Unit III Jabar & Banten – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Tue, 20 Aug 2013 01:51:52 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Unit III Jabar & Banten – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani Kembangkan Industri Hilir https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-kembangkan-industri-hilir/ Tue, 20 Aug 2013 01:51:52 +0000 http://perhutani.co.id/?p=8675 Perum Perhutani tengah mengembangkan usaha sektor kehutanan secara terpadu sebagai upaya untuk mengoptimalkan hasil usaha nonkayu. Dengan cara itu diharapkan ada keseimbangan hasil usaha dengan pelestarian lingkungan dari lokasi tersebut.

Kasi Humas Perum Perhutani Unit III, Yopita Sari, saat dikonfirmasi, kemarin, membenarkan hal tersebut. Menurut dia, upaya itu bertujuan meningkatkan bisnis Perhutani dari sektor hulu sampai hilir. Sejumlah kalangan di Perhutani Unit III menyebutkan, khusus untuk usaha nonkayu, selama ini yang telah digenjot adalah dari hasil bumi yang berbasis hasil hutan, misalnya beras huma dan beras merah, gula aren, madu, dll. Segmen pemasarannya pun sudah terbuka, karena komoditas-komoditas tersebut termasuk komoditas yang cepat laku di pasaran.

Begitu pula untuk usaha kayu, beberapa kalangan di Perhutani Unit III pun mengatakan, tengah dijajaki usaha sampai produk jadi, misalnya sanipai ke mebel atau kayu lapis. Selama ini, kedua segmen tersebut belum tergarap, dengan pertimbangan sebagai “pembagian segmen”, usaha hulu dari Perhutani, sedangkan hilir oleh industri lainnya.
Secera terpisah, ada investor yang berminat mengembangkan usaha kopi dalam bentuk roasting. Investor tersebut tampak melakukan perbincangan dengan Kaur Hugra Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan, Rudi Ahmad Heryadi.

Investor itu mengatakan, dengan minat investasi melalui produk roasting yang dikelola sejak dari lokasi di kawasan produksi, diharapkan produk kopi arabika Priangan akan memperoleh nilai tambah. “Kami mencoba memacu agar para petani desa hutan dapat memperoleh nilai tambah dari usaha kopi arabika dengan dijual langsung dalam bentuk roasting,” katanya.

Wisata sejarah
Sementara itu, pengembangan wisata dengan mempromosikan aspek sejarah segera dikembangkan oleh KPH Bandung Utara. Mereka berharap adanya ikon segmen wisata bernuansa positif di kawasan kehutanan di Bandung Utara. Administratur KPH Bandung Utara, Tri Lastono, mengatakan, cukup banyak potensi sejarah di kehutanan Bandung Utara belum dimunculkan. “Jika dikelola dan diprbmosikan lebih baik, diharapkan menjadi daya tarik bagi para wisatawan, di mana wisata sejarah belakangan ini menjadi salah satu daya tarik utama para wisatawan,” ujarnya.

Pikiran Rakyat | 20 Agustus 2013 | Hal. 26
Jurnalis : A-81

]]>
Perhutani intensifkan patroli cegah kebakaran hutan https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-intensifkan-patroli-cegah-kebakaran-hutan/ Sat, 04 Aug 2012 03:52:32 +0000 http://perhutani.co.id/?p=5392 Perum Perhutani Unit III Jabar Banten meningkatkan intensitas patroli hutan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan di sejumlah lokasi rawan kebakaran pada musim kemarau.

“Beberapa langkah antisipasi kebakaran hutan pada musim kemarau ini sudah disosialisasikan ke jajaran, salah satunya siaga petugas dan meningkatkan intensitas patroli hutan,” kata Kepala Seksi Humas & Protokoler Perhutani Unit III Jabar Banten, Yopitasari di Bandung, Jumat.

Menurut Yopi, musim kemarau yang cukup kering saat ini menimbulkan kerawanan hutan, antara lain kebakaran hutan baik itu akibat rumput kering yang terkena terik sinar matahari atau akibat ada ulah orang yang tidak bertanggung jawab melakukan pembakaran hutan.

Patroli yang dilakukan secara mobile dilakukan lebih intensif, tentunya bekerjasama dengan masyarakat di sekitar hutan untuk melakukan deteksi dini.

Perhutani, kata Yopi telah memiliki peta kerawanan kebakaran hutan pada musim kemarau sehingga mendapat perhatian intensif. “Khusus di beberapa titik rawan, kami membangun menara pengawas untuk membantu petugas patroli melakukan pemantauan hutan,” katanya.

Upaya lain yang dilakukan yakni memfasilitasi mobil Polhutan dengan tambahan pompa air untuk melakukan pencegahan awal bila terjadi kebakaran hutan. Di sisi lain, peran serta masyarakat di sekitar hutan juga dilibatkan. Selama ini Perhutani memiliki hubungan kemitraan dengan masyarakat desa sekitar hutan, salah satunya dalam upaya pencegahan kebakaran hutan.

“Masyarakat sebagai informan yang melaporkan bila ada gejala kebakaran, sehingga petugas kami bisa cepat bertindak,” katanya. Selain itu, seluruh unit dan elemen terkait penanganan hutan juga diwajibkan menyiapkan dan menghidupkan alat komunikasinya 24 jam non stop untuk memudahkan koordinasi.

“Alat komunikasi terus dipasang non stop, tujuannya untuk memudahkan komunikasi,” kata Yopi. Meski kesiagaan kebakaran hutan Perhutani ditingkatkan, namun BUMN sektor kehutanan itu tidak melarang bila ada warga yang kemping.

“Kami tak melarang aktifitas perkemahan, disarankan di lokasi yang sudah disediakan dan tetap menjaga keamanan. Tidak membuang puntung rokok sembarangan atau membuat perapian,” kata juru bicara Perhutani Unit III Jabar Banten itu menambahkan.

Sementara itu beberapa kawasan hutan Perhutani yang rawan kebakaran pada musim kemarau antara lain di kawasan Gunung Kareumbi Sumedang, Gunung Burangrang, dan di kawasan Bandung Selatan serta Garut.
(*)

Editor: Ella Syafputri
mediaindonesia.com::Jumat, 3 Agustus 2012 16:22 WIB

]]>
Perhutani Targetkan Produksi 145.475 Ton https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-targetkan-produksi-145-475-ton/ Fri, 03 Aug 2012 01:13:27 +0000 http://perhutani.co.id/?p=5402 Perum Perhutani Jabar Banten menargetkan produksi padi dari program Gerakan Percepatan Produktivitas Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) bisa mencapai 145.475 ton. Wakil Kepala Perhutani Jabar Banten Elian Barlian mengatakan program GP3K di wilayah kerjanya yang bergulir sejak 2011 terbilang berhasil. “Panen 2011 cukup bagus dengan hasil produksi sebanyak 29.000 ton,” katanya di Gedung Pakuan, Bandung, Kamis (2/8).

Dia menjelaskan tahun ini pihaknya menargetkan ada kenaikan 30% produksi dibandingkan dengan tahun lalu, yakni ada peningkatan sekitar 35.000 ton dari program GP3K dari luas lahan 29.094 hektar. Perhutani, katanya, mulai efektif menanam padi tersebut pada musim penghujan akhir 2012 di 14 KPH. Agar program ini berjalan mulus pihaknya selalu mengonsultasikan dengan Dinas Pertanian.

Peran Dinas Pertanian untuk mendukung panca usaha tani, sehingga diperlukan konsuitasi dan pendampingan dari petugas penyuluh lapangan pertanian. Tahun ini, katanya, GP3K juga mengembangkan budi daya tanaman jagung di atas luas lahan 5.033 hektare atau meningkat dibandingkan dengan 2011 yang hanya 4.219 hektare. Produksi jagung GP3K tahun lalau sebesar 52.509 ton.

Menurut Elian, program GP3K di Jabar dan Banten berkontribusi 40% dari seluruh Perhutani secara nasional. “Jabar termasuk paling besar untuk keseluruhan,” katanya. Dia menyatakan keuntungan dari GP3K ini seluruhnya untuk petani, tetapi untuk menjalankan program ini para petani terlebih dahulu diberikan dana pinjaman.

Perhutani mengucurkan lebih dari Rp6 miliar untuk program GP3K secara nasional dengan bunga rendah. “Tujuan dari program ini selain untuk meningkatkan produktivitas, juga untuk membantu ketahanan pangan nasional,” katanya. Menanggapi soal produksi kedelai, Elian berpendapat pengembangan komoditas itu perlu kecocokan khusus kondisi lahan. “Saya kira di Jabar itu relatif lebih cocok ke padi dan jagung. Ada yang cocok untuk kedelai tapi tidak begitu luas, itu hanya di Pantura,” katanya.

Menurutnya, untuk lahan yang akan ditanami kedelai perlu treatmen khusus. Kondisi ini berbeda dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur yang memiliki lahan cukup luas untuk pengembangan kedelai dengan sistemnya tumpang sari. Pengembangan kedelai selain karena lahannya yang terbatas. Kedelai sendiri butuh perlakuan khusus seperti walaupun bukan tanaman air tapi butuh air, kemudian resistensi gangguan hamanya terbilang tinggi. “Tapi ke depan kami sangat concern untuk kedelai ini.”

Bisnis Indonesia :: 3 Agustus 2012, HAL i.2

]]>