#PerhutaniGreenPenAward2016 – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 30 Mar 2016 05:07:04 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #PerhutaniGreenPenAward2016 – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Mlangun Menangkan Perhutani Green Pen Award 3 https://stg.eppid.perhutani.id/mlangun-menangkan-perhutani-green-pen-award-3/ Wed, 30 Mar 2016 05:07:04 +0000 http://perhutani.co.id/?p=35181 JAKARTA, AKARPADINEWS.COM | CERITA pendek bertajuk Mlangun, Lelaki Yang Memakan Asap, dan Khayal menangkan Perhutani Green Pen Award 3 – 2016 pada masing-masing kategori, sebagaimana diumumkan penyelenggara, Selasa (29/3/16) sore.

Seluruh rangkaian proses penilaian naskah cerita pendek (cerpen) Lomba menulis Cerita Pendek Hutan dan Lingkungan, Perhutani Freen Pen Award 3 – 2016, berakhir sudah. Dewan Juri yang terdiri dari para cerpenis dan budayawan Indonesia (Dr. Budo Freehearty, Leila S. Chudori, Wina Bojonegoro, Soesi Sastro, dan N. Syamsuddin Ch. Haesy) telah memilih para pemenang.

Pengumuman para pemenang lomba ini, dipublikasikan oleh Ketua Penyelenggara, Sekretaris Perusahaan, John Novarly, melalui website : http://perhutani.co.id/2016/03/pengumuman-pemenang-perhutani-green-pen-award-3-tahun-2016/ .

Menurut Ketua Penyelenggara, salah satu tujuan penyelenggaraan Green Pen Award yang sudah ketigakali ini, adalah mencari penulis-penulis muda berbakat.” Khasnya untuk meningkatkan daya imajinasi, empati, simpati, dan kepekaan generasi muda terhadap sumberdaya hutan dan lingkungan melalui sastra tulis.

Selain itu, lomba ini diselenggarakan untuk meningkatkan rasa cinta dan kesadararan generasi muda pada kelestarian hutan dan lingkungan hidup, serta meningkatkan citra perusahaan pada generasi muda Indonesia.

Penyelenggaraan Perhutani Green Pen Award dimulai tahun 2014, 2015, dan tahun 2016 ini memasuki tahun ketiga. Lomba ini diminati peserta, baik dari kalangan pemula dan anak-anak, sampai penulis cerpen yang biasa menulis untuk media massa dan buku. Tahun ini, peserta lomba yang mengirimkan naskah CERPEN tak kurang 1.500 orang dari seluruh Indonesia bahkan dari Malaysia dan Mesir.

Semua naskah lomba melewati tiga tahap seleksi, yaitu seleksi kelengkapan administrasi, seleksi awal dan seleksi final untuk menentukan para pemenang. Seleksi final Dewan Juri dilakukan secara terkonsentrasi dengan penilaian yang cermat. Seluruh elemen penjurian, mulai dari konsep imajinasi, struktur penceritaan dan plot, gaya dan logika bahasa, serta dimensi artistika – estetika – etika, diperhatikan sangat rinci.

“Cerpen tak hanya sebatas cerita. Cerpen itu juga medium yang menunjukkan frame untuk melihat kemampuan dan kemauan penulisnya mengelola imajinasi yang mampu mengharmonisasi nalar, naluri, perasaan, dan indria,”ungkap Bundo Free.

“Gak asal tulis. Bahasa yang dipergunakan dengan pola penceritaan juga menjadi perhatian,”sambung Wina Bojonegoro. “Juri menilai sampai ke titik koma, penggunaan kata sandang, penggunaan awalan dan akhiran, metafora, birama, dan pictures behind word. “Termasuk kejujuran dan kemampuan menghadirkan ide dan gagasannya secara lengkap, sesuai tema,”ujar Soesi.

Dalam rapat penentuan juara, seluruh Juri mengungkap argumen dan pertimbangannya masing-masing untuk melihat hasil akhir, sebagai kesinambungan proses dan hasil akhir.

Berdasarkan Keputusan Dewan Juri, sebagai sebagai pemenang lomba Perhutani Green Pen Award Ke-3 Tahun 2016, ditetapkan sebagai berikut:

Kategori A (SLTP dan sederajat), Pemenang 1 Cerpen berjudul Khayal, karya Mahram Hafiz (Banjarmasin – Kalimantan Selatan); Pemenang 2 Cerpen berjudul Vannantara karya Fauziah Syifa Salsabila (Serpong – Banten), Pemenang 3 Cerpen berjudul Kepompong Raksasa, karya Theresna Zahra Sembiring (Bandung – Jawa Barat). Lima Pemenang Harapan dalam kategori ini, masing-masing : Di Balik Jendela Biru karya Rane Kiran Anjali (Batam – Kepulauan Riau); Bangkitnya Sang Pembela karya Nur Abid Fadhllurrohaman (Blitar – Jawa Timur); Pesan Kecil untuk Cemara karya Hanifa Nabila Nugraha (Bandung – Jawa Barat); Janji Damar karya Sindy Fauziah (Tangerang – Banten); dan, Pohon Besar di Hutan Raya dan Si Belalang Kayu, karya Huriyah (Bengkulu – Provinsi Bengkulu).

Pada Kategori B (SLTA dan Mahasiswa) terpilih sebagai Pemenang 1, cerpen bertajuk Lelaki Yang Memakan Asap, karya Syahirul Alim Ritonga (Yogyakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta); Pemenang 2 : Laila Mendesis Penulis : Mazroatul Khusni (Lamongan – Jawa Timur); Pemenang 3 Hujan di Paru-Paru Desa, karya Wika G. Wulandari (Yogyakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta). Lima Pemenang Harapan pada kategori ini, masing-masing cerpen bertajuk Setangkai Lili Untuk Hutanku karya Sitra Nurul Izzat S. (Makassar – Sulawesi Selatan); Tumbangnya Pohon Bertuah, karya Gilar Prasetyo (Sukoharjo – Jawa Tengah); Menebang Iman karya Ramadani Saputra (Bandung – Jawa Barat); Sirkum karya Ilham Vahlevi (Malang – Jawa Timur); dan Lelaki Berkalung Akar karya Nurul Lailatis Sa’adah (Kudus – Jawa Tengah)

Pada Kategori C (Umum, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang), terpilih sebagai Pemenang 1 – Cerpen bertajuk : Mlangun karya Nur Hadi (Jepara – Jawa Tengah); Pemenang 2 Batang Murka karya Siti Mutiah (Kota Jambi – Jambi); Pemenang 3 : Ujung Hutan karya Agung Satriawan (Tangerang – Banten). 5 (Lima) Pemenang Harapan masing-masing terpilih Cerpen bertajuk : Lelaki Penjamah Emas karya Saiful Anwar (Demak – Jawa Tengah ); Senarai Luka di Hati Menalo karya Adam Yudhistira (Muara Enim – Sumatera Selatan); Galodo karya Muhammad Hafil (Depok – Jawa Barat); Setiap Jengkal Adalah Darahku karya Ruliani Indraswati (Cianjur – Jawa Barat); dan Eling-Eling karya Kuncanawati (Banjarnegara – Jawa Tengah).

Para pemenang akan mendapatkan hadiah berupa piala, piagam, dan uang tunai (dengan pajak hadiah ditanggung pemenang) per kategori, masing-masing : Kategori A (SLTP sederajat) : Pemenang 1 : piala, piagam, dan uang tunai Rp 3.000.000,00; Pemenang 2 : piagam dan uang tunai Rp 1.500.000,00; Pemenang 3 : piagam dan uang tunai Rp 1.000.000,00. 5 (Lima) Pemenang Harapan : piagam dan uang tunai Rp 500.000,00

Kategori B (SLTA dan Mahasiswa) : Pemenang 1 : piala, piagam, dan uang tunai Rp 4.000.000,00; Pemenang 2 : piagam dan uang tunai Rp 2.000.000,00; Pemenang 3 : piagam dan uang tunai Rp 1.500.000,00. 5 (Lima) Pemenang Harapan : piagam dan uang tunai Rp 750.000,00

Kategori C (Umum, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang), Pemenang 1 : piala, piagam, dan uang tunai Rp 5.000.000,00; Pemenang 2 : piagam dan uang tunai Rp 3.000.000,00; Pemenang 3 : piagam dan uang tunai Rp 2.000.000,00, dan 5 (Lima) Pemenang Harapan : piagam dan uang tunai Rp 1.000.000,00.

Panitia Perhutani Green Pen Award Ke-3 Tahun 2016 akan menghubungi pemenang melalui surat resmi. Perum Perhutani tidak menunjuk perwakilan atau lembaga manapun untuk menghubungi para pemenang atau penerimaan hadiah bagi pemenang. Keputusan Dewan Juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. | JM Fadhillah

Tanggal : 30 Maret 2016
Sumber : akarpadinews.com

]]>
Memaknai Kreativitas dan Imajinasi di Balik Cerpen https://stg.eppid.perhutani.id/memaknai-kreativitas-dan-imajinasi-balik-cerpen/ Wed, 30 Mar 2016 05:00:52 +0000 http://perhutani.co.id/?p=35179 AKARPADINEWS.COM, Jakarta (30/3) | SETIAP kali diminta menjadi juri sayembara atau lomba penulisan cerita pendek atau sejenisnya, hal pertama yang menarik perhatian saya adalah gagasan di balik tajuk dan tema, baik yang berkembang sebagai ilusi, fantasi, maupun imajinasi.

Meskipun banyak orang menempatkan ketiganya sebagai sesuatu yang sama, berupa khayalan. Saya membedakan ketiganya, meski dalam satu tarikan nafas.

Ilusi adalah khayalan yang berkembang sedemikian rupa dan mengembara mengarungi cakrawala khayali. Fantasi adalah khayalan yang berkembang secara khas dan bergerak antara empirisma dan non empirisma. Akan halnya imajinasi, saya pahami, sebagai deskripsi abstraktif yang berada di luar empirisma manusia, namun di dalamnya terdapat intuitive reason.

Karena itu, imajinasi bisa merupakan realitas kedua yang berangkat dari realitas pertama dalam kehidupan empiris, atau realitas kedua yang bisa dimanifestasikan dalam realitas pertama kehidupan sehari-hari yang bersifat empiristik.

Berbeda dengan novel, novellette, atau roman, yang menjadi ruang pengembaraan ilusi, fantasi, dan imajinasi yang relatif lebih luas, cerita pendek merupakan medium pengembaraan ilusi, fantasi, dan imajinasi yang berbatas dan terbatas. Kendati demikian, cerita pendek, sama dihidupkan oleh tiga daya utama : bahasa, plot, dan setting.

Dalam menilai naskah lomba cerita pendek Green Pen Award – Perhutani, yang bertema sentral pada hutan dan lingkungan, saya mengikuti alur dan bingkai tujuan penyelenggaraan lomba. Tentu dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang sangat mungkin dihasilkan oleh ilusi, fantasi, dan imajinasi penulis terkait dengan tema. Termasuk persinggungannya dengan realitas empirik mutakhir (aktual), seperti pembalakan hutan secara liar (illegal loging), dampak pembakaran hutan dalam kehidupan umat manusia, konservasi hutan dan korelasinya dengan lingkungan hidup, termasuk korelasi deforestasi (penebangan hutan) dengan beragam realitas pahit kehidupan sosial, seperti longsor, banjir bandang, dan lainnya.

Pun, korelasi hutan dan lingkungan dengan budaya dan peradaban manusia, yang mempertemukan realitas lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya.

Dari tiga kategori cerpen yang dilombakan (untuk anak setingkat SMP, SMA dan Mahasiswa, Masyarakat Umum, Guru, Dosen, dan penulis cerpen) tiga daya utama cerpen yang disebut di atas, menjadi basis penilaian. Selain ketiga hal itu, saya menggunakan pendekatan lain, yaitu framing atas imajinasi penulis, dengan demikian menjadi jelas perbedaan asasi antara cerpen dengan esai, prosa liris, atau bakan puisi, yang masing-masingnya mempunyai daya tersendiri sebagai medium.

Pendekatan ini sipergunakan, terutama untuk melihat korelasi karya cerpen peserta dengan upaya kolektif manusia memelihara lingkungan hidup, khasnya hutan, dengan ragam pendekatan dan metodologinya. Sekaligus daya gugah cerpen terhadap kesadaran individual dan kolektif kita menjalankan amanah alamiah: menjaga dan memelihara lingkungan hidup, sebagai ekspresi tanggungjawab terhadap alam.

Dari pendekatan ini, saya memperoleh gambaran menarik tentang daya ungkap para peserta lomba. Tidak hanya dalam konteks, hutan, lingkungan hidup, dan bumi semata. Melainkan juga ekspresi budaya masyarakat lokal (local wisdom dan local genuine)Indonesia dalam menyikapi realitas konkret lingkungan alam yang nyata. Termasuk berbagai fakta brutal yang menyertainya (pembakaran hutan, illegal loging, dampak sosial deforestasi, tak terkecuali degradasi moral).

Sebagian besar peserta yang karyanya masuk seleksi akhir, sekitar 100-an naskah dari ribuan naskah yang masuk, menunjukkan kepekaan untuk mengungkap korelasi nilai dalam menghadapi orientasi masyarakat modern terhadap lingkungan alam, khasnya hutan.

Mereka menghadirkan bagaimana kearifan dan kecerdasan lokal masyarakat lokal Dayak, Kajang, Papua, Orang Rimba, Sasak, dan lainnya sebagai benteng utama pelestarian lingkungan hidup. Khasnya hutan. Termasuk bagaimana nilai-nilai lokal tersebut memberi makna atas realitas hutan hujan tropis Indonesia.

Dari naskah-naskah cerita pendek yang kemudian menjadi pemenang, selain hal sedemikian, kita juga mendapatkan kesadaran baru untuk melihat lingkungan hidup dan kehutanan secara multidimensional. Termasuk dimensi nasionalisme, tradisi, spiritualitas dan religi, yang sungguh mencerminkan ciri dan cara menjadi sungguh Indonesia. Ciri dan cara untuk melihat Indonesia dalam konteks tanah air yang harus dijaga. Antara lain dengan policy design yang perlu melibatkan masyarakat, sehingga seluruh kebijakan tentang lingkungan hidup dan kehutanan kita, kelak merupakan kebijakan yang berakar kuat di masyarakat.

Laksana sebuah pohon, yang akarnya kokoh karena partisipasi sosial rakyat yang kuat dan bersungguh-sungguh. Tegakannya kuat menuju cakrawala, serta dedaunan, dahan, dan rantingnya tumbuh sebagai bagian dari berkah Tuhan bagi Indonesia kita.

Naskah-naskah cerpen yang masuk dan yang tampil sebagai pemenang, menarik sebagai refleksi untuk memperkuat kreativitas kita menjadi sungguh Indonesia |

*) Juri Perhutani Green Pen Award 3 – 2016

Tanggal : 30 Maret 2016
Sumber : akarpadinews.com

]]>