Perum Pehutani – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 26 Feb 2018 16:00:32 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Perum Pehutani – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani dan Kawai Tandatangani MOU Kelestarian Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/53429-2/ Mon, 26 Feb 2018 16:00:32 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=53429 JAKARTA, PERHUTANI (26/2/2018) | Sebagai wujud kepedulian terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup, Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna dan Presiden Direktur PT Kawai Indonesia, Hiroshi Ushio menandatangani nota kesepahaman tentang pembuatan hutan tanaman di kawasan hutan perum Perhutani di kantor Pusat Perum Perhutani, Jakarta pada Senin (26/2).

Turut hadir dalam pertemuan tersebut owner PT Kawai, Hirotaka Kawai beserta jajaran. Pada kesempatan itu dilakukan penyerahan piagam penghargaan atas partisipasi peningkatan mutu lingkungan dan percepatan penutupan luas kawasan hutan oleh Direktur Utama Perum Perhutani.

Kerjasama penanaman dilakukan di kawasan hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten yang sudah dimulai semenjak tahun 2007 hingga 2017 dengan luas kawasan yang ditanami seluas 500 ha.

“Perhutani mengucapkan terimakasih atas kerjasama yang terjalin dan mendukung niat baik PT Kawai untuk menghijaukan hutan Jawa, harapannya kedepan kerjasama ini dapat terus terjalin dan menjadi tanggung jawab Perhutani untuk dapat mengelola kawasan hutan yang telah ditanami ini menjadi lebih baik” ujar Denaldy.

Sebagai informasi PT Kawai Indonesia adalah perusahaan Jepang yang memproduksi alat musik piano dengan salah satu bahan dasarnya adalah kayu. PT Kawai melakukan kerjasama penanaman di kawasan hutan karena merasa terpanggil untuk ikut serta terhadap pelestarian mutu lingkungan hidup dan ekologi. (Kom-PHT/PR/2018/II-7)

]]> TNI-Perhutani Mulai Kembangkan Ternak Lebah di Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/tni-perhutani-mulai-kembangkan-ternak-lebah-di-hutan/ Mon, 11 Dec 2017 06:34:10 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=51216 SUARAMERDEKA.COM (11/12/17) | Aparat TNI Koramil Sulang bekerja sama dengan Perhutani KPH Mantingan serta Asosiasi Peternak Lebah Jateng, melakukan aksi penanaman 2.500 bibit pohon randu untuk pengembangan ternak lebah di masa mendatang. Aksi penanaman dilakukan di kawasan hutan BKPH Sudo mulai Sabtu (9/12).

Waka Adm Perhutani KPH Mantingan, Rofi Tri Kuncoro mengungkapkan, pemilihan pohon randu lantaran untuk kepentingan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar. Pohon randu tersebut ke depan nanti akan digunakan sebagai sarang ternak lebah untuk menghasilkan madu.

Ia menyebutkan, target luasan lahan hutan yang akan ditanami randu adalah sepanjang sekitar 55 kilometer. Sementara ini, pada tanam randu perdana area hutan yang digunakan adalah sepanjang 7,5 kilometer. “Selain Koramil, kami juga melibatkan LMDH terdekat, seperti Pelemsari, Warugunung dan Podorejo. Aksi tanam ini akan terus berlanjut keliling ke batas kawasan hutan KPH Mantingan,” jelas Rofi.

Ia mengungkapkan, penanaman bibit randu akan terus dilakukan dalam jangka panjang dengan target bibit tertanam mencapai 50 ribu pohon. Untuk bibitnya, melalui kerja sama dengan Asosiasi Peternak Lebah Jateng, akan didatangkan dari wilayah Pati.

Sementara itu, Danramil 03 Kapten Sutrisno menjelaskan, sudah dari awal pihaknya terlibat dalam rangka pelestarian kawasan hutan. Sebelum terlibat dalam aksi tanam ribuan pohon randu, Koramil Sulang juga telah secara berkesinambungan melakukan penghijaun di kawasan hutan lainnya.

“Kami komitmen untuk kelestarian hutan. Selain ikut dalam penanaman bibit pohon baru, kami juga ikut serta dalam kegiatan patroli bersama dengan petugas Perhutani untuk mengantisipasi adanya pembalakan liar,” paparnya.

Sumber : suaramerdeka.com
Tanggal : 11 Desember 2017

]]> Yuk Selfie di Wisata Batu Kuda Perhutani Bandung Utara https://stg.eppid.perhutani.id/yuk-selfie-wisata-batu-kuda-perhutani-bandung-utara/ Wed, 13 Jul 2016 02:46:18 +0000 http://perhutani.co.id/?p=38529 Dok.Kom-PHT/Bdu @2016

Dok.Kom-PHT/Bdu @2016

BANDUNG UTARA, PERHUTANI (13/7/2016) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara menawarkan Kawasan wisata  Batu Kuda, Lahan sejuk yang berada di lereng Gunung Manglayang ini merupakan kawasan hutan pinus dengan luas sekitar 20 Ha yang terletak di Timur kota Bandung tepatnya di Kampung Cikoneng, Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Berada di ketinggian 1150-1300 mdpl dengan morfologi wilayahnya berbukit, kawasan Batu Kuda memiliki suhu udara antara 19-27 derajat celcius. Menikmati suasana adem Batu Kuda juga bisa dilakukan sambil kemping di area bumi perkemahannya. Biasanya setiap akhir pekan hari libur seperti tahun baru, banyak pegiat alam bebas rama-ramai membangun tenda dan membuat api unggun. Bahkan, tidak jarang pasangan yang akan menikah melakukan foto pre-wedding di kawasan hutan pinus Batu Kuda.

Aktivitas yang bisa dilakukan selain pencinta traveling untuk selfie, trackking, fun hiking, hunting foto.

Fasilitas yang tersedia berupa toilet, mushola, area parkir dan warung – warung makanan dengan karcis masuk relative murah sebesar Rp. 7.500

Tempat ini memiliki luas area sekitar 20 hektare dan berada di dataran tinggi dengan udara yang sangat segar dan sejuk. Selain udara segar dan sejuknya, panorama alam hijau dipenuhi pohon pinus, cemara dan kaliandra membuat Batu Kuda Gunung Manglayang ini menjadi favorit untuk melepas penat. Tak hanya itu, ada pula sumber mata air pegunungan yang dijadikan sumber air bagi masyarakat setempat. Airnya begitu jernih dan segar. Sayang sekali bila tak main air di tempat ini.

Dinamakan batu kuda karena di sini ada sebuah batu besar yang menyerupai kuda. Menurut mitos, ada seekor kuda terbang cepat jatuh di wilayah ini. Kuda tersebut terperosok di sebuah tempat yang tidak jauh dari titik sanghiyang atau kaki gunung dan ia terjebak dalam waktu yang cukup lama. Lambat laun kuda tersebut berubah menjadi batu hingga dinamakanlah Batu Kuda. Kehadiran Batu Kuda menjadi alternatif wisata alam sambil menikmati mitos yang berkembang seekor Kuda yang berubah menjadi batu. (Kom-PHT/Bdu/Reni)

Editor : Dadang K Rizal

Copyright ©2016

]]>
Perhutani dan Kejaksaan Agung RI Kerjasama Penanganan Masalah Hukum https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-dan-kejaksaan-agung-ri-kerjasama-penanganan-masalah-hukum/ Fri, 29 Apr 2016 08:58:40 +0000 http://perhutani.co.id/?p=36341 2016-4-29 MoU Kejaksaan

Dok.Kom-PHT/Kanpus @2016

JAKARTA, PERHUTANI, Jumat, 29 April 2016 | Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar dan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun) Bambang Setyo Wahyudi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang Penanganan Masalah Hukum Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, bertempat di Kejaksaan Republik Indonesia, Jakarta, Jumat pagi (29/4/2016).

Penandatanganan nota kesepahaman penanganan masalah hukum Perdata dan Tata Usaha Negara antara Perum Perhutani dengan Kejaksaan Agung ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas penyelesaian masalah hukum Perdata dan Tata Usaha Negara di dalam maupun di luar pengadilan yang dihadapi Perum Perhutani serta mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi di Perhutani maupun Kejaksaan Republik Indonesia dalam penyelesaian masalah hukum Perdata dan Tata Usaha Negara.

Kerjasama kedua pihak ini merupakan kerjasama lanjutan antara Perhutani dengan Jamdatun Kejaksaan Republik Indonesia sebelumnya pada tanggal 12 Juni 2012, meliputi kerjasama pemberian bantuan hukum (mewakili), pemberian pertimbangan hukum, dan tindakan hukum lain seperti mediator atau fasilitator.

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar menyatakan bahwa kerjasama ini sangat positif guna menghindari terjadinya masalah atau sengketa hukum. Kejaksaan RI dapat membantu memberikan pertimbangan hukum termasuk pendampingan dalam pembuatan produk-produk hukum di Perum Perhutani.

“Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pengelola 2,4 juta hektar hutan di Pulau Jawa dan Madura, Perhutani seringkali menghadapi persoalan kompleks dalam mengamankan kawasan hutan Negara tersebut. Guna mengantisipasi dan menghadapi permasalahan atau sengketa hukum khususnya dalam bidang perdata dan tata usaha negara yang dihadapi Perhutani maupun Anak Perusahaan-nya, maka sangat perlu adanya kerjasama seperti ini”, demikian Mustoha Iskandar.

Sementara itu Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara, Bambang Setyo Wahyudi pada kesempatan tersebut menyatakan mendukung kerjasama tersebut.

“Kami sangat mendukung kerjasama ini. Dengan adanya kerjasama ini, kami dapat membantu Perum Perhutani dalam mengamankan sumber daya hutan sebagai salah satu aset negara”, jelasnya. (Kom-PHT/Kanpus/release)

 

]]>
Pengumuman Pemenang Perhutani Green Pen Award 3 Tahun 2016 https://stg.eppid.perhutani.id/pengumuman-pemenang-perhutani-green-pen-award-3-tahun-2016/ Tue, 29 Mar 2016 08:28:09 +0000 http://perhutani.co.id/?p=35078 JAKARTA, PERHUTANI (29/3/2016) I Perum Perhutani untuk ketiga kalinya menyelenggarakan Lomba Menulis Cerita Pendek Hutan dan Lingkungan – Perhutani Green Pen Award 3 Tahun 2016 yang pengumumannya ditetapkan pada hari ini Selasa (29/3/2016), bertepatan dengan Hari Jadi Perum Perhutani Ke-55.

Salah satu tujuan penyelenggaraan Perhutani Green Pen Award adalah mencari penulis-penulis muda berbakat, meningkatkan daya imajinasi, empati, simpati, dan kepekaan generasi muda terhadap sumberdaya hutan dan lingkungan melalui sastra tulis; meningkatkan rasa cinta dan kesadararan generasi muda pada kelestarian hutan dan lingkungan hidup; serta meningkatkan citra perusahaan pada generasi muda Indonesia.

Perhutani Green Pen Award mulai diadakan pada tahun 2014, 2015 dan pada tahun 2016 ini memasuki tahun ketiga. Peserta lomba yang mengirimkan naskah CERPEN lebih kurang 1.500 orang dari seluruh Indonesia bahkan dari mancanegara seperti Malaysia dan Mesir.

Naskah-naskah yang masuk diseleksi tiga tahap, yaitu seleksi kelengkapan administrasi, seleksi awal dan seleksi final untuk menentukan para pemenang. Berdasarkan Keputusan Dewan Juri, ditetapkan sebagai pemenang lomba Perhutani Green Pen Award Ke-3 Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Kategori A (SLTP dan sederajat)
Pemenang 1
Judul Cerpen : Khayal
Penulis : Mahram Hafiz (Banjarmasin – Kalimantan Selatan)

Pemenang 2
Judul Cerpen : Vannantara
Penulis : Fauziah Syifa Salsabila (Serpong – Banten)

Pemenang 3
Judul Cerpen : Kepompong Raksasa
Penulis : Theresna Zahra Sembiring (Bandung – Jawa Barat)

5 (Lima) Pemenang Harapan
Judul Cerpen : Di Balik Jendela Biru
Penulis : Rane Kiran Anjali (Batam – Kepulauan Riau)

Judul Cerpen : Bangkitnya Sang Pembela
Penulis : Nur Abid Fadhllurrohaman (Blitar – Jawa Timur)

Judul Cerpen : Pesan Kecil Untuk Cemara
Penulis : Hanifa Nabila Nugraha (Bandung – Jawa Barat)

Judul Cerpen : Janji Damar
Penulis : Sindy Fauziah (Tangerang – Banten)

Judul Cerpen : Pohon Besar di Hutan Raya dan Si Belalang Kayu
Penulis : Huriyah (Bengkulu – Provinsi Bengkulu)

Kategori B (SLTA dan Mahasiswa)
Pemenang 1
Judul Cerpen : Lelaki Yang Memakan Asap
Penulis : Syahirul Alim Ritonga (Yogyakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta)

Pemenang 2
Judul Cerpen : Laila Mendesis
Penulis : Mazroatul Khusni (Lamongan – Jawa Timur)

Pemenang 3
Judul Cerpen : Hujan di Paru-Paru Desa
Penulis : Wika G. Wulandari (Yogyakarta – Daerah Istimewa Yogyakarta)

5 (Lima) Pemenang Harapan
Judul Cerpen : Setangkai Lili Untuk Hutanku
Penulis : Sitra Nurul Izzat S. (Makassar – Sulawesi Selatan)

Judul Cerpen : Tumbangnya Pohon Bertuah
Penulis : Gilar Prasetyo (Sukoharjo – Jawa Tengah)
Judul Cerpen : Menebang Iman
Penulis : Ramadani Saputra (Bandung – Jawa Barat)

Judul Cerpen : Sirkum
Penulis : Ilham Vahlevi (Malang – Jawa Timur)

Judul Cerpen : Lelaki Berkalung Akar
Penulis : Nurul Lailatis Sa’adah (Kudus – Jawa Tengah)

Kategori C (Umum, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang)
Pemenang 1
Judul Cerpen : Mlangun
Penulis : Nur Hadi (Jepara – Jawa Tengah)

Pemenang 2
Judul Cerpen : Batang Murka
Penulis : Siti Mutiah (Kota Jambi – Jambi)

Pemenang 3
Judul Cerpen : Ujung Hutan
Penulis : Agung Satriawan (Tangerang – Banten)

5 (Lima) Pemenang Harapan
Judul Cerpen : Lelaki Penjamah Emas
Penulis : Saiful Anwar (Demak – Jawa Tengah )

Judul Cerpen : Senarai Luka di Hati Menalo
Penulis : Adam Yudhistira (Muara Enim – Sumatera Selatan)

Judul Cerpen : Galodo
Penulis : Muhammad Hafil (Depok – Jawa Barat)

Judul Cerpen : Setiap Jengkal Adalah Darahku
Penulis : Ruliani Indraswati (Cianjur – Jawa Barat)

Judul Cerpen : Eling-Eling
Penulis : Kuncanawati (Banjarnegara – Jawa Tengah)

Para pemenang akan mendapatkan hadiah berupa piala, piagam, dan uang tunai (pajak hadiah ditanggung pemenang) per kategori, yaitu:
Kategori A (SLTP sederajat) :

  • Pemenang 1 : piala, piagam, dan uang tunai Rp 3.000.000,00
  • Pemenang 2 : piagam dan uang tunai Rp 1.500.000,00
  • Pemenang 3 : piagam dan uang tunai Rp 1.000.000,00
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan : piagam dan uang tunai Rp 500.000,00

Kategori B (SLTA dan Mahasiswa)

  • Pemenang 1 : piala, piagam, dan uang tunai Rp 4.000.000,00
  • Pemenang 2 : piagam dan uang tunai Rp 2.000.000,00
  • Pemenang 3 : piagam dan uang tunai Rp 1.500.000,00
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan : piagam dan uang tunai Rp 750.000,00

Kategori C (Umum, Guru, Dosen, Penulis/Pengarang)

  • Pemenang 1 : piala, piagam, dan uang tunai Rp 5.000.000,00
  • Pemenang 2 : piagam dan uang tunai Rp 3.000.000,00
  • Pemenang 3 : piagam dan uang tunai Rp 2.000.000,00
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan : piagam dan uang tunai Rp 1.000.000,00

Para pemenang akan dihubungi oleh Panitia Perhutani Green Pen Award Ke-3 Tahun 2016 melalui surat resmi. Perum Perhutani tidak menunjuk perwakilan atau lembaga manapun untuk menghubungi para pemenang atau penerimaan hadiah bagi pemenang. Keputusan Dewan Juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. Selamat kepada pemenang.

]]>
Modal Bangsa Yang Diperlakukan Bak Mendapat Durian Runtuh https://stg.eppid.perhutani.id/modal-bangsa-yang-diperlakukan-bak-mendapat-durian-runtuh/ Tue, 25 Aug 2015 07:19:39 +0000 http://perhutani.co.id/?p=25785 Kompas – Selama berpuluh tahun bangsa ini telah keliru memperlakukan sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan. Sumber daya alam yang selama ini memenuhi perut bumi kepulauan Nusantara mulai dari Provinsi Aceh hingga Papua dianggap sebagai durian runtuh sehingga dijual cepat sekalipun masih mentah.
Sumber daya alam (SDA) merupakan modal bangsa dan bukan produk akhir yang bisa dijual. “Bisa dikatakan konyol sekali kalau modal itu kita jual,” ujar Syarif Bastaman (Syabas), pengusaha yang bergerak dalam bidang energi, perkebunan kelapa sawit, dan perikanan. Pengelolaan seperti ini selain akan menghabiskan kekayaan bumi Nusantara juga tidak pernah bisa menyejahterakan rakyat.
Sebab, dana hasil jual bahan mentah dibelanjakan rakyat untuk membeli barang jadi hasil produk luar negeri yang harga satuannya jauh lebih mahal. Mantan anggota DPR yang membidangi masalah SDA itu mencontohkan eksploitasi pasir besi di pantai selatan Pulau Jawa. Hasil kalkulasinya, harga pasir besi hanya dijual 50 dollar AS per ton.
Setelah diproses menjadi bahan setengah jadi, harganya menjadi 400 dollar AS per ton. “Jika kita membeli baja sebagai produk jadi, harganya 1.500 dollar AS per ton,” ujar Syabas, Rabu (5/8), di Jakarta. Pola ini terjadi hampir pada semua bahan baku yang diekspor, mulai dari timah, tembaga, nikel, bijih besi, hingga produk derivatif gondorukem, yakni hasil pemanasan getah pinus produksi Perum Perhutani.
Pola jual cepat bahan mentah hasil bumi republik ini juga didukung oleh permintaan yang tinggi. Contohnya, kebutuhan pasar produk kimia berbahan baku getah pinus, termasuk jenis alphapinene dan betapinene, dunia mencapai 600.000 ton per tahun.
Indonesia melalui Perum Perhutani baru memenuhi sekitar 10 persen kebutuhan dunia yang harga produknya 2.000-4.000 dollar AS per ton dan tertinggi 15.000 dollar AS. Badan usaha milik negara (BUMN) kehutanan ini memang sudah menjual produk pinene (alphapinene) ke luar negeri dari Perhutani Pine Chemical Industry (PPCI), pabrik baru Perhutani di Pemalang, Jawa Tengah.
Produk ini masih memiliki kualitas kemurnian minimal 97,5 persen karena merupakan bahan baku produk akhir lain seperti lem kertas atau minyak wangi. Harga satu botol plastik kecil lem kertas berisi 0,2 kilogram di pasar eceran Rp 14.000. Produk hasil bangsa Jerman itu dijual sampai pelosok pedesaan di Kabupaten Bandung, tempat Perhutani memproduksi gondorukem.
Nilai tambah
Dengan memproduksi barang yang masih dalam bentuk setengah jadi untuk bahan baku produk akhir lain, PPCI sudah mampu menghimpun 80 tenaga kerja langsung plus berbagai nilai tambah lainnya. Bayangkan kalau produk akhir itu dibuat di dalam negeri, semua nilai tambah termasuk kesempatan kerja akan tumbuh di Nusantara ini.
Oleh karena itu, ahli industri pengolahan yang juga Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Mubiar Purwasasmita menekankan, posisi SDA yang tidak terbarukan, seperti minyak bumi, batubara, timah, bijih besi, dan mineral lainnya, jangan lagi diperlakukan seperti SDA terbarukan. Sejak awal SDA tidak terbarukan harus digali dan diolah serta dikelola secara terpadu dan berkelanjutan dengan SDA terbarukan.
“Langkah kita keliru, bahan mentah itu dijual cepat-cepat asal jadi duit. Padahal, SDA tidak terbarukan lebih baik disimpan sampai kita memiliki kemampuan mengolahnya secara baik,” tutur Mubiar, Selasa (4/8), di Bandung. Kekeliruan itu juga terjadi pada pengelolaan SDA terbarukan seperti industri agro perkebunan.
Selain biayanya mahal, konsep perkebunan monokultur malah menghilangkan keanekaragaman yang nilainya bisa lebih menyejahterakan rakyat banyak.
Kuncinya sekarang, menurut Syabas, jangan pernah lagi menjual barang mentah dalam sektor apa pun, apalagi dalam SDA. Sudah saatnya bangsa ini bekerja keras merebut teknologi dan investasi agar proses industrialisasi atau hilirisasi terjadi di dalam negeri.
Dalam kaitan itu, pemerintah sejak awal 2014 telah menerapkan kebijakan larangan ekspor bahan mentah mineral. Larangan ekspor ini diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara walaupun hasilnya butuh waktu.
Hingga pertengahan 2015, sejumlah pertambangan belum selesai membangun smelter atau pengolahan dan pemurnian mineral mentah. Malah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said pernah kecewa lantaran perusahaan tambang emas dan tembaga di Kabupaten Mimika, Papua, PT Freeport Indonesia, dianggap lamban membangun smelter(Kompas, 9/7).
Walau demikian, langkah pemerintah dinilai Syabas sudah benar, yakni memperpanjang proses produksi di setiap sektor, terutama SDA. Dengan kebijakan itu, nilai tambah akan tertahan sebanyak-banyaknya di dalam negeri, sekaligus menciptakan banyak lapangan kerja dan multiplier effect yang luar biasa.
Panas bumi
Salah satu potensi SDA yang sangat besar dan belum termanfaatkan secara optimal adalah energi panas bumi. Sesuai data Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, negeri ini memiliki potensi 29.475,5 megawatt (Maret 2015) yang tersebar di seluruh Indonesia. Sementara kapasitas terpasang baru 401 MW, ditambah kapasitas PLTP Kamojang V di Kabupaten Bandung 35 MW.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi yang diresmikan Presiden Joko Widodo awal Juli lalu itu dibangun dengan investasi 104,03 juta dollar AS dan menyerap 1.200 tenaga kerja dalam proses pembangunannya. Sebagai gambaran, kapasitas terpasang PLTP Kamojang seluruhnya 235 MW mampu memenuhi kebutuhan listrik bagi 470.000 keluarga.
Mahalnya investasi dan tingginya risiko pada pengelolaan panas bumi, menurut Arif Munandar, ahli panas bumi dari PSDG, merupakan salah satu faktor rendahnya pemanfaatan SDA ini. Pengembangan panas bumi dalam kondisi normal memerlukan waktu 69 bulan, mulai dari proses lelang, eksplorasi, eksploitasi, persiapan produksi, hingga kegiatan komersial. Ditambah izin usaha pertambangan 30 tahun, jangka waktu pemanfaatan energi ini sekitar 37 tahun.
Untuk mempermudah proses pemanfaatan panas bumi, pemerintah telah mengesahkan UU No 21/2014 sebagai perubahan dari UU No 27/2003 tentang Panas Bumi. Kepala PSDG Hedi Hidayat menilai, ini merupakan salah satu langkah strategis dalam mengembangkan panas bumi sebagai salah satu tumpuan energi nasional.
Kepala Subdirektorat Pelayanan dan Bimbingan Usaha Panas Bumi Direktorat Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Budi Herdiyanto menjelaskan, revisi UU No 21/2014 antara lain pengusahaan panas bumi tak lagi dikategorikan sebagai kegiatan pertambangan sehingga pengusahaan panas bumi dapat dilakukan di atas lahan konservasi.
Pemberian izin panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung menjadi kewenangan pemerintah pusat. Di lain pihak, pemegang izin panas bumi wajib memberikan bonus produksi kepada pemerintah daerah.
(Dedi Muhtadi)
Sumber : Kompas, hal. 24
Tanggal : 25 Agustus 2015

]]>
Gua Kiskenda, Penuh Dengan Cerita Legenda https://stg.eppid.perhutani.id/gua-kiskenda-penuh-dengan-cerita-legenda/ Fri, 24 Apr 2015 01:26:41 +0000 http://perhutani.co.id/?p=20224 viva.co.id – Gua Kiskenda terletak di desa Trayu, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Gua ini terletak 15 kilometer ke arah selatan dari kota Kendal melewati kota Kaliwungu.

Untuk menuju gua Kiskenda, selain dari Kaliwungu, bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi selama satu jam perjalanan dari kota Semarang. Setelah sampai di daerah Boja, Anda akan melewati perkebunan karet, dan melewati pedesaan yang sunyi. Sesampainya dilokasi, Anda akan merasakan udara yang menyegarkan, hal ini karena gua ini terletak pada dataran tinggi.

Setelah kita masuk ke komplek Gua Kiskendo, kesan yang didapat adalah kondisi alam yang masih alami, dan suasana sunyi yang memberi kesan misterius pada gua ini. Meskipun gua ini memiliki pemandangan yang mengagumkan, nampaknya gue ini belum dikelola dengan baik.

Gua Kiskenda memiliki daya tarik obyek berupa pemandangan alam hutan, keanekaragaman flora fauna, dan seringkali terlihat lutung berwarna hitam. Gua Kiskenda yang memiliki luas area 6,50 Ha ini relatif masih terjaga keasriannya. Untuk menjaga keasriannya, gua Kiskenda ini dikelola Perum Perhutani.

Untuk menuju lokasi mulut gua, Anda akan ditantang dengan menyusuri jalan setapak yang berbatu dan cukup curam. Begitu menuruni anak tangga gua, terasa hembusan angin yang sejuk suara serta gemericik air yang alami.

Suasana lorong-lorong di dalam gua terlihat indah, dihiasi dengan ornamen stalagmit dan stalagtit dari tetesan air yang turun ke bawah yang telah berusia puluhan, atau mungkin ratusan tahun.

Gua ini mempunyai sungai yang mengalir di dalamnya. Mengalirnya anak sungai yang membentuk cekungan di dalam goa menambah sejuk dan indah suasananya. Cekungan anak sungai ini dikenal dengan sebutan Kedung Jagan. Terdapat larangan mandi di sungai, namun pada saat air surut banyak juga warga sekitar yang mandi di sini. Airnya terasa sejuk dan menyegarkan.

Selain gua utama yang berukuran besar, di sini juga terdapat gua lain yang ukurannya lebih kecil. Bahkan pada beberapa bagian gua ini, juga biasa digunakan untuk olahraga panjat tebing.

Gua Kiskenda Kendal Jawa Tengah
Gua Kiskenda, Kendal, Jawa Tengah. Foto: VIVA.co.id/Dody Handoko

Di dalamnya terdapat gua-gua kecil yang dijuluki berbagai sebutan, misalnya gua Lawang, gua Kampret, gua Pertapaan, dan gua Kempul. Gua yang terakhir dinamai Kempul karena jika dipukul-pukul mengeluarkan bunyi seperti kempul atau alat musik gong.

Di masyarakat sekitar terdapat cerita legenda yang masih populer hingga saat ini. Legenda itu mengisahkan dua prajurit yang akan menggagalkan perkawinan Maesasura dengan Dewi Tara yang berada di Kahyangan.

Alkisah, Maesasura adalah Raja Sapi yang hendak melamar bidadari bernama Dewi Tara yang berparas cantik jelita yang ada di Kahyangan. Bersama dua patihnya yaitu Jatasura dan Lembusura, memaksa agar bisa membawa Dewi Tara untuk dijadikan permaisurinya.

Bathara Guru yang mendengar kabar tersebut segera memerintahkan Bathara Sambu untuk memnghalangi niat Maesasura yang baru sampai di Gua Kiskenda. Bathara Guru juga memerintahkan dua kesatria berwujud kera, yaitu Subali dan Sugriwa untuk menghadang Maesasura.

Bathara Guru yakin dua kesatria inilah yang dapat mengalahkan Maesasura. Bathara Guru juga berjanji, siapa yang dapat membawa Dewi Tara kembali, dialah yang berhak mempersuntingnya.

Maka dengan penuh semangat dan harapan, berangkatlah Subali dan Sugriwa ke Gua Kiskendo. Sesampainya di mulut Gua, Subali masuk lebih dulu ke dalam gua sambil berjanji meniggalkan pesan kepada Sugriwa yang menuggu di luar gua, pesannya kalau nanti ada darah merah mengalir ke luar lewat mulut gua, berarti dia berhasil mengalahkan Maesasura.

Dan seandainya yang mengalir keluar gua itu darah berwarna putih, maka sebenarnya Subali telah mati. Sampailah Subali di dalam gua, di sana Subali menjumpai Maesasura, Jatasura, dan Lembusura.

Pertempuran hebat pun terjadi. Singkat cerita, Subali dapat mengalahkan ketiga-tiganya dengan tubuh hancur lebur luluh lantak, sehingga menimbulkan air sungai yang mengalir keluar gua berwarna merah bercampur dengan otak yang hancur.

Melihat darah yang mengalir berwarna putih dan merah, Sugriwa pun mengira Subali telah tewas melawan Maesasura. Sugriwa pun kemudian bergegas menutup rapat-rapat pintu gua dengan batu besar untuk kemudian ia menghadap Bathara Guru.

Subali menyangka perbuatan yanng dilakukan Sugriwa adalah strategi untuk dapat menyunting Dewi Tara. Keduanya akhirnya terjadi perselisihan dan pertengkaran hebat akibat kesalahpahaman tadi. Sugriwa ternyata tidak dapat menggungguli Subali yang lebih sakti. Akhirnya Subali lah yang dapat menyuntung Dewi Tara. Subali pun menjadi raja kera di gua Kiskenda. (ren)

Sumber : viva.co.id
Tanggal : 24 April 2015

]]>
Bisnis Kopi Perlu Terkonsep https://stg.eppid.perhutani.id/bisnis-kopi-perlu-terkonsep/ Mon, 06 Apr 2015 06:42:03 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19781 BANDUNG, (PR).-Berkembangnya jumlah usaha kedai atau kafe kopi di Kota Bandung dan sekitarnya, dinilai perlu ditunjang dengan pengembangan konsep bisnis yang lebih jelas. Ini sebagai salah satu upaya mengembangkan segmentasi bisnis kafe di Bandung dan sekitarnya, sekaligus memunculkan ikon kopi arabika Priangan secara kuat di daerah sendiri.

Pebisnis kopi asal Bandung, Iyus Supriatna, di Bandung, Minggu (5/4/2015) mengatakan, bisnis kafe dan kedai kopi kini menjadi salah satu lahan usaha yang berkembang dan menguntungkan digeluti sejumlah pihak, termasuk di Bandung dan sekitarnya. Jumlahnya mulai bertambah, mulai skala kecil, sedang, dan besar, dengan membidik masing-masing segmen pasar, mulai sekadar peminum sampai peminat, baik di lingkungan permukiman, kawasan bisnis dan pemerintahan, dan wisata, serta tempat-tempat lainnya.

Hanya saja, katanya, di tengah fenomena ini, umumnya belum memiliki konsep yang benar-benar layaknya sebuah bisnis kafe atau kedai kopi. Namun sebagian pihak sudah mencoba mengembangkan kedai atau kafe kopi dengan konsep yang kepada bisnis secara layak.

Menurut dia, dalam pengembangan bisnis kedai dan kafe kopi, khususnya para pebisnis yang mencoba segmen pasar menengah ke atas, perlu memperhatikan pemilahan masing-masing bahan baku dari tiga jenis produk mkopi yang terdapat dalam rumpun kopi Arabika. Misalnya, dipilah kopi arabika jenis typica, bourbon, dan hybrido de timor, di mana untuk Priangan selama ini ada jenis lini s, sigararutang, kopi buhun, ateng super, dll.

“Nah, sebaiknya dari berbagai produk arabika Priangan yang disajikan dalam bisnis kafe, menjadi lebih dipilah-pilah lagi berdasarkan jenisnya. Ini akan lebih memberikan jaminan rasa, serta tawaran aneka selera lebih jelas kepada para calon konsumen,” ujar Iyus yang juga Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jawa Barat ini.

Bisnis kedai kopi sendiri, diketahui bervariasi modalnya mulai yang hanya bermodal minimal Rp 3 juta sampai puluhan juta rupiah yang kini menjadi salah satu lahan usaha menarik. Kota Bandung serta kabupaten di Jawa Barat lainnya, yang dikenal sebagai kota pariwisata maupun bisnis, banyak mengalami peningkatan konsumsi kopi, termasuk di kawasan pariwisata yang berhawa sejuk misalnya Bandung Utara, Bandung Selatan, dan kawasan Puncak.

Panen mundur

Soal musim panen kopi tahun 2015 ini, disebutkan Iyus, diduga akan mundur ke bulan Mei dari seharusnya April ini sudah panen besar. Ini disebabkan pengaruh cuaca, di mana proses pembungaan pada awal tahun lalu kurang optimal, sehingga mempengaruhi masa pemasakan buah dari hijau ke merah agak lebih lama.

Soal harga yang sampai ke petani, disebutkan, saat ini berkisar Rp 6.000/kg gelondongan petik merah, sedangkan saat sudah menjadi green bean sekitar 5-6 dolar AS/kg (jika harga 1 dolar AS sekitar Rp 13.000, nilainya Rp 65.ooo-78.ooo/kg). Kopi arabika Priangan menjadi patokan harga di Indonesia, karena semua pebisnis domestik maupun eksportir membutuhkan, sebagai pencampur untuk membuat produk kopi asal Indonesia lainnya lebih enak rasanya.

Sementara itu, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Bandung Selatan memperkirakan, untuk musim panen kopi arabika tahun 2015 ini, diprediksi diperoleh dari luas pengusahaan 1.679 hektare yang umumnya diusahakan oleh masyarakat petani desa hutan. Kawasan yang akan panen besar tahun ini, terdiri Pangalengan, Pasirjambu, Ciwidey, dan sejumlah lainnya.

Kaur Humas KPH Bandung Selatan. Isep, mengatakan, dari luapan areal tersebut, terdapat 981.000 pohon kopi arabika. Diperhitungkan, akan diperoleh hasil panenan sekitar 72 ton pada tahun 2015 ini.

Pebisnis kopi asal Bandung lainnya, Busono, potensi bisnis kopi asal Jawa Barat yang bersiap bangkit lagi, muncul pula dari jenis robusta. Ini disebabkan, kopi robusta asal Jawa Barat dari rasa ternyata lebih diminati dibandingkan produksi Sumatra, namun produksi kopi robusta di Jawa Barat masih terbatas karena belum banyak peremajaan tanaman.

(Kodar Solihat) ***
Sumber : Pikiran Rakyat, hal. 26
Tanggal : 6 April 2015

]]>