#purbalingga – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Mon, 15 Aug 2016 13:06:13 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png #purbalingga – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Kampung Kurcaci, Kampung Hobbit Versi Purbalingga https://stg.eppid.perhutani.id/kampung-kurcaci-kampung-hobbit-versi-purbalingga/ Mon, 15 Aug 2016 13:06:13 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39437 LIPUTAN6.COM, PURBALINGGA (15/8/2016) | Satu lagi wisata berbasis alam hadir memanjakan wisatawan yang datang ke Purbalingga, Jawa Tengah. Tak cuma Lembang, Bandung, Jawa Barat yang punya wisata ala The Hobbit.

Wisata ala Desa Shire seperti dalam film fiksi fantasi Lord of the Ring itu bisa dijumpai di Desa Wisata Serang, Kecamatan Karangreja, Jateng. Pengelola desa wisata setempat menyebutnya sebagai sekolah alam Kampung Kurcaci.

Lokasi Kampung Kurcaci sangat sejuk, mirip seperti di Lembang Bandung. Bahkan, suasananya lebih dingin karena berada di kaki Gunung Slamet (3.428 meter di atas permukaan laut (MDPL)). Alam di sekitarnya ditumbuhi hutan pohon damar yang sudah berusia ratusan tahun.

Dengan kondisi sejuk dan rindang, wisatawan bakal betah berlama-lama duduk di rumah-rumah pohon atau di bawah rindangnya pohon damar. Sembari bercengkerama dengan keluarga atau sahabat, wisatawan bisa berfoto selfie di berbagai sudut di lokasi seluas 3,5 hektare tersebut.

“Awalnya, kami menyiapkan sekolah alam untuk anak-anak desa. Untuk menarik anak-anak, kami buatkan semacam rumah Kurcaci, dan ternyata anak-anak sangat tertarik. Tidak hanya anak-anak desa setempat, wisatawan yang datang kemudian berfoto dan mengunggahnya ke media sosial, menjadikan Kampung Kurcaci semakin ramai,” ujar penggiat desa wisata setempat yang sekaligus pengelola Rumah Kurcaci, Edi Susanto (23), Jumat, 12 Agustus 2016.

Sebutan Kampung Kurcaci bukan karena penduduk setempat ukuran tubuhnya kecil-kecil. Sebutan itu lebih menggambarkan filosofi bahwa sejatinya manusia itu terasa kecil dibanding alam.

Ketika wisatawan berada di bawah rindangnya pepohonan besar dan menjulang tinggi, manusia menjadi jauh lebih kecil bagai kurcaci. “Dengan filosofi itu, ketika wisatawan berkunjung ke rumah Kurcaci, diajak untuk berintrospeksi diri bahwa kita hidup harus saling menghormati, dan bersyukur serta berbagi,” tutur Edi.

Pemandu wisata di Kampung Kurcaci, Kusin (18) menyampaikan, banyak wahana yang bisa dinikmati, seperti air terjun (curug) Tarung, curug Lawang, rumah kurcaci, arena bermain tradisional, panggung kurcaci, tempat kemping, pendakian Gunung Kelir, perpustakaan alam, dan rumah pohon.

“Kami ingin menyajikan pula kepada wisatawan berupa hutan yang asri, udara yang segar, suasana damai, dan persahabatan yang hangat,” ujar Kusin.

Suasana persahabatan yang hangat terasa ketika wisatawan memasuki tempat ini. Begitu berada di tempat loket, seorang petugas, Sarah (19) menyambut dengan ramah dalam bahasa Jawa Kromo. Di sisi loket, tertulis ‘Anda memasuki kawasan berbahasa Jawa Krama, monggo guneman ngagem boso Jawi Kromo (silakan gunakan Bahasa Jawa kromo)’.

“Kami ingin menjadikan kampung kurcaci juga sebagai tempat untuk belajar Basa Jawa Kromo yang sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak muda,” tutur Sarah, yang masih mengikuti pendidikan Kejar Paket C ini.

Untuk masuk di kampung Kurcaci, wisatawan cukup membeli tiket Rp 5.000 per orang. Sementara untuk parkir kendaraan sepeda motor hanya Rp 2.000. Para pengelola yang berjumlah 18 orang itu selalu berusaha ramah menyambut wisatawan.

Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Prayitno mengatakan, sekolah alam Kampung Kurcaci ini mulai dikenal saat libur Lebaran, Juli 2016 lalu.

Pembenahan kini mulai dilakukan, termasuk untuk parkir sepeda motor dan kendaraan roda empat. Saat ini untuk parkir mobil memang masih kesulitan, tapi dalam waktu dekat disiapkan areal khusus yang jaraknya tidak jauh dari Kampung Kurcaci. Sementara untuk parkir sepeda motor, bisa menampung lebih dari 200 sepeda motor.

“Areal sekolah alam Kampung Kurcaci ini seluas kurang lebih 3,5 hektare merupakan lahan milik Perum Perhutani. Pihak pengelola dalam kapasitas sebagai masyarakat anggota LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) tengah menyiapkan kerjasama dengan Perhutani. Tentunya kami berharap, Perhutani memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Prinsipnya, masyarakat tidak merusak tanaman hutan utama berupa pohon damar,” kata Prayitno.

Prayitno menambahkan, para pengelola dan pemandu wisata kampung Kurcaci sudah mulai menerapkan sadar wisata melalui sapta pesona. Mereka berusaha ramah dan menjaga kebersihan di areal kampung Kurcaci. Begitu ada sampah yang dibuang wisatawan, pengelola atau pemandu yang menjumpai sampah itu wajib mengambilnya dan menaruhnya di tempat sampah.

“Untuk pembinaan sadar wisata bagi para pengelola akan kami lakukan terus-menerus. Begitu juga dengan kesadaran masyarakat sekitar, masih perlu ditingkatkan pemahaman akan sapta pesona sadar wisata,” ucap Prayitno.

Tanggal : 15 Agustus 2016
Sumber : Liputan6.com

]]>
Kampung Kurcaci tambah destinasi wisata di Purbalingga https://stg.eppid.perhutani.id/kampung-kurcaci-tambah-destinasi-wisata-purbalingga/ Mon, 15 Aug 2016 01:03:42 +0000 http://perhutani.co.id/?p=39401 MERDEKA.COM, PURBALINGGA (13/8/2016) | Jika Lembang punya lokasi wisata ala desa Shire dalam film The Hobbit, Kabupaten Purbalingga pun tak mau ketinggalan. Kabupaten yang berada di kaki Gunung Slamet ini, kini memiliki kampung kurcaci yang berada di Desa Serang Kecamatan Karangreja.

Lokasi kampung kurcaci yang berada tepat di kaki Gunung Slamet tersebut pada awalnya dipersiapkan untuk sekolah alam bagi anak desa setempat. Menurut pengelola rumah kurcaci, Edi Susanto, pendirian rumah-rumah tersebut digunakan untuk menarik minat anak-anak untuk bersekolah.

“Kami buatkan semacam rumah kurcaci dan ternyata anak-anak tertarik. Bahkan, banyak wisatawan yang datang dan berfoto, kemudian mengunggahnya ke media sosial sehingga menjadi ramai,” katanya.

Secara filosofis, Edi mengemukakan, kampung kurcaci memiliki nilai agar manusia selalu bersyukur dan berintrospeksi. Lebih lanjut, dia menjelaskan sebutan kampung kurcaci lebih menggambarkan makna sejati keberadaan manusia yang kecil dibanding keindahan alam.

“Ketika wisatawan berada di bawah rindangnya pepohonan besar dan menjulang tinggi, membuat kita menjadi kecil bagai kurcaci. Sebuah pelajaran dari alam bahwa meskipun sejatinya kita manusia besar dengan segala kekuasaannya, namun seiring perpindahan ruang dan waktu, kita bisa saja menjadi makhluk mungil dengan segala keterbatasannya,” ujarnya berfilosofi.

Keberadaan wisata kampung kurcaci, diakui salah satu pemandu Kusin (18), membuka potensi destinasi wisata lain di Desa Serang untuk dikunjungi. Diakuinya, keindahan alam yang menjadi andalan desa tersebut saat ini menjadi alternatif selain kampung kurcaci.

“Sebenarnya, banyak wahana yang bisa dinikmati, seperti air terjun (curug) Tarung, curug Lawang, camping ground, pendakian Gunung Kelir, perpustakaan alam, dan rumah pohon,” ujar Kusin.

Untuk masuk di kampung Kurcaci, wisatawan cukup membeli tiket Rp 5.000,- per orang. Sementara untuk parkir kendaraan sepeda motor hanya Rp 2.000,-. Para pengelolanya yang berjumlah 18 orang, selalu berusaha ramah menyambut wisatawan.

Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Prayitno, mengatakan, area sekolah alam kampung kurcaci ini sekitar 3,5 hektare yang lahannya milik Perum Perhutani.

“Pihak pengelola dalam kapasitas sebagai masyarakat anggota LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) tengah menyiapkan kerja sama dengan Perhutani. Tentunya kami berharap, Perhutani memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Prinsipnya, masyarakat tidak merusak tanaman hutan utama berupa pohon damar,” katanya.

Tanggal : 13 Agustus 2016
Sumber : Merdeka.com

]]>