Zona Komersial – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id Perum Kehutanan Negara Wed, 22 Oct 2014 10:10:26 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.1 https://stg.eppid.perhutani.id/wp-content/uploads/2023/04/cropped-logo-pht-32x32.png Zona Komersial – Perum Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id 32 32 Perhutani Genjot Nonkayu https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-genjot-nonkayu/ Wed, 22 Oct 2014 10:10:26 +0000 http://perhutani.co.id/?p=14596 Kontribusi pendapatan dari lini bisnis nonkayu ditargetkan meningkat hingga sebesar 55% pada 2016. BUMN di bidang kehutanan, Perum Perhutani, berencana menggenjot kontribusi bisnis nonkayu menjadi 52% bagi pendapatan perusahaan tahun ini. Sisa pendapatan akan berasal dari bisnis kayu (log).
Menurut Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar, pihaknya memproyeksikan pendapatan Rp4,6 triliun di akhir 2014 atau tumbuh 16,41% jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya Rp3,954 triliun.Sementara itu, laba tahun ini dipatok Rp258 miliar.
“Kesepakatan itu tertuang dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP),” katanya di Jakarta, kemarin.
Mustoha yang menggantikan Bambang Sukmananto terhitung 17 Oktober 2014 itu juga mengatakan Perhutani menargetkan lini bisnis nonkayu akan berkontribusi sebesar 55% pada 2016 dan sisanya dari bisnis kayu.
Pencapaian tersebut akan dikontribusikan dari operasional pabrik derivatif gondorukem terpentin di Pemalang, Jawa Tengah. Hasil industri gondorukem merupakan produk olahan dari getah pinus yang digunakan sebagai bahan baku untuk industri minyak, cat, dan tinta mesin cetak (printer).
Ia mengungkapkan Perhutani juga akan meningkatkan kontribusi kayu dari sisi industri, seperti housing component, furnitur, dan flooring.Perhutani akan mendorong sektor hilir tersebut menjadi kontribusi bagi pendapatan perusahaan. Strategi itu direalisasikan melalui implementasi corporate culture.
Di sisi lain, lanjut Mustoha, pihaknya juga akan merestrukturisasi anak usaha, Inhutani I hingga V. Rencana itu seiring dengan keputusan pemerintah menetapkan Perum Perhutani sebagai induk (holding) BUMN kehutanan.Pascarestrukturisasi, Perhutani juga mendorong Inhutani melaksanakan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Direktur Keuangan Perhutani Morgan Sharif Lumban menambahkan, pihaknya tengah menyelesaikan pengerjaan pabrik derivatif gondorukem berkapasitas 40 ribu ton per tahun di Pemalang, Jawa Tengah, yang ditargetkan berproduksi akhir tahun ini.Aksi PTBA Pada kesempatan terpisah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melalui anak usahanya, PT Bukit Multi Investama, mengakuisisi 100% saham perusahaan perkebunan kelapa sawit, PT Bumi Sawindo Permai (BSP).
Perkebunan BSP yang seluas 8.346 hektare merupakan bagian dari wilayah izin usaha pertambangan (IUP) di area Banko, Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono mengatakan lahan perkebunan yang diakuisisi memiliki cadangan batu bara sebesar 580 juta ton dari total cadangan 1,99 miliar ton yang dimiliki perseroan.
“Keberadaan perkebunan ini merupakan sinergi positif untuk pengembangan grup usaha secara berkelanjutan, khususnya untuk pemenuhan pasokan batu bara bagi PLTU Mulut Tambang yang sedang dalam tahap persiapan pembangunan,” katanya.
Menurutnya, Bukit Asam juga melalui anak usahanya, PT Huadian Bukit Asam Power, akan membangun PLTU Banko Tengah 2 x 620 Mw (Sumsel 8).Rencana pengoperasian 2017 ataupun 2018. (E-3)
Sumber  : Media Indonesia
Tanggal : 22 Oktober 2014

]]>
Berharap Dilibatkan MoU https://stg.eppid.perhutani.id/berharap-dilibatkan-mou/ Fri, 24 Jan 2014 01:58:11 +0000 http://perhutani.co.id/?p=11367 Radar Banyuwangi, Pesanggaran – Kepala Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Murwanto, berharap MoU antara Pemkab Banyuwangi dan Perhutani Banyuwangi Selatan dalam pengelolaan Wisata Pantai Pulau Merah juga ikut mencantumkan peran pemerintah desa setempat. Sehingga pengelolaan Wisata Pantai Pulau Merah bisa memberikan manfaat nyata kepada masyarakat setempat.

Hal ini disampaikan Murwanto menanggapi rencana pemkab yang akan segera merealisasikan MoU dengan para pihak terkait dalam hal pengelolaan potensi wisata termasuk dengan Perhutani Banyuwangi Selatan. Menurut Murwanto, saat ini masyarakat Desa Sumberagung menunggu realisasi MoU antara pemkab dan Perhutani Banyuwangi Selatan tersebut.

Sehingga sambil menunggu realisasi MoU tersebut, warga Desa Sumberagung, juga bisa menerima jika saat ini pengelolaan Wisata Pantai Pulau Merah dilakukan oleh Pokja Wisata Perhutani Banyuwangi Selatan. “Jadi sambil menunggu MoU, nggak masalah kalau masih dikelola oleh Pokja Wisata Perhutani,” katanya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin.

Murwanto berharap jika MoU tersebut nantinya sudah terealisasi dan di dalamnya juga melibatkan Pemerintah Desa Sumberagung, maka Pokja Wisata Perhutani juga harus mematuhi. Bagaimana jika ternyata dalam MoU tidak menyebutkan pelibatan pemerintah desa? Murwanto akan melakukan protes. “Saya berharap harus dilibatkan, karena kalau tidak dilibatkan nanti ramai lagi,” ujarnya.

Sementara itu, pasca unjuk rasa warga yang memprotes Pokja Wisata Perhutani Banyuwangi Selatan, suasana di Pantai Pulau Merah tetap seperti biasa, (azi/aif)

Radar Banyuwangi | 24 Januari 2014 | Hal. 37

]]>
Perhutani Belum Temukan Kecocokan Investor https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-belum-temukan-kecocokan-investor/ Sat, 14 Dec 2013 01:47:59 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10324 Suara Merdeka, SEMARANG – Komitmen Perum Perhutani untuk mengembangkan wana wisata Penggaron, Ungaran, Kabupaten Semarang tidak akan berubah.

Hingga kini, Perhutani belum menemukan kecocokan investor sehingga pengembangan hutan Penggaron tidak bisa direalisasikan dalam waktu dekat.

Kepala Perum Perhutani Unit I Jateng Teguh Hadi Siswanto mengaku membuka pintu selebar-lebarnya bagi calon investor yang berkeinginan menggarap pengembangan hutan yang didominasi pohon pinus itu.

“Sebagai orang Jawa Tengah, kami berharap wana wisata bisa dikembangkan layaknya Taman Safari atau Jateng Park. Sejumlah investor yang masuk baru sebatas usulan, belum sampai pada tataran kesepahaman,” tandasnya di sela-sela penutupan Pelatihan Contract Drafting dan Hukum Korporasi BUMN di Hotel Amanda Hills, Bandungan, Kabupaten Semarang, Jumat (13/12). Kegiatan ini berlangsung sejak Rabu (11/12).

Modal Besar

Penutupan pelatihan dihadiri Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto dan Sekretaris perusahaan Hari Priyanto. Salah satu investor yang menjajaki kerja sama ialah PTBangun Rimba Abadi Jakarta.

Dalam kesempatan itu, Hari Priyanto mengakui Perhutani tidak akan bisa bekerja sendiri seiring dengan pertumbuhan bisnis industri nonkayu. (J17,H68-90)

Suara Merdeka | 14 Desember 2013 | Hal. 2

]]>
Kera Ekor Panjang di Curug Cimahi Bertambah https://stg.eppid.perhutani.id/kera-ekor-panjang-di-curug-cimahi-bertambah/ Fri, 29 Nov 2013 02:50:00 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10225 KOMPAS Online, Bandung – Kera merupakan salah satu daya tarik pariwisata di lokasi wisata air terjun Curug Cimahi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat. Sejak dibuka untuk umum oleh Perhutani pada tahun 1992, di lokasi tersebut hidup ratusan kera jenis Makaka atau kera ekor panjang.

Pada tahun 2002 silam, wahana wisata Curug Cimahi sempat ditutup hingga tahun 2010 karena mengalami perbaikan fasilitas pascalongsor yang terjadi di tempat tersebut. Namun, para kera tetap setia tinggal di hutan Curug Cimahi.

Pengelola Curug Cimahi dan Kepala Resor Pemangku Hutan (KRPH) Cisarua, Eem Sulaeman mengatakan, pada saat Curug Cimahi kembali dibuka untuk umum di tahun 2010 lalu, tercatat sebanyak 180 ekor kera ekor panjang tinggal di hutan sekitar lokasi itu. Namun, ketika diperiksa kembali beberapa bulan ke belakang, jumlah populasi kera ekor panjang semakin bertambah.

“Tahun lalu kita hitung ada sekitar 220 ekor kera, tapi sekarang jumlahnya ada 235 kera,” kata Eem di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (28/11/2013).

Lebih lanjut Eem menambahkan, bertambahnya jumlah kera tersebut membuat jumlah kelompok kera ikut bertambah. Pada saat jumlah kera masih 220 ekor, kata Eem, mereka terbagi ke dalam dua kelompok. “Ada kelompok kecil baru, jumlahnya sekitar 35 ekor. Mereka adalah kera-kera yang tersisih dari dua kelompok besar,” jelas Eem.

Eem menjelaskan, dua kelompok besar kera sebelumnya diberi nama kelompok Cadok dan kelompok Utung. “Nah, yang baru ini belum ada nama,” katanya.

Kehadiran kera di Curug Cimahi memang memberikan dampak positif untuk wisata Curug Cimahi. Pasalnya, kera-kera tersebut terbilang jinak dan tidak pernah mengambil barang-barang milik pengunjung seperti di tempat lain. Di sisi lain, kehadiran kera-kera di Curug Cimahi juga memberikan berkah untuk para petani sayur di sekitar lokasi wisata.

Eem menceritakan, pada saat Wisata Curug Cimahi ditutup untuk umum pada saat perbaikan, gerombolan kera menyerbu dan merusak perkebunan milik warga. “Kalau di sini pengunjung dan petugas rutin memberi makan. Jadi tidak akan mengganggu ke petani. Mereka (petani, red) malah sangat bersyukur. Sebelum dibuka, (kera) memang merusak ke kebun pertanian,” pungkasnya.

Jurnalis : Farid Assifa
Kompas Online | 29 November 2013 | 09.48 WIB

]]>
Hutan Mangrove Cikeong akan dijadikan objek wisata https://stg.eppid.perhutani.id/hutan-mangrove-cikeong-akan-dijadikan-objek-wisata/ Fri, 29 Nov 2013 01:23:54 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10211 Antara News, Karawang – Kesatuan Pemangkuan Hutan Perhutani Purwakarta akan mengembangkan kawasan hutan mangrove Cikeong sebagai objek wisata, menyusul tingginya kawasan itu untuk ditetapkan sebagai tempat wisata. “Tetapi perlu penataan terlebih dahulu untuk menjadikan kawasan hutan mangrove Cikeong sebagai objek wisata,” kata Wakil Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani Purwakarta, Rakhmat, Kamis.

Di antara penataan yang perlu dilakukan ialah akses jalan menuju kawasan hutan mangrove yang kini kondisinya rusak. Mengenai hal itu, kini Menteri Lingkungan Hidup tanam mangrove Pemkab Karawang telah melakukan perbaikan  di Karawang.

Penataan lainnya ialah pembangunan jembatan menuju kawasan hutan mangrove, serta penataan khusus kawasan hutan mangrove yang kini kurang terpelihara dengan baik. Menurut dia, persiapan pengembangan kawasan hutan mangrove Cikeong saat ini sudah mulai dilakukan. Targetnya, pada tahun 2015 sudah selesai persiapan-persiapan tersebut.

“Nantinya, kawasan hutan mangrove itu akan dilengkapi dengan penangkaran buaya, seperti yang ada di Blanakan, Subang,” katanya.  la mengakui puluhan hektare areal hutan mangrove Cikeong, di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Karawang saat ini kondisinya banyak yang rusak. Padahal kawasan hutan mangrove yang dahulu diresmikan mantan Presiden RI Soeharto sebelumnya terawat dengan baik dan kondisinya bagus. Kerusakan hutan mangrove itu mulai terjadi sejak 1998-2002. Setelah tahun 2002 hingga saat ini, pihaknya mulai rutin melakukan perbaikan kondisi hutan mangrove tersebut.

Jurnalis : M.Ali Khumaini | Editor: Nalyo
Antara News | 28 November 2013 | 18. 46 WIB

]]>
Pembenahan Objek Wisata Perhutani https://stg.eppid.perhutani.id/pembenahan-objek-wisata-perhutani/ Thu, 28 Nov 2013 01:43:50 +0000 http://perhutani.co.id/?p=10194 Pikiran Rakyat, Bandung – Menjelang liburan akhir tahun, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten membenahi objek wisata alam yang berada di bawah pengelolaannya.

Terdapat beragam objek wisata di bawah Perhutani, seperti Kawah Putih, Cikole Jayagiri, Curug Cilember (Bogor), Patuha Resort, Wana Wisata Gunung Galunggung, dan Wana Wisata Urug Tasikmalaya.

Manager Komunikasi Perum Perhutani Unit III, Thomas Machmud, mengatakan, daya tarik tempat wisata diharapkan semakin tinggi dengan adanya pembenahan dan penambahan fasilitas tempat wisata. Dia mengatakan, salah satu tempat wisata yang akan direvitalisasi saat ini adalah Wana Wisata Urug di Tasikmalaya.

Menurutnya, selama ini pihaknya menargetkan pendapatan Rp 500 juta per tahun dari tempat wisata tersebut. Akan tetapi, realisasinya hanya mencapai setengahnya saja.

Realisasi hingga pertengahan November lalu baru tercapai sebesar Rp181 juta. Sementara per bulannya, jumlah pengunjung rata-rata baru mencapai 800 orang. Hal tersebut terjadi, menurut dia, karena kurangnya promosi.

“Oleh sebab itu, mendekati liburan tahun baru 2014 mendatang, pengelola wana wisata urug juga akan membenahi dan menambah sejumlah wahana maupun fasilitasnya untuk meningkatkan daya tarik,” ujarnya, Rabu (27/11/2013).

Dia mengatakan, setelah dibuka tiga tahun lalu, Wana Wisata Urug yang mempunyai luas lahan 3,7 ha itu cenderung belum dibenahi sehingga berpengaruh pada tingkat kunjungan.

Dia mengatakan, dalam upaya memperbaiki capaian tersebut, fasilitas pemondokan, barak, aula, dan area kemping, serta tempat permainan anak-anak akan disediakan.

“Selain jogging track, Urug Rimbun menawarkan pula fasilitas lapangan offroad, motorcross, dan giri wana rally,” ujarnya.

Dia menambahkan, lokasi wisata itu juga satu paket dari rangkaian objek wisata lainnya di kawasan Tasikmalaya yang dikelola Perhutani, seperti Cipatujah dan Wana Wisata Gunung Galunggung

Pikiran Rakyat Online | 28 November 2013 | 06.00 WIB

]]>
Punya Tujuh Undakan Berpotensi Jadi Wisata Baru https://stg.eppid.perhutani.id/punya-tujuh-undakan-berpotensi-jadi-wisata-baru/ Sun, 27 Oct 2013 01:50:36 +0000 http://perhutani.co.id/?p=9726 Radar Bromo, PASURUAN – Kabupaten Pasuruan benarbenar memiliki kekayaan wisata alam yang sangat melimpah. Salah satunya, air terjun Tundopitu, di Dusun Junggo, Desa Baledono, Kecamatan Tosari.

Seperti apa?AIR terjun ini, punya panorama yang eksotis dengan pemandangan alam yang masih sangat alami. Tak cukup itu, air terjun yang terletak di kawasan hutan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pasuruan BKPH Tosari ini pun memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya, air terjun ini melewati tujuh undakan.

Masyarakat sekitar menyebutnya air terjun ini sebagai air rerjun Tundopitu. Itu, di dasarkan pada keunikannya yang sampai mempunyai tujuh undakan tadi. Lokasinya, terletak di 65 kilometer dari Surabaya-Pasuruan. Tepatnya 50 meter dari jalan utama, sebelah selatan gerbang masuk Tosari. Aksesnya tergolong mudah.

Dari jalan raya, bisa ditempuh dengan jalan kaki sejauh sekira 600 meter melewati jalan setapak yang rata dan tak terlalu curam. Masprapto, 35, warga desa setempat mengatakan, tempat wisata Tundopitu sudah mulai dirintis sejak beberapa tahun lalu. Sebelumnya, air terjun yang dikelilingi hutan dan lahan pertanian itu hanya digunakan warga sekitar untuk mandi dan bersih-bersih usai berladang dan mencari rumput.

Menginjak setahun kemarin, warga Desa Baledono, akhirnya bekerja sama dengan pihak perhutani membuka jalan baru. Jalan itu, digunakan seabai akses menuju lokasi air terjun. “Hingga sekarang pun masih berlanjut. Warga terus bergotong-royong setiap hari Minggu,” ungkapnya. Tak cukup membuka akses jalan, warga juga sudah membuka tanah lapang baru untuk tempat parkir kendaraan para pengunjung. Tak hanya itu, warga juga menyediakan tempat beristirahat.

Sayang, sejauh ini, pengelolaannya menjadikan sebagai destinasi wisata baru di wilayah Tengger, Tosari menemui kendala. Yakni, belum adanya kesepakatan resmi terkait pengelolaan kerja sama dengan pihak perhutani selaku pemilik lahan. Hingga akhirnya wisata ini terkesan “liar dan alami.” Padahal, menurut warga sekitar, para pengunjung yang mampir kesana cukup banyak. Setiap hari, ada saja wisatawan yang datang. “Puncaknya biasanya hari Minggu.

Dalam seharinya bisa mencapai 50-80-an pengunjung,” ujar Sumulyadi, 40, salah satu perangkat desa setempat. Mendapati potensi wisata yang cukup besar itu, Sumulyadi berharap Pemkab Pasuruan melalui Dinas Pariwisata menjembatani pengelolaan wisata itu. “Setidaknya kami bisa memiliki kewenangan untuk turut bekerja sama dalam pengelolaan wisata Tundopitu. Pihak desa juga sudah menyampaikan proposal ke dinas terkait soal ini,” ujar kaur pembangunan di Desa Baledono itu.

Air terjun Tundopitu tergolong air terjun yang unik. Punya tujuh undakan dan airnya berasal dari sumber mata air wilayah sekitar. Saat kemarau, aliran airnya mati. Bahkan, saat Jawa Pos Radar Bromo menjelajah kesana, kemarin, nyaris tak tampak air sama sekali. Yang tampak hanyalah riakan air sungai yang berhilir tepat di kubangan bawah air terjun. Hal itu, berbeda saat musim hujan. Air terjun terjun terlihat indah.

Arusnya lembut dan tak deras seperti umumnya air terjun. Kondisi ini rupanya sudah umum terjadi setiap tahun. Guna menyiasati agar air tetap mengalir, lagi-lagi warga sekitar terus berusaha. Mereka kembali bergotongroyong menanam pohon di sekitar aliaran air terjun itu. Tapi, warga sadar itu tak cukup efektif untuk membuat air terjun tetap mengalir kala musim kering. Satu-satunya jalan adalah dengan membuat sudetan baru dari sungai yang jaraknya tak jauh dari air terjun. “Jaraknya sekitar 800 meter.

Rencananya kami ingin pasang pipa kecil dari sana. Tapi masih terkendala anggaran,” ujar Masprapto. Menanggapi keinginan warga itu, pihak Dinas Pariwisata melalui Kepala Dinas Infokom Kabupaten Pasuruan Sunyono mengaku, pihaknya akan segera melakukan koordinasi untuk menjadikan air terjun Tundopitu itu, jujugan baru di wilayah Tengger, Tosari.

Pemkab juga sangat mengapresiasi upaya warga untuk mengembangkan wisata itu. “Air terjun Tundopitu bisa menambah koleksi wisata baru untuk akses wisata ke Bromo. Kedepan kami bakal melakukan koordinasi terlebih dulu dengan dinas dan pihak-pihak lain yang terkait dengan wana wisata itu,” janji Sunyono. (ube/rud)

Radar Bromo | 27 Oktober 2013 | Hal. 35 & 36

]]>
Wono Wisata Bromo yang Mendambakan Sentuhan https://stg.eppid.perhutani.id/wono-wisata-bromo-yang-mendambakan-sentuhan/ Thu, 24 Oct 2013 00:45:20 +0000 http://perhutani.co.id/?p=9706 Radar Bromo, KOTA – Obyek wisata Wono Wisata Bromo, sejak beberapa tahun terakhir sepi pengunjung. Padahal wisata alam ini berada di tempat strategis di Karanganyar Kota. Objek wisata yang dikelola oleh Perum Perhutani itu juga terlihat kurang terawat.

Kerusakan terlihat pada sejumlah fasilitas seperti arena bermain anak, area outbond, gubug wisata, serta gardu pandang. Bahkan, keberadaan dari petilasan Nyai Ageng Serang yang berada di dalam kawasan hutan wisata itu pun tidak terawat. Polisi Hutan di Wana Wisata Bromo, Misdi mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir kondisi hutan wisata itu sepi pengunjung.

Dalam sepekan saja, jumlah pengunjung yang datang hanya sekitar 5 sampai 10 orang saja. ”Yang masuk biasanya warga sekitar. Mereka datang hanya untuk melihatlihat, bukan untuk outbond atau berkemah, jadi tidak dipungut retribusi,” ungkapnya. Menurut Misdi, kondisi sekarang ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada masa awal pembangunannya di tahun 1990-an.

Saat itu, antusiasme masyarakat untuk datang memang masih cukup tinggi. Pemerintah juga membangun arena bermain anak-anak, kawasan outbond serta fasilitas lainnya. ”Kalau sekarang jumlahnya menyusut,” urainya. Kepala Resort Pemangkuan Wana Wisata Bromo, Sujarwo mengungkapkan, kawasan wisata itu mulai mangkrak setelah terjadi transisi antara pengelola Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) kepada Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Surakarta pada 2010 silam.

Sekarang, pengelolaan objek wisata itu hanya berada di tangan Perum Perhutani tanpa kerjasama dengan pihak ketiga. ”Idealnya, pengelolaan Wana Wisata ini dengan menggandeng pihak ketiga. Sebab anggaran dari Perum Perhutani minim, jadi tidak cukup untuk biaya pembangunan dan perawatan,” terangnya. Karena itu, bila dari pemerintah memiliki tekad kuat untuk merevitalisasi, maka Wana Wisata Gunung Bromo bisa menjadi objek wisata yang potensial.

Pasalnya, kawasan hutan tersebut terbilang potensial karena memiliki berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Secara geografis, berjarak cukup dekat dengan wilayah perkotaan. ”Perbaikan mendasar yang perlu dilakukan adalah akses jalan dan saluran airnya,” ujarnya. Di kawasan Wana Wisata Bromo terdapat sejenis pohon langka seperti cendana.

Ada satu yang menarik, dalam kawasan hutan ini terdapat sejenis pohon yang tidak hanya langka tetapi juga khas, sejenis pohon jati yang tumbuh dikelilingi oleh pohon beringin. Pohon itu dikenal sebagai Jati Kurung yang tepat di bawahnya terdapat petilasan Nyai Ageng Serang sewaktu mengungsi pada masa penjajahan Belanda dahulu. (fin/eti)

Radar Bromo | 24 Oktober 2013 | Hal. 7

]]>
NBP Perhutani dari Sektor Pariwisata Ditargetkan Naik https://stg.eppid.perhutani.id/nbp-perhutani-dari-sektor-pariwisata-ditargetkan-naik/ Thu, 24 Oct 2013 00:42:13 +0000 http://perhutani.co.id/?p=9685 Bisnis Jabar Online, BANDUNG – Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten targetkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor wisata alam sebesar Rp30 miliar pada 2014 atau naik 50% dari target 2013 sebesar Rp20 miliar.
General Manager Kelompok Bisnis Mandiri (KBM) Jasa Lingkungan dan Produk Lainnya (JLPL) Perum Perhutani unit III Jabar-Banten Slamet Winarto mengatakan target ini cukup realistis mengingat akan adanya penambahan fasilitas yang dapat menarik minat wisatawan.
Selain itu, Perhutani Unit III pun berencana meningkatkan intensitas promosi di enam objek wisata dan dua penangkaran hewan yang dikelolanya, diantaranya Kawah Putih, Patuha Resort, Rancaupas, Cimanggu, Cibolang, Curug Cilember, Cariu, dan Blanakan.
“Tahun depan kami berencana untuk membangun fasilitas baru, seperti perluasan wilayah berkemah di Rancaupas dan perluasan kolam berendam di Cimanggu,” ujarnya.
Menurut Slamet, penambahan fasilitas ini akan menghabiskan dana Rp1 miliar.
Selain itu, berbagai wahana baru pun akan dibangun dengan dana hampir Rp4 miliar, diantaranya pembuatan rumah danau dan rumah pohon di Rancaupas.
“Objek wisata Bandung Selatan memang belum lama dibuka. Oleh karena itu kami ingin meningkatkan kualitas agar kunjungan wisatawan meningkat,” ujarnya.
Slamet mengakui objek wisata Bandung Selatan juga belum banyak dikenal di mancanegara sehingga belum menarik kedatangan banyak wisatawan asing. Di objek wisata Ciwidey misalnya, jumlah kunjungan wisatawan asing hanya 10% yang didominasi wisatawan dari Malaysia dan Singapura. Sementara presentase kunjungan wisatawan asing lebih tinggi adalah di objek wisata Curug Cilember sebesar 30%.
Dengan perbaikan dan penambahan fasilitas, Slamet berharap PNBP dari 6 objek wisata dan 2 tempat penangkaran ini akan meningkat, khususnya dari 4 objek wisata di Ciwidey yang tiap tahun rata-rata menyumbang 70% PNBP dari sektor pariwisata. (K10/ija)
Jurnalis : Rani Fadila
Bisnis Jabar Online | 23 Oktober 2013 | 18.50 WIB

]]>
Perhutani Jatim Serius Garap Wisata https://stg.eppid.perhutani.id/perhutani-jatim-serius-garap-wisata/ Tue, 17 Sep 2013 02:23:25 +0000 http://perhutani.co.id/?p=9069 DUTAonline, SURABAYA – Perum Perhutani Jawa Timur nampaknya semakin serius menggarap potensi pendapatan lain di luar kayu. Mereka mengoptimalkan hutan yang dimiliki selain untuk menghasilkan kayu juga untuk bisnis lain yakni wisata.

Seperti diketahui, saat ini banyak lokasi hutan yang dimiliki Perum Perhutani Jatim yang juga difungsikan untuk wisata. Misalnya Kakek Bodo, Sumberboto, Grajagan Banyuwangi, Pasir Putih Situbondo dan yang terkenal Tanjung Papuma Jember.

Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Perum Perhutani Jatim, Avid Rollick mengatakan obyek wisata yang dimiliki Perum Perhutani memang menjadi daya tarik wisatawan. Apalagi, obyek wisata itu memang memiliki nilai lebih yang bukan sekadar hutam jati atau pinus.

“Perekonomian berkembang, masyarakat mulai mencari alternative untuk melepas penat, refresing. Nampaknya wisata yang dimiliki Perhutani ini memiliki kriteria tempat wisata yang dicari masyarakat,” ujarnya, Senin (16/9).

Perfum Perhutani sendiri, memiliki 28 titik lokasi hutan. Memang diakui Avid tidak semua berpotensi untuk dijadikan obyek wisata. “Tapi yang bisa ini kita akan maksimalkan penggarapannya,” tuturnya.

Walau diakui Avid tidak gampang untuk bisa mengelola obyek wisata. Apalagi, terkadang lokasi hutan milik Perhutani lokasinya cukup terpencil. Akses dan infrastruktur jalan menjadi kendala utama. “Kalau kita mau membuat tempat wisata terkadang modalnya besar untuk infrastrukturnya terlebih dulu, agar pengunjungnya juga nyaman menuju tempat itu. Masalahnya modalnya itu besar,” jelasnya.

Namun ke depan, Perhutani akan tetap meningkatkan jumlah obyek wisata yang dimiliki. Apalagi kontribusi terhadap pemasukan, dari bisnis ini mencapai 15 persen. Dari tahun ke tahun, diharapkan akan terus mengalami pertumbuhan.
Apalagi diakui Avid, Perum Perhutani Jatim tidak lagi bisa menggantungkan pada core bisnis utama yakni kayu. Kayu yang dulu memegang peran penting hampir 80 persen dari total seluruh bisnis Perhutani Jatim, kini berangsur mulai berkurang.

Sekarang, kayu hanya tersisa 60 persen sedangkan 40 persen sisanya di bidang lain termasuk wisata. “Ke depan akan terbalik, 40 persen kayu dan 60 persen bisnis lainnya,” ungkapnya.

Untuk terus bergerak di bidang kayu, terus terang sebuah tantangan tersendiri bagi Perum Perhutani. Apalagi, semakin banyak para pecinta lingkungan yang melarang penebangan kayu.

Inilah, tantangan Perhutani untuk terus bergerak mencari peluang bisnis baru. Cara lain yang dilakukan adalah mengolah hasil kayu dengan mendirikan pabrik pengolahan. Langkah ini diakui untuk mencari harga jual yang lebih tinggi dibanding dijual utuh. Jika dulu hampir 70 persen hasil kayu dijual dalam bentuk log atau gelondongan sekarang sudah diolah.

Perhutani sendiri pada 2013 ini menargetkan bisa mencapai produksi kayu sebesar 464 ribu m3, dan realisasi hingga Agustus 2013 mencapai 353.807 m3. Sedangkan pada 2012 lalu sebesar 447 ribu m3. Dari jumlah itu, 47 205.700 ribu kayu jati dan 267 ribu m3 kayu non jati. (end)

Dutaonline.com | 17 September 2013 | 09.11 WIB

]]>