Pelestarian Hutan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 31 Oct 2016 08:46:51 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Pelestarian Hutan – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani dan Warga Tanam Ribuan Pohon di Hutan Ciamis https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-dan-warga-tanam-ribuan-pohon-hutan-ciamis/ Mon, 31 Oct 2016 08:46:51 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41446 WARTAPRIANGAN.COM, CIAMIS (31/10/2016) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis, bersama warga masyarakat Golat Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis dan Kelompok Kerja Peduli Lingkungan (KKPLH) melakukan kegitan penanaman 2.500 pohon. Penanaman tersebut dilakukan di petak 58 h Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Panjalu, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ciamis, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ciamis, seluas 14 hektar.
Wakil Administratur Perhutani Ciamis, Angkat Wijanto mengatakan, kegiatan penanaman bersama ini dilaksanakan untuk menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap hutan serta memupuk sinergitas antara masyarakat dan Perhutani. Harapannya dapat meningkatkan pengelolaan hutan bersama masyarakat untuk melestarikan sumber daya hutan.
“Kegiatan hari menanam ini merupakan kegiatan tahunan sebagai wujud kepedulian karyawan dan masyarakat terhadap pelestarian hutan agar menjadi pembangkit semangat keseharian dalam membangun hutan di tahun 2016, juga sebagai tanda pelaksanaan kewajiban menanam bagi seluruh karyawan Perum Perhutani,” tuturnya.
Ini bagian kegiatan Rutin Penanaman Bersama Masyarakat dalam membangun kawasan Hutan. “Kegiatan bersama ini diharapkan dapat memberi manfaat besar bagi lingkungan serta kehidupan masyarakat terutama yang berada di wilayah sekitar hutan,” terang Dedi masyarakat Golat.
“Mari kita bersama merawat dan menjaga hutan karena kalau hutan rusak akan berdampak negatif bagi semua,” pungkasnya.
 
Tanggal : 31 Oktober 2016
Sumber : wartapriangan.com

]]>
Pelestarian Hutan Libatkan Warga https://stg.eppid.perhutani.id/pelestarian-hutan-libatkan-warga/ Wed, 27 May 2015 00:42:23 +0000 http://perhutani.co.id/?p=21459 Media Indonesia – PEMERINTAH mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengelola dan menjaga kelestarian hutan. Hal itu ditegaskan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, saat temu wicara bersama tiga lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) binaan Perhutani bersama dua kelompok tani hutan (KTH) binaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di Jakarta, kemarin.

Acara yang berlangsung di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, itu dalam rangka Hari Bhakti Rimbawan sekaligus menyambut Hari Lingkungan Hidup.

“Kalau membicarakan kelestarian, bukan hanya kita saja yang menikmati, melainkan kita harus berpikir hingga jauh ke depan supaya manfaat alam juga dapat dirasakan oleh generasi penerus,” terangnya.

Menurut Siti, pemerintah tidak akan meninggalkan rakyat sendirian dalam menjaga kelestarian lingkungan dan hutan.

Pemerintah, kata Siti, akan membantu LMDH untuk melakukan pertanian agroforestry sehingga tidak akan ada dampak buruk bagi ke langsungan dan kelestarian hutan, meski pengelolaan pertanian ada di dalamnya.

Menurut Siti, dia sangat mengapresiasi dialog interaktif langsung dengan masyarakat, seperti dalam temu wicara itu.

Menurutnya, dengan berdialog bersama masyarakat, hal itu akan memudahkannya mencari jalan tengah dan memecahkan persoalan. “Ini juga sejalan dengan konsep pemerintah yang hadir di tengah-tengah rakyatnya.Oleh karena itu, dialog-dialog seperti ini penting untuk kita pertahankan dan kembangkan,” tuturnya.

Selain itu, kata menteri, dialog semacam itu bermanfaat untuk meningkatkan harkat warga negara. Pemerintah, kata dia, tidak lagi ingin ada istilah perambah liar yang umumnya dilakukan masyarakat.

“Tidak boleh lagi ada istilah `liar’. Sebab, mereka merupakan masyarakat Indonesia dan kedudukannya di mata pemerintah adalah mulia,” tegasnya.

Dalam acara yang sama, Direktur Perum Perhutani Mustoha Iskandar menyatakan akan memfasilitasi pupuk bagi para petani di dalam kawasan hutan. (Ric/M-6)

Sumber : Media Indonesia, hal. 13
Tanggal : 27 Mei 2015

]]>
Menjaga Simbol Kelestarian Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/menjaga-simbol-kelestarian-hutan/ Wed, 13 May 2015 05:36:17 +0000 http://perhutani.co.id/?p=21082 BUMN Insight, Konservasi owa jawa merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung karena bisa dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga.
SELAIN laut, negeri ini juga kaya dengan rimbunnya hutan yang menjadi paru-paru Tanah Air, bahkan bagi dunia. Alhasil, berbagai langkah strategis pun ditempuh guna menyelamatkan keberadaan kekayaan hayati ini. Tak kalah pentingnya adalah turut menyelamatkan satwa yang dilindungi yang turut menjaga kualitas hutan.
Salah satu momen pelestarian hutan juga dilakukan bertepatan dengan peringatan ke-60 KTT Asia Afrika lalu di Bandung. Hal ini ditandai oleh Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang berkesempatan melakukan pelepasliaran owa jawa, serta disaksikan beberapa delegasi peserta KTT. Pelepasliaran owa jawa tersebut menggambarkan semangat gotong royong negara-negara Asia Afrika untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan, peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan penghargaan terhadap keanekaragaman hayati sebagai penyokong kehidupan. Keberhasilan Indonesia melakukan konservasi owa jawa di pulau yang terpadat penduduknya di negeri ini pun merupakan komitmen kuat Indonesia dalam menjalankan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, konservasi owa jawa ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung karena owa jawa bisa dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. “Sebelumnya, 15 Juni 2013 telah dilepasliarkan sepasang owa jawa bernama Kiki dan Sadewa, pada 27 Maret 2014 dilepasliarkan satu keluarga owa jawa, Bombom (betina), Jowo (jantan), anak mereka—Yani (betina) dan Yudi (jantan), serta ketiga kalinya hari ini (24 April 2015) dilepasliarkan lagi paV sangan Robin-Moni dan Moli-Nancy di tempat yang sama,” jelas Iskandar.
Iskandar menambahkan, beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani juga merupakan habitat owa jawa. Oleh karenanya, Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya. Selain itu, keberhasilan upaya konservasi owa jawa sangat berkaitan dengan dukungan dan peran serta masyarakat setempat.
Masih Diburu
Robin-Moni dan Moli-Nancy merupakan dua pasang owa jawa yang telah menjalani proses rehabilitasi selama 7-11 tahun di Javan Gibbon Center (JGC), Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Sebelum dilepasliarkan, owa jawa telah menjalani proses habituasi lebih kurang 2,5 bulan di lokasi pelepasharan Gunung Puntang.
Seiring berkurangnya hutan tropis di Jawa, telah menyebabkan keberadaan owa jawa semakin terancam. Owa jawa masih menjadi target perburuan untuk dijadikan satwa peliharaan. Tak pelak, mengembalikan owa jawa ke hutan dalam keadaan sehat dan bebas penyakit menjadi salah satu upaya untuk memastikan keberlanjutan spesies ini.
Owa jawa (Hylobates moloch) sendiri merupakan satwa primata endemik pulau Jawa yang sebagian besarnya mendiami hutan-hutan dataran rendah dan tinggi di Jawa bagian barat, dan hanya sebagian kecil’ditemukan di Jawa bagian tengah. Survei terakhir pada tahun 2010 mencatat 2.140-5.310 individu owa jawa yang hidup terisolasi di hutan konservasi dan hutan lindung, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak, Ujung Kulon, serta Cagar . Alam Gunung Simpang dan Gunung Tilu. Sebagai primate arboreal yang melakukan seluruh aktivitas hidupnya di pohon, kelangsungan hidup owa jawa di alam sangat bergantung pada tegakan pohon dengan tajuk menyambung. Dengan demikian, kehadiran owa jawa dapat dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik. Selain itu, sebagai satwa pemencar biji, owa jawa berperan penting menjaga siklus dan regenerasi ekosistem hutan.
Selain menjadi simbol kelestarian hutan, owa jawa juga menjadi model sistem sosial yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan gotong-royong. Berbeda dengan sebagian besar primata, owa jawa menganut sistem perkawinan monogami dan hidup dalam unit keluarga yang erat.
Meskipun owa jawa telah dilindungi oleh undang-undang, populasinya di alam terus menyusut. Selain kerusakan habitat, owa jawa di habitat alaminya juga terancam oleh aktivitas perburuan dan perdagangan untuk menjadikannya satwa peliharaan. Dalam Daftar Merah World Conservation Union (The IUCN Red List of Threatened Species) owa jawa dikategorikan sebagai satwa terancam punah (Endangered species) dan termasuk dalam daftar Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).
Sumber    : BUMN Insight, hal.90-91
Tanggal    : 13 Mei 2015

]]>