Pelepasliaran Owa Jawa – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Sat, 04 Nov 2017 07:17:03 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Pelepasliaran Owa Jawa – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Lima Owa Jawa Dilepasliarkan https://stg.eppid.perhutani.id/lima-owa-jawa-dilepasliarkan/ Sat, 04 Nov 2017 07:17:03 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50676 GATRA.COM (3/11/2017) | Lima individu Owa Jawa (Hylobates Maloch) dilepasliarkan ke hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat, Jumat (3/11). Satwa primata endemik di Pulau Jawa ini dilepas setelah melalui proses rehabilitasi selama lima hingga tujuh tahun di Javan Gibbon Center , Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Ketika populasi Owa di alam saat ini terancam karena perburuan dan perdagangan, pelepasan ini menjadi upaya nyata pada Hari Owa Internasional. Inisiatif ini dilakukan Yayasan Owa Jawa beserta mitra yakni Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP Subang asset 3 Subang Field.
Pelepasaliaran dilakukan pada dua keluarga Owa Jawa yaitu keluarga Wili-Sasa dan anaknya Jatna yang lahir di pusat rehabilitasi serta pasangan Asep-Dompu. Sebelum dilepasliarkan mereka menjalani proses habituasi selama dua bulan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar. Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan peliharaan. Pemerintah telah meminta kepada masyarakat yang memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa primata untuk dikembalikan secara sukarela melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Siapapun yang melakukannya berarti melanggar hukum UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Owa jawa merupakan salah satu dari 25 satwa prioritas yang menjadi target sasaran strategis Ditjen KSDAE yang tertera pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno berharap agar kegiatan pelepasliaran ini dapat meningkatkan populasi Owa. Saat ini, tidak hanya populasi Owa Jawa beserta habitatnya di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, namun juga populasi kecil di Jawa Tengah seperti di Pegunungan Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah. “Selain pelepasliaran, perlu juga didorong pembentukan habitat baru guna menjamin keberlangsungan hidup mereka,” kata Wiratno melalui siaran pers yang diterima Gatra, Kamis (3/11).
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan bahwa beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat Owa Jawa. Tidak hanya di Jawa Barat namun juga di sebagian di Jawa Tengah. Oleh sebab itu, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan Owa Jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah disekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan.
Selain perlindungan terhadap Owa Jawa, sebagai entitas bisnis, Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah lainnya juga telah dilakukan secara nyata. “Selain itu keberhasilan konservasi Owa Jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,”kata Denaldy.

Achmad Alfian Husein, selaku Exploration & New Discovery Project Director, PT. Pertamina EP mengatakan sebagai komitmen Pertamina mendukung kegiatan pelestarian alam, telah dilakukan kerjasama dengan Yayasan Owa Jawa sejak 2013. Dukungan yang dilakukan seperti pendanaan untuk program reintroduksi Owa Jawa dan penyadartahuan konservasi Owa Jawa.
Sementara itu Vice President Conservation International (CI) Indonesia Ketut Sarjana Putra mengatakan Owa Jawa merupakan spesies karismatik yang memiliki peran penting dalam merestorasi hutan secara alami. Spesies ini menyebarkan benih yang membantu menjaga kesehatan hutan yang penting sebagai penyedia makanan, air bersih, obat-obatan, mata pencaharian dan ketahanan iklim bagi masyarakat.
“Agar konservasi berhasil dilakukan, kita harus mengedukasi masyarakat luas mengenai kekayaan alam yang dimiliki dan membangun pengelolaannya. Kami di CI sangat senang dapat berkontribusi untuk kesuksesan dalam kolaborasi dengan pemerintah Indonesia dan semua mitra di program konservasi Owa Jawa dan bentang alam,” ujar Ketut
Pelepasliaran ini adalah yang kelima kalinya dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa. Sebelumnya 14 individu sudah dilepasliarkan sejak tahun 2013. Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani mengatakan upaya pengembalian Owa Jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. “Hasil positif pasca Owa Jawa dilepasliarkan, ditandai adanya peristiwa kelahiran Owa Jawa di alam pada tanggal 14 januari 2017 lalu di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.”tuturnya.

Sumber : gatra.com
Tanggal : 3 November 2017

]]>
Lima Ekor Owa Jawa Dilepas Liarkan di Gunung Puntang https://stg.eppid.perhutani.id/lima-ekor-owa-jawa-dilepas-liarkan-di-gunung-puntang/ Wed, 25 Oct 2017 04:03:00 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50394 INILAHKORAN.COM (24/10/2017) | Sebanyak lima ekor Owa Jawa (hylobates moloch) yang didapat dari masyarakat, dilepas liarkan di alam bebas Hutan Lindung Gunung Puntang Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung. Pelepas liaran Owa Jawa ini dilakukan di gunung tersebut karena memang hutan tersebut adalah habibat yang cocok dengan kondisi alam relatif masih baik.
“Pemilihan Gunung Puntang sebagai tempat pelepas liaran Owa Jawa karena memang habitatnya cocok. Kondisi alamnya juga masih bagus dengan makanan yang banyak,” kata salah seorang pendiri Yayasan Owa Jawa, Sunaryo di lokasi pelepas liaran di blok 31 Gunung Puntang, Selasa (24/10/17).
Dikatakan Sunaryo, keanekaragaman hayati di hutan lindung ini sangat menunjang untuk keberlangsungan hidup satwa tersebut. Di hutan ini banyak terdapat pohon rasamala yang biasa dikonsumsi pucuknya oleh Owa Jawa, begitu juga dengan buah buahan di hutan ini sangat cocok menjadi makanannya.
“Keanekaragaman hayati di Gunung Puntang ini sangat cocok untuk hidup dan berkembang biak Owa Jawa. Pepohonan seperti rasamala ini sangat disukai oleh Owa Jawa untuk dimakan pucuknya. Sehingga Gunung Puntang dipilih untuk dijadikan sebagai habitat Owa Jawa. Jika dilepasliarkan di hutan yang habitat Owa Jawanya banyak ditakutkan mereka tertular penyakit oleh Owa Jawa hasil rehabilitasi dan memang di hutan ini jumlahnya belum banyak”ujarnya.
Sunaryo melanjutkan, sejak 2013 lalu, sedikitnya 40 ekor Owa Jawa hasil rehabilitasi kembali dilepas liarkan di Hutan Lindung Gunung Puntang ini. Hewan primata monogami yang dilindungi ini hasil penyerahan dari masyarakat. Berdasarkan pengamatannya, sampai saat ini masih ada, bahkan sesekali terlihat anak dari Owa Jawa yang di lepas liarkan. Kata dia,
dari hasil survei yang pernah dilakukannya keberadaan Owa Jawa yang tersebar dari Ujung Kulon sampai Purwokerto jumlahnya saat ini tinggal sekitar 2000-3000, statusnya sekarang sudah warna merah atau mendekati kepunahan. Sehingga, ia mengajak masyarakat untuk turut serta mengkonservasi, jika masyatakat mengetahui ada warga yang memelihara Owa Jawa untuk melaporkannya kepada petugas.
“Kami harap 10 tahun ke depan jumlahnya semakin banyak. Gunung puntang cocok sekali, terbukti ada Owa Jawa yang beranak disini,”katanya.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy menambahkan, kawasan hutan lindung Perhutani merupakan habitat Owa Jawa. Pihaknya berkomitmen untuk turut melestarikan Owa Jawa dan mempertahankan habitatnya. Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah dilakukan secara nyata.
“Keberhasilan konservasi Owa Jawa maupun satwa lainnya, ini juga sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat sekitarnya,”ujarnya.

Sumber : inilahkoran.com

Tanggal : 24 Oktober 2017

]]>
Lima Owa Jawa Dilepasliarkan ke Hutan Lindung Gunung Malabar https://stg.eppid.perhutani.id/lima-owa-jawa-dilepasliarkan-ke-hutan-lindung-gunung-malabar/ Wed, 25 Oct 2017 02:09:30 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50383 ANTARANEWS.COM (24/10/2017) |Lima ekor Owa Jawa (Hylobates Moloch) dilepasliarkan ke hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat setelah direhabilitasi selama lima sampai tujuh tahun di Javan Gibbon Center di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

“Kami harap kegiatan pelepasliaran ini dapat meningkatkan populasi owa,” ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno, dalam siaran tertulis yang diterima wartawan, Selasa.

Pelepasliaran ini dilakukan berkat kerja sama antara Yayasan Owa Jawa, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP Subang asset 3 Subang Field.

Pelepasliaran dilakukan pada keluarga Wili-Sasa dan anaknya Jatna yang lahir di pusat rehabilitasi serta pasangan Asep-Dompu.

Sebelum dilepasliarkan mereka menjalani proses habituasi selama dua bulan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.

Menurut dia, saat ini tidak hanya populasi owa jawa beserta habitatnya di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, namun juga populasi owa di Jawa Tengah seperti di Pegunungan Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah.

“Selain pelepasliaran, perlu didorong pembentukan habitat baru guna menjamin keberlangsungan hidup mereka.” kata dia.

Menurut dia, saat ini populasi owa jawa di alam terus terancam akibat perburuan dan perdagangan. Selain itu, habitat mereka di Pulau Jawa yang tersisa tidak lebih dari 5 persen.

Ia meminta kepada masyarakat yang memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa primata untuk dikembalikan secara sukarela melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) setempat.

Pelepasliaran ini merupakan yang kelima kalinya dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa, yang sebelumnya telah melepasliarkan 14 individu sejak tahun 2013.

Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani mengatakan, upaya pengembalian owa jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Oleh sebab itu, kata dia, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan.

“Hasil positif pasca owa jawa dilepasliarkan, ditandai adanya peristiwa kelahiran owa jawa di alam pada tanggal 14 januari 2017 lalu di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar,” kata dia.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M. Mauna, menjelaskan bahwa beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat owa jawa. Tidak hanya di Jawa Barat namun juga di sebagian di Jawa Tengah.

Maka dari itu, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah disekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan.

“Keberhasilan konservasi owa jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,” kata dia.

Sumber : antaranews.com

Tanggal : 24 Oktober 2017

]]>
Pertahankan Habitat, Owa Jawa Dilepasliarkan https://stg.eppid.perhutani.id/pertahankan-habitat-owa-jawa-dilepasliarkan/ Wed, 25 Oct 2017 01:09:20 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50381 TIMESINDONESIA.CO.ID (24/10/2017) | Perhutani berkerja sama dengan Yayasan Owa Jawa melepas lima ekor Owa Jawa hasil rehabilitasi di Blok 31 Gunung Puntang, Kabupaten Bandung, Selasa (24/10/17).

Pemilihan Gunung Puntang sebagai habitat sebab Puntang merupakan wilayah hutan lindung di Kabupaten Bandung yang masih asri, ditunjang dengan beragam makanannya serta belum banyak memiliki populasi Owa Jawa.

“Owa Jawa harus hidup di habitatnya, keanekaragaman hayati Gunung Puntang juga menunjang kelangsungan hidup satwa monogami dan Owa memakan pucuk-pucuk daun, di sini banyak pohon rasamala dan buah-buahan, sangat cocok bagi habitat mereka,” pungkas Pendiri Yayasan Owa Jawa, Sunaryo.

Sunaryo menuturkan jika dari hasil survei yang pernah dilakukannya, keberadaan Owa Jawa yang tersebar dari Ujung Kulon sampai Purwokerto jumlahnya tinggal sekitar 2.000-3.000. Jumlah itu statusnya mendekati kepunahan.

“Kami disini berkomitmen untuk melestarikan Owa Jawa sekaligus mempertahankan habitatnya agar tidak punah,” ucapnya.

Ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk turut serta mengkonservasi Owa Jawa. Jika masyarakat mengetahui adanya pelanggaran agar segera melaporkannya.

“Kalau masyarakat yang mengetahui ada warga yang memelihara Owa Jawa laporkan saja langsung ke Perhutani atau ke Yayayan Owa Jawa,” tandasnya.

Sunaryo berharap dengan pelepasliaran Owa Jawa yang dilakukan sejak 2013 bisa menambah jumlah populasi Owa Jawa di Indonesia.

“Kami harap 10 tahun ke depan jumlahnya semakin banyak. Gunung puntang cocok sekali, terbukti ada Owa Jawa yang beranak di sini,” jelasnya.

Sumber : timesindonesia.co.id

Tanggal : 24 Oktober 2017

]]>
Lima Owa Jawa Dilepasliarkan ke Gunung Malabar https://stg.eppid.perhutani.id/lima-owa-jawa-dilepasliarkan-ke-gunung-malabar/ Wed, 25 Oct 2017 00:58:30 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50377 REPUBLIKA.CO.ID (24/10/2017) | Lima ekor Owa Jawa dilepasliarkan ke hutan lindung Gunung Malabar, Jawa Barat setelah direhabilitasi selama lima sampai tujuh tahun di Javan Gibbon Center di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Pelepasliaran ini dilakukan berkat kerja sama antara Yayasan Owa Jawa, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP), Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat, Perum Perhutani, Conservation International Indonesia, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP Subang asset 3 Subang Field.

“Kami harap kegiatan pelepasliaran ini dapat meningkatkan populasi owa,” ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, KLHK, Wiratno, dalam siaran tertulis yang diterima wartawan, Selasa (24/10).

Pelepasliaran dilakukan pada dua keluarga yaitu keluarga Wili-Sasa dan anaknya Jatna yang lahir di pusat rehabilitasi serta pasangan Asep-Dompu. Sebelum dilepasliarkan, mereka menjalani proses habituasi selama dua bulan di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar.

Menurut dia, saat ini tidak hanya populasi owa jawa beserta habitatnya di Jawa Barat yang perlu mendapatkan perhatian, namun juga populasi kecil di Jawa Tengah seperti di Pegunungan Dieng dan Gunung Slamet di Jawa Tengah.

“Karena itu selain pelepasliaran, perlu juga didorong pembentukan habitat baru guna menjamin keberlangsungan hidup mereka.” kata dia.

Menurut dia, saat ini populasi owa jawa di alam terus terancam akibat perburuan dan perdagangan. Selain itu, habitat mereka di Pulau Jawa yang tersisa tidak lebih dari 5 persen.

Ia meminta kepada masyarakat yang memiliki, memelihara dan memperdagangkan satwa primata untuk dikembalikan secara sukarela melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) setempat. Pelepasliaran ini merupakan yang kelima kalinya dilakukan oleh Yayasan Owa Jawa, yang sebelumnya telah melepasliarkan 14 individu sejak tahun 2013.

Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa Noviar Andayani mengatakan, upaya pengembalian owa jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah. Sebab itu, dia mengatakan, kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan.

“Hasil positif pasca owa jawa dilepasliarkan, ditandai adanya peristiwa kelahiran owa jawa di alam pada tanggal 14 januari 2017 lalu di Gunung Puntang, Hutan Lindung Gunung Malabar,” kata dia.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna, menjelaskan bahwa beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat owa jawa. Tidak hanya di Jawa Barat namun juga di sebagian di Jawa Tengah.

Karena itu, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah disekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan.

“Keberhasilan konservasi owa jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,” kata dia.

Sumber : republika.co.id

Tanggal : 24 Oktober 2017

]]>
Gunung Puntang Jadi Habitat Nyaman Buat Owa Jawa https://stg.eppid.perhutani.id/gunung-puntang-jadi-habitat-nyaman-buat-owa-jawa/ Wed, 25 Oct 2017 00:54:40 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50374 DETIK.COM (24/10/2017) | Sejak tahun 2013, sedikitnya 40 ekor Owa Jawa (Hylobates Moloch) dilepasliarkan di Hutan Lindung Gunung Puntang Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Gunung Puntang dipilih sebagai rumah baru Owa Jawa hasil rehabilitasi Yayasan Owa Jawa dikarenakan habitatnya masih alami ditunjang dengan beragam makanannya.

“Owa Jawa harus ada di hutan karena itu habitatnya. Gunung Puntang dipilih karena kondisi alamnya masih bagus, selain itu berbagai makanannya masih banyak,” kata Pendiri Yayasan Owa Jawa Sunaryo di lokasi pelepas liaran lima ekor Owa Jawa di Blok 31 Gunung Puntang, Selasa (24/10).

Selain itu, keanekaragaman hayati Hutan Lindung Gunung Puntang pun menunjang keberlangsungan hidup satwa monogami tersebut. “Owa memakan pucuk-pucuk daun, di sini banyak pohon rasamala dan buah-buahan, sangat cocok bagi habitat mereka,” katanya.

Habitat Owa Jawa di Gunung Puntang juga belum banyak. “Jika dilepasliarkan di hutan yang habitat Owa Jawanya banyak ditakutkan mereka tertular penyakit oleh Owa Jawa hasil rehabilitasi,” ungkapnya.

Sunaryo mengungkapkan dari hasil survei yang pernah dilakukannya, keberadaan Owa Jawa yang tersebar dari Ujung Kulon sampai Purwokerto jumlahnya tinggal sekitar 2.000-3.000, statusnya mendekati kepunahan.

Ia mengajak kepada seluruh masyarakat untuk turut serta mengkonservasi Owa Jawa. Jika masyarakat mengetahui ada warga yang memelihara Owa Jawa, agar segera melaporkannya.

“Kami harap 10 tahun ke depan jumlahnya semakin banyak. Gunung puntang cocok sekali, terbukti ada Owa Jawa yang beranak di sini,” jelasnya.

Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy menjelaskan kawasan hutan lindung Perhutani merupakan habitat Owa Jawa. “Perhutani berkomitmen untuk melestarikan Owa Jawa sekaligus mempertahankan habitatnya,” ucapnya.

Tidak hanya perlindungan terhadap Owa Jawa, sebagai entitas bisnis, Perhutani telah membuktikan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa kepedulian kepada satwa-satwa yang dilindungi dan terancam punah dilakukan secara nyata. “Selain itu keberhasilan konservasi Owa Jawa maupun satwa lainnya sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat,” pungkasnya.

Sumber : detik.com

Tanggal : 24 Oktober 2017

]]>
Ini Alasan Hutan Lindung Puntang Dijadikan Lokasi Pelepasliaran Owa Jawa https://stg.eppid.perhutani.id/ini-alasan-hutan-lindung-puntang-dijadikan-lokasi-pelepasliaran-owa-jawa/ Tue, 24 Oct 2017 07:53:58 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50371 TRIBUNNEWS.COM (24/10/2017) | Kawasan Hutan Lindung Perhutani di Gunung Puntang menjadi area pelepasliaran lima ekor Owa Jawa (Hylobates moloch) dari dua kelompok keluarga yang berbeda.
Area dengan luas 8.000 hektare itu dinilai tepat guna menghindari penularan penyakit yang mungkin ditularkan oleh manusia.
“Bila dilepasliarkan di daerah yang masih ada Owa Jawa alaminya, bisa-bisa (Owa Jawa) yang alami bisa tertular dan mempercepat kepunahan,” ujar Dewan Pembina Yayasan Owa Jawa, Sunaryo, di lokasi pelepasliaran di petak 31, Gunung Puntang, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Selasa (24/10/2017).
Selain itu, ujar Sunaryo, keanekaragaman hayati Hutan Lindung Gunung Puntang pun menunjang untuk keberlangsungan hidup satwa monogami tersebut.
“Owa memakan pucuk-pucuk daun, di sini banyak pohon rasamala dan buah-buahan, sangat cocok bagi habitat mereka,” katanya.
Survei terahir pada 2010, sekitar 3000 individu owa hidup di hutan konservasi dan hutan lindung.
Dalam daftar merah World Conservation Union, Owa Jawa dikategorikan sebagai satwa terancam punah dan termasuk dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Sebelumnya, Yayasan Owa Jawa bersama UPT Ditjen KSDAE, Yayasan Owa Jawa Conservation International (CI), Perum Perhutani, Silvery Gibbon Project dan Pertamina EP melepasliarkan lima ekor Owa Jawa.
Pelepasan itu sekaligus sebagai bentuk aksi pada Hari Owa Internasional (International Gibbon Day).
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna dalam rilisnya menyebut jika beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani merupakan habitat dari Owa Jawa, tidak hanya di Jawa Barat tapi juga sebagian di Jawa Tengah.
“Kami berkomitmen untuk melestarikan Owa Jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Hutan lindung yang terjaga dengan baik, dapat menyediakan air bagi daerah-daerah di sekitarnya, termasuk bagi penduduk di perkotaan,” katanya.

Sumber : tribunnews.com

Tangal : 24 Oktober 2017

]]>
Menjaga Simbol Kelestarian Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/menjaga-simbol-kelestarian-hutan/ Wed, 13 May 2015 05:36:17 +0000 http://perhutani.co.id/?p=21082 BUMN Insight, Konservasi owa jawa merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung karena bisa dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga.
SELAIN laut, negeri ini juga kaya dengan rimbunnya hutan yang menjadi paru-paru Tanah Air, bahkan bagi dunia. Alhasil, berbagai langkah strategis pun ditempuh guna menyelamatkan keberadaan kekayaan hayati ini. Tak kalah pentingnya adalah turut menyelamatkan satwa yang dilindungi yang turut menjaga kualitas hutan.
Salah satu momen pelestarian hutan juga dilakukan bertepatan dengan peringatan ke-60 KTT Asia Afrika lalu di Bandung. Hal ini ditandai oleh Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang berkesempatan melakukan pelepasliaran owa jawa, serta disaksikan beberapa delegasi peserta KTT. Pelepasliaran owa jawa tersebut menggambarkan semangat gotong royong negara-negara Asia Afrika untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan, peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan penghargaan terhadap keanekaragaman hayati sebagai penyokong kehidupan. Keberhasilan Indonesia melakukan konservasi owa jawa di pulau yang terpadat penduduknya di negeri ini pun merupakan komitmen kuat Indonesia dalam menjalankan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, konservasi owa jawa ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung karena owa jawa bisa dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. “Sebelumnya, 15 Juni 2013 telah dilepasliarkan sepasang owa jawa bernama Kiki dan Sadewa, pada 27 Maret 2014 dilepasliarkan satu keluarga owa jawa, Bombom (betina), Jowo (jantan), anak mereka—Yani (betina) dan Yudi (jantan), serta ketiga kalinya hari ini (24 April 2015) dilepasliarkan lagi paV sangan Robin-Moni dan Moli-Nancy di tempat yang sama,” jelas Iskandar.
Iskandar menambahkan, beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani juga merupakan habitat owa jawa. Oleh karenanya, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Selain itu, keberhasilan upaya konservasi owa jawa sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat.
Masih Diburu
Robin-Moni dan Moli-Nancy merupakan dua pasang owa jawa yang telah menjalani proses rehabilitasi selama 7-11 tahun di Javan Gibbon Center (JGC), Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Sebelum dilepasliarkan, owa jawa telah menjalani proses habituasi lebih kurang 2,5 bulan di lokasi pelepasharan Gunung Puntang.
Seiring berkurangnya hutan tropis di Jawa, telah menyebabkan keberadaan owa jawa semakin terancam. Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan satwa peliharaan. Tak pelak, mengembalikan owa jawa ke hutan dalam keadaan sehat dan bebas penyakit menjadi salah satu upaya untuk memastikan keberlanjutan spesies ini.
Owa jawa (Hylobates moloch) sendiri merupakan satwa primata endemik pulau Jawa yang sebagian besarnya mendiami hutan-hutan dataran rendah dan tinggi di Jawa bagian barat, dan hanya sebagian kecil’ditemukan di Jawa bagian tengah. Survei terakhir pada tahun 2010 mencatat 2.140-5.310 individu owa jawa yang hidup terisolasi di hutan konservasi dan hutan lindung, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak, Ujung Kulon, serta Cagar . Alam Gunung Simpang dan Gunung Tilu. Sebagai primate arboreal yang melakukan seluruh aktivitas hidupnya di pohon, kelangsungan hidup owa jawa di alam sangat bergantung pada tegakan pohon dengan tajuk menyambung. Dengan demikian, kehadiran owa jawa dapat dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. Selain itu, sebagai satwa pemencar biji, owa jawa berperan penting menjaga siklus dan regenerasi ekosistem hutan.
Selain menjadi simbol kelestarian hutan, owa jawa juga menjadi model sistem sosial yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan gotong-royong. Berbeda dengan sebagian besar primata, owa jawa menganut sistem perkawinan monogami dan hidup dalam unit keluarga yang erat.
Meskipun owa jawa telah dilindungi oleh undang-undang, populasinya di alam terus menyusut. Selain kerusakan habitat, owa jawa di habitat alaminya juga terancam oleh aktivitas perburuan dan perdagangan untuk menjadikannya satwa peliharaan. Dalam Daftar Merah World Conservation Union (The IUCN Red List of Threatened Species) owa jawa dikategorikan sebagai satwa terancam punah (Endangered species) dan termasuk dalam daftar Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Sumber    : BUMN Insight, hal.90-91
Tanggal    : 13 Mei 2015

]]>
Dua pasang Owa Jawa dilepasliarkan di Malabar https://stg.eppid.perhutani.id/dua-pasang-owa-jawa-dilepasliarkan-di-malabar/ Tue, 21 Apr 2015 07:59:51 +0000 http://perhutani.co.id/?p=20113 Jakarta (ANTARA News) – Dua pasang Owa Jawa (Hylobates moloch) akan kembalikan ke habitat alaminya (lepasliarkan) di gunung Puntang kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar Kabupaten Bandung pada Jumat 24 April 2015.

“Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Yayasan Owa Jawa bekerja sama dengan Perum Perhutani akan melepasliarkan Owa Jawa untuk ke tiga kalinya ke habitat alami mereka,” kata Sekjen KLHK Hadi Daryanto di Jakarta, Selasa.

Hadi mengatakan, saat ini populasi Owa Jawa mencapai sekitar 5.000 ekor yang tersisa di Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak dan sedikit di sekitar Jawa bagian barat.

Owa Jawa yang akan dilepasliarkan itu adalah pasangan bernama Robin dan Moni serta pasangan Moli dan Nancy. Sebelumnya pasangan Owa Jawa tersebut dipelihara masyarakat.

Ketua Pengurus Yayasan Owa Jawa Noviar Andayani mengatakan, kedua pasangan satwa endemik Jawa itu telah menjalani proses rehabilitasi selama 7-11 tahun di Javan Gibbon Center (JGC) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

“Proses rehabilitasi itu bukan hanya untuk memastikan mereka sehat tapi juga agar mampu beradaptasi dengan lingkungannya nanti setelah mereka dilepasliarkan,” kata Noviar.

Habitat alami Owa Jawa berupa hutan lebat dengan pohon-pohon yang memiliki biji-bijian. Owa Jawa juga hidup monogami sehingga populasinya juga sangat kecil yaitu dalam setiap kelompok maksimal hanya terdiri dari enam individu.

Noviar mengatakan, kelestarian Owa Jawa terancam perburuan liar dan kerusakan habitatnya sehingga jika Owa Jawa mampu hidup di suatu tempat maka mengindikasikan hutan tersebut kondisinya baik.

“Owa Jawa ini hidup di pohon sehingga habitatnya harus hutan dengan kondisi pohon yang baik,” kata Noviar seraya menambahkan kondisi Hutan Lindung Gunung Malabar yang merupakan hutan konservasi yang dikelola Perhutani cukup baik untuk pelepasliaran satwa tersebut.

Dia mengatakan, setelah dilakukan pelepasliaran, dibentuk dua tim yang akan memonitor kegiatan Owa Jawa serta memastikan mereka tidak diburu lagi.

Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, dengan konservasi Owa Jawa ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung Perum Perhutani.

Mustoha mengatakan, sebelumnya pada 15 Juni 2013 juga telah dilakukan pelepasliaran sepasang Owa Jawa bernama Kiki dan Sadewa serta satu keluarga Owa Jawa yaitu pasangan Bombom dan Jowo dan dua anak mereka Yani dan Yudi pada 27 Maret 2014.

“Kondisi Owa ynag sudah dilepasliarkan saat ini sudah semakin menunjukkan kemampuan beradaptasi yang sangat baik,” kata Mustoha.

Editor: AA Ariwibowo
Sumber : antaranews.com
Tanggal : 21 April 2015

]]>
4 Owa Jawa Dilepas Ke Gunung Puntang https://stg.eppid.perhutani.id/4-owa-jawa-dilepas-ke-gunung-puntang/ Tue, 21 Apr 2015 07:55:28 +0000 http://perhutani.co.id/?p=20110 Bisnis.com, JAKARTA – Perum Perhutani bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Yayasan Owa Jawa akan melepasliarkan 4 ekor Owa Jawa yang saling berpasangan.

Kedua pasang hewan primata tersebut akan dikembalikan ke habitat alaminya di Gunung Puntang, kawasan hutan lindung Gunung Malabar Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan konservasi Owa Jawa merupakan bagian dari upaya mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung Perum Perhutani.

“Karena Owa Jawa dapat dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga,” katanya dalam siaran pers, Selasa (21/4/2015).

Pelepasan Owa Jawa yang akan dilakukan pada Jumat (24/4/2015) tersebut merupakan yang ketiga. Sebelumnya, Perum Perhutani bekerja sama dengan lembaga terkait telah melakukan upaya serupa pada 15 Juni 2013 dan pada 24 April 2015.

Adapun, kedua pasang Owa Jawa yang akan dilepasliarkan adalah pasangan Moli & Nancy dan Robin & Moni.

Moli merupakan Owa Jawa jantang dewasa yang diperkirakan lahir pada 2002, sedangkan Nancy adalah Owa Jawa betina dewasa yang diperkirakan lahir pada 1998. Keduanya mulai dipasangan pada 2012. Robin dan Moni diperkirakan berusia 12 tahun dan 10 tahun. Mereka juga mulai dipasangkan pada 2012.

Sebelum siap dilepasliarkan, kedua pasangan tersebut telah menjalani rehabilitasi di kandang habituasi Javan Gibbon Center (JGC) yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Sumber : bisnis.com
Tanggal : 21 April 2015

]]>