PHBM – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 21 Sep 2020 06:31:55 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png PHBM – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Jaga Areal Hutan, Perhutani KPH Bandung Selatan Optimalkan Pola PHBM https://stg.eppid.perhutani.id/jaga-areal-hutan-perhutani-kph-bandung-selatan-optimalkan-pola-phbm/ https://stg.eppid.perhutani.id/jaga-areal-hutan-perhutani-kph-bandung-selatan-optimalkan-pola-phbm/#respond Sat, 19 Sep 2020 06:26:59 +0000 http://eppid.perhutani.co.id/?p=127645 TIMESINDONESIA.CO.ID (19/9/2020) | Untuk menjaga areal hutan agar tetap produktif, Perum Perhutani KPH Bandung Selatan saat ini akan mulai mengoptimalkan pola PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat).

Dalam pola itu Perum Perhutani merangkul masyarakat dibawah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang diperbolehkan menanam kopi diantara tanaman kayu atau tanaman produksi melalui kerja sama.

Administratur KPH Bandung Selatan Tedy Sumarto mengatakan kontribusi Perum Perhutani KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Bandung Selatan dalam hal ketahanan pangan sudah dirasakan oleh masyarakat

“Hal ini dari sinergitas kami yang telah terjalin baik dengan LMDH yang kami bina melalui sejumlah program, kegiatan dan kerjasama, selain komoditas Kopi, pemberdayaan masyarakat kami lakukan juga melalui kegiatan penyadapan getah pinus,” ujar Tedy kepada wartawan, Sabtu (19/9/2020).

Tedy menjelaskan, dampak dari pandemi Corona saat ini sangat dirasakan memukul semua sektor begitupun komoditi kopi. Meski demikian, pihaknya terus mengajak masyarakat melalui kegiatan penyadapan getah pinus.

“Di tengah lesunya harga kopi, adalah tugas kami mengajak masyarakat untuk menyadap getah pinus, khususnya bagi mereka yang berada di dekat kawasan hutan, dan hasilnya ada peningkatan 20 persen tenaga kerja penyadap dari masyarakat lokal, tentu akan mendongkrak capaian kinerja dan produktivitas dari sektor sadapan getah pinus,” imbuhnya.

Disinggung terkait target dan strategi produktivitas sadapan getah, Tedy menerangkan hingga saat ini capaian kinerja KPH Bandung Selatan masih 62% dari target tahun 2020 sebesar 2.128 ton.

“Sebetulnya tren tahun ini lebih tinggi dari tahun lalu, kuncinya adalah pendekatan sosial. Berikan apresiasi kepada mereka (tenaga penyadap.red). Selain itu kita terus mencoba memanfaatkan, menggali lagi potensi sadapan tidur,” ungkap Tedy.

Menyikapi aspek penilaian kinerja KPH Bandung Selatan, Tedy menyampaikan selain pendapatan hasil sadapan dan sektor wisata, kinerjapun dinilai bagaimana meminimalisir biaya-biaya, penilaian terhadap pertumbuhan tanaman mulai sejak persemaian, penanaman dan pemeliharaan serta aspek kehilangan pohon (ilegaloging).

“Capaian kinerja kami tentu hasil dari sinergitas kami dengan masyarakat. Dengan kuatnya pelibatan masyarakat, target yang diamanatkan kepada Perhutani KPH Bandung Selatan optimis akan tercapai 100 persen,” pungkasnya.

Sumber : timesindonesia.co.id

Tanggal : 19 September 2020

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/jaga-areal-hutan-perhutani-kph-bandung-selatan-optimalkan-pola-phbm/feed/ 0
Perhutani dan Menteri LHK Gelar ‘Dialog Nasional Indonesia Maju’ di Tasikmalaya https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-dan-menteri-lhk-gelar-dialog-nasional-indonesia-maju-di-tasikmalaya/ https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-dan-menteri-lhk-gelar-dialog-nasional-indonesia-maju-di-tasikmalaya/#respond Sat, 13 Oct 2018 10:11:12 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=66943 JAKARTA, PERHUTANI (13/10/2018) | Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Republik Indonesia Siti Nurbaya melakukan ‘Dialog Nasional Indonesia Maju’ dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan Kelompok Tani Hutan (KTH) di Rest Area Urug yang termasuk dalam wilayah hutan Perum Perhutani petak 6  Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Sukaraja Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Singaparna Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Tasikmalaya, pada Sabtu (13/10).

Dalam acara ini turut hadir  Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil, Sekretaris Jendral (Sekjen) Kementrian LHK Bambang Hendroyono dan jajaran pejabat Eselon I, Walilkota Tasikmalaya Budi Budiman, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat Imran Sevia, jajaran Muspida Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, serta pembawa acara ibu kota Deni Candhra.

Kegiatan ini dihadiri 2.500 undangan yang terdiri dari 1.500 orang Anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), 1.000 orang anggota Kelompok Tani Hutan yang berdomisili di daerah Tasikmalaya dan sekitarnya, serta masyarakat sekitar rest area Urug.

Dalam kegitan ini Menteri LHK Siti Nurbaya menjelaskan saat ini pemerintah sedang menggalakan program pemerataan ekonomi yang berkeadilan untuk mensejahterakan masyarakat, salah satu nya melalui program Perhutanan Sosial yang digalakan oleh Kementerian LHK yang bertujuan untuk pemerataan ekonomi dan mengurangi ketimpangan melalui tiga pilar: lahan, kesempatan usaha, dan sumberdaya manusia.

“Dengan adanya lahan, keinginan dari masyarakat dan adanya kemampuan dalam pengelolaan dengan bimbingan serta pengawasan dari instansi terkait dalam hal ini Perum Perhutani dan Penyuluh Kehutanan. Harapannya masyarakat sejahtera juga bisa menjaga dan mengelola dengan baik hutan di wilayahnya,” tambah Siti.

Siti Nurbaya juga menghimbau dikarenakan cuaca masih panas panas sehingga perlunya kewaspadaan bersama untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan.

Dalam acara Gubernur Jawa Barat M.Ridawan Kamil menjelaskan beliau merasa bangga atas terselenggaranya kegiatan ini, sehingga bisa menjadi motivasi kususnya bagi masyarakat Tasikmalaya untuk lebih maju.

“Untuk mencapai itu semua sebagai Gubernur Jabar saya mendukung dengan program Provinsi Jabar yaitu satu desa satu perusahaan agar tidak ada lagi pengangguran, kredit ‘Mesra’  (Mesjid Sejahtera) tanpa bunga dan tanpa anggunan untuk membantu kesejahteraan dan menanggulangi rentenir,” tambah Ridwan.

Di waktu terpisah Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna menjelaskan dengan program Pemerintah ini masyarakat dapat bersama-sama menjaga kelestarian lingkungannya, dari hal tersebut masyarakat mendapat sharing benefit. Secara langsung juga menumbuhkan perkonomian sekitar hutan.

“Peran BUMN untuk mendorong dan menciptakan pemberdayaan masyarakat yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan. selain di Tasik kawasan hutan yang dikelola Perhutani se-Jawa dan Madura juga menerapkan pengelolaan bersama masyarakat desa hutan,” jelas Denaldy. (Kom-PHT/PR/2018-X-32)

 
Untuk informasi selanjutnya dapat menghubungi:
Asep Rusnandar – Sekretaris Perusahaan
Telp. (021) 5721282
Fax. (021) 5743579
Informasi tambahan Perum Perhutani di www.perhutani.co.id
 

]]>
https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-dan-menteri-lhk-gelar-dialog-nasional-indonesia-maju-di-tasikmalaya/feed/ 0
Perhutani Kembangkan Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-kembangkan-pengelolaan-hutan-bersama-rakyat/ Wed, 01 Nov 2017 02:25:08 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50496 BERITAJATIM.COM (1/11/2017) | Kawasan hutan yang masuk wilayah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Perhutani Bojonegoro seluas 50 ribu hektar. Dari luasan tersebut, 60 hingga 70 persen sudah beralih menjadi lahan pertanian warga. Perhutani sendiri kini sedang mengembangkan program pengelolaan hutan bersama rakyat.

Administratur (Adm) Perhutani KPH Bojonegoro, Daniel Budi Cahyono mengatakan, dari luasan wilayah yang dimiliki KPH Perhutani Bojonegoro, kini hampir merata dimanfaatkan untuk pertanian warga. Baik itu di tempat sedang dalam proses reboisasi, sedang menunggu giliran reboisasi maupun di bawah tegakan (menjelang di tebang yang secara teknis dimatikan,red). “Masayrakat cukup leluasa untuk bertani di kawasan hutan,” ujarnya, Selasa (31/10/2017).

Program Perhutani sendiri, kata Daniel, sekarang mendorong implementasi pengelolaan hutan bersama masyarakat. Seluruh wilayah kerja Perhutani Bojonegoro, lanjut dia, sekarang sudah dibagi habis menjadi wilayah pangkuan desa melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang digunakan untuk aktifitas perekonomian masyarakat. “Baik berbasis lahan (pertanian dan peternakan) dan di luar basis lahan (kerajinan),” jelasnya.

Sementara, memasuki musim ini, diperkirakan intensitas hujan akan lebih tinggi. Sehingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mengimbau kepada masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan maupun perbukitan untuk menambah kewaspadaan jika terjadi hujan lebat. Awal musim penghujan diperkirakan terjadi pada November.

“Biasanya rawan longsor maupun puting beliung jika awal musim penghujan,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Andik Sudjarwo.

Sumber : beritajatim.com

Tanggal : 1 November 2017

]]>
LMDH Wono Lestari Burno Capai Hasil Rp. 4,6 Miliar Setahun Melaui PHBM https://stg.eppid.perhutani.id/lmdh-wono-lestari-burno-capai-hasil-rp-46-miliar-setahun-melaui-phbm/ Thu, 26 Oct 2017 04:12:53 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50453 SUARAJATIMPOST.COM (25/10/2017) | Dari 476 warga, tergabung dalam Kelompok LMDH Wono Lestari Desa Burno Kecamatan Senduro Lumajang yang memanfaatkan kawasan hutan produktif dibawah pengelolaan Perum Perhutani dalam program Pengelolaan Hutan Bersama Rakyat (PHBM), tercatat dalam setahun minimal menghasilkan Rp. 4,6 Miliar.

Tentu saja nilai ini cukup besar. Waka ADM Perhutani di Lumajang Muchlisin mengatakan, dari luasan tanam seluas 946 hektar ini terbagi menjadi masing-masing anggota mendapatkan lahan lebih kurang 2 hektar.

Masyarakat yang tergolong keanggotaan tetap melakukan penanaman berbagai komoditi pertanian yang bernilai jual tinggi, disela-sela tanaman hutan.

“Pisang kirana yang nilai jualnya cukup tinggi, ada yang menanam jagung dan rumput gajah dipadukan dengan tanaman kehutanan seperti Damaran dan lain-lain. Itu dari produk utama saja, belum kami hitung dengan produk turunannya, masyarakat bisa menghasilkan Rp. 4,6 milyar dalam setahun,” kata Muhlisin kepada sejumlak awak media.

Adapun jika dihitung secara rinci dari jumlah Rp. 4,6 miiliar selama setahun tersebut, jika dibangi kepada 476 anggota, tiap anggota mendapatkan Rp. 9,6 Juta lebih dalam kurun waktu setahun, atau jika dikerucutkan lagi menjadi Rp. 800 ribu lebih perbulan.

“Kami berharap agar keberadaan hutan dikawasan itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Ini yang sebut, lahannnya tidak usah dimiliki, tapi dapatkan penghasilannya,” tukas Muchlisin.

“Itu juga kedepan yang akan kita kembangkan, sehingga selalu ada dinilai tambah dari produk awal yang dihasilkan, dan petani kita sebenarnya mampu untuk itu,” jelas Muchlisin.

Sumber : suarajatimpost.com

Tanggal : 25 Oktober 2017

]]>
Perhutani Tidak Gunakan Babi Hutan Untuk Pengamanan Hutan https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-tidak-gunakan-babi-hutan-untuk-pengamanan-hutan/ Sat, 14 Oct 2017 01:10:47 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50236 JAKARTA, PERHUTANI (12/10/2017) | Direktur Operasi Perum Perhutani, Hari Priyanto menyatakan bahwa dalam pengamanan hutan Perhutani menggunakan sistem pengamanan internal dan pengamanan yang bekerjasama dengan Masyarakat Desa Hutan dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), juga sistem zonasi kerawanan.

Demikian Hari Priyanto menanggapi isu penyerangan babi hutan kepada dua warga di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menjadi korban penyerangan babi hutan di petak 84d RPH Kthayu BKPH Linggapada KPH Balapulang, Minggu (8/10) yang isunya babi hutan sengaja disebar Perhutani di hutan.

“Sesuai prosedur kerja, kami tidak pernah menggunakan babi hutan sebagai alat pencegah pencurian kayu. Selain merusak areal tanaman hutan juga tanaman masyarakat yang berbatasan dengan hutan, babi hutan juga merusak tanah sekitar tanaman karena babi mencari cacing. Kami justru tidak menggunakan satwa tetapi upaya pre-emtif dan preventif seperti kegiatan komunikasi dengan desa, penyuluhan perlindungan hutan kepada masyarakat sekitar hutan, program PHBM, serta patroli rutin staf bersama masyarakat”, jelasnya.

Saat ini Perhutani bekerjasama dengan 5.239 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan jumlah anggota 1.347.225 orang termasuk kerjasama pengamanan hutan. Masyarakat mendapat manfaat berupa bagi hasil produk sebesar Rp 155,6 miliar dalam 5 tahun terakhir (2012-2016) selain manfaat lain berupa produk pertanian, pelatihan dan kerjasama lainnya. (Kom-PHT/PR/2017-X-51)

]]>
Dirut Perhutani Siapkan Lokasi Perhutanan Sosial di Bandung Selatan https://stg.eppid.perhutani.id/dirut-perhutani-siapkan-lokasi-perhutanan-sosial-di-bandung-selatan/ Wed, 19 Jul 2017 14:10:47 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48403

Dok.Kom-PHT/ Kanpus ©2017


JAKARTA, PERHUTANI (19/7/2017) | Direktur Utama Perum Perhutani, Denaldy M Mauna dampingi Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar melakukan kunjungan kerja ke lokasi agroforestry tanaman kopi dan pinus sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yang dikelola Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Bukit Monteng di petak 54, RPH Mandalawangi, BKPH Ciparay, KPH Bandung Selatan, pada Selasa (18/7/2017).
Menurut Denaldy, kunjungan bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tersebut dalam rangka menyiapkan lokasi Perhutanan Sosial seluas 1.888 Ha di kawasan hutan lindung Gunung Rakutak, Perhutani Bandung Selatan yang rencananya akan diberikan Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) blok Gunung Rakutak oleh pemerintah kepada masyarakat.
Saat ini 808 orang  masyarakat dari desa Ibun, Neglasari, Nagrak, Dukuh, Cikawao, Sukarame, dan Mandalahaji Kecamatan Ibun dan Pacet telah menggarap lahan hutan tersebut.
Menurut Siti Nurbaya, untuk lokasi PHBM sudah bagus, diharapkan ke depan bisa tetap dilanjutkan sedangkan untuk IPHPS akan diarahkan ke lokasi blok Rakutak tersebut.
Data luasan perhutanan sosial di pulau Jawa mulai dari Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur total luasan mencapai 1.127.073 Ha. (Kom-PHT/PR/2017-VI-32)
]]>
Kampanyekan Perlindungan Hutan demi Masa Depan Bersama https://stg.eppid.perhutani.id/kampanyekan-perlindungan-hutan-demi-masa-depan-bersama/ Thu, 18 May 2017 01:29:26 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47012 KORAN-SINDO.COM (17/5/2017) | Komunitas Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (Kophi) Jawa Tengah (Jateng) menggelar kegiatan bertajuk “Hutanesia”. Acara itu sudah digeber sejak April lalu.

Kampanye perlindungan hutan digelar di 10 kampus yang tersebar di Purwokerto, Solo, dan Kota Semarang. Di Kota Lumpia menyasar kampus Universitas Islam Sultan Agung pada 17 April. Disusul di Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Diponegoro, Universitas Semarang, Universitas Islam Negeri Walisongo, dan Universitas Negeri Semarang. Kemudian, di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Universitas Jenderal Soedirman, dan sebagai penutup di Universitas PGRI Semarang.

Kegiatan tersebut mengundang narasumber Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) di masing-masing daerah sebagai pembicara dengan audiens mahasiswa dan anggota pencinta alam. Selain itu, anggota Kophi juga diajak observasi langsung ke hutan Sokokembang Pekalongan, yang didampingi oleh komunitas konservasi Owa, yakni Swara Owa dan Haliaster. Mereka dipandu oleh warga lokal dalam menyusuri hutan yang masih perawan tersebut. Kegiatan itu juga menjadi ajang sarasehan pengelolaan hutan bersama warga sekitar. “Bagi kami, Sokokembang bukan sekadar hutan. Ini sumber kehidupan kami,” kata Damuri, warga setempat.

Puncak rangkaian Hari Hutan Indonesia ditutup dengan talkshow mengenai pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) oleh Perhutani dan DLHK, temu usaha produsen produk hasil hutan di Pesta Keboen Jalan Veteran Semarang pada Sabtu (13/5). Hadir dalam penutupan tersebut, yakni stan dari Gapoktan Desa Bedono dengan produk Kopi Sirap, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Syarina dengan produk kerajinan eceng gondok, Kelompok Mangrove Mangkang; Kelompok Mangrove Kartika Jaya Kendal, Kelompok Wanita Tani Jaya Makmur dengan produk olahan jamur, empon-empon (jahe, kunyit), dan olahan gula aren dari Rasyid Jaya Rottan Gunungpati.

“Kita berharap dapat meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap produk hasil hutan sehingga masyarakat tidak asing. Dengan membeli produk hasil hutan, mereka bersedia mendukung perlindungan hutan sehingga perekonomian pengelola hasil hutan ikut meningkat,” papar penanggung jawab Hutanesia, Nanik Latifah. Ketua Umum Kophi Jateng Sutrisno berharap rangkaian acara Hari Hutan Indonesia dapat menjadi ajakan kepada generasi muda untuk membantu gerakan perlindungan hutan.

Banyak cara yang dilakukan oleh muda-mudi untuk ikut menyukseskan program pemerintah dalam mengurangi alih fungsi hutan. “Mengadopsi pohon dan memanfaatkan media sosial yang dekat dengan anak muda, bisa sebagai sarana kampanye ajakan perlindungan hutan,” kata Sutrisno.

Sumber : koran-sindo.com
Tanggal : 17 Mei 2017

]]>
Kopi Tumpang Sari dari Tlahab https://stg.eppid.perhutani.id/kopi-tumpang-sari-tlahab/ Wed, 09 Nov 2016 08:12:58 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=42383 logoKOMPAS, JAKARTA (9/11/2016) | Warga Desa Tlahab, Temanggung, Jawa Tengah, memanen berton-ton kopi di tengah hamparan tanaman tembakau. Inilah contoh proyek tumpang sari dan konservasi lahan yang berhasil. Di belakang kesuksesan itu, ada seseorang bernama Tuhar (49) adalah Ketua Kelompok Tani Daya Sindoro di Jl. Desa Tlahab. Saat ditemui di rumahnya di desa itu, awal Oktober lalu, ia sibuk menemani warga yang menyangrai biji kopi dengan mesin milik kelompok tani yang ditempatkan di rumahnya. Berkarung-karung kopi memenuhi teras rumah.

“Buat saya, menanam kopi itu bagian dari ibadah,” kata Tuhar. “Ibadah” yang dimaksud itu adalah amal kebaikan yang dia kerjakan untuk sesama dan lingkungan sekitar.

Kopi yang diolah itu merupakan produksi warga Desa Tlahab yang dikembangkan dengan pola tanam tumpang sari. Tuhar bersama para penyuluh dinas pertanian Kabupaten Temanggung merintis penanaman kopi dan tembakau di satu lahan. Cara ini kemudian dikenal dengan pola Tlahab.

Pemandangan desa ini segar oleh pola tanam itu. Pohon kopi tumbuh subur dengan daun berwarna hijautua. Tanaman setinggi 1-2 meter itu berderet berpola, selajur, berselang-seling dengan tembakau berdaur hijau muda.

Pola tumpang sari diterapkan dengan penanaman terencana. Caranya, tembakau ditanam dengan jarak 4-6 meter. Di antara jarak itu kemudian ditanami kopi dan beragam jenis sayuran. Agar semua tanaman dapat tumbuh leluasa, di antara deretan tanaman itu diberi jarak lagi sepanjang 1-2 meter.

Dengan menerapkan pola ini, tidak ada jeda panen atau paceklik., Setiap bulan, selalu saja ada tanaman yang memberikan hasil dan pendapatan bagi petani

“Petani tidak lagi menggantungkan nasib pada hasil panen tembakau yang belum tentu bagus dan harganya belum tentu tinggi,” ujarnya.

Saat bersamaan, pohon kopi sebagai tegakan juga bisa membantu menahan erosi yang menggerus lahan pertanian. Pola Tlahab kini populer. Banyak petani dari sejumlah daerah berkunjung, melihat, dan mempelajari teknik itu.

Berawal dari iseng

Tuhar mulai bertani kopi sejak tahun 2000l Saat itu. Desa Tlahab mendapatkan 50.000 bibit kopi gratis dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Program Pemberdayaan Masyarakat Usaha Tani Partisipatif itu sekaligus sebagai bagian dari usaha konservasi dan pencegahan erosi di areal lahan tembakau. –

Pada mulanya, banyak petani yang enggan mengikuti program itu, bah-kan membuang bantuan bibit kopi Namun, iseng-iseng, Tuhar mencoba menanam 500 bibit “Waktu itu, saya bahkan tidak yakin, apakah tanaman kopi bisa tumbuh atau tidak.”

Bibit kopi ia tanam di antara tembakau. Jarak itu bervariasi, sesuai dengan luasan lahan. Selain Tuhar, ternya ta ada juga sejumlah petani lain yang juga mencoba menanam kopi.

Tak berselang lama. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah datang lagi membagikan 150XXX bibit kopi gratis di desa itu. Pada tahap kedua ini, Tuhar memperoleh LOOO bibit kopi

Pada 2004 sampai 2005, tanaman kopi warga, termasuk Tuhar, mulai dipanea Banyak warga terkejut tetapi juga senang. Ternyata, kopi mereka bisa tumbuh baik di tengah kebun tembakau, bahkan bisa berbuah dan dipanen.

Hasil panen kopi awal itu dijual dengan sistem tebasan, yakni diborong saat kopi masih berwarna hijau. Tidak heran, nilai jualnya rendah, hanya Rp L500-Rp 2XKK) per kilogram. Satu pohon kopi menghasilkan sekitar 1 kilogram biji kopi

Menjual kopi

Tahun 2008, Tuhar membentuk Kelompok Tani Daya Sindoro dengan 45 anggota petani Tujuan awalnya, bagaimana cara menjual kopi dengan harga yang baik.

Tahun 2010, jalan mulai terbuka. Ketika itu, ada Sekolah Lapangan

Pengendalian Hama Terpadu di Desa Tlahab yang mengajari petani tata cara budidaya kopi secara benar. Tuhar lantas menyemangati petani, terutama anggota Daya Sindoro, untuk membibitkan kopi secara mandiri.

Mereka menghasilkan sekitar 200.000 bibit kopi Sebanyak 30.000 bibit di antaranya diberikan gratis kepada Lembaga Masyarakat Desa dan Hutan. Bibit itu lantas ditanam di kawasan hutan seluas 25 hektar milik Perhutani

Dari 170.000 bibit sisanya, 100.000 bibit diberikan kepada petani yang berminat menanam kopi Sebanyak 70000 bibit lagi dijual. Hasil penjualan itu disimpan sebagai dana kas kelompok.

Produksi kopi Desa Tlahab berangsur dikenal. Tahun 2010. sejumlah pedagang dan eksportir mulai datang membeli kopi dari desa ini Melalui perantaraan sejumlah eksportir. Kelompok Tani Daya Sindoro mengekspor kopi ke Jerman dan Korea Selatan. Ekspor biji kopi mentah ke Korea Selatan bahkan berlangsung hingga tiga kali berturut-turut dari tahun 2012 hingga 2014. Total, alda 14 ton biji kopi yang telah diekspor ke “Negeri Ginseng” itu.

Kontes kopi

Kiprah Kelompok Tani Daya Sindoro di Desa Tlahab menarik perhatian pemerintah pusat Kementerian Pertanian memberikan delapanunit mesin. Ada juga bantuan mesin wasting (panggang) rancangan Institut Pertanian Bogor.

Namun, mesin itu belum disertai standar operasional. Tuhar mengetahui teknik operasional mesin tersebut setelah mencoba-coba selama dua hari dua malam dengan menghabiskan 70 kilogram biji kopi hasil panennya.

Lebih lanjut Tuhar mendalami cara membuat kopi bubuk. Semua itu dilakukan secara otodidak serta banyak bertanya dan berkunjung ke sejumlah kafe di Semarang dan Yogyakarta. Setelah uji coba dan belajar dari sana-sini dia pun menguasai teknik menyangrai dan membuat bubuk kopi secara benar.

Tuhar lantas merintis usaha pembuatan kopi bubuk. Ia keluarkan tiga merek kopi dengan cita rasa berbeda Lebih dari itu, ia memberanikan diri mengikuti lomba Tahun 2014, kopi arabika milik petani ini menyabet gelar juara III dalam Kontes Kopi Specialti Indonesia tingkat nasional untuk kategori kopi arabika

Prestasi itu menyentak banyak orang yang selama ini tidak mengetahui bahwa Kabupaten Temanggung juga memproduksi kopi “Seusai kontes, sejumlah petani dari kelompok tani asal Bondowoso datang ke Desa Tlahab. Mereka ingin membuktikan, apakah kopi benar-benar ditanam di Temanggung atau tidak,” ujarnya sembari terbahak.

Pada Februari 2016, kopi produksi Tuhar dipamerkan dalam pameran Speciality Coffee Association of America di Atlanta, Amerika Serikat Ajang ini kian memopulerkan Desa Tlahab sebagai penghasil kopi

Semangat Tuhar “menular” kepada banyak warga. Dari sekitar 200 hektar lahan pertanian di Desa Tlahab, sekitar 70 persen kini ditanami kopi Semuanya menggunakan pola tumpang sari dengan rata-rata LOOO tanaman kopi per 1 hektar. Sekarang, total tanaman kopi di desa ini mencapai 150.000 pohon. Produktivitasnya mencapai 5 kilogram green bean per pohon.

Gerakan menanam kopi juga terbukti membantu konservasi lahan pertanian. Saat bersamaan, muncul altematif komoditas andalan selain tembakau. Kini, petani Desa Tlahab tidak lagi terialu bergantung pada hasil panen tembakau yang selama ini tidak menentu. Maklum, kualitas dan harga tembakau tu run-naik. bergantung pada cuaca serta pasar.

“Kami berharap petani dapat bebas paceklik sepanjang tahun,” ujar Tuhar.

Sumber : Kompas
Tanggal : 9 November 2016

]]>
62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu-2/ Thu, 03 Nov 2016 04:18:00 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41611 OKEZONE.COM (3/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu. Pada tahap awal, sekira lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu. Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry .
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi daya lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan. Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari.
“Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini.
Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare. Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 3 November 2016
Sumber : okezone.com

]]>
62.000 Hektare Hutan Ditanami Tebu https://stg.eppid.perhutani.id/62-000-hektare-hutan-ditanami-tebu/ Thu, 03 Nov 2016 02:40:27 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41598 KORAN-SINDO.COM (3/11/2016) | Kekurangan lahan tebu menjadi salah satu turunnya pasokan bahan baku industri gula. Solusinya, pemerintah bakal menyulap lahan hutan menjadi perkebunan tebu.
Pada tahap awal, sekitar lahan hutan seluas 62.000 hektare di Pulau Jawa dan Sumatera telah disiapkan untuk ditanami tebu. Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna menjelaskan, rencana untuk menjadi lahan hutan sebagai perkebunan tebu telah dibicarakan dengan PT Perkebunan Nusantara III holding perkebunan dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI).
Dalam pembicaraan disepakati budi daya tanaman tebu di kawasan hutan. “Nanti juga ada dukungan pendanaan dari PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia, serta PT Bank Rakyat Indonesia,” ujarnya, kemarin. Menurut Denaldy, dalam kerja sama ini Perhutani bertugas menyediakan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry .
Mekanisme itu dimulai dari pengelolaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi, dan produktivitas tanaman tebu sampai pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Agroforestry adalah pola budi dayalahankawasanhutanuntuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan. Pola agroforestry dilakukan dengan kaidah pengelolaan hutan lestari.
“Saat ini kami menerapkan sistem tebang tanam dengan komposisi 1:9. Artinya dari setiap hektare yang ditebang, kita tanam kembali sembilan kalinya untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan,” ungkapnya. Lahan hutan seluas 62.000 hektare tersebut berada di wilayah KPH Indramayu, KPH Majalengka, KPH Semarang, serta wilayah Perhutani Jawa Timur.
Sebagian lahan juga berada di Lampung. Namun, hingga saat ini Perhutani dan PTPN masih melakukan survei lahan di wilayah-wilayah tersebut yang cocok untuk tanaman tebu. Selain tebu, lanjutnya, lahan hutan juga dimanfaatkan untuk tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai.
Ada sekitar 5.289 Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) terlibat dalam sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dengan total produksi 650 ton jagung dan tanaman pangan lainnya pada semester pertama tahun ini.
Sementara itu, Direktur PT RNI Didiek Prasetyo menuturkan, kerja sama ini membantu pihaknya yang saat ini kekurangan lahan tanam tebu seluas 20.000 hektare. Penambahan lahan yang dipakai untuk menanam tebu menjadi harapan baru di tengah kebutuhan pasokan tebu yang terus meningkat tiap tahunnya. “Harapannya, kekurangan lahan tanam tebu dapat terbantu dengan kerja sama ini agar kebutuhan gula nasional segera tercapai,” ujarnya.
 
Tanggal : 3 November 2016
Sumber : koran-sindo.com

]]>