Wisata Alam – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 16 Aug 2017 03:39:27 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Wisata Alam – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Petung, Keindahan yang Terselubung https://stg.eppid.perhutani.id/petung-keindahan-yang-terselubung/ Wed, 16 Aug 2017 03:39:27 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48898 SUARAMERDEKA.COM (15/8/2017) | Iring-iringan delapan unit Angkutan Pegunungan Pariwisata (Anggun Paris) membelah kawasan hutan di Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Sabtu (5/8). Pepohonan menjulang tinggi tampak di dua sisi jalan. Kadang dijumpai air terjun mini di salah satu sisi.

Sejenak, pepohonan menghilang, berganti pemandangan lahan hijau berundak yang menghampar luas. Sesekali Anggun Paris berhenti. Wisatawan yang terpukau dengan keindahan alam Petungkriyono, mengabadikannya dengan kamera. Bunyi rana lensa pun saling menyahut.

“Banyak yang instagramable (foto yang menarik diposting di instagram, red),” kata Erina Julia, blogger dari Semarang, saat memotret pemandangan di jembatan Sipingit.

Hari itu, ia bersama 80 blogger, pilot drone, fotografer dan wartawan dari berbagai daerah di Indonesia menjelajahi kawasan Petungkriyono pada acara Amazing National Petung Explore yang diselenggarakan Pemerintah Kabupatan (Pemkab) Pekalongan.

Jembatan Sipingit bukanlah titik akhir. Anggun Paris pun kembali membawa peserta menyusuri jalan yang berkelok-kelok dan tanjakan terjal. Di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), Anggun Paris berhenti. Peserta berhamburan lalu meniti jalanan menuju air terjun.

Setelah berjalan sekitar tujuh menit, air terjun menjulang tinggi tampak di depan mata. Wisatawan terus bergerak mendekati air terjun setinggi 70 meter yang dihiasi aliran air bertingkat dengan batu besar yang membentuk perosotan air. Sebelum sampai ke lokasi, sejumlah wisatawan tampak antre berfoto di tulisan “Curug Bajing” yang menjadi identitas air terjun tersebut.

Curug Bajing yang terletak di Dusun Kambangan, Desa Tlogopakis, hanya sebagian kecil dari wisata alam yang bisa disapa di Petungkriyono. Karena Petungkriyono menyimpan sejuta pesona dan keindahan. Dan, perjalanan hari itu telah menyingkap keindahan-keindahan di kawasan Petungkriyono yang terselubung hutan.

Ada Curug Sibedug yang terletak di Dusun Sokokembang, Desa Kayupuring. Air terjun setinggi 20 meter ini memiliki dua aliran, bahkan bisa menjadi tiga pada musim hujan. Ada pula Curug Lawe. Selain air terjun, pengunjung juga bisa melihat keindahan alam dari atas gardu pandang. Sebelum pulang, pengunjung bisa berfoto di bawah payung berwarna-warni yang digantung di sela-sela pohon.

Jika belum puas, masih ada Curug Muncar dan Welo Asri. Dan jika masih belum puas, pengunjung bisa mencoba wisata lain yang lebih menantang. Seperti body rafting atau river tubing di Sungai Welo, atau mendaki Puncak Tugu di ketinggian 1930 mdpl untuk melihat matahari terbit.

Laboratorium Penelitian

Kecamatan Petungkriyono (Petung) yang menjadi paru-parunya Jawa Tengah, berada di ketinggian antara 600-2100 mdpl. Dari total luas wilayah Petungkriyono 7.358,523 hektare (ha), luas wilayah hutan mencapai 5.189,507 (ha).

Selain keindahan alamnya, potensi lain dari Petungkriyono adalah keberadaan hewan dan tanaman langka. Salah satu wisata alam di Petungkriyono, Hutan Sokokembang, memiliki keragaman flora dan fauna.

Lebih kurang 250 spesies telah teridentifikasi berhabitat di hutan tersebut, termasuk sejumlah satwa langka seperti Macan, Elang Jawa, Lutung Jawa (trachypithecus auratus), Monyet Ekor Panjang (macaca fascicularis) dan Owa Jawa (hylobates moloch).

“Hutan Sokokembang merupakan rumah terbesar kedua bagi Owa Jawa setelah Taman Nasional Gunung Halimun Salak di Jawa Barat,” terang Pegiat Lingkungan Petungkriyono, Tasuri saat ditemui di Curug Lawe.

Menurut dia, saat ini populasi Owa Jawa di Hutan Sokokembang sekitar 40 keluarga. Setiap keluarga Owa Jawa terdiri atas 3 hingga 5 ekor. Lebih lanjut Tasuri mengatakan, di Hutan Sokokembang juga banyak ditemukan tanaman langka. Salah satunya Keruing (dipterocarpus), atau marga pepohonan penghasil kayu pertukangan.

“Karena banyak hewan dan tanaman langka, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi banyak yang melakukan penelitian di sini,” sambungnya.

Berdasarkan keterangan Wikipedia, beberapa spesies Keruing termasuk dalam daftar International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) sebagai tanaman terancam punah.

Hari itu, peserta Amazing National Petung Explore berkesempatan menyapa langsung sejumlah satwa yang berhabitat di Hutan Petungkriyono. Saat sebagian peserta tengah berfoto dengan latar tulisan “Petungkriyono National Nature Heritage”, seekor Elang Jawa muncul di angkasa. “Itu drone-nya Petung,” kata salah seorang peserta.

Sementara itu, saat rombongan hendak meninggalkan Welo Asri, tiga ekor Lutung Jawa bergelantungan di pohon. Sejumlah fotografer yang sudah berada di dalam Anggun Paris, meloncat keluar untuk mendapatkan foto terbaik dari ketiga Lutung tersebut.

Hal-hal itu membuktikan jika Hutan Petungkriyono tepat dijadikan sebagai laboratorium alam untuk konservasi dan penelitian. Pada 2016, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan hutan alam di wilayah Petungkriyono sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK).

KHDTK adalah kawasan hutan yang ditetapkan untuk keperluan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta kepentingan religi dan budaya setempat. Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, hingga 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memiliki 34 KHDTK yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan.

KHDTK tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur dengan luas total sekitar 37.000 ha, yang mencakup berbagai tipe hutan dan kondisi sosial budaya. Hutan di Petungkriyono dinilai sebagai KHDTK yang lengkap untuk berbagai keperluan seperti penelitian, wisata maupun religi.

Kearifan Lokal

Masih ada potensi lain yang bisa digali dan dikembangkan dari Petungkriyono, yakni wisata budaya dan religi. Di Petungkriyono terdapat Situs Lingga Yoni dan Situs Gedong yang berada di Desa Tlogopakis. Selain itu, di Petungkriyono yang selama ini dikenal sebagai Negeri di Atas Awan, juga berpotensi dikembangkan pariwisata berbasis kearifan lokal seperti halnya ritual pemotongan rambut gimbal di Dieng.

Pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Curug Bajing Supriyadi menjelaskan, ada beberapa tradisi yang masih lestari di Petungkriyono hingga saat ini. Salah satunya kendetan.

Menurut Supriyadi, kendetan adalah tradisi masyarakat desa di Kecamatan Petungkriyono yang digelar setiap malam 1 suro untuk menolak bala. Tradisi ini berupa pemotongan kambing kendit atau kambing kecil yang tidak mau tumbuh besar, dan memiliki tanda khusus di lingkaran perut menyerupai sabuk.

“Setiap malam 1 suro, kambing kendit dipotong, kemudian kepalanya ditancapkan di perempatan desa. Sementara dagingnya dibagikan kepada mayarakat. Kemudian, pada pukul 12.00 malam, tokoh setempat, biasanya pak bau (kepala desa), keliling kampung dengan telanjang bulat. Dengan tidak berpakaian, kalau ada hal yang tidak bagus atau bahaya, akan terlihat tandanya,” paparnya.

Karena itu, kalangan masyarakat Petungkriyono mengeramatkan kambing kendit. Namun, lanjut dia, dari sembilan desa di Petungkriyono, hanya beberapa desa saja yang masih menjaga tradisi tersebut. Salah satunya Desa Tlogopakis. Tidak hanya kenditan, ada tradisi pemotongan kepala kerbau yang dilarung ke tengah Telaga Mangunan.

“Ceritanya, dulu ada ular yang minta tumbal seorang putri. Kemudian masyarakat berinisiatif menggantinya dengan kepala kerbau,” paparnya.

Tradisi tersebut masih dilaksanakan masyarakat Desa Tlogohendro. Warisan budaya dan kearifan lokal dapat terjaga dan diapresiasi apabila dapat dikembangkan sehingga menciptakan nilai tambah.

Wasri (57), salah seorang warga Desa Kasimpar mengaku senang dengan perkembangan Petungkriyono. “Desa ini sekarang ramai dikunjungi wisatawan. Dua anak saya, sekarang punya penghasilan tambahan dengan berjualan makanan di Curug Lawe,” terangnya.

Jaga Kelestarian

Bupati Pekalongan Asip Kholbihi mengatakan, Hutan Petungkriyono telah ditetapkan sebagai National Nature Heritage. Sebagai hutan alami satu-satunya yang masih tersisa di Pulau Jawa dan salah satu paru-paru dunia, kawasan tersebut harus dijaga kelestariannya. Untuk menjaga kelestarian Hutan Petungkriyono, salah satunya dengan menetapkan hutan di Petungkriyono sebagai zona larangan tebang.

“Kami sudah menetapkan kawasan hutan di Petungkriyono sebagai zona larangan tebang. Sehingga harapannya tidak terjadi ilegal logging,” tegasnya.

Beberapa waktu lalu, Pemkab Pekalongan menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) tentang “Petungkriyono Cultural-Techno Forestry Park” dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Timur dan Yayasan Kehutanan Indonesia. Sejumlah program yang akan dilaksanakan di antaranya pendampingan dan pemberdayaan masyarakat, edukasi wisata, laboratorium alam, bank genetika, bank bibit, teknologi hijau, energi hijau serta keuangan hijau (green financing).

Dalam pengelolaan program tersebut, pemberdayaan masyarakat dan kearifan lokal menjadi yang utama. Selain itu, juga diutamakan konsep keseimbangan alam sehingga tetap terjaga kelestariannya, termasuk fungsi ekologis. “Jika hutan lestari akan memberikan dampak dan keuntungan bagi masyarakat. Bisa dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat,” tambahnya.

Perjalanan sehari menjelajahi Hutan Petungkriyono memberikan kesan tersendiri bagi sejumlah peserta Amazing National Petung Explore. Sebagian peserta merasa takjub melihat keindahan alam Petungkriyono. “Luar biasa. Hutannya masih sangat alami. Serasa berada di Afrika,” kata Faishol Abrori (16), blogger dari Jember, peserta termuda yang mengikuti acara tersebut.

Senada disampaikan Dian Farida Ismyama (34), blogger dari Yogyakarta. “Sensasi petualangannya dapat, kesegaran udaranya dapat, dan pesona alamnya, bener-bener amazing,” ujarnya.

Namun, kerusakan infrastruktur menjadi catatan peserta yang menjelajahi Hutan Petungkriyono. “Jalannya rusak parah. Perut seperti dikocok-kocok,” sambung Dian.

Ia berharap, jalan segera diperbaiki agar wisatawan yang datang ke Negeri di Atas Awan semakin banyak.

Terkait hal ini, Bupati mengatakan Pemkab Pekalongan sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp 30 miliar untuk memperbaiki jalan di kawasan tersebut. “Tahun ini jalan diperbaiki,” terangnya.

Wakil Bupati Pekalongan Arini Harimurti menambahkan, perbaikan jalan di Petungkriyono akan dikerjakan hingga Yosorejo. “Nanti menjadi satu kesatuan dengan Pegunungan Dieng. Sehingga bisa ditempuh dari arah selatan maupun utara,” jelasnya.

Sumber : suaramerdeka.com

Tanggal : 15 Agustus 2017

]]>
Gebrakan Pemuda 27 Tahun Di Hutan Pinus https://stg.eppid.perhutani.id/gebrakan-pemuda-27-tahun-di-hutan-pinus/ Tue, 08 Aug 2017 04:13:34 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48780 RADARMALANG.ID (7/8/2017) | Hutan Pinus Semeru (HPS) saat ini memang tengah naik daun. Bila akhir pekan, pengunjung tempat wisata anyar ini bisa mencapai 1.500 orang. Sekarang, tempat ini sudah memberdayakan seratus warga sekitar. Tak disangka, salah satu pelopor tempat wisata ini masih berumur 27 tahun. Siapa dia?

Tempat wisata ini seolah menggabungkan dua hal. Yakni, kerinduan masyarakat urban terhadap wisata alam, serta tempat wisata yang bisa dijadikan tempat berfoto. HPS memang berada di lereng kaki Gunung Semeru. Selain suasananya yang sejuk karena rerimbunan pohon pinus, wisata di Desa Sumberputih, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, ini favorit bagi yang gemar berfoto.

Pengunjung bisa mengabadikan gambar di dekat tulisan The Heart of East Java yang merupakan ikon Kabupaten Malang, rumah pohon, barisan warna-warni hammock, flying fox, hingga kereta gantung. Jika Anda berkunjung ke tempat ini saat langit sedang cerah, Anda akan mendapatkan bonus berupa pemandangan Gunung Semeru yang gagah.

Kian booming-nya HPS ini tidak terlepas dari peran dua orang. Mereka itu adalah F.R. Zain dan Joko Sugeng. Dulu, Zain merupakan ketua Karang Taruna Desa Sumberputih. Sementara Joko Sugeng menjabat sebagai wakilnya.

”Awal mulanya, waktu itu ada teman-teman dari KKN UMM,” kata Zain kepada Jawa Pos Radar Malang beberapa hari lalu.

Ketika itu, Zain melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dari hamparan hutan pinus di desanya. Hanya, saat itu belum ada yang mengawali bagaimana caranya mengembangkan potensi itu.

”Keinginan kami itu sudah lama. Namun, mengawalinya ini yang belum,” imbuhya.

”Sampai ada anak KKN yang datang. Lalu, mereka bingung mau membuat program apa. Ya sudah, mereka kami gandeng membuka HPS ini bersama-sama,” imbuh alumnus Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Raden Rahmat, Kepanjen, tersebut.

Nah, dari situlah ada beberapa payung yang diletakkan untuk menghiasi hutan. Payung ini diletakkan dengan posisi seolah-olah sedang terbang. Semakin lama tempat ini makin ramai, dan banyak wisatawan yang berdatangan. Mereka datang hanya untuk berfoto.

”Lalu, kami tambah lagi (payung hiasannya). (Semuanya) pakai uang pribadi waktu itu,” imbuhnya.

Meski baru dibuka sejak Januari lalu, tapi HPS kian populer. Banyak pengunjung yang datang lalu mengunggah tempat wisata ini di media sosial Facebook dan Instagram.

”Terus. Kami kerja terus. Belum banyak yang ikut pada waktu itu. Belum seperti saat ini (sudah ramai). Saya juga promosi lewat internet, buat akun, dan selalu saya update setiap hari sampai sekarang,” imbuh pria 27 tahun ini.

Upaya mulia Zain sebelumnya sering mendapatkan cibiran. Banyak warga yang beranggapan kalau usaha Zain ini sebagai sesuatu yang sia-sia. Selain itu, Perhutani sempat marah karena tempat tersebut tidak berizin. ”Dimarahi dulu, terus kami urus izinnya. Dan saat ini Perhutani sangat mendukung,” kata dia.

Hingga akhirnya, kurang lebih delapan hektare lahan bisa dikelola HPS. Hanya, hingga saat ini yang sudah dimanfaatkan baru tiga hektare.

Berwisata ke tempat ini hanya perlu membayar uang parkir sebesar Rp 5 ribu. Selain itu, dibukanya HPS ini sangat berdampak bagi perekonomian warga. Mulai dari adanya warung makan hingga persewaan hammock.

”Sekitar 100 orang yang sudah terlibat di sini. Dan hammock itu disewa oleh anak-anak usia SMP,” imbuh pria yang juga menjabat sebagai kepala dusun ini.

”Pendapatan dari warung juga meningkat,” imbuhnya.

Baginya, ini adalah berkah. Namun, tantangannya adalah bagaimana hutan ini tetap asri. ”Memang, yang kami sesalkan kadang ada pengunjung yang buang sampah sembarangan. Jadi, setiap sore kami selalu membersihkan sampah (yang ditinggalkan pengunjung),” kata dia.

Ke depan, wisata ini juga akan dibalut dengan beberapa edukasi. ”Tentang perkebunan, tentang fungsi getah pinus, dan bumi perkemahan. Kami bisa menggandeng anak pramuka,” tandas dia.

Sumber : radarmalang.id

Tanggal : 7 Agustus 2017

]]>
Mahasiswa Unikama Kembangkan Wisata Sumber Awan https://stg.eppid.perhutani.id/mahasiswa-unikama-kembangkan-wisata-sumber-awan/ Sun, 06 Aug 2017 09:46:48 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=48720 TIMESINDONESIA.CO.ID (6/8/2017) | Kelompok 8 Kuliah Kerja Nyata (KKN) universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) bersama Komunitas Pemuda Sumber Awan melakukan inovasi pengembangan wisata alam Sumber Awan yang ada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Pengembangan berupa penambahan spot-spot foto yang terbuat dari limbah sandal dan pemasangan gazebo di beberapa titik.

Meski terlihat sederhana, adanya spot foto semakin membuat pengunjung suka dan nyaman karena ada gazebo untuk beristirahat.

Fasilitas baru ini secara simbolis diresmikan oleh Rektor Unikama, Dr. Pieter Sahertian, M.Si, Minggu (06/08/17).

Diawali dengan pemotongan pita, Rektor Unikama melanjutkan ddengan berkeliling memantau hasil kerja dari kelompok 8 ini dan berswafoto dengan para mahasiswa.

“Inovasi ini diharapkan menjadikan lokasi wisata ini lebih menarik dan lebih memikat pengunjung dan bermanfaat untuk pengembangan wisata Sumber Alam ini sendiri,” kata Pieter Sahertian.

Doni Dwi Samsul Arifin, selaku Ketua kelompok 8 menjelaskan, ada lima program kerja dalam KKN kali ini. Mulai dari pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) sandal dan makanan yakni pembuatan keripik dari bonggol pisang, pengembangan candi Sumber Awan bagian atas dan bagian bawah, program kerja PKK dan program kerja karang taruna.

Kelompok 8 yang terdiri dari 24 mahasiswa dibagi menjadi 5-6 orang pada masing-masing program kerja.

Doni berharap agar Perhutani dan Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan (LKDPH) bisa menjaga apa sudah dilakukan oleh kelompok 8 pada Wisata Candi Sumber Awan.

Sumber : timesindonesia.co.id

Tanggal : 6 Agustus 2017

]]>
Perhutani Bogor Terus Incar Investor https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-bogor-terus-incar-investor/ Wed, 09 Nov 2016 02:19:54 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41984 hutan-perhitaniJABAR.POJOKSATU.ID (8/11/2016) | Pembenahan di wisata alam Sentul Eco Edu Tourism Forest, menarik perhatian Direktur Utama Perhutani, Denaldy M, Mauna. Orang pertama di Perum Perhutani ini pun akan melakukan pemetaan dan kesiapan seluruh infrastruktur di Sentil Eco Edu Tourism Forest.
Menurut Denaldy, pemetaan ini dilakukan untuk mempersiapkan dan menyusun strategi. “ Untuk mempermudah calon investor yang ingin bekerjasama,” ujarnya dalam rilisnya, Senin (07/11/2016).
Sentul Eco Edu Tourism Forest adalah kawasan wisata seluas 670 ha yang berjarak 60 km dari Jakarta dan hanya kurang lebih 45 menit ditempuh kendaraan roda empat atau 14 km dari pintu tol Sentul Selatan.
Lokasi wisata ini cocok untuk kegiatan pendidikan, pelatihan, rekreasi dan menyalurkan hobi fotografi atau bersepeda. Lokasi wisata ini dibangun bersama Pemerintah Korea pada tahun 2008 .
“Lingkungannya cukup menarik, dikelilingi hutan pinus, daerah perdesaan dan perbukitan gunung Pancar, air terjun, juga air panas alami, ” kata Denaldy.
Diberitakan sebelumnya, Sentul Eco Edu Tourism yang terletak di Kampung Sukamantri, Desa Karangtengah, Kecamatan Babakanmadang. Kawasan yang memiliki luas sekitar 100 hektare ini menyediakan berbagai fasilitas yang berkaitan dengan alam. Seperti camping ground, penginapan dan tempat pertemuan.
“Sentul Eco Edu Tourim ini awalnya memiliki konsep berupa pertukaran pelajar Korea dan Indonesia. Namun, sekarang sudah diperuntukan untuk umum,” ujar ADM KPH Perhutani Bogor, Asep Dedi Mulyadi yang diwakili Humas KPH Perhutani Bogor, Yeti.
Di lokasi ini, pengunjung bisa merasakan dan mengenal beberapa tanaman hutan, salah satunya Pinus. Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa memanfaatkan lokasi ini untuk outbond maupun kegiatan lainnya.
“Kita masih akan melakukan pengembangan. Nanti juga ada taman kupu-kupu, trek sepeda dan lainnya,” ujarnya.
 
Tanggal : 8 November 2016
Sumber : jabar.pojoksatu.id

]]>
Matangkan Ledok Jadi Destinasi Wisata Blora https://stg.eppid.perhutani.id/matangkan-ledok-jadi-destinasi-wisata-blora/ Fri, 04 Nov 2016 02:16:52 +0000 http://www.perhutani.co.id/?p=41666 SUARABANYUURIP.COM (3/11/2016) | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora, Jawa Tengah, berupaya serius untuk memamatangkan konsep wisata alam di Desa Ledok, Kecamatan Sambong. Pematangan konsep dilakukan agar Ledok bisa sebagai destinasi wisata edukasi Minyak dan Gas Bumi (Migas).
Untuk diketahui, pekan lalu Pemkab Blora telah mengundang sejumlah dinas terkait untuk membahas kelanjutan program tersebut.?
Rapat koordinasi (Rakor) yang dipimpin Wakil Bupati (Wabup) Arief Rohman itu antara lain dihadiri perwakilan Pertamina Eksplorasi dan Produksi (EP) Cepu, Perhutani, dinas dan instansi pemkab, pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), pejabat Pusdiklat Migas Cepu dan KSO Geo Cepu. Rapat tersebut merupakan tindak lanjut dari rapat pertama pada 19 Juni 2016 lalu.?
Pada kesempatan itu, difokuskan pada pemanfaatan sumur tua, pembenahan hingga ke sektor perhotelan yang nantinya dapat menarik minat wisatawan.
“Akhir tahun ini fokus pada penyusunan konsep atau masterplan. Jika semuanya lancar, insya Allah mulai tahun depan akan diwujudkan,” kata Sugiyanto Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi dan Informatika (DPPKKI).?
?Menurutnya, PHRI dalam rapat itu menyatakan bahwa sektor migas selama ini menjadi single market perhotelan di Blora. Hanya saja, seiring selesainya pengerjaan fisik sarana dan prasarana migas Blok Cepu, okupansi atau tingkat hunian hotel di Blora, khususnya Cepu menurun drastis.
“Karena itu perlu mencari alternatif lain, salah satunya wisata. Blora memiliki keunggulan potensi wisata yang dapat menarik wisatawan datang ke Kabupaten Blora,” ungkapnya.
 
Tanggal : 3 November 2016
Sumber : suarabanyuurip.com

]]>
Kementerian LHK – Kemenpar Sepakat Kembangkan Wisata Alam https://stg.eppid.perhutani.id/kementerian-lhk-kemenpar-sepakat-kembangkan-wisata-alam/ Wed, 28 Oct 2015 01:55:10 +0000 http://perhutani.co.id/?p=27892 rri.co.id- KBRN, Jakarta : Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) bersama Menteri Pariwisata menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait percepatan aktualisasi destinasi pariwisata alam (nature), yang dinilai memiliki potensi wisata terbesar selain budaya (culture), dan buatan manusia (manmade).

Penandatangan MoU tersebut dilakukan oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya, dan Menteri LHK, yang diwakili Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Tachrir Fathoni, di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa (27/10/2015).

Menteri LHK dalam sambutannya yang dibacakan Dirjen KSDAE, mengungkapkan, sudah sepatutnya seluruh kementerian Kabinet Kerja memiliki gerak dan langkah kolektif mewujudkan pariwisata sebagai sektor unggulan. Tidak hanya pemerintah, melainkan juga semua elemen bangsa baik pemda, swasta, pelaku usaha, dan masyarakat

Dijelaskan, saat ini ada enam taman nasional di Indonesia yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai The World Heritage Sites. Dua di antaranya ditetapkan sebagai Cagar Biosfer, yakni Taman Nasional (TN) Gunung Leuser dan TN Komodo. Bahkan, TN Komodo juga resmi menjadi salah satu New7Wonders of Nature.

Sedangkan lima taman nasional menyandang predikat tunggal sebagai Cagar Biosfer, yaitu TN Siberut, TN Gunung Gede Pangrango, TN Tanjung Puting, TN Wakatobi, dan TN Lore Lindu.

“Tak ketinggalan, Konvensi Ramsar pun menetapkan tujuh taman nasional kita sebagai Situs Ramsar. Berbagai pencapaian yang kita miliki ini merupakan pengakuan internasional. Seharusnya dapat kita jadikan international branding untuk selanjutnya kita promosikan dalam rangka mewujudkan pariwisata alam yang unggul, sekaligus menjadikannya modal penting untuk mewujudkan pariwisata sebagai sektor unggulan,” papar Menteri LHK Siti Nurbaya.

Sebagai pusat megabiodiversity, imbuhnya, kawasan hutan di Indonesia juga memiliki beragam keunikan dalam bentuk gejala alam yang indah dan mampu menarik minat wisatawan mancanegara maupun nusantara. Misalnya Lautan Pasir (Kaldera) Bromo, Kawah Biru (fenomena alam api biru), Kawah Ijen, dan masih banyak lagi yang lainnya tersebar di 51 taman nasional dan 114 taman wisata alam.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, taman nasional jika semakin dilestarikan maka akan semakin mensejahterakan masyarakatnya.

“Kekuatan pariwisata kita adalah 60 persen culture, 35 persen nature, dan 5 persen manmade. Namun, masing-masing kekuatan itu tidak bisa berdiri sendiri, harus dikombinasi. Dengan demikian akan memberikan hasil optimal,” kata Arief Yahya.

Ia menegaskan kembali bahwa sektor pariwisata adalah penggerak perekonomian nasional. Saat ini, posisi pariwisata sebagai penghasil devisa negara berada di urutan ke-5.

“Namun ke depan, posisi ini akan terus meningkat menggantikan sektor lain seperti minyak dan gas, batu bara, karet, serta tekstil yang memiliki karakter non-renewable,” ujarnya.

Ia mencontohkan wisata tani, di mana nilai jual hasil sawah akan jauh lebih tinggi ketimbang si petani hanya menjual gabahnya.

“Anak-anak sekolah di perkotaan, tak banyak tahu tentang sawah, proses penanaman hingga menjadi padi. Nah, jika ini dikelola dengan lebih pintar melalui wisata tani, tentu nilai ekonomisnya lebih tinggi. Gabah dijual per kilo hanya Rp 5.000 misalnya, tapi dengan wisata tani, si petani bisa mendapatkan Rp 50.000 dari setiap anak yang mengikuti wisata tani ini,” paparnya lagi. (Heri.F/HF)

Sumber : rri.co.id
Tanggal : 27 Oktober 2015

]]>
Candrian Diminati Spearfishing https://stg.eppid.perhutani.id/candrian-diminati-spearfishing/ Mon, 30 Mar 2015 08:25:25 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19470 PESANGGARAN-Satu lagi pantai di wilayah Kecamatan Pelanggaran, menyimpan keindahan yang luar biasa. Pantai yang belum banyak dikenal itu adalah Pantai Candrian yang berlokasi di timur Pantai Pulau Merah, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran.

Tidak mudah untuk menuju ke pantai ini, karena belum ada akses jalan. Pantai Candrian yang lokasinya berada di kawasan hutan KPH Perhutani Banyuwangi Selatan, itu bisa ditempuh dengan naik perahu ke arah timur dari Pantai Pulau Merah.

Karakter pantai ini, sangat mirip dengan Pantai Wedi [reng. Meski berada di pantai selatan, tapi ombaknya tidak terlalu besar. Yang menakjubkan, pantai yang berbentuk teluk kecil itu penuh dengan pasir putih. “Pantai Candrian belum banyak dikunjungi warga,” cetus Harmindun, 35, salah seorang penyedia jasa perahu.

Menurut Harmindun, setiap hari memang ada pengunjungyang minta diantarke Pantai Candrian, tapi hanya sekitar lima orang

Mereka itu, jelas dia, datang ke pantai itu untuk mencari ikan. “Yang ke Pantai Candrian itu untuk memancing ikan,” katanya.

Selain memancing, jelas dia, para pengunjung Pantai Candrian itu mencari ikan dengan cara spearfishing (tombak ikan), yakni berburu ikan dengan cara menembak menggunakan senapan panah. “Ikannya memang cukup banyak,” ujarnya.

lika beruntung, jelas dia, pemburu ikan itu bisa mendapatkan ikan Sadar, tigerfish dan jenis ikan lain yang berada di sekitar tepi pantai. “Ini saya cari dapat ikan sadar dua ekor,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Minimnya pengunjung yang datang ke Pantai Candrian, bisa jadi juga karena mahalnya biaya sewa perahu. Untuk satu kali antar dan jemput, tarifnya men-capai Kp 800 ribu unmk delapan penumpang. “Sewa Rp 800 ribu itu akan kita tunggu, dan nanti juga akan kita antar keliling,” ungkapnya.

Menurut Harmindun, selama perjalanan menuju ke Pantai Candrian, pengunjung juga akan diajak melewati beberapa tempat yang menarik, seperti Pulau Mustaka dan Pulau Mbcdil. “Di perjalanan ada batu mirip singa Sphinxhingga karang Hogwart,” jelasnya.

Salah satu pengunjung dari Surabaya, Suwito, 40, mengaku penasaran dan sengaja ingin melihat beberapa lokasi di sekitar Pulau Merah yang belum banyak terekspos, salah samnya Pantai Candrian. “Penasaran, banyak lokasi bagus yang belum diketahui oleh umum,” terangnya, (sli/abi)

Sumber : Radar Banyuwangi, hal. 32 & 33
Tanggal : 30 Maret 2015

]]>
Gali Potensi Wisata Alam https://stg.eppid.perhutani.id/gali-potensi-wisata-alam/ Wed, 18 Mar 2015 01:22:50 +0000 http://perhutani.co.id/?p=19159 BERAGAM daya tarik ditawarkan Bandung untuk wisatawan. Badan Promosi Pariwisata Daerah Jawa Barat mencatat ada delapan objek wisata yang menjadi pilihan teratas wisatawan sekaligus menjadi paket favorit perjalanan wisata ke Bandung.
“Daya tarik wisata Bandung Raya masih dipegang wisata alam. Itu masih menjadi pilihan teratas,” kata Direktur Eksekutif BPPD Jawa Barat Hilwan Saleh, Senin (16/3).
Karena itu, hampir semua paket wisata di Bandung Raya memasukkan kawasan objek wisata alam di Bandung Selatan dan Bandung Utara.
Delapan objek wisata alam yang menjadi tujuan wisatawan ialah Kawah Putih, Gunung Tangkuban Parahu, Situ Patenggang, pemandian air panas Ciater Subang, Trans Studio Bandung, Cihampelas Walk, The Ranch Lembang, dan Kebun Binatang Kota Bandung.
Dari delapan objek, dua di antaranya berada di kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani, yakni Kawah Putih dan Situ Patenggang, yang berlokasi di kawasan Ciwidey, Bandung Selatan.
Kawah Putih merupakan objek wisata kawah purba dari Gunung Patuha yang menampilkan panorama kawah berwarna hijau yang berasal dari kandungan garam. Gunung Patuha merupakan gunung purba tipe B yang sudah tidak aktif.
Situ Patenggang di Pangalengan ialah danau di kawasan itu yang berlokasi sekitar 47 kilometer dari Kota Bandung.Objek wisata itu satu jalur dengan Kawah Putih.
“Pengunjung ke objek wisata itu masih cukup tinggi karena merupakan ikon wisata di Bandung Raya,” kata Hilwan.
Andalan perusahaan
Direktur Komersial Nonkayu Perum Perhutani M Soebagja mengakui wisata alam juga bakal jadi andalan perusahaannya ke depan. Apalagi Jawa Barat juga mengarahkan diri menjadi green province sehingga eco-tourism akan memiliki peluang besar untuk dikembangkan.
“Perhutani memiliki ratusan potensi wisata alam dan baru 30 lokasi yang dipetakan menjadi andalan pemasukan, di antaranya ada di sekitar Kabupaten Bandung, yakni cluster Cekungan Bandung Raya, Kawah Putih Ciwidey, Cibolang, Cimanggu, Blanakan, dan Cilember,” ungkapnya.
Walaupun dalam bidang wisata penghasilan yang didapatkan belum sebesar hasil olahan tanaman kayu, potensinya sangat besar. Optimisme itu tidak muluk-muluk mengingat hampir seluruh wanawisata alam yang ada di Pulau Jawa berada di dalam kawasan Perum Perhutani.
“Sejak dulu, orang Perhutani dikenal sebagai anak rimba alias rimbawan. Kini, kami dituntut membenahi internal untuk memajukan sektor wisata ini,” tutur lulusan Magister Universitas Tujuh Belas Agustus Semarang itu.
Dukungan untuk wisata alam Perhutani tersebut juga terus mengalir. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, misalnya, secara bertahap mulai mengerjakan proyek pelebaran jalan utama wisata mulai Soreang hingga Ciwidey.
“Bertahap. Insya Allah dalam dua tahun ke depan sudah tuntas,” kata Kepala Dinas Bina Marga Jabar M Guntoro.
Jalan provinsi di wilayah tersebut dilebarkan 1-2 meter. Itu sesuai dengan standar jalan provinsi selebar 6 meter.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan pelebaran jalan diperlukan karena kondisi jalan yang ada dinilai sempit. (BU/Ant/N-3)
Sumber    : Media Indonesia, Hal.23
Tanggal    : 18 Maret 2015

]]>
Bangun Wisata Hutan, kucurkan Rp 3,7 M https://stg.eppid.perhutani.id/bangun-wisata-hutan-kucurkan-rp-37-m/ Tue, 06 Jan 2015 06:30:32 +0000 http://perhutani.co.id/?p=17307 KOTA BATU – Selangkah lagi wajah hutan Coban Talun di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, bakal berubah. Pembangunan maupun penambahan fasilitas penunjang objek wisata alam ini segera dilangsungkan pascapelaksanaan penandatanganan MoU (memorandum of under standing) antara Pemkot Batu dengan Perum Perhutani KPH Malang. Anggaran untuk menunjang pengembangan objek wisata alam ini juga sudah tersedia.
Tidak tanggung- tanggung, Pemkot Batu telah menyediakan dana sebesar Rp 3,7 miliar di tahun anggaran tahun 2015. Anggaran di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Pemkot Batu ini untuk sejumlah kebutuhan. Di antaranya, untuk penyediaan infrastruktur, penyedia an wahana, penginapan, jogging area, kawasan pertanian peternakan, hingga penyediaan areal parkir. “Anggarannya tahun ini sudah ada, karena memang sudah direncanakan sejak tahun lalu,” kata Abdillah Alkaf, Kepala Disparbud Pemkot Batu, siang kemarin. Dengan demikian, kata dia, tinggal pelaksanaan kegiatannya saja.
Hanya saja, untuk pelaksanaannya harus melalui prosedur pengadaan barang dan jasa, pelelangan. “Sekarang masih dipersiapkan,” kata mantan staf ahli ini. Dia menjelaskan, kucuran dana yang ada di disparbud itu untuk mewujudkan wisata alam di dalam kawasan hutan. Dengan menjadikan kawasan hutan sebagai objek wisata itu, sehingga dapat mendongkrak kesejahteraan warga sekitar. Sebab, dalam pengelolaannya nanti juga melibatkan masyarakat sekitar, khususnya LMDH (Lembaga Masya rakat Desa Hutan).
Mengenai jumlah anggaran sebesar Rp 3,7 miliar itu, menurutnya, anggaran tersebut merupakan dana awal. Namun bisa jadi, kucuran dana tersebut bisa ditambahkan pada tahun depan. “Tahun depan ang garannya bisa bertambah, sekarang ini anggaran yang ada dioptimal kan,” kata dia. Seperti diketahui, pembangunan wisata hutan yang digagas Wali Kota Batu Eddy Rumpoko di areal hutan Coban Talun, bukan lagi sekadar wacana saja. Hal itu ditandai dengan pelaksanaan penandatanganan antara Wali Kota Batu Eddy Rum poko bersama Arief Herlambang, Administratur Perum Perhutani pada hari Minggu (5/1)
Dalam MoU pengelolaan hutan Coban Talun itu, terdapat empat item yang dikerjasamakan. Di antaranya, Agroforestry atau budi daya tanaman kehutanan yang dipadukan dengan pertanian. Kemudian, silfo pasture atau kegiatan kombinasi antara kehutanan dan peternakan. Dalam pengelolaan nantinya ada peternakan seperti kambing, rusa, dan kelinci. Selanjutnya adalah eco wisata atau wisata alam yang memanfaatkan potensi yang ada di kawasan hutan.
Rencananya, di wisata alam kawasan hutan coban talun ini bakal dilengkapi dengan camping ground, kawasan outbound, jalur offroad, hingga motorcroos. Lahan yang dipersiapkan seluas 2 hektare dari total lahan 50 hektare yang dikelola Perum Perhutani KPH Malang. Penandatanganan itu bersamaan dengan pelaksanaan Cross Country Bareng Sam ER hasil kerja sama antara Jawa Pos Radar Batu, Dinas Pertanian dan Kehutanan dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkot Batu, serta Perum Perhutani KPH Malang.
Sementara itu, LMDH Wono Lestari yang mengelola kawasan hutan Coban Talun menyambut positif baik kerja sama yang dilakukan Perhutani dengan Pemkot Batu itu. Mereka berharap kerja sama itu benar-benar dapat meningkatkan kesejahteraan warga sekitar kawasan hutan.
“Konsep sebenarnya sudah lama, tapi baru ini bener-benar terwujud. Mudahmudahan nantinya bisa lebih menyejahterakan warga,” kata Fardi Sukri, Ketua LMDH Wono Lestari, Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo. Dia optimis, LMDH bersama warga sekitar bakal merasakan dampak positifnya. Dengan menjadikan kawasan hutan sebagai objek wisata, tentunya akan menarik wisatawan untuk berdatangan. Semakin banyak wisatawan, maka akan semakin baik. Karena ada transaksi yang dilakukan oleh wisatawan. (asa/c2/yak)
Sumber  : Radar Malang
Tanggal  : 6 Januari 2015

]]>
Sambut Libur Lebaran, Perhutani Reaktivasi Curug Cimahi https://stg.eppid.perhutani.id/sambut-libur-lebaran-perhutani-reaktivasi-curug-cimahi/ Wed, 23 Jul 2014 08:01:11 +0000 http://perhutani.co.id/?p=13242 curug-cimahi-3-300x225Bisnis.com, BANDUNG – Dalam rangka menyambut hari liburan Lebaran 2014, Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten melalui Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Bandung Utara akan kembali mengaktifkan objek wisata Curug Cimahi di Desa Kertawangi, Kec. Cisarua, Kab. Bandung Barat.

Sebelumnya, objek wisata yang tak jauh dari kawasan Lembang ini terpaksa harus ditutup karena sempat terjadi longsor di area wisata tersebut pada 23 Maret 2014.

Kepala KPH Bandung Utara Wismo Tri Kancono mengatakan, salah satu alasan pihaknya memberanikan diri untuk kembali membuka objek wisata tersebut karena mengacu rekomendasi hasil kajian yang dilakukan oleh Badan Geologi.

“Selain itu juga, ada permintaan dari masyarakat setempat karena hampir selama empat bulan mereka kehilangan mata pencaharian karena tempat wisata ini ditutup,” katanya, kepada wartawan, Selasa (22/7/2014).

Dalam rekomendasinya, Badan Geologi menyarankan agar secara teknis pihaknya mengantisipasi terjadinya longsoran susulan dengan memasang jaring pengaman di sejumlah titik rawan. Pihaknya menargetkan pemasangan jaring penahan material longsor itu tuntas pada H-1 Lebaran.

Dengan demikian, tepat pada H+1 Lebaran, Curug Cimahi akan bisa kembali dibuka untuk masyarakat umum yang selama ini telah menjadi andalan tempat rekreasi warga masyarakat selain destinasi wisata yang ada di Bandung Utara lainnya seperti Gunung Tangkubanparahu dan Ciater.

“Selain itu, kami pun akan memasang alarm. Ketika cuaca buruk terjadi, maka alarm akan dinyalakan agar pengunjung segera meninggalkan lokasi untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,” ucapnya.

Dirinya menegaskan, dalam menjalankan bisnisnya ini, pihaknya tidak hanya akan fokus pada profit oriented, tapi juga memperhatikan keselamatan pengunjung yang datang.

Lebih lanjut dirinya berharap agar pengunjung yang masuk pada saat hari libur Lebaran bisa meningkat dibanding tahun sebelumya yang tercatat sebanyak 10.000 orang.

“Akan tetapi, karena telah lama ditutup sepertinya jumlah pengunjung akan turun. Alternatifnya, kami akan andalkan juga objek wisata lain seperti Curug Layung, Situ Lembang, Jayagiri, Bongkor dan Cikahuripan,” ucapnya.

Ditanya mengenai tiket masuk Curug Cimahi, disebutkannya pada hari libur biasa dipatok sebesar Rp10.000 per orang. Pada saat libur Lebaran tahun ini mengalami kenaikan menjadi Rp12.000 per orang.

Sedangkan mengenai pendapatan, KPH Bandung Utara ditargetkan meraup pendapatan minimal Rp 950 juta dari pendapatan tahun sebelumnya yang menembus angka Rp 6 miliar.

“Memang mengalami penurunan signifikan, hal ini karena pada tahun sebelumnya Cikole Resort termasuk dalam pengelolaan kami. Sekarang sudah dipisah oleh manajemen yang lebih profesional lagi,” ujarnya.

Sumber : www.bandung.bisnis.com

Tanggal : Selasa, 22 Juli 2014

]]>