Swasembada – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Fri, 24 Nov 2017 01:45:22 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Swasembada – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 RI Kini Produsen Jagung Terbesar ke-7 Dunia https://stg.eppid.perhutani.id/ri-kini-produsen-jagung-terbesar-ke-7-dunia/ Fri, 24 Nov 2017 01:45:22 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=50965 BISNIS.COM (23/11/2017) | Indonesia naik peringkat menjadi produsen jagung terbesar ke-7 di dunia dari posisi ke-9 tiga tahun lalu.

Kepala Bidang Komoditas Pangan Anna Astrid mengatakan peringkat itu ditetapkan berdasarkan volume produksi jagung di tiap negara yang direkam Badan Pangan Dunia (FAO).

Produksi jagung Indonesia pada 2014 hanya 748.320 bushels, sedangkan pada tahun ini, berdasarkan data ARAM-II 2017, produksi jagung mencapai 28 juta ton atau 1,1 miliar bushels. Satu bushel sama dengan 25,4 kg.

“Peningkatan produksi 2017 ini berkat program Upsus (upaya khusus) melalui pengembangan jagung 3 juta hektare, integrasi sawit/kebun dan Perhutani dengan jagung, kemitraan GPMT [Gabungan Pengusaha Masyarakat Ternak] dengan petani jagung dan kebijakan harga bawah di petani, sehingga mendongkrak menaikkan peringkat Indonesia dan pada 2017 sudah swasembada jagung. Pada tahun 2017 tidak ada impor jagung untuk pakan ternak,” ujar Anna, Kamis (23/11/2017).

Adapun negara yang menempati peringkat 1 penghasil jagung di dunia adalah Amerika Serikat, disusul China peringkat ke-2, Brasil peringkat ke 3, Iowa peringkat ke-4, Argentina peringkat ke-5, dan Ukraina peringkat ke-6.

Indonesia berhasil juga mendekati Ukraina yang produksinya 1,3 miliar bushels. Pada 2018, Kementan mengarahkan untuk pengembangan 4 juta ha lahan jagung.

“Harapannya 1 sampai 2 tahun ke depan peringkat Indonesia akan naik menjadi peringkat 5 di atas Argentina dan Ukraina,” ujar Anna.

Sumber : bisnis.com

Tanggal : 23 November 2017

]]>
Menuju Zero Impor Jagung https://stg.eppid.perhutani.id/menuju-zero-impor-jagung/ Wed, 31 May 2017 02:14:17 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=47305 TABLOID SINAR TANI (30/5/2017) | Jagung kini menjadi komoditas kedua setelah padi yang menjadi target pemerintah untuk swasembada. Bahkan tahun ini, pemerintah telah mengibarkan bendera bahwa tak ada lagi impor jagung, setelah tahun lalu berhasil menekan impor hingga 66%.

Targetnya tahun ini luas pertanaman jagung mencapai 5.743.769 hektar (ha), dengan produktivitas 53,18 ku/ha diharapkan produksinya sebanyak 30.544.728 ton. Bagaimana caranya? Salah satu langkah mengejar target tersebut adalah dengan menggarap lahan non konvensional yakni perkebunan, lahan kering dan lahan-lahan milik Perhutani/Inhutani.

Catatan yang diperoleh Sinar Tani, pemerintah telah menetapkan target luas tanam jagung di lahan perkebunan 1 Juta ha, lahan Perhutani/Inhutani 300 ribu ha, lahan hutan rakyat 100 ribu ha, Lahan kering/ lahan APL 1 juta ha, lahan tadah hujan 200 ribu ha dan peningkatan Indeks Pertanaman 400 ribu ha. Kalkulasinya dengan potensi lahan-lahan tersebut, maka bakal dengan mudah target tersebut bisa tercapai.

Lahan Non Konvensional

Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Sumardjo Gatot Irianto menegaskan, untuk meningkatkan produksi jagung, pihaknya kini memang fokus perluasan areal tanam, terutama di daerah non konvensional. “Kita harapkan agar nantinya areal tanam jagung tidak bersaing dengan tanam padi dan kedelai,” katanya.

Salah satu contoh areal non konvensional yakni lahan perkebunan kelapa di Sulawesi Utara. Potensi arealnya masih luas untuk pertanaman baru. “Kita akan gunakan bawah tegakan pohon kelapa untuk bertanam jagung. Sekarang yang sudah ada 350 ha dan kita inginkan 500 ha yang baru,” tegasnya.

Selain menggunakan lahan bawah tegakan kelapa, Kementan juga menargetkan penanaman jagung satu juta hektar (ha) terintegrasi dengan lahan perkebunan kelapa sawit di seluruh Indonesia tahun 2017. Skenarionya selama menunggu kelapa sawit berbuah, jagung dapat ditanam antara 10-2 kali musim tanam, dengan target produktivitas 4-5 ton/ha.

Perluasan areal tanam jagung lainnya yakni di lahan kehutanan milik Perhutani atau Inhutani. Bisa juga di lahan kesultanan, lahan adat atau ulayat. Termasuk juga lahan lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung, tapi kemudian tidak ditanami lagi.

Sumber : m.tabloidsinartani.com

Tanggal : 30 Mei 2017

]]>
Jokowi Ingin Hutan Jati Bisa Ditanam Padi, Jagung, dan Kedelai https://stg.eppid.perhutani.id/jokowi-ingin-hutan-jati-bisa-ditanam-padi-jagung-dan-kedelai/ Wed, 11 Mar 2015 09:50:42 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19030 Jakarta -Siang ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama beberapa menteri ekonomi menggelar rapat terbatas dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar dan perwakilan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ketiga pihak merupakan yang cukup aktif dalam melakukan riset tentang pemanfaatan kawasan hutan di Pulau Jawa untuk pertanian. Khususnya menanam padi, jagung dan kedelai di sela-sela tanaman hutan.

Setelah mendengar riset tersebut, Presiden Jokowi ingin di areal hutan jati khususnya milik BUMN PT Perhutani juga bisa ditanam tanaman pangan seperti kedelai, jagung, dan padi. Hal ini untuk mendukung swasembada pangan di tengah keterbatasan lahan.

“Intinya bagaimana bisa memanfaatkan tentang kawasan hutan untuk tingkatkan produksi pertanian,” ungkap Menko Perekonomian Sofyan Djalil usai rapat di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015)

Dari paparan tersebut, terdapat beberapa rekomendasi yaitu terkait dengan perubahan regulasi pertanian, sistem pembelian dan pendistribusian pupuk, dan benih.

“Belum bisa disampaikan rinciannya, tapi tujuannya supaya ide untuk memanfaatkan kawasan hutan itu menjadi lebih efektif,” jelasnya.

Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya menambahkan program ini bisa dimulai pada tahun depan. Sebab harus ada perubahan Peraturan Pemerintah (PP) 72 tahun 2010 tentang Perhutani dan PP 24 tahun 2010 tentang penggunaan kawasan hutan.

“Tadi Pak Presiden mengatakan kita akan memulainya tahun 2016. Berarti kami harus usulan perubahan regulasi,” terang Sitinurbaya.

Pada kesempatan yang sama, Mustoha menyampaikan pihak Perhutani menyiapkan upaya untuk mendorong produksi ketiga pangan tersebut, yaitu dengan menanam di antara tanaman pokok kehutanan.

“Dalam konteks ini, kami siapkan zona adaptif. Jadi jarak tanam antara pohon jati kita lebarkan. Biasanya 3×3 menjadi 8×2 atau 10×2,” kata Mustoha.

Pemerintah dinilai siap memberikan subsidi pupuk kepada petani hutan, beserta benih unggul dan alat-alat yang dibutuhkan. “Dengan demikian Perhutani siap offtaker terhadap produk-produk baik jagung atau kedelai,” imbuhnya.

Sumber : detik.com
Tanggal : 11 Maret 2015

]]>
Jokowi Minta Hutan Perhutani Diswasembada https://stg.eppid.perhutani.id/jokowi-minta-hutan-perhutani-diswasembada/ Wed, 11 Mar 2015 09:40:48 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19027 JAKARTA – Guna mencapai target swasembada pangan dalam waktu tiga hingga empat tahun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan kawasan hutan yang berada di Perum Perhutani digunakan secara produktif. Arahan ini dimanfaatkan untuk mengembangkan produk pertanian, seperti padi, jagung hingga kedelai.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil menjelaskan, arahan ini merupakan hasil rapat terbatas (ratas) untuk melakukan riset tentang pemanfaatan kawasan hutan di Jawa.

“Intinya bagaimana memanfaatkan tentang kawasan hutan yang dikuasai Perhutani untuk tingkatkan produk pertanian, padi jagung dan kedelai,” ungkap Sofyan di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

Sofyan menambahkan, dalam instruksi kali ini nantinya akan ada penyesuaian regulasi mengenai pembelian pupuk dan benih. Hal ini juga untuk mendorong pemanfaatan kawasan hutan milik Perhutani itu lebih efektif.

“Supaya ide memanfaatkan lebih efektif kawasan Perhutani untuk mendukung pertanian, Pak Presiden tekankan strengtheningnya untuk kemakmuran rakyat,” tukasnya.

Sekadar informasi, dalam ratas tersebut hadir Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Dirut Perum Perhutani, dan akademisi dari Universitas Gajah Mada.

Sumber : okezone.com
Tanggal : 11 Maret 2015

]]>
Lahan Sejuta Hektare Bagi Gula & Beras https://stg.eppid.perhutani.id/lahan-sejuta-hektare-bagi-gula-beras/ Fri, 16 Jan 2015 03:37:06 +0000 http://perhutani.co.id/?p=17672 JAKARTA. Target swasembada pangan untuk gula dan beras terus dikebut. Pasca Kementerian Pertanian (Kemtan) minta pembukaan lahan untuk tebu dan padi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLH) langsung merespon untuk membuka lahan 1 juta hektare (ha).
Siti Nurbaya, Menteri KLH mengatakan, permintaan pembukaan lahan baru ke KLH begitu deras. Kendati semangatnya untuk swasembada pangan, tapi tidak semua permohonan bisa langsung ditindaklanjuti. Sebab, pembukaan lahan harus tetap harus mengedepankan konservasi.
“Kami sedang pemetaan dan sudah diskusi dengan Menteri Pertanian. Prinsipnya, kami setuju untuk lahan baru 1 juta ha. Namun, kami tetap prudent dalam pembukaan lahan,” kata Siti pada Rabu (14/1). Tahun ini, KLH mengalokasikan pembukaan lahan baru seluas 1 juta ha.
Perinciannya, 600.000 ha untuk lahan perkebunan tebu dan sisanya untuk tanaman padi. KLH menyiapkan lahan perkebunan tebu di Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Luas lahan di Sulawesi Tenggara mencapai 300.000 ha–400.000 ha, Gorontalo 100.000 ha, dan Sulawesi Tengah seluas 200.000 ha.
Awal tahun ini, KLH telah membuka lahan baru seluas 167.000 ha. Rinciannya, 50.000 ha di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan 117.000 ha di Lampung. Pembukaan lahan baru di NTT merupakan tidak lanjut dari rencana mengembalikan NTT sebagai lumbung ternak Indonesia. Pembukaan lahan ini juga diharapkan dapat mengembalikan kualitas sapi bakalan NTT yang terus menurun. Lahan seluas itu mampu menampung 500.000 ekor sapi. Ada pun target produksi bibit unggul sapi jantan adalah sebanyak 52.000 ekor per tahun.
Program pembukaan lahan baru ini diharapkan bisa menghasilkan sekitar 6.200 ton daging sapi setiap tahun. Produk sampingan lainnya adalah pupuk organik dan biogas. Lahan tersebut juga menjadi percontohan sistem agro silvo pastoral atau gabungan pertanaman konsep pertanian dan kehutanan. Kawasan silvo pastoral ini akan menghasilkan tanaman pangan, seperti palawija dan madu hutan. Sementara pembukaan lahan seluas 117.000 ha di Lampung difokuskan untuk tanaman padi.
Dari target 1 juta ha itu, memang belum semuanya ditentukan daerah atau lokasinya di mana. Menurut Siti, hal itu masih harus melihat data di Kementerian Agraria. “Jadi, rekomendasi dari Kementerian Agraria,” ujarnya. Tentu, Kementerian Agraria harus memilah- milah lahan mana yang bebas dari potensi konflik.
Gandeng Perhutani
Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) berpendapat, pembukaan lahan baru juga harus dilakukan di Pulau Jawa. Apalagi, membuka lahan baru di Pulau Jawa tidaklah sulit. Salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan menggandeng Perhutani yang saat ini memiliki lahan sekitar 1,5 juta ha sampai 2 juta ha.
Lahan seluas itu bisa saja dibagi menjadi dua, yakni hutan abadi dan sisanya dicetak menjadi sawah. Jika ini dilakukan, maka tambahan luas lahan sawah yang didapat bisa mencapai 500.000 ha. Henry menyarankan, perkebunan di Pulau Jawa seperti kebun karet dan kebun sawit sebaiknya dibabat habis dan diganti lahan pertanian. “Saat ini, produksi dua komoditas itu sudah berlebihan. Sebaiknya dikonversi menjadi lahan pangan.
Ini tugas Kementerian Agraria untuk melakukan data ulang dengan rekomendasi dari KLH dan Kemtan,” jelas Henry. Henry menghitung, jika ada pembukaan lahan sawah baru seluas 500.000 ha, maka akan ada tambahan 500.000 petani baru dengan rata-rata luas kelolaan sekitar 1 ha.
Sumber  : Kontan
Tanggal  : 16 Januari 2015

]]>