padi berkolaborasi dengan tanaman Jati,” katanya.

Dr. Budiadi, S.Hut., M.Sc mewakili Tim Peneliti Fakultas Kehutanan UGM mengatakan melalui proposal kerjasama antara Fakultas Kehutanan UGM dengan Puslitbang Perum Perhutani, sejak tahun 2011 telah dilakukan penelitian di tiga KPH yaitu KPH Ngawi, KPH Randublatung Blora dan KPH Cepu, Bojonegoro. Fakultas Kehutanan UGM secara intensif terus mengamati sebagai upaya menemukan varietas padi Gogo terbaik diantara yang ada. “Saat itu untuk produktivitas kayu, kami mengusulkan empat pola macam tanam, jarak tanam 3×3, 6×2, 8×2 dan 10×2 meter. Kami terus, saat inpun pas panen raya, kita akan mengukur produktivitas padi tersebut,” papar Budiadi melaporkan.

Budiadi menjelaskan terdapat lima varietas terbaik yang diujicobakan. Variatas paling tinggi adalah situpatenggang, in pari, inpago 4, inpago 5 dan inpago 6. Sementara untuk varietas lokal diujikan jenis padi gogo putugunungkidul. “Hasilnya cukup bagus, hasil panen memperlihatkan skala 11-12 ton per hektar,” tuturnya.

Dari luasan 20.000 hektar hutan di petak 63 C RPH Sidolaju KPH Kedunggalar, KPH Ngawi, baru 8 hektar bisa ditanami padi gogo. Hal tersebut memberi harapan baru untuk produksi padi, sebab luasan di KPH Ngawi mencapai 46.000 hektar hutan.

“Saya berharap ini tidak hanya di KPH Ngawi saja, namun bisa pula dikembangkan di KPH Randublatung dan KPH Cepu,’ papar Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama, Teguh Yuwono, S.Hut., M.Sc.

Sedangkan Dr. Hargo Utomo, Direktur Pengembangan dan Inkubasi UGM menyatakan panen raya menjadi titik awal dari proses ketahanan pangan dari kolaborasi yang dibangun sejak lama antara UGM dan perum perhutani dan masyarakat. Agenda ketahanan pangan saat ini menjadi agenda cukup stratejik buat bangsa dan kepentingan masyarakat.

“Nah ini contoh sukses di tahap awal untuk bidang ketahanan pangan yang disandingkan dengan pengelolaan hutan,” ungkapnya. (Humas UGM/ Agung)

 ugm.ac.id//Selasa, 5 Maret 2013

]]>
Kembangkan Tanaman Porang, Perhutani Terapkan Sistem Bagi Hasil https://stg.eppid.perhutani.id/kembangkan-tanaman-porang-perhutani-terapkan-sistem-bagi-hasil/ Mon, 04 Feb 2013 01:26:45 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6418 Budidaya porang yang rencananya dikembangkan oleh Perum Perhutani (Persero) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah seluas 1.200 haktare (ha) akan menggunakan sistem bagi hasil dengan petani. Untuk persentasenya minimal 50:50. Persentase bagi hasil tersebut atas pertimbangan biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Porang rencananya akan ditanam di bawah tegakan. “Bagi hasilnya, ya minimal 50:50 lah. Karena kita kan harus balik modal,” kata Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto di Tegal, Jawa Tengah, akir pekan kemarin.

Menurut Bambang, pengembangan tanaman porang ke depan sangat menjanjikan. Meskipun, ia mengakui membudidayakan porang membutuhkan investasi awal yang tinggi. Namun porang berbiaya rendah pasca panen di tahun ketiga. “Porang hanya ditanam sekali namun bisa diproduksi terus menurus. Investasi awal cukup mahal, karena perlu tanah yang agak gembur. Butuh Rp 15,4 juta per ha di tahun pertama, tahun kedua butuh Rp 6,29 juta, dan tahun ketiga Rp 10,07 juta,” paparnya.

Bambang mengusulkan penanaman porang juga dilakukan Nganjuk, Saradan, Madiun, Bojonegoro, daerah dan lainnya. Tiap daerah mendapat jatah lahan porang seluas 200 ha dan akan meningkat menjadi 1.000 ha pada 2014 mendatang. “Kami harus menyediakan lahan dengan kemiringan tanah minimal 15 derajat agar mengurangi kadar air garam, sehingga porang bisa tumbuh dengan baik,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menginstruksikan Perhutani untuk melibatkan masyarakat miskin dalam menanam porang di Blora. “Saya meminta Perhutani segera mengembangkan lagi tanaman porang karena terbukti dapat mendapatkan penghasilan tambahan sekaligus ikut mengentaskan kemiskinan di sejumlah lokasi,” kata Dahlan.

Penanaman porang berpotensi membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di Kabupaten Blora. Aktifitas ini diperkirakan bisa menyerap tenaga kerja hingga 3.800 orang. “Kita membutuhkan 3-4 orang pekerja untuk setiap hektarnya yang direkrut dari desa-desa miskin di Kabupaten Blora,” ucapnya. Mantan Dirut PLN ini juga meminta Perhutani menerapkan sistem bagi hasil, sehingga kesejahteraan semakin meningkat dan mampu mengentaskan kemiskinan. Penanaman diharapkan sudah bisa direalisasikan pada September-Oktober tahun ini.

Porang atau Amorphophallus Onchophyllus oleh masyarakat Jawa dikenal dengan nama Iles-Iles atau suweg. Tanaman ini merupakan tumbuhan semak (herba) yang memiliki tinggi 100–150 cm dengan umbi yang berada di dalam tanah. Porang bisa digunakan sebagai bahan makanan seperti mie, tahu, shirataki dan konyaku. Umbi porang juga digunakan sebagai bahan baku dalam industri lem, campuran bahan kertas, pengganti media tumbuh mikroba, isolator listrik, bahan parasut, bahan obat, penjernih air, pengikat formula tablet, dan pengental sirup.

Sebelumnya, Bambang mengatakan bahwa Perhutani akan menyiapkan penanaman Porang. Untuk penanaman, diperkirakan menghabiskan sekitar Rp 4 juta per hektar. Dana tersebut digunakan baru untuk penanaman tahun pertama. ”Porang itu tahun pertama belum bisa dinikmati hasilnya, baru bisa dinikmati tahun ketiga setelah melewati masa tanam di tahun pertama,” katanya.

Bambang menjelaskan, Porang hanya perlu ditanam sekali, namun bisa berproduksi terus menerus sehingga tidak perlu ditanam lagi. “Untuk tahun pertama pembiayaannya cukup besar,” tambahnya. Pada tahap awal terkait penanaman tahun pertama, menurut dia, untuk menghasilkan sebanyak 11.792 ton Porang diperlukan biaya Rp 33 miliar.

Ekonomi-sosial

Ide untuk menanam porang tak lepas dari pertimbangan ekologis. Tumbuhan ini dinilai cocok untuk tumbuh kembang di bawah tanaman tegakan hutan. Di samping itu, porang juga memiliki nilai ekonomi dan sosial dalam rangka pengembangan dan pelestarian hutan.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Perum Perhutani KPH Saradan Ida Alfiyanti mengatakan umbi porang dinilai laku untuk dijual, saat ini harganya menembus Rp 2.500 per kg basah atau baru petik. Umbi porang kering atau chips porang dihargai lebih mahal lagi, Rp 20.000 per kg. Masih ada yang lebih mahal yakni tepung porang. Namun, kemampuan masyarakat belum sampai ke sana sehingga teknologi pembuatan tepung masih dikuasai pabrik besar.(Bari)

Neraca hal. 10 ::: Senin, 04 Februari 2013

]]>
Perum Perhutani Lirik Potensi Sagu https://stg.eppid.perhutani.id/perum-perhutani-lirik-potensi-sagu-2/ Fri, 01 Feb 2013 03:31:02 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6431 Potensi komoditi sagu yang ada di wilayah Kabupaten Sorong Selatan (Sorsel) menarik perhatian sejumlah investor untuk menanamkan modalnya di daerah ini. Setelah PT ANJ Agri Papua menggarap potensi sagu, kini giliran Perum Perhutani yang melirik potensi sagu di Kabupaten Sorsel. Hal ini dibuktikan dengan keseriusan Perum Perhutani mengurus perijinan di Kabupaten Sorsel mulai pertengahan tahun 2012 lalu.
Sekda Kabupaten Sorsel Dortheis Sesa, SE menjelaskan, Perum Perhutani akan menanamkan modalnya dengan memanfaatkan hasil hutan sagu dan mengolah pati sagu. Perum Perhutani merupakan investor yang kedua melirik potensi sagu di daerah ini setelah PT ANJ Agri Papua. Untuk itulah Pemkab Sorsel merespon positif niat investasi oleh investor ini. Perusahaan kini tengah menjalani setiap tahapan guna memperolah ijin dari Kementrian Kehutanan sebelum beroperasi. “Perum Perhutani kini tengah melirik potensi hutan sagu yang ada di Kabupaten Sorsel,”tegasnya kepada Radar Sorong Kamis (31/1) kemarin di Hotel Mratuwa Sesna.Dijelaskan Sekda Dortheis Sesa, untuk tahap pertama ini Perum Perhutan akan mengusahakan lahan hutan sagu seluas 16.055 hektar. Hutan sagu yang diusahakan ini berada di wilayah Distrik Kais dan Distrik Metemani. Menyangkut batas lahan usaha dengan PT ANJ Agri Papua menjadi perhatian serius, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Ijin lokasi yang menyangkut batas lahan sudah diurus, sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Pemkab Sorsel pada prinsipnya mendukung upaya pengembangan hutan sagu yang dilakukan investor Perum Perhutani. Diharapkan investasi ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pemilik hak ulayat serta masyarakat yang berada di Distrik Kais dan Distrik Metemani. (jus)

radarsorong.com ::: 01 Februari 2013 09:35

]]>
Dahlan : Budidaya Porang Bisa Entaskan Kemiskinan https://stg.eppid.perhutani.id/dahlan-budidaya-porang-bisa-entaskan-kemiskinan-2/ Wed, 30 Jan 2013 01:50:19 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6375 Perum Perhutani berencana mengembangkan tanaman porang mulai tahun ini di area seluas 1.200 hektare (ha). Tanaman yang bisa ditanam di sela pohon jati ini akan dikembangkan di sepuluh daerah di Jawa Timur. Porang (Amarphopallus oncophilus) adalah tanaman yang masuk keluarga iles-iles dan bunga bangkai. Tanaman ini menghasilkan umbi yang memiliki kandungan Glucomanan yang cukup tinggi. Umbi tersebut banyak diekspor ke Jepang untuk diolah menjadi makanan konyaku (tahu) dan shirataki (mie).

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku telah memerintahkan Perum Perhutani untuk mengembangkan tanaman porang. Tanaman ini akan menjadi tambahan pendapatan bagi perseroan maupun bagi petani setempat. Tanaman ini bisa ditanam di sela-sela pohon jati, yang biasanya hanya ditanam jahe, temulawak, kunyit, ataupun jarak.

“Tanaman porang ini hasilnya minimal bisa 10 kali lipat dari jahe. Bisa mengentaskan kemiskinan warga setempat,” ujar Dahlan di Jakarta, Selasa (29/1). Menurut Dahlan, tanaman Porang ini merupakan tanaman yang menguntungkan dari segi bisnis.Dengan sistem tumpang, tanaman ini akan memberikan tambahan pendapatan bagi petani sekitar, baik ditanam secara menumpang ataupun dikembangkan sendiri. Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menjelaskan, Perum Perhutani akan mengembangkan tanaman porang seluas 1.200 ha pada 2013, kemudian diperluas menjadi 6.000 ha pada 2014. Tanaman ini akan dikembangkan di 10 daerah di Jawa Timur.

”Bila bisa dikembangkan secara benar, maka daerah tersebut akan menghasilkan 11.792,3 ton porang,” jelas dia. Menurut Bambang, tanaman porang ini adalah sejenis umbi-umbian yang tumbuh di bawah tegakan jati, sonokeling, dan mahoni. Tanaman ini banyak dikembangkan di Nganjuk, Saradan, Madiun, dan Bojonegoro. Selama ini, bisnis tanaman porang seringkali terkendala bibit karena tanaman ini sulit ditemukan di lapangan. ”Dengan investasi awal Rp 31 juta, maka (tanaman) ini bisa menghasilkan laba kotor Rp 38,9 juta dalam tiga tahun.

Selanjutnya tinggal pemeliharaan saja,” tambah dia. Dahlan sempat meminta penjelasan terkait tingkat pengembalian investasi atau Internal Rate of Return (IRR). Setelah dihitung-hitung oleh pihak Perhutani, tingkat IRR tanaman porang mencapai 54%. “Bisnisnya (sambil) tutup mata saja bisa jalan. IRR 20% saja sudah jadi rebutan. Apakah ini perlu didiskusikan? Berarti nggak perlu ya. Bank manapun pasti akan rebutan untuk membiayai,” kata dia. (nti)

Investor Daily hal.26 ::: 30 Januari 2013

]]>
Perhutani Perlu Rp 33 Miliar Hasilkan 11.792 Ton Porang https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-perlu-rp-33-miliar-hasilkan-11-792-ton-porang/ Wed, 30 Jan 2013 01:15:29 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6380 Perhutani menyiapkan penanaman Porang. Untuk penanaman, diperkirakan menghabiskan sekitar Rp 4 juta per hektar. Dana tersebut digunakan baru untuk penanaman tahun pertama. “Porang itu tahun pertama belum bisa dinikmati hasilnya, baru bisa dinikmati tahun ketiga setelah melewati maa tanam di tahun pertama,” kata Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto di Kementerian BUMN, kemarin.
Bambang menjelaskan, Porang hanya perlu ditanam sekali, namun bisa berproduksi terus menerus sehingga tidak perlu ditanam lagi. “Untuk tahun pertama pembiayaannya cukup besar,” tambahnya. Pada tahap awal terkait penanaman tahun pertama, menurut dia, untuk menghasilkan sebanyak 11.792 ton Porang diperlukan biaya Rp 33 miliar.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, Porang adalah jenis tanaman umbi-umbian yang akan dirancang dan dikelola di atas lahan milik Perhutani. “Selama ini tanaman sela, yaitu jahe, temulawak, kunir dan macam-macam. Sudah dibudidayakan di daerah Jawa untuk merancang tanaman Porang di lahan Perhutani,” kata Dahlan.Untuk diketahui, Perhutani berencana menanam tanaman Porang di sepuluh daerah dengan luas daerah 200 hektar. Namun, cakupan lahan penanaman Porang ini dianggap masih terlalu sedikit. Dahlan mengusulkan kepada Perhutani untuk mencari 1.200 hektar lahan di setiap daerah untuk pengembangan tanaman Porang.
Butuh 1 Juta Ha Lahan Wakil Ketua Komisi IV DPR Herman Khaeron mengatakan, Indonesia membutuhkan tambahan satu juta hektar (ha) lahan sayuran sebagai upaya mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan. “Harus kita dukung upaya ke arah penambahan lahan sayuran satu juta hektar,” kata Herman di Jakarta, kemarin
Selain itu, dia mengaku akan terus memberikan dukungan kepada pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan untuk mendukung pengembangan produk hortikultura di sejumlah daerah. Menurutnya, produk sayuran seperti, bayam. caisim, bawang, tomat dan cabe serta untuk buah seperti mangga sudah dapat dipenuhi petani Indonesia sehingga tidak perlu impor.
Jika dibandingkan dengan negara lain, luas areal sayuran di Indonesia saat ini jauh tertinggal. Area tanam sayuran Indonesia hanya 40 meter persegi per kapita, jauh lebih kecil dibanding Cina yang mencapai 200 meter persegi per kapita dan Thailand 100 meter persegi per kapita.
Di sisi lain, meskipun Indonesia memiliki Undangundang No 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan, alih fungsi lahan pertanian tetap tidak bisa diatasi. Di Jawa Barat misalnya, tidak kurang dari 4.000 hektar lahan sawah setiap tahun beralih fungsi. Hal yang hampir sama terjadi di derah-daerah lainnya.

Rakyat Merdeka hal. 15 :::: 30 Januari 2013

]]>
Budidayakan Porang di Kab.Blora https://stg.eppid.perhutani.id/budidayakan-porang-di-kab-blora/ Wed, 30 Jan 2013 01:13:36 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6378 Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmanarito mengatakan, meski dalam membudidayakan tanaman porang membutuhkan investasi awal yang tinggi, pengembangan ke depan menjanjikan.”Porang ditanam sekali, bisa diproduksi terus menurus. Investasi awal cukup mahal, karena perlu tanah yang agak gembur. Butuh Rp 15,4 juta per hektare di tahun pertama, tahun ke dua butuh Rp 6,29 juta, dan tahun ke tiga butuh Rp 10,07 juta,” ujar Bambang saat rapat dengan Menteri BUMN Dahlan Iskan di Jakarta kemarin (29/1).

Untuk tahap awal terkait penanaman tahun pertama, Bambang menyebutkan untuk menghasilkan 11792 ton porang diperlukan biaya Rp 33 miliar untuk tahap awal penanaman. Dahlan sempat meminta penjelasan terkait tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR). Setelah dihitung oleh pihak Perhutani, diketahui tingkat IRR dari bisnis tanaman porang sangat baik “TRR-nya 54 persen, itu bisnisnya tutup mata bisa jalan. IRR 20 persen itu sudah jadi rebutan. Apakah ini perlu didiskusikan? Berarti nggak perlu ya Bank mana pun pasti akan rebutan untuk membbiayai,”jelas Dahlan.

Porang merupakan tanaman umbi yang dapat tumbuh di lingkungan yang teduh di dalam hutan. Umbi ini bisa digunakan untuk bahan-bahan seperti lem, mi, tahu, pembungkus kapsul, dan penguat kertas. Rencananya porang ini akan mulai ditanam pada SeptemberOktober nanti, karena porang tidak bisa ditanam saat musim penghujan. Porang bisa ditanam saat musim kemarau tiba.

Menurut Dahlan penanaman tumbuhan ini akan efektif untuk mengentaskan kemiskinan. Karena hasilnya akan mencapai 10 kali lipat dibandingkan jahe. Porangini nantinya akan ditanam di Kabupaten Blora seluas 1.200 hektare. “Masyarakat sekitar hutan ban- yak yang miskin, sehingga tenaga mereka hams digunakan. Porang ini perlu dikembangkan besarbesaran sebagai bisnis dan pengentasan miskin,” ujar Dahlan dalam rapat bersama itu.

Dahlan juga meminta Perhutani untuk mencari masyarakat miskin yang masih menganggur di daerah sekitar Kabupaten Blora untuk dipekerjakan sebagai kelompok masyarakat. Bahkan dalam sistem penggajian, Dahlan meminta program bagi hasil. “Saya tidak mau ini hanya sebagai buruh, bisa dihitung sistem bagi hasilnya berapa persen. Perhutani dapat sedikit juga nggak apa-apa. Biar merekatidakmerasa diperbudak.. Kita harus menghargai kinerja mereka,” pungkas Dahlan.(chi)

Indopos hal.5 ::: 30 Januari 2013

]]> Perhutani Diminta Kembangkan Porang https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-diminta-kembangkan-porang/ Wed, 30 Jan 2013 01:06:18 +0000 http://perhutani.co.id/?p=6367 Kementerian Badan Usaha Milik Negara mendorong Perum Perhu­tani untuk mengembangkan tanaman po­­rang seluas 1.200 hektare di Blora, Jawa Timur. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menuturkan po­­rang merupakan tanaman yang dapat di­­gunakan untuk membuat tepung.
Menurutnya, porang adalah tanaman umbi-umbian yang dapat tumbuh de­­ngan lingkungan yang teduh di dalam hutan. Umbi ini bermanfaat untuk bahan-bahan lem, mie, tahu, pembungkus kapsul, dan penguat kertas. Penanaman tanaman sela ini, ujarnya, dinilai efektif untuk mengentaskan ke­­mis­kinan karena hasilnya akan mencapai 10 kali lipat dibandingkan dengan jahe.
“Langkah untuk mengajak masyarakat agar kehidupannya lebih meningkat hasil dari menanam porang,” ujarnya da­­lam rapat bersama direksi Perhutani di Ke­­menterian BUMN, Selasa (29/1). Rapat bersama direksi Perhutani tersebut dilakukan untuk membahas program pengentasan kemiskinan di daerah sekitar lahan milik Perhutani. Dahlan menye­tujui ide Perhutani untuk menanam ta­­naman porang di dalam hutan dengan memanfaatkan tenaga kerja masyarakat miskin daerah sekitar.
“Masyarakat sekitar hutan banyak yang miskin sehingga ada yang mengganggu hutan. Porang ini perlu dikembangkan besar-besaran sebagai bisnis dan pengentasan miskin,” katanya. Dahlan meminta Perhutani agar mencari masyarakat miskin yang menganggur di Kabupaten Blora dan sekitarnya un­­tuk dipekerjakan sebagai kelompok ma­­syarakat. Bahkan dalam sistem penggajian, Dahlan meminta program bagi hasil.
“Saya tidak mau ini hanya sebagai bu­­ruh, bisa dihitung sistem bagi hasilnya be­­rapa persen. Perhutani dapat sedikit juga tidak apa-apa,” tegasnya. Dalam presentasinya, 1 hektare la­­han akan membutuhkan sekitar 3—4 orang pekerja dari kalangan masyarakat. Tum­buh­an ini akan ditanam pada musim ke­­marau di saat masyarakat sekitar sama sekali tidak mempunyai pendapatan.
Dahlan mengaku penanaman porang ini masih terkendala masalah bibit yang susah dan langkah. Untuk itu, Kemen­te­rian BUMN meminta Perhutani untuk men­­cukupinya. “Bibit dibangun di Blora diusahakan dan dicari bibit untuk 1.200 hektare. H­a­rus kerja keras,” tuturnya. Saat rapat, Dahlan meminta penjelasan soal tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) yang belum jelas dari bisnis tanaman porang. Setelah dihitung, tingkat IRR dari bisnis tanaman porang sangat baik. Herdiyan 

Bisnis Indonesia hal.26 ::: 30 Januari 2013

]]>