penelitian – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Thu, 03 Aug 2017 08:06:46 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png penelitian – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Tim UPNV Yogyakarta Teliti Tujuh "Geosite" Bojonegoro https://stg.eppid.perhutani.id/tim-upnv-yogyakarta-teliti-tujuh-geosite-bojonegoro/ Thu, 03 Aug 2017 08:06:46 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48693 ANTARAJATIM.COM (2/8/2017) | Tim Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” (UPNV) Yogyakarta, Rabu meneliti ulang tujuh “geosite” (tapak) dari 19 “geosite” di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang diusulkan masuk cagar alam geologi kepada Badan Geologi Bandung.

“Penelitian ulang ini hanya untuk memberikan gambaran kepada jajaran KPH Bojonegoro terkait keberadaan sejumlah geosite yang berada di kawasan hutan,” kata Tim Peneliti UPNV Yogyakarta Dr. Jatmika Setiawan di Bojonegoro, di sela-sela meninjau lapangan.

Sebelum itu, kata dia, Tim UPNV Yogyakarta sudah melakukan survei ulang lokasi “geosite” yang masuk kawasan KPH Parengan, Tuban, dan KPH Cepu, Jawa Tengah.

“Lokasi 19 geosite yang diusulkan masuk cagar alam geologi berada di KPH Bojonegoro, Parengan dan Cepu,” katanya menegaskan.

Lokasi geosite yang diteliti ulang hari ini yaitu Sendang Gong di Desa Gunungsari, Kecamatan Baureno, Banyu “Kuning” dan Gunung Watu, keduanya di Kecamatan Gondang dan Kedung Lantung di Kecamatan Sugihwaras.

Selain itu, juga Watu Gandul dan Selo Gajah dan Bukit Tono, ketiganya di Kecamatan Gondang dan Atas Angin di Desa Jari, Kecamatan Sekar.

Dari pengecekan di lapangan bersama Wakil ADM Tengah KPH Bojonegoro Diky Iswandaru dan Wakil ADM Timur Supriyanto, diketahui hanya kawasan Sendang Gong di Desa Gunungsari, Kecamatan Baureno, lokasinya bukan kawasan hutan.

“Kalau Sendang Gong ini lokasinya di tanah warga, bukan tanah Perhutani. Tapi lainnya semuanya masuk kawasan hutan KPH Bojonegoro,” kata Iswandaru menjelaskan.

Menurut Jatmika, kalau tanah yang masuk lokasi “geosite” merupakan tanah warga maka warga harus memperoleh penjelasan terkait keberadaan potensi yang ada.

“Warga tetap bisa memanfaatkan, tetapi jangan menambang seperti di Sendang Gong ini sudah pernah ditambang,” ucapnya.

Tetapi, lanjut dia, kalau tanah itu merupakan tanah Perhutani maka harus ada nota kesepahaman antara pemerintah kabupaten (pemkab) dengan KPH terkait pemanfaatan bersama tanah hutan.

Pemanfaatan tanah yang masuk geosite itu, lanjut dia, bisa dikelola warga masyarakat untuk pariwisata melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis) dengan mengandalkan keindahan alamnya juga sejarah geologi di lokasi geosite itu.

“Lokasi tanah yang dimanfaatkan bersama juga tidak terlalu luas. Misalnya, Kedung Latung, masuk kawasan hutan KPH Bojonegoro, tetapi lokasinya di tengah sungai yang juga tidak bisa ditanami pohon jati,” katanya.

Menurut dia, kalau berbagai persyaratan administrasi sudah terpenuhi maka Kementerian ESDM akan mengeluarkan sertifikat cagar alam geologi dan “Geopark Petroleum” Bojonegoro.

“Target kami tahun ini dua sertifikat dari Kementerian ESDM sudah bisa keluar,” ucapnya menambahkan.

Sumber : antarajatim.com

Tanggal : 2 Agustus 2017

]]>
Perhutani Gandeng Generasi Muda Kembangkan Wisata Kehutanan RI https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-gandeng-generasi-muda-kembangkan-wisata-kehutanan-ri-2/ Fri, 28 Oct 2016 05:25:06 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41389 STRATEGIDANBISNIS.COM, JAKARTA (26/10/2016) | Pengelolaan destinasi wisata alam merupakan kunci dalam mengoptimalkan aset hutan dan taman nasional di Indonesia. Sebagai langkah memaksimalkan aset tersebut, Perum Perhutani melibatkan generasi muda hingga menggandeng perguruan tinggi di dalam negeri.
Direktur Utama Perhutani, Denaldy M Mauna mengatakan kerja sama tersebut bertujuan agar tata kelola destinasi wisata hutan lebih terstruktur dan sinergis melalui pemanfaatan jejarang, informasi dan teknologi.
“Kami bersama Universitas Prasetya Mulya (perguruan tinggi swasta) mengembangkan objek wisata ekowisata dengan memanfaatkan potensi alam dan sumber daya lahan hutan,” ujar Denaldy, Jakarta, Rabu (26/10).
Denaldy menyakini, pengalaman universitas tersebut dapat membantu menghasilkan model-model paket wisata hutan sehingga memiliki daya tarik bagi masyarakat termasuk generasi muda.
“Kami ingin generasi muda mempunyai awareness yang luas tentang hutan. Di negara-negara maju seperti Eropa, wisata ke hutan sudah menjadi lifestyle,” ucap Denaldy.
Denaldy melanjutkan, Perhutani juga menggandeng Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) terkait penelitian dan kajian bisnis model pengelolaan sumber daya hutan.
“Kami ingin mengetahui faktor-faktor yang paling berperan dalam mendorong keberhasilan pengelolaan hutan dengan interaksi masyarakat sekaligus merumuskan strategi bisnis model yang tepat pada kawasan hutan,” jelas dia.
Dia berharap, dengan melibatkan dua perguruan tinggi tersebut dapat memberikan masukan pola pemanfaatan hutan dengan pangan yang tepat di masa depan.
Perum Perhutani mengelola 2,4 juta ha kawasan hutan di Jawa Madura. Sistem tebang dan tanam dalam pengelolaan hutan menerapkan komposisi 1:9, artinya dari setiap hektar yang ditebang Perhutani menanamkan kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan.
“Saat ini kami juga memiliki 236 destinasi wisata hutan di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Prasetiya Mulya Djisman S Simandjuntak menambahkan aksi kolaborasi dengan BUMN Kehutanan tersebut dapat mengangkat edukasi pariwisata terutama bagi wisatawan mancanegara (wisman).
“Aset Perhutani bisa digunakan edukasi tourism sehingga model bisnis yang berkelanjutan, aset Perhutani kekuatannya beragam,” kata Djisman.
 
Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber : strategidanbisnis.com

]]>
Perhutani Kaji Model Bisnis Kelola Hutan Masa Depan https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-kaji-model-bisnis-kelola-hutan-masa-depan/ Thu, 27 Oct 2016 08:28:05 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41319 IMQ.21.COM, JAKARTA (26/10/2016) | Perum Perhutani menggandeng Universitas Gajah Mada dan Institut Pertanian Bogor untuk meneliti serta mengkaji bisnis model pengelolaan sumberdaya hutan pada kawasan interaksi masyarakat.
Penelitian bersama (joint research) dua perguruan tinggi tersebut bertujuan untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara masyarakat dengan kawasan hutan, mengetahui faktor-faktor yang paling berperan dalam mendorong keberhasilan pengelolaan hutan dengan interaksi masyarakat tinggi sekaligus merumuskan strategi bisnis model yang tepat pada kawasan hutan.
Direktur Utama Perhutani Denaldy M. Mauna mengharapkan, hasil joint research kedua lembaga pendidikan dapat memberikan masukan tentang model pengelolaan sumberdaya hutan, khususnya pola pemanfaatan hutan dengan pangan yang tepat di masa depan.
“Saya yakin pakar-pakar kehutanan yang hebat tersebut apabila disatukan akan menghasilkan karya luar biasa berupa kajian bisnis model pengelolaan hutan untuk Perum Perhutani ke depan. Apakah untuk lokasi-lokasi dengan interaksi masyarakat yang tinggi saat ini model pelestarian kawasan hutan perlu ada improvement lagi,” kata Denaldy di sela MoU di kantor pusat Perhutani, Rabu (26/10).
Saat ini, Perhutani mengelola 2,4 juta hektar kawasan hutan di Jawa Madura yang padat penduduk. Sistem tebang dan tanam dalam pengelolaan hutan menerapkan komposisi 1:9.
Artinya, dari setiap hektar yang ditebang, Perhutani menanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumberdaya hutan.
“Tidak kurang dari 5.300 desa berada di sekitar kawasan hutan dan Perhutani kerapkali memiliki persoalan terkait pengelolaan hutan pada lokasi-lokasi yang interaksi masyarakatnya tinggi,” urainya.
Perhutani telah bermitra dengan lebih kurang 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dalam program PHBM dan memberikan kontribusi hasil bagi lebih kurang Rp36,7 miliar selama lima tahun terakhir ditambah dengan kontribusi tanaman pangan berupa jagung, padi, dan lainnya.
Selain itu, Perhutani turut mengajak Universitas Prasetiya Mulya mengembangkan objek wisata ekowisata dalam rangka pemanfaatan potensi alam dan sumberdaya lahan hutan Perum Perhutani.
 
Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber : imq21.com

]]>
Bangun 'Awareness' Wisata Hutan, Perhutani Jalin Kerja Sama dengan Prasetiya Mulya https://stg.eppid.perhutani.id/bangun-awareness-wisata-hutan-perhutani-jalin-kerja-prasetiya-mulya/ Thu, 27 Oct 2016 08:07:53 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41315 RRI.CO.ID, JAKARTA (26/10/2016) | Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M. Mauna dan Ketua Yayasan Prasetiya Mulya Prof Dr Djisman S Simandjuntak menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Pengembangan Obyek Wisata Ekowisata dalam rangka pemanfaatan potensi alam dan sumberdaya lahan hutan Perum Perhutani, di kantor pusat Perhutani Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Rabu (26/10/2016).
Kerja sama ini bertujuan agar tata kelola destinasi wisata hutan Perum Perhutani lebih terstruktur dan sinergis yang mencakup fungsi koordinasi, perencanaan, implementasi pemasaran dan pengendalian organisasi destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring, informasi dan teknologi terpadu.
Denaldy M Mauna mengatakan, pengalaman Prasetiya Mulya diharapkan dapat membantu menghasilkan model-model paket wisata hutan yang lebih punya attractiveness atau berdaya tarik bagi masyarakat termasuk generasi mudanya sehingga ada awareness yang meluas tentang hutan.
“Sebagai BUMN Kehutanan, kami harus memberikan akses pemahaman kepada publik tentang pentingnya keberadaan hutan bagi kita semua. Ke depan, kami ingin anak-anak dan generasi muda kalau weekend itu camping, hiking, main sepeda, mungkin juga menyalurkan hobi fotografi mereka ke hutan daripada ke mal. Di Negara-negara maju seperti Eropa, wisata ke hutan sudah menjadi lifestyle,” tegas Denaldy.
Sementara, Ketua Yayasan Prasetiya Mulya Djisman S Simanjutak menyambut baik kerja sama Perhutani tersebut dan akan membantu mendorong kecintaan masyarakat pada hutan yang memang sepatutnya dilindungi.
“Hutan Perhutani adalah tempat belajar yang baik bagi generasi muda dan kita semua. Ini ibarat laboratorium alam, menyimpan banyak ilmu. Kami akan membantu mengemasnya,” ujar Djisman saat menandatangani MoU.
Saat ini, Perum Perhutani memiliki 236 destinasi wisata hutan di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten berupa hutan pegunungan, hutan pantai, air terjun, telaga, goa dan camping ground yang berpotensi untuk terus dikembangkan, belum termasuk hutan wisata yang dikelola anak perusahaan Perhutani.
Beberapa hutan wisata Perum Perhutani yang cukup dikenal antara lain Kawah Putih, Cikole Jayagiri, Pulau Merah, Tanjung Papuma, Sentul Eco-Edu Forest, Curug Cilember, dan Curug Cipamingkis.
 
Tanggal : 26 Oktober 2016
Sumber : rri.co.id

]]>